Anda di halaman 1dari 11

Ilmu fiqih

Definisi Ilmu Fiqih


Sebagai Ilmu
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, fiqh sebagai cabang ilmu pasti akan bersifat ilmiah,
logis, dan memiliki objek serta kaidah tertentu. Dalam hal ini, ilmu ini tentunya akan berbeda
dengan tasawuf yang lebih mengandalkan perasaan dan gerakan hati manusia. Sebagai ilmu,
fiqh juga jelas tidak seperti tarekat yang berupa pelaksanaan ritual-ritual.

Definisi fiqh sebagai cabang ilmu, itu berarti dapat dipelajari atas kaidah-kaidah yang memang
bisa diuji dan dipresentasikan secara ilmiah. Bahkan di dunia akademik secara ilmiah pun, fiqh
telah menjadi cabang ilmu pengetahuan yang bersifat akademis, sehingga wajar saja dipelajari
di universitas manapun. Menurut buku Pembelajaran Fiqih karya Dr. Hafsah, fiqh sebagai
cabang ilmu inipun dapat dibagi menjadi 5 kategori hukum perbuatan manusia (mukallaf),
yakni:

1. Wajib atau fardhu. Artinya, segala sesuatu yang jika dilaksanakan pasti akan mendapatkan
pahala. Sementara jika ditinggalkan atau bahkan diabaikan, justru akan mengakibatkan
dosa.
2. Mandub atau Sunna’. Artinya, segala sesuatu yang bila dikerjakan pasti akan mendapatkan
pahala, sedangkan jika tidak dikerjakan tetap tidak mengakibatkan dosa.
3. Ibaha’ dan muba’. Artinya, segala sesuatu yang dikerjakan tidak akan mendatangkan
pahala, tetapi juga tidak berdosa jika mengerjakannya.
4. Karaha’ atau makruh. Artinya, segala sesuatu yang dianjurkan untuk tidak dikerjakan.
Namun, jika dikerjakan pun tetap tidak mendapatkan dosa.
5. Haram. Artinya, segala sesuatu yang dikerjakan pasti akan mendapatkan dosa. Itulah
mengapa, akan ada ganjaran pahala bagi yang tidak mengerjakannya.
Sebagai Hukum
Dilansir dari buku Seri Fiqih Kehidupan (1): Ilmu Fiqih, fiqih selain menjadi cabang ilmu, juga
secara khusus termasuk dalam cabang ilmu hukum. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ilmu fiqh itu
adalah ilmu hukum, terutama dalam agama Islam.

Sebagai Syariat
Selain menjadi cabang ilmu dan hukum, fiqih juga menjadi wilayah kajian dari hukum syariat,
yakni hukum yang bersumberkan dari Allah SWT dan segala yang telah menjadi ketetapan-Nya.
Itulah mengapa, kita sebagai makhluk ciptaan-Nya, harus mempelajari, menjalankan, dan
mengajarkan ilmu fiqh ini kepada umat manusia lain.

Sebagai Amaliyah
Fiqih sebagai amaliyah, artinya hukum fiqh ini akan terbatas pada hal-hal yang memang bersifat
amaliyah badaniyah saja, bukan yang bersifat ruh, perasaan, atau kejiwaan lainnya. Yap, ilmu ini
hanya akan membahas tentang hukum-hukum dalam Islam yang bersifat fisik alias yang terlihat
secara kasat mata saja. Sementara itu, apa yang ada di dalam hati dan pikiran manusia, tidak
termasuk dalam hal amaliyah ini.

Musthafa A. Zarqa sudah membagi ruang lingkup dalam kajian ilmu fiqh menjadi 6 bidang,
yakni:

1. Fiqih Ibadah, yakni ketentuan-ketentuan hukum yang berkenaan dengan bidang Ubudiyah.
Mulai dari shalat, puasa, hingga ibadah haji.
2. Ahwal Syakhsiyah, yakni ketentuan-ketentuan hukum yang berkenaan dengan kehidupan
keluarga. Mulai dari perkawinan, nafkah, perceraian, hingga ketentuan nasab.
3. Fiqih Muamalah, yakni ketentuan-ketentuan hukum yang berkenaan dengan hubungan
sosial di antara umat Islam, dengan konteks bidang ekonomi dan jasa. Mulai dari gadai
barang, jual-beli, hingga sewa-menyewa.
4. Fiqih Jinayah, yakni ketentuan-ketentuan hukum yang berkenaan dengan sanksi-sanksi atas
tindak kejahatan kriminal. Mulai dari hudud, diat, hingga qiyas.
5. Fiqih Siyasah, yakni ketentuan-ketentuan yang berkenaan pada hubungan warga negara
pada suatu pemerintahan negara. Biasanya, cenderung berhubungan pada politik dan
birokrasi pemerintahan suatu negara.
6. Ahlam Khuluqiyah, yakni ketentuan-ketentuan hukum yang berkenaan pada bagaimana
etika pergaulan seorang muslim dalam tatanan kehidupan sosial.

