Anda di halaman 1dari 2

Kelompok 6 (Kontra)

Anggota kelompok:
-Darlene Shaina Akhrydwasti Wibawa 15/IX G
-Irsyad Khoirudin Bintang Firmansyah 21/IX G
-Mahadista Bhisafana Ratu Kayla 24/IX G
-Rania Danastri Salsabila 31/IX G

Permasalahan : ”Pentingnya membaca buku atau menonton film”


Menonton film adalah alternatif hiburan yang sering dipilih ketika merasa penat atau
bosan dengan rutinitas. Film merupakan salah satu media komunikasi yang memiliki
pengaruh besar dalam membentuk pola pikir masyarakat. Selain itu, film merupakan sarana
untuk menyampaikan pesan penting kepada masyarakat dengan cara yang menghibur dan
menyenangkan, apalagi kini banyak tersedia platform digital dari yang gratis hingga
berbayar, yang menawarkan beragam genre film yang bisa ditonton di mana saja melalui
ponsel.
Menonton film dapat membuat wawasan kita menjadi lebih luas daripada membaca
buku. Film dapat memberikan hiburan, tawa, dan emosi positif lainnya yang membantu untuk
membuat ketenangan. Berdasarkan penelitian, menonton film dapat meredakan stres karena
saat menonton otak kita akan melepaskan hormon stres dan menggantinya dengan hormon
endorphin. Hormon ini memiliki fungsi untuk membuat keadaan emosi kita menjadi lebih
stabil dan bahagia.
Dengan menonton film, kita bisa belajar dan meningkatkan keterampilan berbahasa
asing. Film dari berbagai negara dan budaya memberikan pandangan yang berbeda tentang
dunia. Menonton film dari budaya yang berbeda dapat membuka pikiran penonton tentang
nilai-nilai, tradisi, dan perspektif yang beragam. Pengenalan terhadap budaya dan perspektif
baru ini dapat membantu meningkatkan pemahaman dan toleransi terhadap perbedaan.
Film juga bisa untuk hiburan keluarga, menonton film bersama keluarga adalah cara
yang menyenangkan untuk menghabiskan waktu bersama. Film-film keluarga atau animasi
yang menghibur dapat menjadi acara keluarga yang menyatukan anggota keluarga dalam
kesenangan dan canda tawa. Selain itu, film juga bisa membantu memotivasi diri kita sendiri,
dalam film, tokoh utama biasanya digambarkan sebagai orang yang memiliki banyak
masalah. Namun berbagai masalah tersebut pada akhirnya bisa dihadapi dengan tekad dan
motivasi yang kuat. Dengan menonton film seperti itu, mau tidak mau kita akan berkaca dan
melihat bagaimana keadaan kita. Dengan begitu, pengaruh psikologis dalam film ini juga
akan sampai kepada kita dan membuat kita bisa kembali bersemangat.
Gary Solomon, Ph.D, psikolog dari College of Southern Nevada mengungkapkan
bahwa menonton film memiliki manfaat terapi (cinematherapy) bagi penontonnya.
Sinematerapi atau cinematherapy adalah proses penggunaan film-film layar lebar atau televisi
untuk tujuan terapi kesehatan. Menurut Gary, saat menonton film sendiri di rumah, seseorang
bisa menangis, berteriak, hingga merenung tanpa mengkhawatirkan opini dan penilaian orang
lain. Film juga memungkinkan penontonnya untuk tenggelam dalam cerita, menjadi satu
dengan tokoh, hingga memperoleh pesan yang terselip dalam cerita. Hal ini bisa membantu
proses terapi dan memperoleh inspirasi positif untuk perkembangan diri.
Di Indonesia ada sekitar 91,58% orang yang lebih gemar menonton film daripada
membaca buku, berdasarkan hasil penelitian PISA dari OECD. Hal ini berarti hanya ada 1
orang yang gemar membaca dari 1.000 orang di Indonesia. Buku memberikan hiburan tetapi
biasanya tidak cepat. Menonton sebuah cerita dengan visualisasi yang bagus membuatnya
lebih menarik. Buku yang diadaptasi menjadi film selalu menyenangkan untuk ditonton.

Ada beberapa beberapa dampak negatif akibat kita terlalu sering membaca buku, diantaranya:
1. Lupa bersosialisasi
Karena saking asiknya dengan buku yang sedang ia baca, seorang yang sering membaca
atau kutu buku biasanya lupa untuk bersosialisasi. Tentu, kebiasaan ini sangat berpotensi
untuk mematikan kebiasaan penting lainnya dan juga tidak memiliki banyak teman meskipun
wawasannya luas.
2. Dianggap sombong
Tak jarang seseorang yang sering membaca dinilai sombong oleh orang lain, entah itu
hanya penilaian yang sifatnya subjektif atau memang ia benar-benar sombong. Ada 2 alasan
yang biasanya dialami oleh si kutu buku. Pertama, ia dianggap sombong karena ia cenderung
tidak mau bersosialisasi dengan orang lain. Yang kedua, orang tersebut memang sombong
karena merasa pengetahuan atau wawasannya lebih banyak dari orang lain.
3. Cara berpikir yang berbeda dari orang lain
Mungkin, sekilas memiliki cara berpikir yang berbeda dari orang lain merupakan hal
yang bagus. Tapi, tidak semua orang akan mengerti dengan cara kita perpikir, Sebab, jika kita
terlalu teoritis, atau cenderung terlalu mengacu pada apapun yang kita baca, kita tidak akan
dapat melihat perbedaan antara kehidupan di dunia nyata dan di dalam buku.
4. Isolasi emosional
Membaca dapat menjadi pelarian dari dunia nyata. Jika seseorang menghabiskan sebagian
besar waktunya di dalam dunia buku dan menghindari interaksi dengan orang lain, hal ini
dapat menyebabkan isolasi emosional. Keterlibatan yang terlalu dalam dengan karakter fiksi
atau cerita dapat membuat seseorang kesulitan membentuk dan mempertahankan hubungan
interpersonal yang sehat.
5. Overconsumption of Information
Overconsumption of information terjadi ketika seseorang terlalu banyak membaca,
terutama dalam lingkungan digital, yang dapat menyebabkan stres dan kelelahan mental
karena keterpaparan berlebihan terhadap informasi
 Kesimpulannya kami menolak jika membaca buku dikatan lebih efektif daripada
menonton film. Karena sudah banyak bukti dari berbagai sumber yang mengatakan
bahwa menonton film lebih efektif membaca buku.

Anda mungkin juga menyukai