Anda di halaman 1dari 4

ESSAY BEST PRACTICE PENGALAMAN ASISTENSI MENGAJAR (AM)

DI SMA BRAWIJAYA SMART SCHOOL


“Orang hebat bisa melahirkan beberapa karya bermutu, tetapi guru yang bermutu
dapat melahirkan ribuan orang hebat”
Oleh: Muhammad Rudy Alamsyah_Pendidikan Ekonomi_190431626429

Pembelajaran pada hakekatnya merupakan usaha membudayakan manusia


ataupun memanusiakan manusia, pembelajaran amat strategis buat mencerdaskan
kehidupan bangsa serta dibutuhkan guna tingkatkan kualitas bangsa secara merata.
Pembelajaran merupakan usaha sadar serta terencana guna mewujudkan atmosfer
belajar serta proses pendidikan supaya partisipan didik secara aktif meningkatkan
kemampuan dirinya buat mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
karakter, kecerdasan, akhlak mulia, dan keahlian yang dibutuhkan dirinya, warga,
bangsa serta negeri. Di samping itu pula, guru ialah ujung tombak pendidikan karena
secara langsung berupaya pengaruhi, membina serta meningkatkan partisipan didik.
Selaku ujung tombak, guru wajib mempunyai keahlian kemampuan dasar yang
diperlukan sebagai pendidik, pembimbing, pengajar serta keahlian tersebut tercermin
pada kompetensi guru. Bermutu tidaknya proses pembelajaran sangat bergantung pada
kreativitas serta inovasi yang dipunyai guru. Pada akhirnya, guru harus memiliki
kemampuan penguasaan mata pelajaran, penguasaan profesional pendidikan,
kemampuan beradaptasi dan pemerolehan kepribadian untuk menjalankan tugasnya.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, guru perlu memiliki kemampuan dan
strategi khusus dalam menghadapi siswa, lingkungan sekolah, dan rekan kerja dengan
kepribadian dan latar belakang pendidikan serta pengalaman yang berbeda-beda.
Melalui tulisan ini saya ingin membagikan pengalaman saya saat menjalankan
program Asistensi Mengajar (AM) di SMA Brawijaya Smart School selama kurang
lebih 4 bulan. Mengawali kegiatan Asistensi Mengajar (AM) pada tanggal 14 maret
2022 bertugas sebagai guru di era new normal seperti ini harus siap mental dan fisik,
selain itu mengajar di era new normal guru dituntut berinovasi dalam kegiatan belajar
mengajar sehingga tujuan pembelajaran dalam tercapai. Sepanjang 4 bulan
melsayakan aktivitas AM di SMA Brawijaya Smart School banyak pengalaman yang
saya jumpai mulai dari beragamnya kepribadian siswa, bagaimana cara membuat
perangkat pembelajaran yang baik dan benar, bagaimana menyampaikan sesuatu
konsep kepada siswa supaya gampang dimengerti, di SMA Brawijaya Smart School
saya juga belajar membuat media pembelajaran yang menarik dan interaktif serta
banyak perihal lagi.
Ternyata menjadi guru bukanlah hal yang mudah, jujur ketika memulai kegiatan
AM saya banyak dikejutkan dengan berbagai hal salah satunya adalah kegiatan
administrasi. Keterkejutan saya yang pertama adalah dari segi administrasi.
Sebenarnya istilah RPP, modul, pedoman penilaian bukanlah hal yang asing bagi guru.
Namun saya tidak menyangka jika ketika sudah menjadi guru dan ketika sudah bekerja
secara profesional semua pengerjaan tersebut dituntut untuk sempurna.
RPP, perangkat pembelajaran yang satu ini pada hakikatnya disusun bertujuan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Seperti istilah yang mengatakan praktik tidak
semudah teori, menyusun RPP pun demikian. Menyusun RPP tidak semudah teori
yang diajarkan di kampus, ketika sudah terjun menjadi guru profesional dalam
menyusun RPP ternyata harus memperhatikan peserta didik kita. RPP benar-benar
disusun dengan memperhatikan perbedaan kemampuan awal, tingkat intelektual,
minat, motivasi belajar,
bakat, potensi, gaya belajar,
kecepatan belajar, latar
belakang budaya, norma,
dan lingkungan peserta
didik. Tidak hanya itu pada
era saat ini penyusunan RPP
dituntut harus kekinian dan
juga disusun setiap
pertemuan yaitu 2x45 menit.
