Anda di halaman 1dari 5

KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KEJAKSAAN NEGERI SURAKARTA

Jl. Kepatihan No.1, Kepatihan Wetan, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57129
No. Telp. (0271) 653099 , Web: http://kejari-surakarta.go.id/

"Demi Keadilan dan Kebenaran P-42


Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa"

SURAT TUNTUTAN
NO. REG. PERK. : PDM-172/M.3.11/Enz.2/11/2023

Nama Terdakwa : Stacey Dawn anak dari Caesar Dawn


Nomor Identitas : 3313144805060009
Tempat Lahir : Surakarta
Umur/Tanggal Lahir : 21 Tahun / 23 April 2002
Jenis Kelamin : Perempuan
Kebangsaan : Indonesia
Tempat Tinggal : Jalan Oceanografi, Nomor 13, RT 05, RW 03,
Kelurahan Starlight, Kecamatan Jebres, Kota
Surakarta, Provinsi Jawa Tengah
Agama : Kristen
Pekerjaan : Mahasiswa/Pelajar
Pendidikan : SMA-Sederajat
Berdasarkan alat bukti di persidangan, PENUNTUT UMUM berkeyakinan TERDAKWA
melanggar Pasal 114 ayat (1) Jo. Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

ANALISIS YURIDIS
1.1. Unsur “Setiap Orang”
Dianggap telah dibacakan.

1.2. Unsur “Tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual,
membeli,
menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika
Golongan I”
Bahwa yang dimaksud pengertian melawan hukum itu sendiri, dikemukakan oleh Simons
sebagai berikut: “Apa arti yang harus diberikan mengenai istilah melawan hukum dalam
ketentuan- ketentuan ini? Sedangkan menurut pandangan orang banyak istilah tersebut tidak
lain dari pada tanpa hak sendiri. Menurut pendapat saya, hanya ada satu pandangan yang
dapat diterima mengenai adanya melawan hukum bahwa ada kelakuan yang bertentangan
dengan hukum”. Bahwa yang dimaksud dengan tanpa hak atau melawan hukum adalah
pelaku tidak memiliki legitimasi yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang
berlaku atas perbuatan yang telah ia lakukan atau perbuatan pelaku tersebut melanggar
aturan hukum yang berlaku dan/atau norma-norma kepatutan dan kesusilaan dalam
kehidupan masyarakat. Bahwa yang dimaksud dengan tanpa hak atau melawan hukum
adalah pelaku tidak memiliki legitimasi yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan
yang berlaku atas perbuatan yang telah ia lakukan atau perbuatan pelaku tersebut melanggar
aturan hukum yang berlaku dan/atau norma-norma kepatutan dan kesusilaan dalam
kehidupan masyarakat. “Tanpa hak” pada umumnya merupakan bagian dari “melawan
hukum” yaitu setiap perbuatan yang melanggar hukum tertulis (peraturan perundang
undangan) dan atau asas-asas hukum umum dari hukum tidak tertulis. Lebih khusus yang
dimaksud dengan “tanpa hak” dalam kaitannya dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 tentang Narkotika adalah tanpa izin dan atau persetujuan dari pihak yang berwenang
untuk itu, yaitu Menteri atas rekomendasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan atau
pejabat lain yang berwenang berdasarkan Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika dan peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan. Bahwa meskipun
“tanpa hak” pada umumnya merupakan bagian dari “melawan hukum” namun sebagaimana
simpulan di atas yang dimaksud “tanpa hak” dalam kaitannya dengan Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 adalah tanpa izin dan atau persetujuan dari Menteri yang berarti
elemen “tanpa hak” dalam unsur ini bersifat melawan hukum formil sedangkan elemen
“melawan hukum” dapat berarti melawan hukum formil dan melawan hukum materiil.
Bahwa berdasarkan fakta tersebut di atas, kami berpendapat bahwa unsur “Tanpa hak atau
melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara
dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I”, telah terbukti dan
terpenuhi.

