Anda di halaman 1dari 50

Dasar-Dasar K3 &

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970

OLEH :
EKA LASMITA SARI NASMI, S.AP
Pengawas Ketenagakerjaan
Lambang K3
Arti (Makna) Tanda Palang
Bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerj
a (PAK).

Arti (Makna) Roda Gigi


Bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani.

Arti (Makna) Warna Putih


Bersih dan suci.

Bentuk
Bentuk lambang
lambang berupa
berupa
Arti (Makna) Warna Hijau Selamat, seha
palang
palang berwarna hijau
berwarna hijau t dan sejahtera.
dengan
dengan roda
roda bergerigi
bergerigi sebelas
sebelas
dengan
dengan warna
warna dasar
dasar putih
Arti (Makna) 11 (sebelas) Gerigi Rod
putih

a
Sebelas Bab Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
Pengertian K3
Filosofi (Mangkunegara)
Suatu pemikiran dan upaya untuk menjami
n keutuhan dan kesempurnaan jasmani ma
upun rohani tenaga kerja khususnya dan m
anusia pada umumnya serta hasil karya dan
budaya untuk menuju masyarakat adil dan
makmur.

Keilmuan
Semua ilmu dan penerapannya untuk menc
egah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit
akibat kerja (PAK), kebakaran, peledakan d
an pencemaran lingkungan.
Dasar Hukum Penerapan K3 Di Tempat Kerja

• UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan


Kerja
• Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
• Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.
• Adanya bahaya kerja di tempat itu.

• PP Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Sistem Man


ajemen K3
• Setiap perusahaan yang memperkerjakan 100 tenaga k
erja atau lebih dan Perusahaan yang mempekerjakan TK
kurang dari 100 orang, mengandung potensi bahaya yang
ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan prod
uksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja sepe
rti peledakan, kebakaran, pencemaran lingkungan dan
penyakit akibat kerja (PAK).
Tujuan K3

1. Melindungi dan menjamin k


eselamatan setiap tenaga k
erja dan orang lain di temp
at kerja.

2. Menjamin setiap sumber pr


oduksi dapat digunakan sec
ara aman dan efisien.
Berdasarkan
Berdasarkan Undang-Undang
Undang-Undang NoNo 1
1
Tahun
Tahun 1970
1970 tentang
tentang Keselamatan
Keselamatan Kerja
Kerja 3. Meningkatkan kesejahteraa
n dan produktivitas Nasion
al.
Insiden K3
Pengertian
Kejadian yang berkaitan dengan pekerjaan dima
na cedera, penyakit akibat kerja (PAK) ataupun k
efatalan (kematian) dapat terjadi (termasuk insid
en ialah keadaan darurat).

Kecelakaan
Kecelakaan Kerja
Kecelakaan Kerja
Kerja
Insiden yang menyebabkan cedera, penyakit akib
at kerja (PAK) ataupun kefatalan (kematian).

Nearmiss (hampir celaka)


Insiden yang tidak menyebabkan cedera, penyaki
t akibat kerja (PAK) ataupun kefatalan
(kematian).

Nearmiss
Nearmiss (hampir
(hampir
celaka)
celaka)
Piramida Kecelakaan Kerja

Setiap Kecelakaan
Terjadi 1 Fatal/Kematian

Kecelakaan Ringan
Di dalamnya
terdapat
10 Sebelumnya
Insiden yang
Yang di
dalamnya 30 menimbulkan kerusakan
alat/bahan sebelumnya
terdapat
Yang di Nearmiss (hampir
dalamnya 600 celaka) Sebelumnya
terdapat
Penyebab Kecelakaan Kerja

Penyebab
Penyebab Penyebab Kecelakaan
Tidak Kerugian
Dasar Langsung Kerja
Langsung

1. Kurangnya 1. Faktor 1. Tindakan 1. Kontak 1. Manusia (Cedera,


Prosedur/Atura Pekerjaan. Tidak Aman. Dengan Keracunan, Cacat,
n. 2. Faktor Pribadi. 2. Kondisi Tidak Bahaya. Kematian, PAK).
2. Kurangnya Aman. 2. Kegagalan 2. Mesin/Alat
Sarana. Fungsi. (Kerusakan
3. Kurangnya Mesin/Alat).
Kesadaran. 3. Material/Bahan
4. Kurangnya (Tercemar, Rusak,
Kepatuhan. Produk Gagal).
4. Lingkungan
(Tercemar, Rusak,
Bencana Alam).