Hal tersebut benar-benar membuat saya terkejut karena setiap peserta didik
mempunyai kepribadian berbeda-beda otomatis mulai dari kecerdasan, minat, gaya
belajar, potensi, dll setiap peserta didik berbeda. Saya dituntut harus memahami itu,
dan hal itu membuat saya terkejut karena merupakan hal yang baru bagi saya, namun
di lain sisi itu juga merupakan sebuah tantangan bagi saya untuk menjadi guru yang
profesional.
Keterkejutan saya yang selanjutnya adalah mengajar di kelas. Ketika sudah di
dalam kelas secara professional guru dituntut harus bisa menguasai kelas. Namun itu
tidak semudah yang dibayangkan, di dalam kelas terkadang terjadi hal yang tak
terduga dan tidak diinginkan.
Ketika saya mengajar di depan kelas saya harus membagi perhatian maupun
penjelasan kepada peserta didik. Saya diamanahi untuk mengajar di kelas XI IPA 1
yang berjumlah 34 siswa. Setiap peserta didik memiliki beda kepribadian otomatis
beda karakter, beda kecerdasan, dan masih banyak perbedaan lainnya. Contohnya
ketika saya menjelaskan materi dalam PPT dan sudah mencapai slide ke 5 sebagian
peserta didik ada yang ketinggalan dan baru di slide 3 itu terjadi karena dia bermain
dengan temannya atau tidak memperhatikan kejadian tersebut akan membuat kelas
menjadi tidak kondusif saya harus kembali lagi menjelaskan slide 3 dan 4, namun
sebagian lagi siswa sudah siap ke penjelasan selanjutnya sambil menunggu temannya
siswa yang sudah siap tadi terkadang berbicara ataupun bermain sendiri dengan
temannya. Jika kejadian seperti itu guru harus menjaga kelas agar tetap kondusif.
Apalagi dengan jumlah siswa sebanyak 34 itu bukan termasuk jumlah yang sedikit.
Nah hal-hal seperti itu membuat saya terkejut ternyata menjadi guru itu harus ekstra
sabar, harus pandai-pandai mengelola kelas agar tetap kondusif, dan juga harus tetap
professional. Walaupun saya di sini hakikatnya belajar menjadi guru tetatpi saya tetap
berpegang pada 4 kompetensi yang wajib dimiliki guru yaitu kompetensi kepribadian,
kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Saya juga
berpegang pada 3 aspek penilaian, kognitif, psikomotorik dan afektif. Jadi tidak hanya
ditentukan oleh nilai tugas saja, juga nilai kepribadian dan keaktifan siswa di dalam
kelas. Dari masalah itu seorang guru memang harus sabar, kreatif dan inovatif agar
pembelajaran di dalam kelas menjadi sangat menyenangkan.
Sebenarnya tingkah laku peserta didik juga sangat menggemaskan, senang
bercanda, penuh tawa, jadi dalam belajar pun tidak tegang dan jadi santai. Tapi
sebagai teman belajar sekaligus sebagai pendamping mereka, saya juga harus berusaha
untuk mengendalikan mereka supaya tidak berlebihan. Dengan bantuan guru pamong
saya yaitu Miss Zaimah ketika saya merasa kesulitan beliau akan memberikan
masukkan dan bantuan yang itu sangat berguna bagi saya.
Pengalaman lainnya salah satunya adalah kegiatan non akademik yaitu membuat
karya poster dan infografis tentang literasi dan numerasi. Berikut beberapa karya yang
telah saya buat.

Walaupun banyak tantangan dan hambatan selama kegiatan AM saya sangat


senang dan bersyukur memiliki kesempatan mendapatkan pengalaman dan pelajaran
itu melalui proses yang panjang. Apa yang saya lakukan itu menjadikan saya lebih
kritis dalam berpikir, bisa bekerja secara tim, dan bisa bekerja di bawah tekanan.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada sekolah yang sudah membantu
baik secara emosional maupun materiil dalam pelaksanaan AM ini, terima kasih juga
saya ucapkan sebesar-besarnya kepada Prof Imam Mukhlis dan Miss Zaimah selaku
dosen pembimbing dan guru pamong saya yang telah membimbing serta banyak
memberikan bantuan dan masukkan kepada saya. Tidak lupa juga saya ucapkan terima
kasih kepada teman-teman dan kepada semua pihak yang telah membantu saya
menyelesaikan program Asistensi Mengajar (AM) ini.

Anda mungkin juga menyukai