Anda di halaman 1dari 15

Project Management System

Project management system (PMS) adalah sistem yang digunakan untuk mengatur dan
mengkosolidasi fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian,
komunikasi, dan pengendalian dalam penyelesaian proyek.

Secara umum PMS ini akan melibatkan beberapa hal sebagai berikut :

 Struktur kegiatan dan elemen-elemen kerja yang menunjukkan hirarki dan jenis
pekerjaan yang harus dilakukan.
 Struktur organisasi untuk menyelesaikan proyek dengan alokasi personel dan
fungsi yang lain sesuai struktur kegiatan dan elemen kerja dengan tanggung jawab
masing-masing.
 Jadwal proyek yang memberikan pedoman dalam alokasi sumber daya dan waktu
 Perkiraan biaya yang digunakan sebagai pedoman untuk pembiayaan proyek dan
pengendalian.
 Pendanaan untuk menyelesaikan semua kegiatan dalam proyek.

Projek memiliki elemen yang terkait satu dengan yang lain:

Sasaran : sasaran dari proyek bisa berupa penyelesaian proyek dengan waktu sesuai
deadline dengan biaya yanga paling minimal atau bisa juga berupa sasaran-sasaran
yang lain, seperti keberhasilan implementasi, manfaat yang besar, dan sebagainya.

Alokasi waktu : waktu di dalam proyek tidak hanya berkaitan dengan waktu deadline
tapi juga waktu untuk mempersiapkan sumberdaya penyediaan personel dan peralatan

Sumberdaya : sumberdaya yang digunakan untuk penyelesaian proyek yang terdiri dari
personel, peralatan, dan material. Dalam hal ini dipentingkan jumlah kebutuhan dari
sumberdaya dan koordinasi dari sumberdaya

Lingkungan: lingkungan yang bisa merubah waktu penyelesaian proyek karena


pengaruh dari faktor ketidakpastian seperti keterlambatan penyediaan material,
personel, pengaruh cuaca, dan sebagainya.

Penjadwalan
Setelah melakukan analisis struktur kegiatan, penjadwalan dari elemen kerja
merupakan langkah yang penting dalam perencanaan, karena hal ini merupakan
pedoman untuk menentukan alokasi dari sumberdaya, memperkirakan biaya, dan
melihat unjukkerja dari proyek.

1
Penjadwalan menunjukkan waktu pelaksanaan dari elemen-elemen kegiatan dan
menunjukkan juga perubahan yang perlu dilakukan apabila terjadi hambatan atau
kejadian yang lain.
Bagan Perencanaan dan Penjadwalan
Salah satu teknik penjadwalan yang sederhana dan banyak digunakan dalam
penjadwalan dan pengendalian proyek adalah Gantt chart.
Gantt chart (Gambar1) menunjukkan hubungan antara kemajuan elemen kerja dan
waktu yang sedang berjalan. Waktu untuk setiap kegiatan digambarkan berupa garis
lurus atau balok. Pada penggambaran menggunakan balok, kemajuan pekerjaan
dilukiskan sebagai balok yang sudah diblok dengan warna yang berbeda atau diarsir.
Setiap kemajuan pekerjaan diikuti dengan memajukan letak daerah yang diblok dalam
gambar.
Gantt chart ini juga menunjukkan bagaimana kegiatan yang satu terkait dengan
kegiatan yang lain. Kegiatan b, c, dan e, misalnya, tidak bisa dimulai sebelum kegiatan
a selesai. Demikian pula kegiatan d tidak bisa dimulai sebelum kegiatan b selesai, dan
kegiatan f tidak bisa dimulai sebelum kegiatan e selesai.
Dalam gambar ini juga bisa dilihat juga bahwa pada suatu waktu tertentu, t, ada
beberapa kegiatan yang sudah selesai secara total, seperti kegiatan a dan b, dan ada
juga kegiatan lain, seperti c dan d, yang belum selesai secara total. Pada waktu t,
kegiatan g misalnya, belum sama sekali dikerjakan. Dari gambar 1 bisa juga dilihat
bahwa pekerjaan c adalah pekerjaan yang berjalan tepat waktu. Kemajuan yang
diharapkan pada waktu t sama dengan hasil yang diperoleh. Pekerjaan d adalah
pekerjaan yang terlambat, sedangkan pekerjaan f berjalan lebih cepat dari rencana.

A t
B
C
D
E
F
G

Gambar 1 : Gantt Chart

Penjadwalan Proyek dengan PERT dan CPM

Penjadwalan dengan cara ini dilakukan dalam 3 tahapan: perencanaan, penjadwalan,


dan pengendalian.