Ramadan adalah bulan mulia bagi umat Islam. Terdapat sejumlah amalan di bulan Ramadan
dengan balasan pahala dari Allah SWT bahkan setara haji.
Amalan tersebut adalah menjalankan ibadah umrah di bulan Ramadan. Dalam hadis Rasulullah
SAW dijelaskan bahwa apabila umat Islam umrah di bulan Ramadan maka mendapat ganjaran
pahala setara haji. Selain umrah, terdapat 6 amalan lain yang dijanjikan pahala oleh Allah SWT.

Simak 7 amalan di bulan Ramadan yang dapat dilakukan umat Islam dikutip buku Tuntunan
Amaliah Ramadhan milik Muhammad Wardah, situs NU Online dan detikHikmah.

Amalan di Bulan Ramadan


1. Puasa
Amalan pertama tentunya menjalankan ibadah puasa. Allah SWT memerintahkan untuk
berpuasa di bulan bahkan dijadikan sebagai salah satu rukun Islam. Berikut ini firmannya:

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS Al-Baqarah: 183).

2. Membaca Al-Qur'an
Selain puasa, amalan lainnya adalah membaca Al-Qur'an. Kaum muslim dianjurkan untuk
membaca Al-Quran di setiap waktu dan kesempatan. Sesuai dengan hadis Rasulullah SAW yang
berbunyi sebagai berikut:

"Bacalah Al-Qur'an, sesungguhnya ia datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi
ahlinya (yaitu, orang yang membaca, mempelajari dan mengamalkannya)." (HR Muslim).

Selama bulan Ramadan, Rasulullah SAW memperbanyak membaca Al-Qur'an. Seperti yang
diceritakan dalam riwayat Aisyah RA, ia berkata bahwa:

"Saya tidak pernah mengetahui Rasulullah SAW membaca Alquran semuanya, shalat sepanjang
malam, dan puasa sebulan penuh, selain di bulan Ramadhan." (HR.Ahmad).

3. Salat Tarawih Berjamaah


Mengerjakan salat Tarawih berjamaah menjadi salah satu amalan yang memiliki keistimewaan
dan keutamaan. Tarawih termasuk ibadah sunah yang dilaksanakan pada malam hari setelah
salat Isya.

Salat ini tidak hanya sebatas amaliah sunnah yang dikhususkan untuk Rasulullah SAW,
melainkan untuk umatnya juga. Bahkan Rasulullah SAW menginginkan pahala luar biasa dari
Tarawih bisa dinikmati umatnya.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:

)‫َم ْن َقاَم َر َم َض اَن ِإيَم اًنا َو اْح ِتَس اًبا ُغ ِفَر َلُه َم ا َتَقَّد َم ِم ْن َذْنِبِه (متفق عليه‬

Artinya, "Barang siapa melakukan shalat (Tarawih) pada Ramadhan dengan iman dan ikhlas
(karena Allah ta'âlâ) maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (Muttafaq 'Alaih).

Imam An-Nawawi dalam Syarhu Muslim menyatakan, yang dimaksud dalam hadis tersebut
adalah salat Tarawih. Karena hadis itu, mayoritas ulama sepakat bahwa hukumnya adalah
sunnah.

4. Menghidupkan Malam Lailatulqadar


Lailatulqadar adalah malam kemuliaan yang lebih baik dari seribu bulan. Pendapat paling kuat
mengatakan malam tersebut terjadi di sepuluh hari terakhir Ramadan. Khususnya pada malam
ganjil seperti 21, 23, 25, 27 dan 29.

Pada malam kemuliaan itu, dijanjikan ampunan bagi hamba yang memohon kepada Allah SWT.
Karena itu, Lailatulqadar dianggap sebagai malam pelebur dosa. Seperti dijelaskan dalam hadis
Rasulullah SAW

"Dan barangsiapa yang beribadah pada malam Lailatulqadar semata-mata karena iman dan
mengharapkan pahala dari Allah SWT, niscaya diampuni dosa-dosanya yang terdahulu." (HR
Bukhari).

