LAPORAN BAB 2 - Ridwan Anas 23881010
LAPORAN BAB 2 - Ridwan Anas 23881010
LAPORAN BUKU
Oleh
Ridwan Anas 23881010
Puji dan Syukur kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan
berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi orang lain, terkhusus semoga
penulis mendapat nilai ibadah dalam pandangan Allah yang maha kuasa, aamiin.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................3
ISI LAPORAN........................................................................................................3
A. KEABSAHAN/ VALIDITY.........................................................................3
B. KEANDALAN/RELIABILITY....................................................................9
C. KEPRAKTISAN/PRACTICALITY...........................................................11
D. KEASLIAN/AUTHENTICITY..................................................................12
E. CUCI KEMBALI/WASHBACK................................................................12
BAB III..................................................................................................................14
PEMBAHASAN...................................................................................................14
A. Pengertian Prinsip Penilaian Bahasa...........................................................14
B. Kepraktisan.................................................................................................15
C. Reliabilitas..................................................................................................16
D. Validitas......................................................................................................18
E. Keaslian.......................................................................................................26
F. Washback/ Cuci Kembali............................................................................28
BAB IV..................................................................................................................31
KESIMPULAN.....................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33
iii
BAB I
PENDAHULUAN
menjadi kunci penting dalam menghadapi tantangan dunia modern. Bahasa tidak
hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai sarana untuk memperluas
wawasan dan memahami budaya lain. Oleh karena itu, penilaian kemampuan
pembelajaran.
penilaian dengan kebutuhan dunia nyata. Selain itu, perkembangan teori dan
kemampuan berbahasa.
meliputi berbagai prosedur diantaranya berdasar pada hasil observasi guru selama
sistematik.
memberikan dasar yang kokoh bagi para pendidik dan peneliti untuk
1
kebutuhan pembelajaran. Buku "Language Assessment Principles and Classroom"
kepraktisan, keandalan, validitas, keaslian, dan pencucian kembali. Hal ini yang
mesti dipahami oleh seorang pendidik sehingga dapat memberikan penilaian ynag
2
BAB II
ISI LAPORAN
A. KEABSAHAN/ VALIDITY
validitas. Tautan validitas ke akurasi. Tes yang baik harus valid atau akurat.
misalnya, menyatakan validitas suatu tes adalah sejauh mana tes tersebut
mengukur apa yang seharusnya diukur. Bachman (1990: 236) juga menyebutkan
dan jenis kinerja lain dalam konteks lain. Brown (2004: 22) mendefinisikan
validitas sebagai sejauh mana kesimpulan yang dibuat dari hasil penilaian adalah
tepat, bermakna, dan berguna dalam kaitannya dengan tujuan penilaian. Demikian
pula Gronlund dan Waugh (2009: 46) menyatakan validitas berkaitan dengan
disimpulkan bahwa ketika suatu tes valid, maka tes tersebut dapat memunculkan
kemampuan tertentu siswa sebagaimana mestinya. Tes yang valid juga dapat
Gronlund dan Waugh, 2009: 47). Untuk mendapatkan kesimpulan yang valid dari
nilai tes, sebuah tes harus memiliki beberapa jenis bukti. Bukti validitas meliputi
3
validitas wajah, bukti terkait isi, bukti terkait kriteria, bukti terkait konstruk, dan
secara rinci.