2
Pada tahap perencanaan, proyek dibagi menjadi bagian-bagian kegiatan yang bisa
dibedakan satu dengan yang lain. Waktu perkiraan penyelesaian setiap kegiatan
kemudian ditentukan dan kaitan antara kegiatan yang satu dengan yang lain
digambarkan berupa suatu network diagram.
Pada tahap penjadwalan, langkah yang penting untuk dilakukan adalah
menentukan waktu permulaan dan akhir dari setiap kegiatan. Penjadwalan ini juga
harus mampu menunjukkan kegiatan-kegiatan yang kritis terhadap penyelesaian proyek
yang membutuhkan suatu perhatian khusus. Waktu senggang yang dimiliki oleh
kegiatan-kegiatan yang tidak kritis layak juga untuk diketahui dalam rangka pengaturan
pemanfaatan sumberdaya yang dimilki.
Tahap pengendalian berhubungan dengan pemutahiran waktu dan kemajuan
proyek untuk mengakomodasi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi.

Network Diagram
Untuk pembuatan network diagram dibutuhkan waktu penyelesaian masing-masing
kegiatan dan hubungan keterkaitan antar kegiatan. Network diagram ini dilukiskan
berupa node dan panah yang menunjukkan awal dan akhir kegiatan serta arah kegiatan
dalam proyek. Dikenal dua cara penggambaran yang dinamakan “activitiy on node”
(AON) dan “activity on arc” (AOA). Pada AON, kegiatan digambarkan pada node dan
panah digunakan untuk menunjukkan hubungan antar kegiatan. Pada AOA, kegiatan
digambarkan pada panah dan node menunjukkan permulaan dan akhir dari kegiatan.
Dalam tulisan ini digunakan cara AOA. Beberapa hubungan network bisa ditunjukkan
berikut ini:

b 3
a
1 2
a c
1 2

Gambar menunjukkan bahwa kegiatan a Gambar menunjukkan bahwa


dimulai pada node 1 dan berakhir pada kegiatan b dan c tidak bisa
node 2. dikerjakan sebelum kegiatan a
a selesai.
b
1 2 3

c d
4 5 6

Gambar menunjukkan bahwa kegiatan b didahului oleh kegiatan a dan c, dan kegiatan
d didahului oleh kegiatan c. Penggambaran dengan panah putus-putus pada kegiatan
yang dinamakan “dummy” digunakan (apabila diperlukan) hanya untuk menentukan
3
kaitan yang benar antarkegiatan. Kegiatan “dummy” ini tidak membutuhkan waktu dan
tidak menggunakan sumberdaya.

Contoh Penggambaran Network Diagram


Direncanakan suatu proyek dengan kegiatan, waktu (minggu), dan keterkaitan sebagai
berikut :

Tabel 1 : Daftar kegiatan, waktu, dan keterkaitan antar kegiatan


Kegiatan Waktu Didahului Kegiatan Waktu Didahului
a 2 -- f 3 b,c
b 3 a g 6 c
c 4 a h 2 d
d 2 a i 3 d
e 4 b,c j 6 f,g,h

Hubungan keterkaitan antar kegiatan seperti yang dituliskan pada tabel 1, digambarkan
dalam suatu network seperti terlihat pada gambar 2.

9
6

3
e4
0 2 b3
6 f3 12
0 2
6 12 18
18
1 a2 2 c4 4 g6 6 j6 7

d2 h2
i3

5
10
4

Gambar 2 : Network Diagram

Pada gambar juga dicantumkan angka-angka yang berhubungan dengan waktu start
paling awal dan penyelesaian paling akhir dari suatu kegiatan.

Menentukan Waktu Penyelesaian Proyek dan Lintasan Kritis

4
Penentuan waktu penyelesaian dan lintasan kritis pada suatu network bisa dilakukan
dengan menentukan waktu start paling awal, ESi, dan waktu penyelesaian paling akhir,
LCj, dari kegiatan ij dengan waktu dij. Dalam network, seperti yang terlihat pada gambar
2, waktu-waktu ini dituliskan untuk setiap kegiatan dalam format sebagai berikut:

LCi LCj
ESi i j ESj
dij

Penentuan waktu start paling awal dan waktu penyelesaian paling akhir untuk setiap
kegiatan diperoleh dengan menggunakan aturan atau langkah yang dikenal dengan
nama gerakan maju dan gerakan mundur. Pada gerakan maju akan dicari waktu start
paling awal dari suatu kegiatan, dan pada gerakan mundur akan dicari waktu paling
akhir penyelesaian suatu kegiatan.