Lantas bagaimana cara menghidupkan Lailatulqadar? Ada banyak amalan yang bisa dilakukan,
di antaranya salat malam, membaca Al-Qur'an, zikir, berdoa, membaca sholawat, tasbih,
istighfar, itikaf dan lain sebagainya.

Dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan Imam at-Tirmidzi, Aisyah RA bertanya kepada
Rasulullah SAW mengenai bacaan doa bertemu Lailatulqadar.

‫َيا َر ُسوَل ِهَّللا َأَر َأْيَت ِإْن َع ِلْم ُت َأُّى َلْيَلٍة َلْيَلُة اْلَقْد ِر َم ا َأُقوُل ِفيَها َقاَل ُقوِلى الَّلُهَّم ِإَّنَك َع ُفٌّو ُتِح ُّب اْلَع ْفَو َفاْعُف َع ِّنى‬

"Wahai Rasulullah, bagaimana bila aku mengetahui malam Lailatu Qadar, apa yang harus aku
ucapkan?"

Beliau (Rasulullah SAW) menjawab, "Ucapkanlah:

‫الَّلُهَّم ِإَّنَك َع ُفٌّو ُتِح ُّب اْلَع ْفَو َفاْعُف َع ِّني‬

Latin: Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwan fa'fu 'anni

Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, dan Engkau menyukai maaf, maka
maafkan aku."

5. Perbanyak Sedekah
Amalan berikutnya adalah memperbanyak sedekah. Selama Ramadan, umat Islam dianjurkan
untuk memperbanyak sedekah seperti halnya Rasulullah SAW yang dikenal sebagai sosok paling
pemurah dan dermawan.

Dalam sebuah hadis riwayat Ibnu Abbas RA berkata: "Rasulullah SAW adalah manusia yang
paling pemurah, dan beliau lebih pemurah lagi di bulan saat Jibril AS menemui beliau," (HR
Bukhari).

6. Ibadah Umrah
Salah satu ibadah yang dianjurkan selama Ramadan adalah umrah. Umat Islam yang
berkecukupan dapat menjalankan ibadah umrah di bulan Ramadan. Rasulullah SAW
mengatakan bahwa pahala umrah selama Ramadan sama dengan melaksanakan haji.

"Ibnu Abbas RA menuturkan bahwasanya Rasulullah SAW bertanya kepada salah seorang
perempuan Anshar (Ummu Sannan), 'Apa yang mencegahmu berhaji bersama kami?'
Perempuan itu menjawab, 'Kami cuma punya dua unta; satu dibawa dalam perjalanan haji oleh
ayah dan putranya dan kami ditinggali satu unta untuk mengairi kebun.' Kemudian, Rasulullah
bersabda, 'Sesungguhnya, umrah di bulan Ramadhan menyamai ibadah haji atau haji
bersamaku'." (HR Bukhari dan Muslim)
7. Perbanyak Itikaf

Amalan terakhir adalah itikaf. Secara bahasa, itikaf berarti berdiam diri atau menahan diri di
suatu tempat. Semenetara secara istilah, itikaf adalah berdiam di masjid untuk beribadah
kepada Allah SWT.

Itikaf termasuk salah satu kegiatan yang dilakukan Rasulullah SAW seperti diceritakan Aisyah
RA:

‫َع ْن َعاِئَشَة َر ِض َي ُهَّللا َع ْنَها َز ْو ِج الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأَّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َك اَن َيْعَتِك ُف اْلَع ْش َر اَأْلَو اِخَر ِم ْن َر َم َض اَن‬
‫َح َّتى َتَو َّفاُه ُهَّللا ُثَّم اْعَتَك َف َأْز َو اُجُه ِم ْن َبْع ِدِه‬

Artinya: "Dari Aisyah RA istri Rasulullah SAW mengatakan, 'Sesungguhnya Rasulullah SAW
melakukan itikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan hingga beliau wafat, kemudian istri-
istrinya mengerjakan itikaf sepeninggal beliau'," (Hadis Sahih, riwayat al-Bukhari).

Nah, itulah 7 amalan istimewa selama bulan Ramadan yang bisa dilakukan umat Islam untuk
meraih pahala dari Allah SWT. Semoga bermanfaat ya!

Adapun dalil yang mendasari perintah wudhu sebelum shalat adalah firman Allah dalam Al-
Quran Surat Al-Maidah ayat 6:

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِإَذ ا ُقْم ُتْم ِإَلى الَّص اَل ِة َفاْغ ِس ُلوا ُوُجوَهُك ْم َو َأْيِدَيُك ْم ِإَلى اْلَم َر اِفِق َو اْمَس ُحوا ِبُر ُء وِس ُك ْم َو َأْر ُج َلُك ْم ِإَلى اْلَكْع َبْيِن‬

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berdiri hendak melaksanakan shalat,
maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku serta usaplah kepalamu dan (basuh)
kedua kakimu sampai kedua mata kaki.”