adalah ketika suatu soal tes terlihat benar oleh penguji lain, guru, moderator, dan
peserta tes. Selain itu, ia muncul untuk mengukur pengetahuan atau kemampuan
yang ingin diukurnya. Heaton berpendapat bahwa jika suatu tes diperiksa oleh
Validitas wajah penting dalam menjaga motivasi dan kinerja peserta tes
(Heaton, 1975; 153; Weir, 1990: 26). Jika suatu tes tidak memiliki validitas muka,
tes tersebut mungkin tidak dapat diterima oleh siswa atau guru. Jika siswa tidak
menganggap tes tersebut valid, mereka akan menunjukkan reaksi yang merugikan
(reaksi belajar yang buruk, motivasi yang rendah). Dengan kata lain, mereka tidak
yang familiar,
2. tes yang jelas dapat dilakukan dalam batas waktu yang ditentukan,
4
5. tugas-tugas yang berhubungan dengan tugas mata pelajaran mereka
Tanggapan yang menghakimi dari para ahli, kolega, atau peserta tes mungkin
terlibat. Mereka dapat membaca keseluruhan item secara menyeluruh atau hanya
kemampuan yang ingin diukur oleh tes tersebut. Jika tes berbicara muncul dalam
mempunyai bukti terkait isi jika tes tersebut mewakili keseluruhan materi yang
tersebut (Weir, 1990: 24; Brown, 2004: 22; Gronlund dan Waugh, 2009: 48).
Selain itu, tes juga harus mencerminkan tujuan kursus (Heaton, 1975: 154). Jika
tujuan tes adalah untuk membuat siswa dapat berbicara, maka tes tersebut harus
membuat siswa berbicara secara komunikatif. Jika tujuan tes adalah untuk
membuat siswa dapat membaca, maka tes tersebut harus membuat mereka
membaca sesuatu. Tes berbicara yang muncul dalam bentuk tes pilihan ganda
kertas dan pensil tidak dapat diklaim mengandung bukti terkait konten. Dalam
kaitannya dengan kurikulum, tes yang mempunyai bukti terkait isi mewakili
kompetensi dasar.
5
Pengujian langsung dan pengujian tidak langsung merupakan dua cara
dalam memahami validitas isi. Pengujian langsung melibatkan peserta tes dalam
benar-benar melakukan tugas target. Sementara itu, peserta didik tidak melakukan
tugas itu sendiri melainkan tugas yang terkait dalam beberapa cara dalam
ketika menangani sebagian item yang mewakili domain yang lebih besar. Untuk
(cetak biru),
biru (rubrik).
Perbandingan antara nilai tes dan kriteria kinerja eksternal yang sesuai
mengacu pada bukti terkait kriteria (Heaton, 1975: 254; Weir, 1990: 27; Brown,
2004: 24). Misalnya, hasil tes yang dibuat guru tentang past tense dibandingkan
berfokus pada penggunaan hasil tes untuk memperkirakan kinerja saat ini pada
6
beberapa kriteria yang dikumpulkan pada waktu bersamaan. Misalnya, desain tes
buatan guru dianggap memiliki validitas konkuren jika skornya sama dengan tes
valid yang sudah ada seperti TOEFL. Jika siswa mempunyai nilai TOEFL yang
tinggi dan sekaligus mempunyai nilai yang baik dalam mengerjakan tes buatan
guru, berarti tes buatan guru tersebut mempunyai validitas konkuren. Di sisi lain,
validitas prediktif berfokus pada penggunaan hasil tes untuk memprediksi kinerja
masa depan pada beberapa ukuran bernilai lainnya yang dikumpulkan di masa
depan. Misalnya, tes buatan guru diberikan kepada beberapa siswa dan mereka
mendapat nilai tinggi. Ternyata pada akhir proses belajar mengajar siswa masih
memperoleh nilai yang tinggi. Artinya tes buatan guru mempunyai validitas
prediktif. Selain itu, ketika seorang peserta tes melakukan suatu tes tertentu yang
hasilnya dapat diprediksi akan bertahan di luar negeri, maka tes tersebut juga
mempunyai validitas prediktif. Hal ini dapat ditemukan dalam tes kinerja, tes
penerimaan, tes bakat bahasa, dan sejenisnya. Untuk menguji bukti terkait kriteria,
digunakan koefisien korelasi dan tabel ekspektasi (Gronlund dan Waugh, 2009:
51-55).
