BK Karir KL 1
BK Karir KL 1
SEKOLAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling
Karier
Dosen Pengampu : Komariah, S. Psi., M. Pd
Oleh :
Yarni Safitri – 2115008
Merlinda Mareta – 2115016
Monica Andela – 2115019
Fakultas : Tarbiyah
Program Studi : Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam
Kepada :
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA BELITUNG
2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa ahli menyebutkan bahwa karier identik dengan pekerjaan. H.L
Wilensky memahami karier sebagai riwayat pekerjaan yang teratur dimana
dalam setiap pekerjaan yang ditekuni selalu ada persiapan untuk masa
depannya. Sedangkan bruce dan Shertezer memahami karier sebagai suatu
rangkaian pekerjaan, jabatan, dan kedudukan yang dimiliki seseorang selama
hidupnya.1 Amundson, N.E, Harris-Bowlsby, J & Nilles, G mendefinisikan
konseling karier sebagai suatu proses dimana konselor bekerja secara
kolaboratif untuk membantu kenseli memperjelas, menetapkan,
mengimplementasikan dan menyesuaikan diri dengan keputusan terkait dengan
pekerjaan.2
Pengertian karier tersebut menunjukkan arti bahwa setiap saat dan setiap
jenjang pendidikan dan kehidupan merupakan bagian dari karier itu sendiri.
Pemahaman tentang karier tidak lepas dari problematika karier. Problematika
tersebut adalah ketidaktahuan peserta didik atau bahkan setiap orang tentang
apa yang harus dilakukan.3 Dengan demikian, banyak orang memahami tentang
karier hanya sebatas pekerjaan yang dicita-citakan, tanpa memperhatikan
jenjang pendidikan dan aktivitas keseharian untuk menuju cita-cita tersebut. Hal
ini berdampak pada pemahaman peserta didik yang juga memahami karer
sebagai sebuah cita-cita pekerjaan di masa depan.4
1
Ketut, Bimbingan Karier Di Sekolah-Sekolah.
2
Dede Rahmat Hidayat, wening cahyawulan, Karier : Teori Dan Aplikasi Dalam
Bimbingan Dan Konseling Komprehensif. Sukabumi : CV Jejak. 2019. Hlm. 184
3
Maharani dan Menanti, “Pengaruh Layanan Penguasaan Konten Teknik Modeling
Terhadap Resiliensi Akademik Siswa Pada Sekolah Menengah Pertama.” Cendekia Vol. 16 No 2,
Juli. 2018. Hlm. 261
4
Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Bimbingan Dan Konseling : Teori Dan
Aplikasi Di Sekolah Dasar. Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2014, hlm. 201
1
Bimbingan karier, salah satu layanan yang diberikan untuk peserta didik
yang bertujuan agar pribadi dan seluruh potensi yang dimiliki dapat
berkembang secara optimal dan juga agar peserta didik mengenal ragam
pekerjaan dan aktivitas orang dalam lingkungan kehidupan.5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pentingnya konseling karier ?
2. Bagaimana bimbingan karier dan kesiapan siswa masuk dunia kerja ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pentingnya konseling karier ?
2. Untuk mengetahui bagaimana bimbingan karier dan kesiapan siswa
masuk dunia kerja ?
5
Achmad juntika Nurihsan, Bimbingan Dan Konseling Dalam Berbagai Latar Belakang
Kehidupan. Bandung : refika aditama. 2006. Hlm. 52
2
BAB II
PEMBAHASAN
6
Oki Lukmanual Hakim, Bimbingan Dan Konseling Karier Di PAUD, Al-Ma'rifah Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, Vol 2 No 1,2023,hlm 94
7
Hadiarni Irman, Konseling Karir, Stain BatuSangkar Press, 2009,hlm 279
3
konseling karir, individu dapat mengetahui minat, bakat, dan nilai-nilai
mereka, serta mengidentifikasi tujuan karir yang realistis dan membangun
rencana untuk mencapainya. Konseling karir juga membantu individu untuk
mengeksplorasi berbagai pilihan karir, mengembangkan keterampilan yang
diperlukan.
Konseling karir pada umumnya mengacu pada suatu proses yang teratur
yang dimulai dari proses pengembangan hubungan sampai dengan proses
tindak lanjut dan perubahan-perubahan rencananya yang lebih potensial.
