Anda di halaman 1dari 4

GASTROENTRETIS

A. DEFINISI
Definisi gastroentretis
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada bagian mukosa
dari saluran gastrointestinal ditandai dengan diare dan muntah (How, C., 2010).
Menurut Dennis, dkk (2016) diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang
meningkat dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses yang
lebih lembek atau cair (kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya yaitu
lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam). Gastroenteritis akut adalah diare dengan
onset mendadak dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari disertai dengan
muntah dan berlangsung kurang dari 14 hari (Sudoyo, 2009).
Isitilah gastroenteritis atau diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak
normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair (Suharyono:
2008). Gastroenteritis adalah buang air besar dengan fases berbentuk cair atau
setengah cair, dengan demikian kandunngan air pada feses lebih banyak dari biasanya
(Priyanta: 2009).Gastroenteritis didefinisikan sebagai peningkatan frekuensi, volume,
dan kandungan fluida dari tinja. Propulsi yang cepat dari isi usus melalui hasil usus
kecil diare dan dapat menyebabkan defisit volume cairan serius. Penyebab umum
adalah infeksi, sindrom malabsorpsi, obat, alergi, dan penyakit sistemik. (Black
Joyce, Hawks Jane, 2010)
Gastroenteritis adalah pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk. (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Gastroenteritis adalah selaput lendir saluran
pencernaan yang ditandai dengan diare atau muntah. (Halimatussa’diah, dkk, 2018)
B. TANDA/ GEJALA
Tanda dan gejala dari gastroenteritis akut biasanya bervariasi. dari salah satu hasil
penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual (93%), muntah (81%) atau diare
(89%), dan nyeri abdomen (76%) umumnya merupakan gejala yang paling sering
dilaporkan oleh kebanyakan pasien. Selain itu terdapat tanda-tanda dehidrasi sedang
sampai berat, seperti membran mukosa yang kering, penurunan turgor kulit, atau
perubahan status mental, terdapat pada
Sedangkan gatroenteritis akut karena infeksi bakteri yang mengandung atau
memproduksi toksin akan menyebabkan diare sekretorik (watery diarhhea) dengan
gejala-gejala mual, muntah, dengan atau tanpa demam yang umumnya ringan, disertai
atau tanpa nyeri/kejang perut, dengan feses lembek atau cair. Umumnya gejala diare
sekretorik timbul dalam beberapa jam setelah makan atau minurnan yang
terkontaminasi (Sudoyo, 2009).
Diare sekretorik (watery diarhea) yang berlangsung beberapa waktu tanpa
penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena
kekurangan cairan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan
biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan
seseorang akan merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah
kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menumn serta suara menjadi serak. Keluhan
dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonic (Sudoyo, 2009).
Sedangkan kehilangan bikarbonas dan asam karbonas berkurang yang mengakibatkan
penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan sehingga
frekuensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (pernafasan Kussmaul). Reaksi ini adalah
usaha badan untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH darah dapat kembali
normal. Gangguan kardiovaskular pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa
renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai
tidak terukur. Pasien mulai gelisah muka pucat ujung-ujung ektremitas dingin dan
kadang sianosis karena kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia
jantung (Sudoyo, 2009).
C. ETIOLOGI
Etiologi gastroenteritis akut menurut (Ngastiyah, 2005) yaitu:
a. Faktor infeksi Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan
makanan yang merupakan penyebab utama, infeksi internal, meliputi :
1. Infeksi bakteri : Escherichia coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.
2. Infeksi virus : Rotavirus, Enterovirus echoviruses, Adenovirus,
dan Human retrovirus
3. Infeksi parasit : Cacing, protozoa, dan jamur.
b. Faktor malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat: disakarida,
monosakarida pada bayi dan anak, malabsorbsi lemak, malabsorbsi
protein.
c. Faktor makanan Makanan basi beracun dan alergi makanan.
d. Faktor kebersihan Penggunaan air minum tercemar dengan bakteri
tinja, tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah
membuang tinja atau sebelum mengkonsumsi makanan.
e. Faktor psikologi Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare
karena dapat merangsang peningkatan peristaltik usus.
D. PATOFISIOLOGI
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme dibawah
ini :
1) Diare sekretorik Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan
elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu
secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare
tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan atau minum
(Simadibrata, 2006)
2) Diare osmotik Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik
intralumendari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat atau zat kimia yang
hiperosmotik (antara lain MgSo4, Mg(OH)2), malabsorbsi umum dan defek
dalam absorbs mukosa usus misal pada defisiensi disakaridase, malabsorbspi
glukosa atau galactose (Simadibrata, 2006).
3) Malabsorpsi asam empedu dan lemak Diare tipe ini didapatkan pada gangguan
pembentukan atau produksi micelles empedu dan penyakit – penyakit saluran
bilier dan hati (Simadibrata, 2006).
4) Defek system pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di enterosit Diare
tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif NA+ K
+ATPase di entrosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal (Simadibrata,
2006).
5) Gangguan permeabilitas usus Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus
yang abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membrane epitel
spesifik pada usus halus (Simadibrata, 2006).
6) Diare infeksi Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare.
Dari sudut kelainan usus, diare bakteri dibagi atas non-invatif dan invatif
(merusak mukosa). Bakteri non-invatif menyebabkan diare karena toksin yang
disekresikan oleh bakteri tersebut (Simadibrata, 2006).
E. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Betz dan Linda (2009) manifestasi klinis dari gastroentretis adalah:

1. Konsistensi feses cair dan frekuensi defekasi meningkat


2. Muntah (umumnya tidak lama)
3. Demam (mungkin ada atau tidak)
4. Kram abdomen, tenesmus
5. Membran mukosa kering
6. Fontanel cekung (bayi)
7. Berat badan turun
8. Malaise
F. KOMPLIKASI
Menurut FKUI (2007), sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara
mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, hipotonik, isotonic, atau hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonoi otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektrokardiogram)
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena
kerusakan vili mukosa usus halus
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein, karena selama diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Ida Mardalena (2018), pemeriksaan laboratorium pada gastroetenteritis
meliputi
a. Pemeriksaan Tinja
1) Makroskopis dan mikroskopis.
2) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila
diduga intoleransi gula.
3) Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b. Pemeriksaan Darah
1) pH darah (Natrium, Kalium, Kalsium, dan Fosfor) dalam serum untuk
menentukan keseimbangan asam basa.
2) Kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
3) Intubasi Duodenum Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

REFERENSI:

How, C. (2010). Acute gastroenteritis: from guidelines to real life. Clinical and Experimental
Gastroenterology, p.97.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II eidsi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009
Dennis L., Anthony S., Stephen H., Dan L., Larry J., Joseph L. 2016. Harrison's
Gastroenterology and Hepatology. 3rd Edition. Philadelphia: McGraw Hill.

Anda mungkin juga menyukai