hipotesis, atau model apa pun yang berupaya menjelaskan fenomena yang diamati
dalam dunia persepsi kita. Konstruksi mungkin diukur atau tidak secara langsung
25). Cronbach (sebagaimana dikutip dalam Weir, 1990: 24) menyatakan bahwa
7
konstruksi suatu tes dimulai dari teori tentang perilaku atau organisasi mental
mendapatkan konsep baru terkait isi item tersebut. Dalam penilaian bahasa,
perilaku dan pembelajaran bahasa. Ketika pembuat tes menafsirkan hasil penilaian
berhubungan dengan konstruk (Heaton, 1975: 154; Gronlund dan Waugh, 2009:
55).
kemahiran lisan yang hanya mengevaluasi dua faktor , guru tersebut dapat
validitas sebelumnya. Dengan kata lain, mencakup semua jenis bukti (bukti wajah,
terkait konten, terkait kriteria, dan bukti relevan lainnya). Meskipun perolehan
bukti terkait konstruksi tidak ada habisnya, pembuat tes harus membuat daftar
8
Validitas konstruk adalah masalah utama dalam memvalidasi tes
kemahiran standar berskala besar. Karena tes tersebut harus mematuhi prinsip
kepraktisan, dan karena tes tersebut harus mengambil sampel domain bahasa
dalam jumlah terbatas, tes tersebut mungkin tidak dapat memuat seluruh konten
(1990: 27) menyebut bukti ini sebagai validitas washback. Hal ini berfokus pada
terhadap persiapan peserta tes, dampaknya terhadap peserta didik (efek positif
atau negatif), atau konsekuensi sosial dari interpretasi dan penggunaan tes. Bagi
guru, bukti konsekuensial itu penting. Mereka dapat menilai nilai ujian dan
B. KEANDALAN/RELIABILITY
yang diberikan kepada siswa yang sama lintas waktu administrasi harus
'nyata' mereka,
9
2. keandalan penilai : baik intra-penilai atau antar-penilai menyebabkan
4. reliabilitas tes : berhubungan dengan durasi tes dan instruksi tes. Jika
suatu tes memakan waktu yang lama, hal ini dapat mempengaruhi
Beberapa peserta tes tidak berkinerja baik dalam tes yang waktunya
ditentukan. Instruksi tes harus jelas bagi semua peserta tes karena
(Heaton, 1975: 156; Weir 1990: 32; Gronlund dan Waugh, 2009: 59-64). Mereka:
dikorelasikan.
kloning secara bersamaan kepada peserta tes yang sama. Hasil tes
kemudian dikorelasikan.
3. Metode split-half: suatu tes dibagi menjadi dua, skor yang diperoleh
10
4. tes-tes ulang dengan bentuk padanannya: metode tes-tes ulang
campuran dan bentuk paralel. Dua tes kloning diberikan kepada peserta
tes yang sama dalam waktu yang berbeda disebut intra-rater. Beberapa
ulangan. Ketika dua orang mendapat skor tes yang sama, itu adalah
antar penilai. Tes yang dilakukan oleh peserta tes dibagi menjadi dua.
mempunyai persepsi yang sama. Dua skor baik dari intra atau antar
penilai berkorelasi.
C. KEPRAKTISAN/PRACTICALITY
Validitas dan reliabilitas saja tidak cukup untuk membangun sebuah tes.
Sebaliknya, tes tersebut harus praktis dalam hal waktu, biaya, dan energi.
Berkenaan dengan waktu dan tenaga, tes harus efisien dalam pembuatan,
pengerjaan, dan evaluasi. Kemudian, tesnya harus terjangkau. Percuma saja jika
tes yang valid dan reliabel tidak dapat dilakukan di daerah terpencil karena
11
D. KEASLIAN/AUTHENTICITY
karakteristik tugas tes bahasa tertentu dengan ciri-ciri bahasa sasaran. Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam membuat tes autentik: bahasa yang digunakan
dalam tes harus natural, butir soal harus kontekstual, topik yang dibawakan dalam
tes harus bermakna dan menarik bagi peserta didik, butir soal harus disusun secara
E. CUCI KEMBALI/WASHBACK
harus mampu membuat tes kelas yang berfungsi sebagai perangkat pembelajaran
investasi strategis pada siswa. Daripada memberikan nilai huruf dan nilai numerik
yang banyak dan spesifik adalah cara untuk meningkatkan washback (Brown
2004: 29).