8
Hidayati Richma, layanan Informasi Karir Membantu Peserta Didik Dalam Meningkatkan
Pemahaman Karir, Jurnal Konseling Gusjijang, Vol 1 No 1, 2015, hlm 199
9
Dewa Ketut Sukari, Pendekatan Konseling Karir Di Dalam Bimbingan Karir Suatu
Pendahuluan (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1989) hlm 199
10
Syamsu Yusuf Juntika, Landasan Bimbingan Dan Konseling (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005) hlm 11
4
Menurut Lawrence M Brammer Dan Everett L.Shostrom mengemukakan
bahwa ada 7 langkah yang bisa dilakukan dalam proses konseling:
a. Mengenai perumusan dan penetapan, suatu kebutuhan untuk
membantu tujuan proses ini agar klien dapat mengenali
masalahnya.
b. Penetapan hubungan, yang bertujuan utama proses ini adalah
untuk membangun suatu hubungan dengan klien.
c. Penentuan tujuan dan eksplorasi alternatif yaitu mengkaji
kembali dari proses konseling dan menanyakan kepada klien
tentang pendapatnya.
d. Memecahkan tentang berbagai masalah dan tujuan.
e. Mempermudah kesadaran, dalam artian pengetahuan diri dari
apa yang dilihat, didengarkan, dirasakan seseorang. Untuk
mengenali kemampuan dari diri sendiri yang sesuai dengan
bakat, minat, dan kemampuan.
f. Merencanakan arah kegiatan pada langkah ini untuk membantu
klien dalam menemukan ide-ide yang baru.
g. Menilai hasil dan tindakan akhir atau hasil akhir pada proses
konseling dalam artian menyelesaikan masalah yang dihadapi
klien bahwa pentingnya konselor untuk memiliki keterampilan
sebagai model pemilihan karir seseorang.11
11
Dewa Ketut Sukardi, Pendekatan Konseling Karir Di Dalma Bimbingan Karir (Suatu
Pendahuluan) hlm 130-137
12
Sutina, Bimbingan Konseling Pendidikan Formal Dan Non Formal, (Yogyakarta:
Andi,2013) hlm 111
5
membantu memecahkan masalah atau persoalan yang dihadapi klien.
Dalam masalah ini ada tiga model di antaranya:
a) Directive Counselling
Dirumuskan oleh G.Williamson bahwa model ini dilakukan
oleh konselor dalam membantu klien. Maka konselor harus berperan
aktif dalam mengambil inisiatif dalam proses konseling sehingga
klien hanya menerima apa yang dijelaskan oleh konselor. Yang
dimaksud bahwa konselor berperan penting dalam menentukan
pekerjaan klien tanpa meminta pendapat pada klien sehingga klien
menerima apa yang diputuskan oleh konselor.
b) Non Directive Counselling
Model ini disebut dengan "Client Centered Counselling" yaitu
memberikan suatu gambaran proses konseling menjadi pusatnya
adalah klien bukan konselor. Yang dimaksud bahwa klien berperan
aktif pada proses konseling dalam menentukan karir ke depannya.
Kemudian konselor hanya memberikan gambaran dan mengarahkan
pembicaraan klien sehingga klien dapat mengenali potensi yang ada
pada dirinya dan bisa menentukan sendiri pekerjaan yang
diinginkan.
c) Elective Counselling
Model ini dikemukakan pertama kali oleh F.P.Robinson model
ini digabungkan antara Directive Counselling dan Non Directive
Counselling. Teknik ini sering digunakan oleh konselor karena
keberhasilan konselor untuk menjalankan tugas-tugasnya tidak
hanya berpegang dalam satu model saja yang digunakan tetapi dapat
dipadukan dengan sifat masalah kelainan dengan situasi konseling
tersendiri. Yang dimaksud adalah dalam menyelesaikan masalah
klien tidak hanya menggunakan satu model saja. 13
13
Kartini Kartono, Menyiapkan Dan Menbandu Karir, (Surabaya: CV Raja Wali,1985) hlm
21-30
6
Dalam mempelajari model konseling karir, penting untuk konselor
memahami terlebih dahulu model kepribadian setiap klien untuk
menentukan karir kedepannya. Model-model konseling karir merupakan
penerapan model konseling untuk membantu klien dalam membuat
keputusan perencanaan karir.
14
Ainun Rahaman, Pentingnya Konseling Karir Di Sekolah, Jurnal The Messenger, Vol 12
No 1, 2020, hlm 135-146
7
1994, bersamaan dengan perubahan nama bimbingan penyuluhan menjadi
bimbingan dan konseling. Dalam Kurikulum 1994, bimbingan karir
ditempatkan sebagai salah bidang bimbingan.