1.3. Unsur “Percobaan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
Narkotika dan Prekursor Narkotika”
Bahwa berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika, permufakatan jahat adalah perbuatan dua orang atau lebih yang bersekongkol
atau bersepakat untuk melakukan, melaksanakan, membantu, turut serta melakukan,
menyuruh, menganjurkan, memfasilitasi, memberi konsultasi, menjadi anggota suatu
organisasi kejahatan Narkotika, atau mengorganisasikan suatu tindak pidana Narkotika.
Bahwa pengertian permufakatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
perundingan, pembicaraan, musyawarah, sesuatu yang disepakati, atau persetujuan.
Sedangkan pengertian jahat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jahat adalah sangat
jelek, buruk, sangat tidak baik (tentang kelakuan, tabiat, perbuatan). Bahwa dalam Buku I
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 88 KUHPidana mengatakan adanya
permufakatan jahat, apabila dua orang atau lebih telah sepakat akan melakukan kejahatan.
Dari rumusan Pasal 88 KUHPidana tampak bahwa ada permufakatan jahat (samenspanning)
apabila:
1. Dua orang atau lebih;
2. Telah sepakat;
3. Akan melakukan kejahatan.
Permufakatan jahat memerlukan setidak-tidaknya 2 (dua) orang, sebab paling sedikit
permufakatan itu dilakukan 2 (dua) orang. Jika hanya 1 (satu) orang saja, tidak mungkin ada
permufakatan, melainkan hanya berupa janji pada diri sendiri semata-mata. Cukup adanya 2
(dua) orang saja sudah memenuhi syarat untuk terjadinya suatu permufakatan jahat, tidak
perlu 3 (tiga), 4 (empat) orang dan seterusnya. Dengan demikian, sudah ada permufakatan
jahat jika hal melakukan kejahatan telah diperjanjikan (overeengekomen) oleh dua orang
atau lebih. Untuk adanya perjanjian melakukan kejahatan haruslah di antara mereka telah
terdapat kata sepakat. Dengan demikian sudah ada permufakatan jahat yang dapat dipidana,
sekalipun belum ada perbuatan percobaan (poging) bahkan belum ada perbuatan persiapan
(voorbereiding). Maka, sudah cukup apabila 2 (dua) orang atau lebih itu setelah melalui
suatu perundingan akhirnya bersepakat untuk melakukan suatu kejahatan yang tertentu.
Bahwa berdasarkan fakta tersebut di atas, kami berpendapat bahwa unsur “Percobaan atau
permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika”,
telah terbukti dan terpenuhi.

TUNTUTAN PIDANA
Hal-hal yang memberatkan:
TERDAKWA tidak mengakui perbuatan yang dilakukannya, dan berbelit-belit dalam
memberikan kesaksiannya di persidangan, serta perbuatan TERDAKWA telah meresahkan
masyarakat.
Hal-hal yang meringankan:
TERDAKWA belum pernah dihukum dan bersikap sopan dalam persidangan.

Berdasarkan uraian yang telah kami kemukakan dan dengan memperhatikan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan, maka kami Penuntut Umum dalam perkara
ini:
MENUNTUT
Agar Majelis Hakim Pengadilan Negeri Surakarta yang memeriksa dan mengadili

perkara ini:

1. Menyatakan TERDAKWA Stacey Dawn anak dari Caesar Dawn telah terbukti secara sah
dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana narkotika sebagaimana
diatur dan diancam pidana dalam pasal Pasal 114 ayat (1) Jo. Pasal 132 ayat (1) Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
2. Menjatuhkan pidana terhadap TERDAKWA Stacey Dawn anak dari Caesar Dawn
dengan pidana 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda
Rp1.000.500.000,00 (satu miliar lima ratus ribu rupiah).
3. Menyatakan barang bukti yang telah terlampir dalam berkas perkara Tetap terlampir dalam
berkas perkara untuk digunakan dalam perkara lain.
4. Menetapkan supaya TERDAKWA dibebani biaya perkara sebesar Rp5.000
(lima ribu rupiah).

Surakarta, 3 April 2024


PENUNTUT UMUM

Brama Imelda
Jaksa Madya Jaksa Madya
NIP.1985072320050230002 NIP.199005273007033001

Anda mungkin juga menyukai