Pada gerakan maju formula yang digunakan untuk menentukan waktu paling awal
suatu kegiatan adalah
ES j = max { ESi + dij }

Pada gerakan mundur formula yang digunakan untuk menentukan waktu paling akhir
suatu kegiatan adalah
LC i = min { LCj - dij }

Aplikasi dari formula untuk gerakan maju dan gerakan mundur ini menghasilkan nilai
dari waktu start paling awal, ESi, dan waktu penyelesaian paling akhir,LCj, untuk setiap
kegiatan seperti terlihat pada gambar 2.

Menentukan Lintasan Kritis


Lintasan kritis di dalam network merupakan lintasan yang tidak terputus dari kegiatan
awal hingga akhir proyek. Keterlambatan start atau penyelesaian dari kegiatan-kegiatan
pada lintasan ini akan memperlambat waktu penyelesaian proyek, karena kegiatan-
kegiatan yang berada pada lintasan kritis ini tidak mempunyai waktu senggang. Secara
umum, tidak semua kegiatan di dalam suatu proyek adalah kegiatan kritis. Suatu
kegiatan ij di dalam proyek dikatakan kritis apabila:

ESi = LCi
ESj = LCj
ESj - ESi = LCj - LCi = dij

5
Dengan melihat network pada gambar 2 dan mengaplikasikan ketentuan tentang
kekritisan suatu kegiatan, bisa ditentukan bahwa lintasan a, c, g, dan j, adalah lintasan
kritis dalam network.
Penggambaran Time Chart
Dengan mengambil data yang sudah diperoleh pada pengambaran network seperti
pada gambar 2, maka bisa digambarkan suatu Time Chart yang menunjukkan
hubungan antara waktu dan kegiatan. Time Chart untuk network pada gambar 2
ditunjukkan pada Gambar 3.
Dalam gambar 3 bisa dilihat bahwa kegiatan a, c, g, dan j, adalah kegiatan kritis
karena waktu yang dialokasikan untuk kegiatan-kegiatan ini sama dengan waktu durasi
dari kegiatan masing-masing. Kegiatan lain seperti b, d, e, dan sebagainya adalah
kegiatan-kegiatan non-kritis, karena waktu yang dialokasikan untuk kegiatan-kegiatan
ini lebih besar dari durasi masing-masing kegiatan, sehingga kegiatan-kegiatan ini
memiliki waktu senggang atau float. Kegiatan b misalnya, yang membutuhkan waktu
hanya 2 minggu untuk penyelesaiannya, bisa diawali pada hari ke 2 dan diakhiri pada
hari ke 9. Kegiatan ini, dengan demikian, memiliki float sebesar 5 minggu, yaitu 7
minggu yang dialokasikan dengan kebutuhan waktu sebesar 2 minggu. Float untuk
kegiatan-kegiatan non-kritis yang lain bisa juga ditentukan dari gambar 3.

j6
g3
c4
a2
b3
d2
e4
f3
0 2 4 6 8 h210 12 14 16 18
i3
Gambar 3 : Time Chart

Resource Levelling
Salah satu hal yang penting dalam manajemen proyek adalah pengaturan dari level
resource atau sumberdaya yang digunakan. Tujuan dari pengaturan ini adalah
mengupayakan agar fluktuasi dari penggunaan sumberdaya sebagai fungsi waktu tidak
menimbulkan kesulitan baik dari aspek dana maupun dari aspek operasional.
Pengaturan level resource ini pada titik ekstrimnya adalah penggunaan sumberdaya
yang merata dari waktu ke waktu.
6
Contoh : kebutuhan sumberdaya manusia untuk proyek seperti digambarkan pada
gambar 2 ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2: Kebutuhan tenaga kerja masing-masing kegiatan

Kegiatan a b c d e f g h i J
Kebutuhan tenaga kerja 3 2 5 4 2 3 4 2 2 4

Apabila semua kegiatan non-kritis dijadwalkan untuk dikerjakan sedini mungkin,


maka kebutuhan tenaga kerja untuk proyek ini sebagi fungsi waktu ditunjukkan pada
gambar 4. Bisa dilihat pada gambar ini bahwa kebutuhan tenaga kerja berfluktuasi dari
waktu ke waktu dengan suatu perbedaan yang berarti. Kebutuhan tenaga kerja berkisar
dari minimal 3 orang pada hari ke 1 dan ke 2 sampai menjadi 11 orang pada hari ke 3,
4, 5, dan sebagainya.
Percobaan untuk menyeimbangkan kebutuhan tenaga kerja dengan cara mengatur
penjadwalan pada lintasan non-kritis, secara coba-coba, salah satunya menghasilkan
pengaturan seperti terlihat pada gambar 5. Fluktuasi yang besar masih bisa dilihat
pada gambar ini.