Peran dan tugas konselor tidak hanya sekedar membimbing siswa dalam
menentukan pilihan-pilihan karirnya, tetapi dituntut pula untuk membimbing
siswa agar dapat memahami diri dan lingkungannya dalam rangka perencanaan
karir dan penetapan karir pada kehidupan masa mendatang. Dalam
15
Hartono, ” Bimbingan Karier”, ( Jakarta : Kencana, 2016 ), hal.48
16
Sukardi, Dewa Ketut, “ Bimbingan Karir diSekolah”, (Jakarta ; Ghalia Indonesia, 1985),
hal.67
8
perkembangannya, sejalan dengan kemajuan dalam bidang teknologi informasi
dewasa ini, bimbingan karir merupakan salah satu bidang bimbingan yang telah
berhasil mempelopori pemanfaatan teknologi informasi, dalam bentuk cyber
counseling. Secara umum bimbingan karir diartikan sebagai bantuan kepada
individu untuk menstimulasi (mendorong) dan memberikan kemudahan
perkembangan karir dalam kehidupan. Bantuan tersebut mencakup perencanaan
karir, pengambilan keputusan dan penyesuaian pekerjaan. Di dalam setting
sekolah, bimbingan karir dipandang sebagai proses perkembangan yang
berkelanjutan dalam upaya membantu individu mempersiapkan karir melalui
intrvensi kurikuler yang berkaitan dengan; perencanaan karir, pengambilan
keputusan, pengembangan keterampilan mengatasi masalah, informasi karir
dan pemahaman diri, pemahaman sikap positif terhadap semua jenis pekerjaan,
serta mengembangkan kebiasaan hidup yang positif. Layanan bimbingan karir
amat erat kaitannya dengan tiga bimbingan lainnya, yaitu bimbingan belajar,
bimbingan pribadi, dan bimbingan sosial. 17
17
Ruslan A.Gani, “Bimbingan Karir”, (Bandung :CV Angkasa,2012),hal.20
9
Salah satu tugas perkembangan remaja yang harus diperhatikan adalah
berkaitan dengan karir di masa depan. Bimbingan karir merupakan salah
satu proses layanan yang bertujuan membantu siswa dalam proses
pemahaman diri, pemahaman nilai-nilai, pengenalan lingkungan, hambatan
dan cara mengatasinya serta perencanaan masa depan. Masa depan harus
direncanakan disongsong bukan di tunggu. Awal masa depan dilakukan
melalui prosedur-prosedur tertentu baik melaui pendidikan informal, formal
maupun non formal. Melalui pendidikan di sekolah siswa dibekali dengan
berbagai pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap- sikap tertentu. Bekal
yang diperoleh siswa di sekolah bertujuan untuk mempersiapkan mereka
memasuki dunia kerja.
Proses pilihan karir itu terjadi sepanjang hidup manusia, artinya bahwa
suatu ketika dimungkinkan orang berubah pikiran. Hal ini berarti bahwa
pilihan karir tidaklah terjadi sekali saja dalam hidup manusia. Di samping
itu juga disadari bahwa faktor peluang/ kesempatan memegang peranan
yang amat penting. Meskipun seorang remaja sudah menentukan pilihan
karirnya berdasar minat, bakat, dan nilai yang ia yakini, tetapi kalau
peluang/ kesempatan untuk bekerja yang dicitacitakan akhirnya tidak bisa
terwujud.18
18
Budi Astuti,“ Bimbingan Karier Untuk Meningkatkan Kesiapan Karir”, (Yogyakarta :
UNY Press,2020),hal.34-37
10
c. Fase pemantapan (establishment), antara umur 25-44 tahun.
Pada fase ini manusia sudah memilih karir tertentu dan
mendapatkan berbagai pengalaman positif maupun negatif dari
pekerjaannya. Dengan pengalaman yang diperoleh ia lalu bisa
menentukan apakah ia akan terus dengan karir yang telah
dijalani atau berubah haluan.
d. Fase pembinaan (maintenance) antara umur 44-65 tahun, di
mana orang sudah mantap dengan pekerjaannya dan
memeliharanya agar dia bertekun sampai akhir;
e. Fase kemunduran (decline), masa sesudah pensiun atau
melepaskan jabatan tertentu. Dalam fase ini orang membebaskan
diri dari dunia kerja formal.19
19
Erna Zumrotun, “Bimbingan Dan Konseling Dalam Pendidikan”, (Semarang : Cahya
Ghani Recovery, 2023),hal.43
11
mengaplikasikan ilmu yang telah diterima di bangku sekolah.
