Anda di halaman 1dari 13

Lapor SPT Tahunan

Formulir SPT 1770 S


Pertama, SPT 1770 S adalah sebuah formulir yang digunakan wajib pajak orang pribadi
dengan penghasilan lebih dari Rp 60.000.000 per tahun. Biasanya digunakan karyawan yang
bekerja di dua tempat kerja dalam periode satu tahun pajak.
Langkah-langkah Pengisian SPT 1770S:

1. Tahapan pertama

Dalam pengisian SPT adalah mengisi data formulir, isi tahun pajak, isi status SPT normal,
pembetulan hanya dipilih jika Anda melakukan kesalahan pada SPT yang sudah dilaporkan
sebelumnya. Lalu klik “Langkah selanjutnya”. Sistem akan mendeteksi secara otomatis
apabila ada data pembayaran pajak dari pihak ketiga. Gunakan data pembayaran tersebut
untuk pengisian data SPT dan klik “Ya”.

2. Pada lampiran dua

Bagian A:

Isikan data penghasilan final. Pastikan data ini telah sesuai dengan bukti potong yang Anda
terima. Jika ada bukti potong yang belum terinput, tinggal klik “Tambah”.

Bagian B:

Isikan daftar harta yang Anda miliki pada akhir tahun. Data harta yang telah
Anda input pada tahun sebelumnya, dapat Anda tampilkan kembali melalui “Menu” lalu
klik “Harta” pada SPT Tahun lalu dan lakukan penyesuaian. Jika Anda ingin melakukan
penambahan daftar harta lainnya, tinggal klik ‘Tambah”. Pilih “Kode Harta” sesuai dengan
jenis harta, isikan keterangan nama harta dan tahun perolehan.

Bagian C:

Isikan daftar utang sampai pada akhir tahun. Data utang yang telah Anda input pada tahun
sebelumnya, bisa Anda tampilkan kembali melalui “Menu” pada kolom utang pada SPT
tahun lalu dan lakukan penyesuaian.
Jika Anda ingin menambahkan data utang lainnya, tinggal klik ‘Tambah”. Klik “Kode
Utang” sesuai dengan jenis utang, nama pemberi pinjaman, alamat pemberi pinjaman,
tahun pinjaman dan juga jumlah utang yang tersisa sampai akhir tahun. Klik “Lanjut”.

Bagian D:

Isikan data daftar susunan anggota keluarga sesuai dengan kondisi pada awal tahun pajak
yang Anda laporkan. Klik “Langkah berikutnya”.

3. Pada lampiran 1

Bagian A:

Isikan penghasilan bersih dari dalam negeri yang bukan final, antara lain bunga, royalti,
sewa, penghargaan dan hadiah, keuntungan dari penjualan atau pengalihan harta, dan
penghasilan lainnya.

Bagian B:

Isikan penghasilan yang tidak termasuk objek pajak sesuai dengan pasal 4 ayat 3 undang-
undang pajak penghasilan.

Bagian C:

Isikan daftar pemotongan atau pemungutan PPh dari bukti pajak. Isikan jenis pajak yang
dipotong atau dipungut, NPWP pemotong atau pemungut pajak, nomor bukti pemotong
atau pemungut, tanggal bukti pemotongan, jumlah PPh yang dipotong atau dipungut. Klik
“Langkah Berikut’.

4. Pada induk SPT

Isikan data identitas berupa status perkawinan, status kewajiban pajak suami atau istri, dan
NPWP suami atau istri jika diperlukan.
Bagian A:

• Poin 1, isikan penghasilan Neto dalam negeri sesuai bukti potong yang Anda terima. Poin 2
akan otomatis terisikan dari data yang telah Anda isikan sebelumnya.

• Poin 3, isikan penghasilan neto dari luar negeri.

• Poin 4, penghasilan neto akan dijumlahkan secara otomatis.

• Poin 5, isikan jumlah zakat yang Anda bayarkan pada lembaga yang telah disahkan oleh
pemerintah.

• Poin 6 akan terisi otomatis.

Bagian B:

Isikan status perkawinan dan jumlah tanggungan sesuai dengan bukti potong. Maka bila
penghasilan tidak kena pajak, akan terisi secara otomatis.