Dalil tentang penolakan shalat tanpa bersuci juga tercantum dalam hadits Nabi yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim, sebagaimana berikut:

‫اَل َيْقَبُل ُهَّللا َص اَل ًة ِبَغْيِر َطُهوٍر‬

“Allah tidak menerima shalat tanpa bersuci,” (HR Muslim).

Selain itu, Imam Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan hadits dengan makna serupa, yaitu
penolakan shalat tanpa bersuci.

‫اَل َيْقَبُل ُهَّللا َص اَل َة َأَحِد ُك ْم إَذ ا َأْح َد َث َح َّتى َيَتَو َّض َأ‬
“Allah tidak menerima shalat salah seorang kamu bila berhadats sampai ia berwudhu,” (HR
Bukhari dan Muslim)

6 Wajib wudhu

Wudhu akan dianggap sah jika melaksanakan 6 wajib wudhu sebagaimana berikut:

1. Niat wudhu
Pelaksanaan niat wudhu dalam hati berbarengan ketika membasuh wajah, adapun lafal niat
wudhu yang dapat dibaca adalah:

‫َنَو ْيُت َر ْفَع الَح َد ِث ِهلِل َتَع اَلى‬

Nawaytu raf‘al hadatsi lillāhi ta’ālā.

‫َنَو ْيُت َفْر َض الُوُضْو ِء ِهلِل َتَع اَلى‬

Nawaytu fardhal wudhū’i lillāhi ta’ālā.

‫َنَو ْيُت الُوُضْو َء ِهلِل َتَع اَلى‬

Nawaytul wudhū’a lillāhi ta’ālā.

‫َنَو ْيُت الَّطَهاَر َة َع ِن الَح َد ِث ِهلِل َتَع اَلى‬

Nawaytut thahārata anil hadatsi lillāhi ta’ālā.

2. Membasuh wajah
Menurut Imam Nawawi, batas wajah dalam wudhu secara vertikal adalah antara tempat
tumbuhnya rambut hingga dagu bagian bawah. Secara horisontal, antara kedua telinga
tangan-kiri.

3. Membasuh kedua tangan hingga siku


Dalam membasuh tangan, seluruh kulit, kuku, dan rambut mulai ujung jari hingga siku harus
terbasuh. Termasuk kulit di bawah kuku. Karena itu, kulit yang ada bawah kuku perlu dijaga
kebersihannya agar tak ada kotoran yang dapat mengahalangi air sampai pada kulit.

4. Mengusap sebagian kepala


Batasan minimal mengusap sebagian kepala adalah sampainya air ke sebagian kecil kepala
atau sehelai rambut yang tumbuh di area kepala. Adapun mengusap rambut yang
menjuntai di luar area kepala (misalnya rambut kepala yang menjuntai di wilayah bahu atau
punggung) maka itu dianggap tidak sah.

5. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki


Dalam membasuh kedua kaki hingga kedua mata kaki ini adalah semua bagian anggota
tubuh yang ada pada area tersebut seperti rambut, kuku dan sebagainya.

6. Tertib.
Tertib adalah melakukan kegiatan wudhu tersebut secara berurutan sebagaimana urutan di
atas, yakni dimulai dengan niat dan membasuh muka, membasuh kedua tangan beserta
kedua siku, mengusap sebagian kecil kepala, dan diakhiri dengan membasuh kedua kaki
beserta kedua mata kaki.

Wajib dan sunah wudhu

Adapun wajib dan sunah wudhu berdasarkan urutan dan rangkaiannya adalah sebagaimana
berikut:

1. Bersiwak.

2. Membaca basmalah.

3. Membasuh kedua tangan.

4. Berkumur 3 kali.

5. Menghirup air ke dalam hidung (istinsyaq) 3 kali.

6. Melafalkan niat.

7. Memasang niat wudhu dalam hati berbarengan dengan membasuh wajah.

8. Membasuh wajah 3 kali.

9. Membasuh tangan hingga siku sebanyak 3 kali.

10. Mengusap sebagian kulit kepala dengan air 3 kali.

11. Menyapu seluruh bagian kepala.

12. Menyapu kedua telinga 3 kali.


13. Membasuh kedua kaki hingga mata kaki sebanyak 3 kali.

14. Menghadap kiblat.

15. Membaca doa setelah wudhu.

Adapun lafal doa setelah wudhu adalah sebagaimana berikut:

‫ َو اْج َع ْلِني ِم ْن‬، ‫ الَّلُهَّم اْج َع ْلِني ِم ْن الَّتَّواِبيَن‬،‫ َو َر ُسوُلُه‬،‫ َو َأْش َهُد َأَّن ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه‬،‫َأْش َهُد َأْن اَل إَلَه إاَّل ُهَّللا َو ْح َد ُه اَل َش ِر يَك َلُه‬
‫ َو َأُتوُب إَلْيَك‬، ‫ ُسْبَح اَنَك الَّلُهَّم َو ِبَحْمِد َك َأْش َهُد َأْن اَل إَلَه إاَّل َأْنَت َأْسَتْغ ِفُرَك‬، ‫اْلُم َتَطِّهِر يَن‬

Asyhadu an lā ilāha illallāhu wahdahū lā syarīka lahū, wa asyhadu anna Muhammadan


abduhū wa rasūluhū. Allāhummaj’alnī minat tawwābīna, waj’alnī minal mutathahhirīna.
Subhānakallāhumma wa bi hamdika asyhadu an lā ilāha illā anta, astaghfiruka, wa atūbu
ilayka.

“Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya dan
saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Ya Allah jadikanlah
saya termasuk golongan orang-orang yang bertaubat. Dan jadikanlah saya termasuk
golongan orang-orang yang suci. Maha Suci Engkau Ya Allah, segala pujian untuk-Mu, aku
bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau dan aku
meminta ampunan dan bertaubat pada-Mu).

Pengertian Shalat Wajib


Secara bahasa, shalat berarti doa. Sedangkan secara istilah, shalat adalah ibadah
yang terdiri dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dilakukan dengan syarat
tertentu, mulai dari takbir dan diakhiri dengan salam. Shalat adalah sarana
perjalanan menuju Allah SWT dan mi’rajnya kaum beriman.

Rukun Shalat Wajib


Rukun shalat wajib adalah unsur-unsur yang harus ada dalam shalat agar shalat
tersebut sah. Jika salah satu rukun shalat ditinggalkan atau tidak dilakukan dengan
benar, maka shalat tersebut batal. Rukun shalat wajib ada 14 yaitu:

– Niat
– Berdiri jika mampu

– Membaca takbiratul ikram

– Membaca surat al fatihah setiap rakaat

– Ruku’ dengan tuma’ninah

– I’tidal dengan tuma’ninah

– Sujud dengan tuma’ninah

– Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah

– Duduk tasyahud akhir

– Membaca sholawat

– Salam

– Tertib

– Qauliyah (perkataan)

– Fi’liyah (perbuatan)

Syarat Wajib Shalat


Syarat wajib shalat adalah syarat-syarat yang menyebabkan seseorang wajib
menjalankan shalat. Jika salah satu syarat wajib shalat tidak terpenuhi, maka
seseorang tidak dibebani kewajiban shalat. Syarat wajib shalat ada enam yaitu:

– Beragama Islam

– Dewasa (baligh)

– Berakal sehat
– Suci dari haid dan nifas

– Telah sampai ajaran Islam kepadanya

– Bersih dan suci dari najis

Syarat Sah Shalat


Syarat sah shalat adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum menjalankan
shalat sehingga shalat seseorang menjadi sah. Jika salah satu syarat sah shalat tidak
terpenuhi, maka shalat tersebut tidak sah dan harus diulangi. Syarat sah shalat ada
lima yaitu:

– Suci badan, pakaian dan tempat salat dari najis

– Suci dari hadas baik hadas besar maupun hadas kecil

– Menutup aurat

– Telah masuk waktu salat

– Menghadap kiblat

Hal-hal Yang Membatalkan Shalat


Hal-hal yang membatalkan shalat adalah hal-hal yang jika dilakukan oleh seseorang
saat sedang salat maka salatnya menjadi batal dan harus diulangi. Hal-hal yang
membatalkan salat antara lain:

– Sengaja berbicara atau mendengar orang berbicara

– Sengaja makan atau minum

– Sengaja mengeluarkan najis atau angin

– Sengaja mengubah posisi tubuh sehingga tidak menghadap kiblat lagi

– Sengaja melakukan gerakan yang banyak dan tidak ada hubungannya dengan salat
– Sengaja tertawa terbahak-bahak

– Hilang akal sehat karena gila atau pingsan

– Hilang kesadaran karena tidur atau pingsan

– Hilang suci karena haid atau nifas bagi wanita

Anda mungkin juga menyukai