Heaton (1975: 161-162) menyebut hal ini sebagai backwash effect yang
masuk dalam aspek makro dan mikro. Secara makro, tes berdampak pada
mikro, tes berdampak pada individu siswa atau guru seperti meningkatkan proses
belajar mengajar.
12
Washback juga bisa bersifat negatif dan positif (Saehu, 2012: 124-127).
kompetensi bahasa hanya pada mereka yang terlibat dalam tes dan mengabaikan
sisanya. Meskipun bahasa merupakan alat komunikasi, sebagian besar siswa dan
guru di kelas bahasa hanya fokus pada kompetensi bahasa yang diujikan. Di sisi
lain, sebuah tes dapat memberikan dampak positif jika tes tersebut mendorong
proses belajar mengajar yang lebih baik. Namun, hal tersebut cukup sulit untuk
dicapai. Contoh hasil tes yang positif adalah Tes Bahasa Inggris Matrikulasi
dalam bahasa Inggris untuk situasi penggunaan bahasa yang sebenarnya atau
otentik meningkat.
Washback bisa kuat atau lemah (Saehu, 2012: 122-123). Contoh pengaruh
yang kuat dari tes ini adalah ujian nasional; Sedangkan pengaruh tes yang lemah
adalah dampak tes formatif. Mari kita bandingkan dan putuskan bagaimana reaksi
sebagian besar siswa dan guru terhadap kedua jenis tes tersebut.
13
BAB III
PEMBAHASAN
penilaian. Tanpa melakukan suatu penilaian kita tidak mungkin dapat melaporkan
berbagai faktor yang harus diperhitungkan dalam kegiatan penilaian dan tidak
suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditentukan.
pendidikan dan tidak jarang pula sering terganti atau tersamakan pengertian dari
ketiga istilah tersebut namun tentu berbeda. Ketiga istilah yang dimaksud adalah ,
14
tes dan nontes. Asesmen terkait langsung dan menjadi bagian dari proses
pembelajaran dan dilakukan secara berkelanjutan selama berlangsung proses
pembelajaran. Evaluasi merupaka proses sitematis dalam pengumpulan,
analisi, dan penafsiran informasi untuk menetukan seberapa jauh peserta didik
mencapai tujuannya (Gronlund, 1985).
memerlukan. Data yang diperoleh dari kegiatan pengukuran dapat diolah dan
menjadi hasil evaluasi yang dapat menjadi informasi bagi pendidik untuk bisa
mengetahui perkembangan peserta didik. Tanpa adanya data atau informasi hasil
B. Kepraktisan
Tes yang efektik praktis dalam buku ini berarti tes tersebut tidak
membutuhkan biaya yang mahal, tetap pada batasan waktu yang tepat, relatif
yang ditentukan?
15
C. Reliabilitas
Relibilitas berlaku untuk tes terdapat empat hal yang harus dijaga
sebagaimana dicatat dalam bagian kedua bab ini reliabilitas dapat dicapai dengan
memastikan bahwa semua siswa menerima kualitas input yang sama, baik tertulis
suatu alat tes, kita perlu mempertanyakan: apakah alat tes tersebut reliabel
(terpercaya, andal)? Jika tes diujicobakan lebih dari satu kali, kepada subjek yang
sama dalam waktu berbeda, apakah memberikan hasil yang kurang lebih sama?
input yang sama, baik tertulis maupun auditori. Bagian dari pencapaian reliabilitas
Pencahayaan, suhu, noise asing, dan kondisi kelas optimal untuk semua
siswa, dan
kebenaran jawaban.