Teori
Teori Efek
Efek Domino
Domino –– H.W.
H.W. Heinrich
Heinrich
Bahaya K3
Pengertian Faktor
Semua sumber, situasi ataupun akt 1.Biologi (Bakteri, Virus, Jamur, Tanaman,
ivitas yang berpotensi menimbulka Binatang).
n cedera dan atau penyakit akibat 2.Kimia
kerja (PAK). (Bahan/Material/Cairan/Gas/Uap/Debu
Beracun, Reaktif, Radioaktif, Mudah
Meledak/Terbakar, Iritan, Korosif).
3.Fisik/Mekanik (Ketinggian, Konstruksi,
Mesin/Alat/Kendaraan/Alat Berat, Ruang
Terbatas, Tekanan, Kebisingan, Suhu, Cahaya,
Listrik, Getaran, Radiasi).
4.Biomekanik (Gerakan Berulang,
Postur/Posisi Kerja, Pengangkutan Manual,
Sumber Desain Tempat Keja/Alat/Mesin).
•Manusia. 5.Psikologi/Sosial (Stress, Kekerasan,
•Mesin. Pelecehan, Pengucilan, Lingkungan, Emosi
•Material. Negatif).
•Metode.
•Lingkungan.
Pengendalian Resiko K3
Hirarki Pengendalian Resiko/Bahaya

Eliminasi Eliminasi Bahaya

Penggantian Tempat kerja /


Substitusi Alat/Mesin/Bahan/Tempat Pekerjaan
Kerja yang Lebih Aman Aman
(Mengurangi
Modifikasi Bahaya)

PERLINDUNGAN
Perancangan Alat/Mesin/Tempat Kerja
yang Lebih Aman

Prosedur, Aturan,
Pelatihan, Durasi Kerja,
Administrasi Tenaga Kerja
Tanda Bahaya, Rambu,
Aman
Poster, Label
(Mengurangi
Paparan)
Alat Pelindung Menyediakan APD kepada
Diri Tenaga Kerja
Budaya 5R
Pengertian
5R adalah cara/metode untuk mengatur/mengelol
a/mengorganisir tempat kerja menjadi tempat kerj
a yang lebih baik secara berkelanjutan.

Tujuan
Untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas tempat
kerja.

Manfaat
•Meningkatkan produktivitas karena pengaturan te
mpat kerja yang lebih efisien.
•Meningkatkan kenyamanan karena tempat kerja s
elalu bersih dan luas.
•Mengurangi bahaya di tempat kerja karena kualit
as tempat kerja yang bagus/baik.
•Menambah penghematan karena menghilangkan
pemborosan-pemborosan di tempat kerja.
Langkah-Langkah Penerapan 5R
Ringkas
•Memilah barang yang diperlukan & yang tidak diperlukan.
•Memilah barang yang sudah rusak dan barang yang masih dapat di
gunakan.
•Memilah barang yang harus dibuang atau tidak.
•Memilah barang yang sering digunakan atau jarang
penggunaannya.

Rapi
•Menata/mengurutkan peralatan/barang berdasarkan alur proses k
erja.
•Menata/mengurutkan peralatan/barang berdasarkan keseringan p
enggunaannya, keseragaman, fungsi dan batas waktu.
•Pengaturan tanda visual supaya peralatan/barang mudah ditemuk
an.

Resik
•Membersihkan tempat kerja dari semua kotoran, debu dan sampa
h.
•Menyediakan sarana dan prasarana kebersihan di tempat kerja.
•Meminimalisir sumber-sumber sampah dan kotoran.
•Memperbarui/memperbaiki tempat kerja yang sudah usang/rusak
(peremajaan).