14
Kebutuhan tenaga kerja

12

10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Gambar 4 : kebutuhan tenaga kerja sebagai fungsi waktu

14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

7
Gambar 5 : kebutuhan tenaga kerja sebagai fungsi waktu

Optimasi menggunakan program matematis dengan kriteria tertentu bisa menghasilkan


keseimbangan penggunaan tenaga kerja seperti tampak pada gambar 6.

12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Gambar 6 : kebutuhan tenaga kerja sebagai


fungsi waktu hasil optimasi

Project evaluation and Review technique (PERT)


Waktu untuk sebuah kegiatan seringkali tidak bisa ditentukan dengan pasti. Dengan
menganggap waktu untuk sebuah kegiatan bervariasi mengikuti distribusi tertentu,
maka bisa diprediksikan 3 perkiraan waktu yang terkait dengan sebuah kegiatan. Tiga
perkiraan waktu ini disimbolkan dengan a, b, dan m yang masing-masing adalah:

a = perkiraan waktu optimis


b = perkiraan waktu pesimis
m = perkiraan waktu lazim

Waktu rata-rata dan variance sebuah kegiatan kemudian bisa dihitung dengan
menggunakan rumus:

Waktu rata-rata:
a+ 4 m+b
t= Variance:
6

( )
2
b−a
v=
6

8
Waktu rata-rata yang diperoleh selanjutnya bisa digunakan sebagai data untuk mencari
waktu tercepat penyelesaian proyek, menentukan lintasan kritis, dan lain sebagainya.
Variance yang diperoleh bisa dimanfaatkan untuk menentukan kemungkinan
penyelesaian proyek berbeda dari harga rata-rata yang diperoleh.

Contoh: Diketahui sebuah proyek dengan kegiatan, waktu, dan keterkaitan ditunjukkan
pada tabel.

a. Tentukan lintasan kritis dan waktu tercepat penyelesaian proyek.


b. Berapa kemungkinan proyek bisa diselesaikan dalam waktu kurang dari 40 hari?

Waktu (hari)
Kegiata
Didahului Optimis Lazim Pesimis
n
(a) (m) (b)
A — 3 4 11
B — 4 6 8
C A, B 2 5 8
D C 8 10 12
E C 4 6 8
F C 2 4 6
G D, E, F 4 6 14
H G 6 8 10

11
D 11
10

1 A 6
0 5 6

C E G H S
51 6 7 8
15
11
21 28 36
21 28 36
0 B
0 6

17 F
11 4

Gambar 7. Diagram keterkaitan antarkegiatan

9
Waktu rata-rata dan variance diperoleh sebagai berikut:

Rata-rata Variance Rata-rata Variance


Kegiata
( ) ( )
2 2
a+ 4 m+b b−a Kegiatan a+ 4 m+b b−a
n t= v= t= v=
6 6 6 6
A 5 1,778 E 6 0,444
B 6 0,444 F 4 0,444
C 5 1,000 G 7 2,778
D 10 0,444 H 8 0,444

Dari diagram, lintasan kritis adalah B-C-D-G-H dengan waktu 36 hari. S menunjukkan
proyek selesai.

Berapa kemungkinan proyek bisa diselesaikan dalam waktu kurang dari 40 hari?

Dengan asumsi harga rata-rata pada lintasan kritis berdistribusi normal, maka
kemungkinan proyek bisa diselesaikan dalam waktu kurang dari 40 hari dihitung
dengan cara berikut:
x−μ
z=
σ

μ : adalah harga rata-rata pada lintasan kritis = 36 hari

B-C-D-G-H adalah lintasan kritis dengan variance:

Variance lintasan kritis V(L) = V(B) + V(C) + V(D) + V(G) + V(H)

V(L) = 0,444 + 1,000 + 0,444 + 2,778 + 0,444 = 5,11


σ ( L ) = √5,11 = 2,26
Dengan demikian:

40−36
z= =1 , 77
2 , 26

10
Dari tabel distribusi normal P (z ≤ 1,77) = 0,962. Kemungkinan proyek bisa diselesaikan
dalam waktu kurang dari 40 hari = 96,2%.