Bagian C:

Hanya diperhatikan bila Anda yang memperoleh penghasilan dari luar negeri. Bacalah
ketentuan yang tertera bagian C 10.

Bagian D:

Nomor 14, hanya boleh diisi bagi Anda yang pernah mengangsur PPh Pasal 25

Bagian E:

Anda akan mengetahui apakah status SPP Anda Nihil, Kurang Bayar atau Lebih Bayar.

• Jika SPT Anda nihil, maka Anda dapat melanjutkan pengisian pada poin F.

• Jika SPT Anda Kurang Bayar, Anda akan diberikan pertanyaan lanjutan. Jika Anda Belum
Membayar, maka Anda akan diarahkan untuk membuat e-Billing terlebih dahulu.

Bila Anda telah membayar, isikan data bukti pembayaran yang memuat informasi jenis
bukti pembayaran, nomor transaksi penerimaan negara atau pemindahbukuan.

Isikan kode NTPN atau kode pemindahbukuan Anda, lalu isi tanggal dan jumlah
pembayaran.
Jika SPT Anda lebih bayar, silakan unggah dokumen pendukung berupa bukti pemotongan
pajak dari perusahaan atau bukti pembayaran lainnya.

Bagian F:

Hanya dikhususkan bagi Anda yang rutin memiliki status SPT Kurang Bayar. Lanjut ke
“Pernyataan”. Centang pernyataan setuju bila Anda yakin data yang Anda isikan sudah
benar.

5. Langkah terakhir

Adalah ambil kode verifikasi. Secara otomatis kode verifikasi akan dikirimkan melalui
email Anda.

Formulir SPT 1770 SS


Kedua, SPT 1770 SS adalah suatu formulir pajak yang digunakan wajib pajak pribadi dengan
penghasilan tidak lebih dari Rp 60.000.000 selama setahun dan penghasilan berasal dari satu
perusahaan saja. Jika status wajib pajak sebagai karyawan yang bekerja di satu perusahaan
dengan penghasilan bruto setahun kurang dari Rp 60.000.000 dan tidak ada penghasilan
selain dari bunga bank atau bunga koperasi, maka wajib pajak hanya perlu mengisi SPT 1770
SS.
Petunjuk Pengisian SPT 1770 SS

1. Masukkan Detail Data Pribadi Anda


2. Masukan Detail Pajak

A: PENGHASILAN NETO

B: PENGHASILAN KENA PAJAK


C: PPh TERUTANG

D: KREDIT PAJAK

E: PPh KURANG/LEBIH BAYAR

F: ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN PAJAK BERIKUTNYA

G: LAMPIRAN

3. Masuk ke Halaman e-Filing DJP Online atau Klikpajak

4. Pilih e-Filing SPT Pribadi

5. Siapkan Dokumen Pendukung

6. Isi Kolom Detail Pribadi secara Lengkap

7. Isi Informasi Pajak Pribadi

8. Isi Kolom Penghasilan Lainnya dan Harta

9. Lapor SPT yang Telah Anda Buat

Formulir SPT 1770


Ketiga, SPT 1770 adalah suatu formulir yang digunakan wajib pajak yang memiliki
penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas, penghasilan dari satu atau lebih pemberi kerja,
penghasilan dikenakan PPh final, atau penghasilan dalam negeri atau luar negeri.