Rawat
Mempertahankan 3 kondisi di atas dari waktu ke waktu.
Penerapan
Penerapan Budaya
Budaya 5R
5R Di
Di
Tempat Kerja
Tempat Kerja Rajin
Mendisiplinkan diri untuk melakukan 4 hal di atas.
Contoh Dokumentasi Penerapan 5R Di
Tempat Kerja
Makna Rambu Di Tempat Kerja

Tanda Tanda Bahaya Tanda Kewajiban


Larangan

Tanda Sarana
Tanda Sarana Keselamatan,
P3K dan Tanda Sarana /
Darurat Fasilitas Umum
Kebakaran Evakuasi
Darurat
Label Kemasan Bahan Beracun Dan
Berbahaya (B3)

Mudah Meledak Mudah Oksidator


Menyala/Terbaka
r

Korosif Beracun Mengganggu


Pernafasan,
Pemicu Kamker

Contoh
Contoh Label
Label Kemasan
Kemasan B3
B3

GHS
GHS (Globally
(Globally Harmonized
Harmonized System)
System) –– UN
UN (United
(United
Nations)
Nations) Pemicu Iritasi Gas Bertekanan Pencemar
Lingkungan
Label Transportasi Bahan Beracun Dan
Berbahaya (B3)

Sumber
Sumber :: DOT
DOT (Department
(Department Of
Of
Transportation) Amerika
Transportation) Amerika
Makna Label Dan Warna Perpipaan
LABEL PIPA LA Gas Bertekanan.
BEL PIPA
LABEL PIPA LA Bahan Mudah Terbakar.
BEL PIPA
LABEL PIPA LA Air Yang Dapat Diminum, Air Pen
BEL PIPA dingin, Air Umpan Boiler.
LABEL PIPA LA
Bahan Beracun & Korosif.
BEL PIPA
LABEL PIPA LA Media Pemadam Kebakaran.
BEL PIPA
LABEL PIPA LA
Bahan Mudah Menyala.
BEL PIPA
Sumber
Sumber :: ANSI
ANSI (American
(American National
National
Standards
Standards Intitute)
Intitute) Amerika
Amerika
Tanda Dan Makna Papan Informasi
Di Tempat Kerja

Petunjuk K3 Informasi Umum / Informasi Bahaya


Pengumuman

Pesan Umum Informasi Fasilitas Informasi Larangan


Radioaktif
Tanda, Makna Warna Dan Label
Di Tempat Kerja
LABEL Batas Area Kerja, Batas Jalur.

LABEL Produk Jadi, Sarana Umum.

LABEL Bahan Baku, Sarana P3K, Keselamatan, Daru


rat dan Evakuasi.
LABEL Barang Menunggu Diproses Lebih Lanjut
(WIP).
LABEL Barang Inspeksi QC.
Barang Cacat, Barang Tidak Terpakai, Ta
LABEL
nda Berhenti.
LABEL Inventaris, Identitas Laci Penyimpanan, Rak, Per
alatan, dsj.
Area Terbatas Untuk Untuk Kepentingan Ope
rasional.
Area Terbatas Untuk Untuk Kepentingan Kese
lamatan.

Zona Berbahaya.
LOTO (Lockout – Tagout)
Pengertian
Suatu prosedur untuk menjamin
mesin/alat berbahaya secara tep
at telah dimatikan dan tidak aka
n menyala kembali selama peke
rjaan berbahaya ataupun pekerj
aan perbaikan dan perawatan b
erlangsung sampai dengan peke
rjaan tersebut berakhir.

Peralatan
Prosedur Umum
LOTO •Mengidentifikasi sumber energi.
•Mengisolasi dan mematikan su
mber energi.
•Mengunci dan memberi tanda b
ahaya pada sumber energi.
•Memastikan keefektifan isolasi
Tanda LOTO Penerapan sumber energi.
LOTO
Izin Pekerjaan Bahaya/Resiko Tinggi

1. Izin kerja diperlukan untuk Pekerjaan :


pekerjaan non-rutin yang
mengandung bahaya/resiko 1. Panas (pengelasan,
tinggi di tempat kerja. gerinda, dsj).