Pemodelan matematis manajemen proyek:

Tujuan dari pemodelan adalah untuk menentukan waktu tercepat penyelesaian proyek.

Dengan mengambil contoh soal yang sudah dibahas sebelumnya bisa dibuat model
sebagai berikut:

Xi : waktu start kegiatan i

Fungsi objektif;

Minimalkan Xs

Kendala keterkaitan antarkegiatan:

Xc ≥ Xa + 5 Xg ≥ Xe + 6
Xc ≥ Xb + 6 Xg ≥ Xf + 4
Xd ≥ Xc + 5 Xh ≥ Xg + 7
Xe ≥ Xc + 5 Xs ≥ Xh + 8
Xf ≥ Xc + 5 Xi ≥ 0
Xg ≥ Xd + 10

Pembiayaan Proyek Sebagai fungsi Waktu

Penjadwalan proyek terkait erat dengan pembiayaan proyek. Apabila diinginkan


penyelesaian proyek yang lebih cepat dari penyelesaian yang dianggap normal, maka
akan dibutuhkan biaya tambahan untuk mempercepat beberapa kegiatan tertentu.
Sehubungan dengan ini dikenal adanya waktu normal dan waktu “crash”, serta
biaya normal dan biaya crash untuk masign-masing kegiatan. Secara sederhana
hubungan antara biaya dan waktu untuk kondisi normal dan crash ditunjukkan pada
gambar 8.
Bisa dilihat pada gambar bahwa semakin cepat waktu penyelesaian suatu kegiatan,
maka biaya yang dibutuhkan juga semakin besar.
Dalam suatu proyek, percepatan penyelesaian hanya bisa dilakukan apabila
percepatan atau pengurangan waktu dilakukan pada kegiatan-kegiatan yang kritis.
Percepatan yang dilakukan pada kegiatan-kegiatan non-kritis tidak akan mempercepat
waktu penyelesaian proyek.

11
Biaya
Crash
Cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengurangi waktu kegiatan pada lintasan
kritis yang memiliki biaya yang paling murah. Perlu diperhatikan bahwa pengurangan
waktu sebuah kegiatan pada lintasan kritis harus dilakukan secara hati-hati, karena bisa
berakibat berubahnya lintasan kritis yang mengharuskan penentuan kembali kegiatan-
kegiatan yang akan dikurangi waktunya.

Contoh: suatu proyek dengan kegiatan, keterkaitan antarkegiatan, waktu normal dan
crash, dan biaya crash per hari ditunjukkan pada tabel.

Waktu (hari)
Kegiatan Didahului
Normal Crash Biaya/hari

A — 5 3 1
B — 6 4 3
C A, B 5 3 6
D C 10 6 5
E C 6 4 6
F C 4 3 4
G D, E, F 7 4 6
H G 8 6 8

Tentukan berapa biaya mempercepat penyelesaian proyek yang tadinya 36 hari


menjadi 30 hari.

Penyelesaian sebelumnya (Gambar 7) untuk soal yang sama menunjukkan bahwa


waktu penyelesaian proyek tercepat = 36 hari dengan lintasan kritis B-C-D-G-H.
Dengan demikian pengurangan waktu akan dipusatkan pada kegiatan-kegiatan pada
lintasan kritis ini. Dari kegiatan-kegiatan ini akan dipilih secara berurutan kegiatan mana
yang waktunya bisa dikurangi dengan biaya paling murah.
Dari tabel bisa dilihat bahwa kegiatan B adalah kegiatan dengan biaya crash paling
murah, yaitu 3 rupiah, sehingga dipilih sebagai kegiatan pertama yang akan dikurangi