faktor fisik atau psikologi lainnya yang dapat membuat siswa tidak pada
16
performa yang baik. Hal ini mengharuskan guru harus bisa mengambil
2. Reliabilitas Rater
proses penilian. Oleh karenanya Brown membagi hal tersebut menjadi dua,
perta Relibilitas anta-penilai terjadi ketika dua atau lebih pemberi skor
menghasilkan skor yang tidak konsisten dari tes yang sama, mungkin karena
adalah kejadian umum bagi guru kelas karena kriteria penilian yang tidak
jelas, kelelahan, bias terhadap siswa yang bersikap baik atau kurang baik, dan
Ketidak Reliabelan juga dapat diakibatkan oleh kondisi di mana tes diberikan
17
c. Internal Consistency Reliability: Metode ini mengukur reliabilitas
dengan cara melihat sejauh mana setiap item dalam instrumen
pengukuran konsisten dengan keseluruhan instrumen. Salah satu
metode yang umum digunakan adalah Cronbach's alpha, yang
mengukur seberapa baik item-item dalam tes tersebut saling
berkorelasi.
d. Inter-Rater Reliability: Metode ini digunakan ketika terdapat lebih
dari satu penilai yang menilai sesuatu, seperti dalam penilaian tes lisan
atau penilaian portofolio. Inter-rater reliability mengukur sejauh mana
kesepakatan antara penilai dalam memberikan penilaian.
D. Validitas
dibuat dari hasil penilaian sesuai, bermakna, dan berguna dalam hal tujuan
ada ukuran validitas final dan absolut, tetapi beberapa jenis bukti yang berbeda
dapat digunakan untuk mendukung. Dalam beberapa kasus, mungkin tepat untuk
memeriksa sejauh mana tes membutuhkan kinerja yang sesuai dengan kursus atau
unit studi yang diuji. Dalam kasus lain, kita mungkin prihatin dengan seberapa
baik tes menentukan apakah siswa telah mencapai serangkaian tujuan atau tingkat
independen lainnya adalah bentuk bukti lain yang diterima secara luas.
luar mengukur kriteria itu sendiri - dari tes, atau bahkan pada persepsi peserta tes
tentang validitas.
Validitas isi merupakan proses penentuan seberapa jauh suatu alat tes
18
(Gronlund: 1985). Sedangkan Tuckman (1975) mengemukakan bahwa validitas
isi menunjuk pada pengertian apakah alat tes itu mempunyai kesusuaian dengan
tersebut validitas isi berkaitan erat dengan konsep atau teori yang mendasari
sejumlah ahli atau pakar dalam bidang yang relevan untuk memastikan
tersebut dapat dijalankan dengan baik dan memberikan data yang valid.
19
e. Analisis Data: Data yang diperoleh dari pengujian piloting kemudian
Validitas Konten ini merupakan hal yang penting dalam tes kelas, menurut Brown
Pertama identifikasi tujuan, tidak sedikit guru mengajar setiap hari tanpa
memerhatikan tujuan yang harus dicapai dan atau tujuan tersebut dirumuskan
dengan buruk sehingga menentukan apakah tujuan tersebut tercapai atau tidak
Masalah validitas konten selanjutnya dapat diterapkan pada tes kelas berpusat
pada konsep spesifikasi tes. Ini berarti bahwa tes harus memiliki struktur yang
mengikuti secara logis dari pelajaran yang diujikan. Tes memiliki desain yang...