2. Izin kerja bertujuan untuk 2. Ketinggian


memastikan bahwa semua (konstruksi/perbaikan di
kegiatan/kondisi/lokasi ketinggian di atas 2 meter).
aman untuk 3. Listrik (arus besar).
dilangsungkannya
pekerjaan berbahaya/resiko 4. Galian.
tinggi. 5. Penggunaan Alat Berat.
3. Pengurusan izin kerja 6. Perbaikan Tangki.
dilaksanakan oleh tenaga
kerja bersangkutan dengan 7. Peraikan Perpipaan.
petugas K3 Perusahaan.
8. Ruang Terbatas.
Alat Pelindung Diri (APD)

Kelengkapan
wajib yang
digunakan saat
Pelindung Kepala Pelindung Mata dan Muka Pelindung
bekerja sesuai Pendengaran
dengan bahaya
dan resiko kerja
untuk menjaga
keselamatan
Pelindung Pernafasan Pelindung Tangan Pelindung Kaki
tenaga kerja itu
sendiri maupun
orang lain di
tempat kerja.
Rompi Nyala

Pelindung Jatuh
Pelampung

Jas Hujan
Pelindung Tubuh
Sabuk
Rambu-rambu K3
Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Pengertian
Gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani ya
ng ditimbulkan dan atau diperparah karena aktivitas
kerja atau kondisi yang berhubungan dengan pekerja
an.
Contoh
Anthrax, Silicosis, Asbestosis, Low Back Pain, White Fi
nger Syndrom, dsb.

Faktor Penyebab
Biologi (Bakteri, Virus Jamur, Binatang, Tanaman) ; Kimia
(Bahan Beracun dan Berbahaya/Radioaktif) ; Fisik (Tekanan,
Suhu, Kebisingan, Cahaya) ; Biomekanik (Postur, Gerakan
Berulang, Pengangkutan Manual) ; Psikologi (Stress, dsb).
Pencegahan
•Pemeriksaan Kesehatan Berkala.
•Pemeriksaan Kesehatan Khusus.
•Pelayanan Kesehatan.
•Penyedian Sarana dan Prasarana.
Pasal 1
(1) "tempat kerja" ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana
terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.
(2) "pengurus" ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung
sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri;
(3) "pengusaha" ialah :
a. orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik
sendiri dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
b. orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
sesuatu usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu
mempergunakan tempat kerja;
c. orang atau badan hukum, yang di Indonesia mewakili orang atau
badan hukum termaksud pada (a) dan (b), jikalau yang diwakili
berkedudukan di luar Indonesia.
(4)"direktur" ialah pejabat yang ditunjuk oleh
Menteri Tenaga Kerja untuk melaksanakan
Undang-undang ini;
(5)"pegawai pengawas" ialah pegawai teknis
berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga
Kerja;
(6) "ahli keselamatan kerja" ialah tenaga teknis
berkeahlian khusus dari luar Departemen
Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga
Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang-
undang ini.
Pasal 2 Ruang Lingkup
(1) Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja
dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di
permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di
dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
(2) Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam
tempat kerja di mana :
a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat,
perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan;
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut
atau disimpan bahan atau barang yang : dapat meledak, mudah
terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu
tinggi;
c.dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan
atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya,
termasuk bangunan pengairan, saluran atau terowongan di
bawah tanah dan sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan
persiapan;

d.dilakukan usaha : pertanian, perkebunan, pembukaan hutan,


pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya,
peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan;

e.dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak,


logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau
mineral lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun
di dasar perairan

f.dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik


di daratan, melalui terowongan, di permukaan air, dalam air
maupun di udara;
g. dikerjakan bongkar-muat barang muatan di kapal,
perahu, dermaga, dok, stasiun atau gudang;
h. dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan
pekerjaan lain di dalam air;
i. dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas
permukaan tanah atau perairan;
j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau
suhu yang tinggi atau rendah
k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya
tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan
benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau
terpelanting;
l. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau
lobang;
m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu,
kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara atau getaran;
n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan
sampah atau limbah;
o. dilakukan pemancaran, penyiaran atau
penerimaan radio, radar, televisi atau telepon;
p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan,
penyelidikan atau riset (penelitian) yang
menggunakan alat teknis;
q. dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan,
dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas,
minyak atau air;
r. diputar film, dipertunjukkan sandiwara atau
diselenggarakan rekreasi lainnya yang memakai
peralatan, instalasi listrik atau mekanik.
Pasal 3 Syarat Keselamatan Kerja

a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;


