Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad Rivan Farid Al Farrel

NIM : J310220216

Optimalisasi Buah Bit Sebagai Minuman Probiotik Dengan Penambahan Ekstrak Daun Kelor
Untuk Pencegahan Anemia

Anemia masih menjadi masalah kesehatan global yang dihadapi oleh negara maju dan berkembang.
Sebanyak 50 % kasus anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi atau sering disebut dengan
defisiensi besi (Allen L., et.al, 2006). Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan masalah defisiensi
nutrien tersering pada anak di seluruh dunia terutama di negara sedang berkembang termasuk
Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh penderita. Diperkirakan 30%
populasi dunia menderita anemia defisiensi besi, kebanyakan dari jumlah tersebut ada di negara
berkembang (Özdemir N, 2015). Di Indonesia prevalensi anemia mengalami peningkatan menjadi
48,9% pada tahun 2018. Jumlah penderita anemia tertinggi pada kelompok usia 15-24 tahun sebesar
84,6% (Kemenkes RI, 2018).

Pencegahan dan pengendalian anemia gizi besi selain melalui pendekatan farmakologis dengan
pemberian suplementasi tablet Fe, namun juga melalui pendekatan non farmakologis dengan
memperbaiki pola makan dan mengonsumsi makanan kaya zat besi dan zat gizi lainnya seperti
vitamin C yang membantu meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Menurut (Kirana, 2011),
kadar hemoglobin akan meningkat sejalan dengan tercukupinya asupan zat besi dan vitamin C
sehingga angka anemia akan menurun. Vitamin dan mineral bersumber dari buah dan sayur yang
mana juga memiliki senyawa antioksidan yang penting bagi tubuh. Bahan pangan yang berpotensi
untuk mencegah dan mengendalikan anemia gizi besi diantaranya adalah bit.

Buah bit (Beta vulgaris L.) merupakan tanaman dengan umbi berwarna merah keunguan, memiliki
rasa yang manis namun beraroma langu seperti tanah (earthy taste), dan belum banyak diketahui
masyarakat (Widyaningrum & Suhartiningsih, 2014). Buah bit mulanya dikenal dan banyak digunakan
sebagai obat, namun seiring waktu digunakan sebagai bahan makanan (Ananingsih et al., 2015).
Buah bit kaya asam folat, vitamin B, vitamin C dan zat besi. Buah bit juga mengandung metabolit
sekuder berupa pigmen warna betalain (betasianin/betanin dan betasantin), nitrat, flavonoid,
polifenol, saponin, alkaloid, tannin dan asam organik (Babarykin et al., 2019; Odoh & Okoro, 2013).
Kandungan gizi yang beragam dalam buah bit bermanfaat sebagai antioksidan, antikanker, menjaga
system pencernaan dan kardiovaskuler hingga meningkatkan performa olahraga (Babarykin et al.,
2019).

Buah bit dapat diolah menjadi berbagai olahan pangan, salah satunya yaitu sebagai minuman.
Minuman probiotik buah bit yang terkenal di dunia, yaitu Beet Kvaas. Bakteri asam laktat dari hasil
fermentasi buah bit yang dapat membantu untuk pencegahan anemia, yaitu bifidobacterium,
lactobacillus atau kombinasi keduanya. Probiotik memproduksi asam laktat saat fermentasi glukosa,
produksi asam laktat ini menyebabkan pH kolon turun, sehingga menurunkan jumlah bakteri yang
kurang menguntungkan ataupun bakteri yang menyebabkan penyakit. Hal ini menunjukkan bahwa
mikrofora usus dengan jumlah probiotik tinggi akan memberikan manfaat pada kondisi anemia,
disebabkan ketersediaan Fe akan meningkat dengan turunnya jumlah patogen (Helmiyati S., et.al,
2013).

Ekstrak daun kelor (MLE) telah menunjukkan aktivitas antibakteri (Gomashe et al., 2014, Okorondu et
al., 2013, Pal et al., 1995, Rahman et al., 2009) dan oleh karena itu, digunakan dalam bubuk pencuci
tangan. (Torondel, Opare, Brandberg, Cobb, & Cairncross, 2014). MLE ditemukan memiliki aktivitas
antidiare dan dosis oral 300 mg/kg berat badan menunda timbulnya diare yang banyak (Misra,
Srivastava, & Srivastava, 2014). Jus kelor ditemukan memiliki efek analgesik seperti ibuprofen, dan
meredakan nyeri otot (Bhuvaneshwari, Amirtha, & Bhuvaneswari, 2013). Potensi MLE dalam
menyembuhkan hiperglikemia kronis dan dislipidemia, sebagai gejala diabetes dan risiko penyakit
kardiovaskular (CVD) telah ditinjau (Mbikay, 2012).

DAFTAR PUSTAKA

Allen L, de Benoist B, Dary O, Hurrell R. Guidelines on Food Fortification With Micronutrients.


Geneva: World Health Organization and Food and Agriculture Organization of The United Nations.
2006.

Ananingsih, V. K., Pratiwi, A. R., & Muwarti, F. I. (2015). Pengolahan Sebruk Pewarna Alami Bit Merah.
Penerbit Universitas Katolik Soegijapranata.

Babarykin, D., Smirnova, G., Pundinsh, I., Vasiljeva, S., Krumina, G., & Agejchenko, V. (2019). Red Beet
(Beta vulgaris) Impact on Human Health. Journal of Biosciences and Medicine, 7, 61–79.

S.Bhuvaneshwari dkk . 2013. Studi perbandingan efek analgesik jus kelor segar dengan ibuprofen
pada tikus albino. Jurnal Internasional Arsip Biologi Farmasi

Helmyati S, Pamungkas NP, Lestari LA, Hendarta NY. Sensory and organoleptic characteristic, zinc and
iron content of fortified chips from cassava flour. Journal of food science and engineering 2013; 3: 47-
54.

Kemenkes RI. (2018b). Tabel Komposisi Pangan Indonesia 2017. Kementerian Kesehatan RI.

Kirana, D. (2011). Hubungan Asupan Zat Gizi dan Pola Menstruasi dengan Kejadian Anemia pada
Remaja Putri di SMA N 2 Semarang.

Anda mungkin juga menyukai