12
waktunya. Waktu kegiatan B bisa dikurangi dengan 2 hari. Walaupun hal ini bisa
dilakukan, namun harus diperhatikan konsekuensi mengurangi waktu kegiatan B
dengan 2 hari ini. Apakah pengurangan 2 hari ini tidak akan mengubah lintasan kritis?
Karena kalau memang demikian kejadiannya, maka pengurangan waktu tidak akan
menghasilkan percepatan penyelesaian proyek.
Dari diagram (Gambar 9) tampak bahwa kalau kegiatan B dikurangi menjadi 4 hari,
maka kegiatan A, dengan waktu 5 hari, yang tadinya tidak kritis sekarang menjadi kritis,
sehingga tidak ada manfaat mengurangi kegiatan B menjadi 4 hari karena tidak akan
mengubah waktu penyelesaian proyek. Dengan demikian untuk sementara waktu
kegiatan B hanya bisa dikurangi dengan 1 hari saja. Sekarang kegiatan A dan kegiatan
B menjadi kegiatan kritis. Waktu kegiatan B bisa dikurangi dengan 1 hari lagi dengan
syarat waktu kegiatan A juga dikurangi 1 hari. Mengurangi 1 hari waktu kegiatan B dan
1 hari waktu kegiatan A akan menimbulkan biaya sebesar 1 + 3 = 4 rupiah yang lebih
murah dari pengurangan 1 hari waktu kegiatan lain yang ada pada lintasan kritis,
seperti kegiatan D, misalnya. Dengan demikian pilihan kita jatuh pada pengurangan 1
hari kegiatan A dan 1 hari kegiatan B. Waktu kegiatan A dan B masing-masing menjadi
4 dan 4 hari. Kegiatan A sekarang merupakan kegiatan kritis.

9
D 9
6

0 A 4
0 4 4

C E G H S
51 6 7 8
9
9
15 22 30
15 22 30
0 B
0 4

11 F
9 4

Gambar 9. Diagram keterkaitan antarkegiatan


Langkah selanjutnya adalah mengulang kembali pengurangan waktu pada lintasan
kritis dengan biaya paling murah. Dari tabel terlihat bahwa kegiatan D merupakan
pilihan dan bisa dikurangi 4 hari. Tampak pada Gambar 9 apabila kegiatan D dikurangi
menjadi 6 hari, maka sekarang kegiatan E ikut menjadi kegiatan kritis.
Kalau manajemen menginginkan proyek diselesaikan dalam waktu 30 hari, maka
penyelesaian sudah diperoleh dengan menentukan waktu kegiatan A, B, dan D masing-
masing selama 4, 4, dan 6 hari. Tambahan biaya yang akan terjadi adalah:

(5 - 4) x 1 + (6 – 4) x 3 + (10 – 6) x 5 = 27 rupiah

13
Bisa dillihat bahwa penyelesaian soal dengan cara seperti ini bisa menimbulkan
kesulitan terutama apabila jumlah kegiatan dalam proyek menjadi besar dan lebih rumit.

Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya perubahan lintasan kritis pada


langkah crashing, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengurangi
waktu kegiatan pada lintasan kritis dengan biaya yang paling murah dengan satu
satuan waktu, kemudian mengecek kembali apakah lintasan kritis berubah atau tidak.
Setelah salah satu kegiatan di dalam lintasan kritis mencapai waktu crash, maka
pengurangan waktu dilakukan pada kegiatan pada lintasan kritis dengan biaya kedua
paling murah, dan demikian selanjutnya sehingga semua kegiatan pada lintasan kritis,
apabila diinginkan, sudah mencapai waktu crash. Pada saat ini, penjadwalan akan
menghasilkan waktu tercepat penyelesaian proyek.
Optimasi menggunakan metode linier programming seperti yang dituliskan berikut
ini bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah secara lebih efisien dengan membuat
suatu model matematis dan mencari penyelesaian menggunakan komputer.

Pemodelan matematis masalah crashing:

Tujuan pemodelan adalah meminimalkan biaya crashing untuk mencapai waktu


peyelesaian yang ditargetkan.

Dengan mengambil contoh yang diberikan sebelumnya:

Xi : waktu start kegiatan i


Yi : lama pengurangan waktu kegiatan i

Fungsi objektif;

Minimalkan C = Ya + 3Yb + 6Yc + 5Yd + 6Ye + 4Yf + 6Yg + 8Yh

Kendala keterkaitan antarkegiatan:

Xc ≥ Xa + (5 - Ya) Xg ≥ X d +
Xc ≥ Xb + (6 - Yb) (10 - Yd)
Xd ≥ Xc + (5 - Yc) Xg ≥ X e +
Xe ≥ Xc + (5 – Yc) (6 – Ye)
Xf ≥ Xc + (5 – Yc) Xg ≥ X f +
(4 - Yf)
Kendala batas waktu pengurangan kegiatan:

Ya ≤ 2 Ye ≤ 2
Yb ≤ 2 Yf ≤ 1
Yc ≤ 2 Yg ≤ 3
Yd ≤ 4 Yh ≤ 2

Kendala waktu penyelesaian proyek yang ditargetkan:

14
Xs = 30;

15

Anda mungkin juga menyukai