b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang
berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau
menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap,
uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara
dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit
akibat kerja baik physik maupun psychis,
peracunan, infeksi dan penularan;
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang
baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat
kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan
orang, binatang, tanaman atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis
bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan
bongkar-muat, perlakuan dan penyimpanan
barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang
berbahaya;
r. menyesuaikan dan menyempurnakan
pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Pasal 4
1. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan,
pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan,
barang, produk teknik dan aparat produksi yang mengandung dan
dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
2. Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknik ilmiah
menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara
teratur,jelas dan praktis yang mencakup bidang konstruksi, bahan,
pengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat-alat perlindungan,
pengujian dan pengesyahan, pengepakan atau pembungkusan,
pemberian tandatanda pengenal atas bahan, barang, produk
teknis dan aparat produksi guna menjamin keselamatan barang-
barang itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang melakukannya
dan keselamatan umum.
3. Dengan peraturan perundangan dapat
dirubah perincian seperti tersebut dalam
ayat (1) dan (2) : dengan peraturan
perundangan ditetapkan siapa yang
berkewajiban memenuhi dan mentaati
syaratsyarat keselamatan tersebut.
Pasal 5 Pengawasan
• Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap
Undang-undang ini, sedangkan para pegawai
pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan
menjalankan pengawasan langsung terhadap
ditaatinya Undang-undang ini dan membantu
pelaksanaannya.
• Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai
pengawas dan ahli keselamatan kerja dalam
melaksanakan Undang-undang ini diatur dengan
peraturan perundangan.
Pasal 6
1. Barangsiapa tidak dapat menerima
keputusan direktur dapat mengajukan
permohonan banding kepada Panitia
Banding.
2. Tata-cara permohonan banding, susunan
Panitia Banding, tugas Panitia Banding dan
lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga
Kerja.
3. Keputusan Panitia Banding tidak dapat
dibanding lagi.
Pasal 7
Untuk pengawasan berdasarkan Undang-undang ini
pengusaha harus membayar retribusi menurut ketentuan-
ketentuan yang akan diatur dengan peraturan perundangan

Pasal 8 Pemeriksaan Kesehatan


1.Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan,
kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang
akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan
sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya.
2.Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja
yang berada di bawah pimpinannya, secara berkala pada
dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh
direktur.
3.Norma-norma mengenai pengujian keselamatan ditetapkan
dengan peraturan perundangan
Pasal 9 Pembinaan
1. Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap
tenaga kerja baru tentang :
• Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam
tempat kerjanya;
• Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan
dalam tempat kerjanya;
• Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
• Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.

2. Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang


bersangkutan setelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah
memahami syarat-syarat tersebut di atas.
3. Pengurus diwajibkan menyelenggarakan
pembinaan bagi semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya, dalam
pencegahan kecelakaan dan pemberantasan
kebakaran serta peningkatan keselamatan
dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian
pertolongan pertama pada kecelakaan.
4. Pengurus diwajibkan memenuhi dan
mentaati semua syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi
usaha dan tempat kerja yang dijalankannya.
Pasal 10 P2K3
(Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
1. Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja guna
memperkembangkan kerjasama, saling pengertian dan
partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga
kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas
dan kewajiban bersama di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja, dalam rangka melancarkan usaha
berproduksi.
2. Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
tugas dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga
Kerja.
Pasal 11 Kecelakaan
1.Pengurus diwajibkan melaporkan tiap
kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja
yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk
oleh Menteri Tenaga Kerja.
2.Tata-cara pelaporan dan pemeriksaan
kecelakaan oleh pegawai termaksud dalam ayat
(1) diatur dengan peraturan perundangan.
Pasal 12 Kewajiban dan Hak TK
• Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh
pegawai pengawas dan atau ahli keselamatan kerja;
• Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
• Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;
• Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua
syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan;
• Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana
syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat
perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya
kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih
dapat dipertanggung-jawabkan.
Pasal 13 Kewajiban Memasuki Tempat Kerja

Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat


kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk
keselamatan kerja dan memakai alat-alat
perlindungan diri yang diwajibkan
Pasal 14 KEWAJIBAN PENGURUS
• Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang
dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan,
sehelai Undang-undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya
yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-
tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;

• Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar


keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan
lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca
menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli Keselamatan Kerja;

• Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang


diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya
dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat
kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan
menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
Pasal 15 Sanksi
• Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1)
dapat memberikan ancaman pidana atas
pelanggaran peraturannya dengan hukuman
kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau
denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,-
(seratus ribu rupiah).
• Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran

Anda mungkin juga menyukai