Essay Best Practice Pengalaman Asistensi Mengajar - Muhammad Rudy Alamsyah
Essay Best Practice Pengalaman Asistensi Mengajar - Muhammad Rudy Alamsyah
Melalui tulisan ini saya ingin membagikan pengalaman saya saat menjalankan
program Asistensi Mengajar (AM) di SMA Brawijaya Smart School selama kurang
lebih 4 bulan. Mengawali kegiatan Asistensi Mengajar (AM) pada tanggal 14 maret
2022 bertugas sebagai guru di era new normal seperti ini harus siap mental dan fisik,
selain itu mengajar di era new normal guru dituntut berinovasi dalam kegiatan belajar
mengajar sehingga tujuan pembelajaran dalam tercapai. Sepanjang 4 bulan melsayakan
aktivitas AM di SMA Brawijaya Smart School banyak pengalaman yang saya jumpai
mulai dari beragamnya kepribadian siswa, bagaimana cara membuat perangkat
pembelajaran yang baik dan benar, bagaimana menyampaikan sesuatu konsep kepada
siswa supaya gampang dimengerti, di SMA Brawijaya Smart School saya juga belajar
membuat media pembelajaran yang menarik dan interaktif serta banyak perihal lagi.
Ternyata menjadi guru bukanlah hal yang mudah, jujur ketika memulai kegiatan
AM saya banyak dikejutkan dengan berbagai hal salah satunya adalah kegiatan
administrasi. Keterkejutan saya yang pertama adalah dari segi administrasi. Sebenarnya
istilah RPP, modul, pedoman penilaian bukanlah hal yang asing bagi guru. Namun saya
tidak menyangka jika ketika sudah menjadi guru dan ketika sudah bekerja secara
profesional semua pengerjaan tersebut dituntut untuk sempurna.
RPP, perangkat pembelajaran yang satu ini pada hakikatnya disusun bertujuan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Seperti istilah yang mengatakan praktik tidak
semudah teori, menyusun RPP pun demikian. Menyusun RPP tidak semudah teori yang
diajarkan di kampus, ketika sudah terjun menjadi guru profesional dalam menyusun
RPP ternyata harus memperhatikan peserta didik kita. RPP benar-benar disusun dengan
memperhatikan perbedaan kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi
belajar, bakat, potensi,
gaya belajar, kecepatan
belajar, latar belakang
budaya, norma, dan
lingkungan peserta didik.
Tidak hanya itu pada era
saat ini penyusunan RPP
dituntut harus kekinian
dan juga disusun setiap
pertemuan yaitu 2x45
menit.
Hal tersebut benar-benar membuat saya terkejut karena setiap peserta didik
mempunyai kepribadian berbeda-beda otomatis mulai dari kecerdasan, minat, gaya
belajar, potensi, dll setiap peserta didik berbeda. Saya dituntut harus memahami itu, dan
hal itu membuat saya terkejut karena merupakan hal yang baru bagi saya, namun di lain
sisi itu juga merupakan sebuah tantangan bagi saya untuk menjadi guru yang
profesional.
Keterkejutan saya yang selanjutnya adalah mengajar di kelas. Ketika sudah di
dalam kelas secara professional guru dituntut harus bisa menguasai kelas. Namun itu
tidak semudah yang dibayangkan, di dalam kelas terkadang terjadi hal yang tak terduga
dan tidak diinginkan.
Ketika saya mengajar di depan kelas saya harus membagi perhatian maupun
penjelasan kepada peserta didik. Saya diamanahi untuk mengajar di kelas XI IPA 1 yang
berjumlah 34 siswa. Setiap peserta didik memiliki beda kepribadian otomatis beda
karakter, beda kecerdasan, dan masih banyak perbedaan lainnya. Contohnya ketika saya
menjelaskan materi dalam PPT dan sudah mencapai slide ke 5 sebagian peserta didik
ada yang ketinggalan dan baru di slide 3 itu terjadi karena dia bermain dengan temannya
atau tidak memperhatikan kejadian tersebut akan membuat kelas menjadi tidak kondusif
saya harus kembali lagi menjelaskan slide 3 dan 4, namun sebagian lagi siswa sudah
siap ke penjelasan selanjutnya sambil menunggu temannya siswa yang sudah siap tadi
terkadang berbicara ataupun bermain sendiri dengan temannya. Jika kejadian seperti itu
guru harus menjaga kelas agar tetap kondusif. Apalagi dengan jumlah siswa sebanyak
34 itu bukan termasuk jumlah yang sedikit. Nah hal-hal seperti itu membuat saya
terkejut ternyata menjadi guru itu harus ekstra sabar, harus pandai-pandai mengelola
kelas agar tetap kondusif, dan juga harus tetap professional.
Sebenarnya tingkah laku peserta didik juga sangat menggemaskan, senang
bercanda, penuh tawa, jadi dalam belajar pun tidak tegang dan jadi santai. Tapi sebagai
teman belajar sekaligus sebagai pendamping mereka, saya juga harus berusaha untuk
mengendalikan mereka supaya tidak berlebihan. Dengan bantuan guru pamong saya
yaitu Miss Zaimah ketika saya merasa kesulitan beliau akan memberikan masukkan dan
bantuan yang itu sangat berguna bagi saya.
Walaupun banyak tantangan dan hambatan selama kegiatan AM saya sangat senang
dan bersyukur memiliki kesempatan mendapatkan pengalaman dan pelajaran itu melalui
proses yang panjang. Apa yang saya lakukan itu menjadikan saya lebih kritis dalam
berpikir, bisa bekerja secara tim, dan bisa bekerja di bawah tekanan.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada sekolah yang sudah membantu
baik secara emosional maupun materiil dalam pelaksanaan AM ini, terima kasih juga
saya ucapkan sebesar-besarnya kepada Prof Imam Mukhlis dan Miss Zaimah selaku
dosen pembimbing dan guru pamong saya yang telah membimbing serta banyak
memberikan bantuan dan masukkan kepada saya. Tidak lupa juga saya ucapkan terima
kasih kepada teman-teman dan kepada semua pihak yang telah membantu saya
menyelesaikan program Asistensi Mengajar (AM) ini.