20
b. menawarkan kepada siswa berbagai jenis item, dan
Maksudnya struktur yang baik dari suatu tes. Secara khusus, tes sebaiknya
materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin diuji. Misalnya, jika
berbagai jenis soal, seperti pilihan ganda, esai, atau soal aplikasi, untuk mengukur
Ketiga Memberikan bobot yang sesuai untuk setiap bagian: Bobot yang
pembelajaran yang diuji oleh bagian tersebut. Bagian yang mencakup tujuan
pembelajaran yang lebih penting atau kompleks dapat diberikan bobot yang lebih
Validit terkait kriteria adalah sejauh mana "kriteria" tes sebenarnya telah
tercapai. Dalam kasus penilaian kelas buatan guru, bukti terkait kriteria paling
21
Bukti terkait kriteria biasanya jatuh ke dalam salah satu dari dua kategori:
validitas konkuren dan prediktif. Tes memiliki validitas bersamaan jika hasilnya
didukung oleh kinerja bersamaan lainnya di luar penilaian itu sendiri. Validitas
prediktif penilaian menjadi penting dalam hal tes penempatan, baterai penilaian
penerimaan, tes bakat bahasa, dan sejenisnya. Kriteria penilaian dalam kasus
seperti itu bukan untuk mengukur kemampuan bersamaan tetapi untuk menilai
berkomunikasi secara lisan. Kriteria yang relevan dalam hal ini bisa berupa
kemampuan siswa untuk berkomunikasi dengan lancar dan efektif dalam situasi
sehari-hari.
Untuk menilai validitas terkait kriteria tes tersebut, kita dapat melakukan
studi di mana kita mengukur skor tes berbicara siswa dan kemudian
mereka dalam situasi komunikasi nyata. Jika skor tes berbicara siswa secara
mereka, maka tes tersebut memiliki validitas terkait kriteria yang baik.
bergantung pada seberapa baik tes tersebut dapat memprediksi kriteria yang
relevan, tetapi juga seberapa relevan kriteria tersebut dengan tujuan pengukuran
kita. Oleh karena itu, penting untuk memilih kriteria yang sesuai dengan konteks
22
Validitas konkuren (concurrent validity) dan validitas prediktif (predictive
validity) adalah dua bentuk validitas terkait kriteria yang sering digunakan dalam
menguji kualitas suatu tes atau instrumen pengukuran. Berikut adalah penjelasan
sejauh mana skor tes berkorelasi dengan kriteria yang sedang diamati pada
pada saat yang sama. Jika skor tes dan penilaian langsung tersebut
yang baik.
sejauh mana skor tes dapat memprediksi kriteria di masa depan. Misalnya,
dalam konteks tes bahasa, validitas prediktif dapat diukur dengan menguji
apakah skor tes kemampuan berbicara siswa pada saat ini dapat
23
Validitas terkait konstruk biasanya disebut sebagai validitas konstruk.
Konstruk adalah teori, hipotesis, atau model apa pun yang mencoba menjelaskan
fenomena yang diamati di alam semesta persepsi kita. Konstruk mungkin atau
mungkin tidak diukur secara langsung atau empiris – verifikasi mereka sering
kemahiran standar skala besar. Karena tes semacam itu harus, karena alasan
sampel sejumlah domain bahasa, mereka mungkin tidak dapat memuat semua
konten dari bidang atau keterampilan tertentu. Menurut Brown, untuk menilai
faktor, termasuk:
24
b. Konsistensi Internal: Tes harus konsisten dalam mengukur konstruk yang
sama. Hal ini dapat diukur dengan menggunakan metode statistik seperti
lainnya.
sama secara konsisten. Hal ini dapat diukur dengan menggunakan metode-
4. Validitas Muka
pembelajaran" (Gronlund, 1998, hal.210), atau apa yang dikenal sebagai validitas
wajah. "Validitas wajah mengacu pada sejauh mana tes terlihat benar, dan
25
Validitas wajah berarti bahwa siswa menganggap tes itu valid. Validitas wajah
mengajukan pertanyaan "Apakah tes, pada 'wajah' itu, muncul dari perspektif
pelajar untuk menguji apa yang dirancang untuk diuji?" Validitas wajah
b. tes yang jelas dapat dilakukan dalam batas waktu yang ditentukan,
konten), dan
Validitas wajah bukanlah sesuatu yang dapat diuji secara empiris oleh seorang
guru atau bahkan oleh seorang ahli pengujian. Ini murni faktor "mata yang
melihatnya" – bagaimana peserta tes, atau mungkin pemberi tes, secara intuitif
E. Keaslian
siatuasi yang relevan dan bermakna dalam kehidupan nyata, sehingga hasilnya
26
dapat dianggap sebagai indikasi yang dapat dipercaya tentang kemampuan atau
yang memerlukan siswa untuk menggunakan bahasa dalam konteks yang autentik,
sehari-hari.