Karir tersebut dijadikan sarana untuk mencapai kebahagiaan
hidup dan masa depannya. Dengan bimbingan karir siswa
mempunyai kemandirian dalam menentukan dan memilih karir
yang dapat memberikan kebahagiaan hidup dan masa depannya.
c. Siswa hendaknya dibantu dalam mengembangkan pemahaman
yang cukup memadai terhadap diri sendiri dan kaitannya dengan
perkembangan sosial pribadi dan perencanaan pendidikan karir.
Pemahaman diri sebagai langkah awal dalam merencanakan
karir, memberikan dorongan bagi siswa untuk mengenal dan
mengetahui segala yang ada dalam dirinya. Dengan pemahaman
diri, siswa memiliki kemampuan dalam menentukan dan memilih
karir mana yang cocok/ sesuai dan mampu memberikan
kesenangan dalam menjalaninya.
d. Siswa secara keseluruhan hendaknya dibantu untuk memperoleh
pemahaman tentang hubungan antara pendidikannya dan
karirnya kelak.
e. Setiap siswa hendaknya memilih kesempatan untuk menguji
konsep, berbagai peranan dan ketrampilannya guna
mengembangkan nilai-nilai dan norma-norma yang memiliki
aplikasi bagi karir di masa depannya.
f. Program Bimbingan Karir di sekolah hendaknya diintegrasikan
secara fungsional dengan program bimbingan dan konseling pada
khususnya. Program materi bimbingan karir dalam
penyampaiannya diintegrasikan dengan materi bimbingan
konseling. Hal ini dilakukan karena bimbingan karir merupakan
bagian dari bimbingan konseling.
g. Program bimbingan karir di sekolah hendaknya berpusat di kelas,
dengan koordinasi oleh pembimbing, disertai partisipasi orang
tua dan kontribusi masyarakat.
12
h. Pelaksanaan bimbingan karir yang diberikan semenjak kelas 1
hingga kelas 3 di SMA, memberikan pelayanan ganda, yaitu di
ruangan bimbingan konseling dan di ruang kelas. Di kelas siswa
mempunyai kesempatan yang sama dalam memperoleh
bimbingan, dan didukung partisipasi orang tua dan peran
masyarakat di sekitarnya.20
20
Sunarto Dan Hartono Agung, “Pendekatan Konseling Karir di Dalam Bimbingan Karir
(Suatu Pendahuluan )”, (Jakarta : Depdikbud,1994),hal.54
13
suatu pekerjaan, organisasinya, serta gaya hidup dalam suatu
jabatan dengan dirinya.
c. Agar siswa dapat mengembangkan sikap dan nilai diri sendiri
dalam menghadapi pilihan lapangan kerja serta menghadapi
hambatan-hambatan yang mungkin timbul yang disebabkan oleh
dirinya sendiri dan faktor lingkungan, serta mencari jalan untuk
mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
d. Agar siswa dapat meningkatkan ketrampilan berpikir agar
mampu mengambil keputusan tentang jabatan yang sesuai
dengan dirinya dan tersedia dalam dunia kerja. Melalui
bimbingan karir siswa akan diarahkan dalam mengenal diri dan
kemampuannya untuk memahami diri dan senantiasa mampu
meningkatkan kemampuannya, melatih dalam merencanakan
karirnya sehingga dengan demikian siswa menjadi terlatih dan
bersikap dewasa dalam berpikir dan merencanakan karirnya.
e. Agar siswa dapat menguasai ketrampilan dasar yang penting
dalam pekerjaan, terutama kemampuan berkomunikasi, bekerja
sama, berprakarsa dan sebagainya.21
21
Ibid,hal.62
14
Kegiatan yang dilakukan bersumber dari pembimbing, konselor,
guru, maupun dari nara sumber (pihak dunia kerja), dalam rangka
memberikan penerangan tentang informasi yang lebih banyak tentang
pekerjaan, jabatan dan karir.
b) Diskusi Kelompok
Suatu pendekatan yang kegiatannya bercirikan sutu keterkaitan pada
suatu pokok masalah/ pertanyaan (dalam hal ini perencanaan karier/
pekerjaan/ karier), dimana siswa sejujurnya berusaha untuk memperoleh
kesimpulan setelah mendengarkan, mempelajari dan
mempertimbangkan pendapat siswa yang lain secara jujur.