Keaslian juga berhubungan dengan konteks budaya dan sosial di mana bahasa
yang lebih akurat tentang kemampuan bahasa seseorang dalam situasi nyata, dan
dapat membantu guru dan peneliti dalam membuat keputusan yang lebih baik
diberlakukan di "dunia nyata". Dalam pengujian, keaslian dapat hadir dengan cara
berikut:
27
5. Tugas mewakili, atau mendekati dekat, tugas dunia nyata.
Dalam penilaian skala besar, washback umumnya mengacu pada efek tes
terhadap instruksi dalam hal bagaimana siswa mempersiapkan diri untuk tes.
yang "mencuci kembali" kepada siswa dalam bentuk diagnosis kekuatan dan
dengan murah hati dan khusus pada kinerja tes. Nilai huruf, skor numerik dan frasa
sama sekali tidak memberikan informasi tentang minat intrinsik kepada siswa dan
mengurangi segunung data kinerja linguistik dan kognitif menjadi molehill yang
tidak masuk akal. Tanggapi sebanyak mungkin detail selama tes jika waktu
meningkatkan elemen kinerja tertentu. Dengan kata lain, luangkan waktu untuk
membuat kinerja tes pengalaman yang memotivasi secara intrinsik dari mana
faktor, seperti desain tes, penggunaan tes, dan interpretasi hasil tes. Berikut adalah
28
a. Pembelajaran yang Berorientasi pada Tes: Dampak positif washback adalah
dapat mendorong siswa dan guru untuk fokus pada materi yang akan diuji,
c. Memberikan Umpan Balik yang Berguna: Hasil tes dapat memberikan umpan
balik yang berguna kepada guru dan siswa tentang kemajuan belajar, sehingga
metode pengajaran yang lebih berfokus pada tata bahasa dan kosa kata yang
akan diuji dalam tes, daripada metode yang lebih berorientasi pada komunikasi
b. Fokus pada Aspek yang Diuji: Siswa dan guru mungkin lebih fokus pada
aspek-aspek tertentu dari bahasa Indonesia yang diuji dalam tes, seperti ejaan,
tata bahasa, atau kosa kata, sementara aspek-aspek lain seperti pemahaman
luas.
29
d. Stres Tambahan: Siswa mungkin mengalami stres tambahan menjelang tes,
30
BAB IV
KESIMPULAN
Pada bagian dua tentang prinsip penilaian bahasa dalam Buku Language
Prinsip penilian bahasa kegiatan yang tidak mungkin bisa dipisahkan dari
penilaian. Tanpa melakukan suatu penilaian kita tidak mungkin dapat melaporkan
berbagai faktor yang harus diperhitungkan dalam kegiatan penilaian dan tidak
Suatu penialain itu harus praktis mudah diterapkan, dan dapat dijalan
dengan efisien dalam konteks yang sesuai hal ini mencakup aspek logistic seperti
biaya, waktu, dan sumber daya yang tersedia. Reliabel yang berarti penilaian
harus dapat menghasilkan hasil yang konsisten dan dapat diandalakan dari waktu
ke waktu. Ini berarti jika penilaian diulang, hasilnya akan relative stabil dan
konsisten. Valid yang berarti penilaian hastus mengukur apa saja yang seharusnya
konsep yang diinginkan., Asli yang berarti mencerminkan situasi atau konteks
31
yang mana keterampilan pengetahuan tersebut digunakan dalam kehidupan nyata,
dan memiliki umpan balik yang bermakna dan berguna kepada siswa dan guru.
Umpan balik ini harus dapat membantu siswa memahami kekuatan dan
32
DAFTAR PUSTAKA
33