c) Pengajaran Unit
Merupakan teknik dalam membantu siswa untuk memperoleh
pemahaman tentang suatu pekerjaan tertentu, melalui kerjasama antara
pembimbing dan guru bidang studi. Namun dengan pola ini sudah
barang tentu perlu adanya jam tersendiri yang khusus disediakan untuk
keperluan kegiatan bimbingan karir.
d) Sosiodrama
15
Pemberian informasi tentang pekerjaan, jabatan, karir dengan cara
mengaitkan/ dipadukan dengan mata pelajaran/ kegiatan belajar
mengajar.Dalam kaitan ini tiap guru dapat memberikan bimbingan karir
pada saat-saat mengajarkan pelajaran yang berkaitan dengan suatu karir
tertentu.
22
Andri Kurniawan, “Bimbingan Karir”, (Cirebon : Anggota IKAPI,2021),hal.44
16
Kegiatan (aktivitas) bimbingan karir pada sekolah menengah harus bisa
mengantar setiap pelajar untuk menanggulangi tugas perkembangan menuju
perkembangan karir, dan membimbing pelajar kepada kreasi dan prestasi
dari seperangkat pilihan dan rencana yang akan ditetapkan. Penekanan-
penekanan utama dalam aktivitas aktivitas bimbingan karir untuk berbagai
individu haruslah didasarkan pada intensitas perencanaan, kesiapan
berpartisipasi dalam kehidupan sebagai pribadi yang independent, dan
keterarahan individu-individu kepada tujuan. Dengan demikian, dapat
direkomendasikan tujuan-tujuan untuk aktivitas-aktivitas bimbingan karir
di sekolah menengah sebagai berikut:
17
orientasi dan informasi terhadap pendidikan yang lebih tinggi,
khususnya sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan.
Selain itu terdapat pengenalan diri dan lingkungan serta pengembangan diri
dan karir, di antaranya sebagai berikut:
23
Ahmad Nafi, “Kematangan Karir Peserta Didik”, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2020).
hal,139
18
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
19
DAFTAR PUSTAKA
A. Gani, Ruslan. “Bimbingan Karir”. 2021.
Astuti, Budi.“ Bimbingan Karier Untuk Meningkatkan Kesiapan Karir”, 2020.
Dede Rahmat Hidayat, wening cahyawulan, robbani alfan. Karier : Teori Dan
Aplikasi Dalam Bimbingan Dan Konseling Komprehensif, 2019.
Hartono Agung, Sunarto. “Pendekatan Konseling Karir di Dalam Bimbingan Karir
Suatu Pendahuluan, 1994.
Hartono, ”Bimbingan Karier”, 2016.
Irman, Hadiarni, Konseling Karir, 2009.
Kartini Kartono, Menyiapkan Dan Menbandu Karir, 1985.
Ketut, sukardi dan dewa. BIMBINGAN KARIER DI SEKOLAH-SEKOLAH, 2015.
Kurniawan, Andri. “Bimbingan Karir”, 2021
Lukmanual Hakim, Oki. "Bimbingan Dan Konseling Karier Di PAUD", Vol 2 No
1,2023.
Maharani, Mella, and Asih Menanti. “Pengaruh Layanan Penguasaan Konten
Teknik Modeling Terhadap Resiliensi Akademik Siswa Pada Sekolah
Menengah Pertama” 2, no. 2 (2022): 63–72.
Nafi, Ahmad. “Kematangan Karir Peserta Didik”, Yogyakarta: CV Budi Utama,
2020.
Nurihsan, achmad juntika. Bimbingan Dan Konseling Dalam Berbagai Latar
Belakang Kehidupan, 2006.
Richma, Hidayati. " layanan Informasi Karir Membantu Peserta Didik Dalam
Meningkatkan Pemahaman Karir" Vol 1 No 1, 2015.
Sutina, Bimbingan Konseling Pendidikan Formal Dan Non Formal, 2013.
Wiyani, muhammad irham dan novan ardy. Bimbingan Dan Konseling : Teori Dan
Aplikasi Di Sekolah Dasar, 2014.
Yusuf Juntika, Syamsu. Landasan Bimbingan Dan Konseling. 2005.
Zumrotun, Erna. Bimbingan Dan Konseling Dalam Pendidikan, 2023.
20