Langkah Pengisian Formulir 1770


1. Mengisi Formulir 1770-IV, yang terbagi atas tiga bagian lain. Pertama adalah
bagian Harta pada Akhir Tahun. Isian daftar ini akan dilakukan berdasarkan nilai
harta ketika wajib pajak membelinya, bukan nilai ekonomi pada pasaran saat ini.
Kedua adalah Kewajiban/Utang pada Akhir Tahun, bagian ini diisi dengan saldo
utang yang dimiliki pada akhir tahun pajak. Terakhir adalah Daftar Susunan
Anggota Keluarga, yang berisi rincian anggota keluarga yang dimiliki (status dan
tanggal lahir serta pekerjaan).
2. Mengisi Formulir 1770-III, bagian ini juga sama, terbagi atas tiga bagian. Pertama
adalah Penghasilan yang Dikenakan PPh Final/Bersifat Final, bagian ini diisi data
terkait penghasilan yang dikenai tarif pajak tersebut. Kedua, adalah Penghasilan
yang Tidak Termasuk Objek Pajak, bagian ini antara lain berisi
Bantuan/Sumbangan/Hibah, Warisan, Bagian Laba Anggota Perseroan Komanditer
Tidak atas Nama Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Klaim Asuransi
Kesehatan, Kecelakaan Jiwa, Dwiguna Beasiswa, Beasiswa, dan Penghasilan yang
Tidak Termasuk Objek Pajak lainnya. Bagian ketiga akan berisi Penghasilan Istri
yang Dikenakan Pajak Secara Terpisah, bagian ini diisi jika wajib pajak memiliki
istri berpenghasilan, dan laporan pajaknya dilakukan secara terpisah.
3. Selanjutnya wajib pajak harus menyiapkan bukti pemotongan pajak dari pihak
ketiga. Transaksi yang dilakukan biasanya akan melibatkan Barang Kena Pajak atau
Jasa Kena Pajak, dan ada proses pemotongan pajak yang dilakukan atas transaksi
tersebut. Bukti Potong yang disediakan dapat berupa Bukti Potong PPh 21, 22 atau
23. Bukti Potong ini digunakan untuk melakukan pengisian Formulir 1770-II.
4. Pengisian Formulir 1770-II, merupakan bagian dimana wajib pajak mengisikan
daftar pajak yang sudah dipotong oleh pihak lain. Berkas yang telah disiapkan bisa
dimasukkan pada bagian ini. Setelah memasukkan setiap bukti potong yang
dimiliki, jangan lupa untuk menjumlahkan bukti potong tersebut pada kolom bagian
bawah.
5. Formulir 1770-I Halaman 2, bagian ini terbagi atas tiga bagian berbeda. Pertama
adalah bagian Penghasilan Neto Dalam Negeri dari Usaha dan/atau Pekerjaan
Bebas, bagian ini diisi dengan jumlah rekapitulasi omzet yang telah dihitung pada
langkah pertama tadi. Bagian kedua adalah Penghasilan Neto Dalam Negeri
Sehubungan dengan Pekerjaan, bagian ini diisi jika wajib pajak juga memiliki
penghasilan lain yang berasal dari pemberi kerja lainnya. Bagian ketiga adalah
Penghasilan Neto Dalam Negeri Lainnya, yang berisi tentang semua penghasilan
yang didapatkan, di luar dari penghasilan yang sudah dikenakan PPh Final.
6. Formulir 1770-I Halaman 1, bagian ini hanya diisi ketika wajib pajak menggunakan
metode rekapitulasi data penghasilan dengan pembukuan.
7. Formulir Induk 1770, bagian ini berisi tentang rekapitulasi yang sudah dihitung dari
setiap langkah sebelumnya. Setiap data yang dimasukkan pada bagian ini
merupakan data yang sudah dihitung pada bagian depan, dan sifatnya hanya
dipindahkan saja. Wajib pajak juga perlu memperhatikan tentang besaran PTKP
pada regulasi paling akhir yang berlaku, serta besaran tanggungan pajak
(berdasarkan Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan). Selain itu, catatan PPh
yang dibayarkan sendiri merupakan jumlah angsuran PPh Pasal 25 yang telah
dibayarkan selama satu tahun kebelakang.
8. Jika terdapat PPh kurang bayar, maka wajib pajak perlu melakukan penyetoran
pajak yang masih belum dilunasi. Secara manual, prosedur ini bisa dilakukan di
Kantor Pos atau Bank persepsi yang telah diberikan wewenang oleh Dirjen Pajak.
Wajib pajak tinggal mendatangi tempat tersebut dan meminta bantuan petugas yang
ada.
9. Lengkapi lampiran, jika dicermati, pelaporan SPT dengan sistem manual ini
memerlukan beberapa lampiran yang perlu disertakan. Diantaranya adalah Surat
Setoran Pajak (lembar ketiga), Rekapitulasi Omzet (seperti dijelaskan sebelumnya),
Bukti Potong/Pungut, dan Surat Pemberitahuan Penggunaan Norma Penghitungan
(jika pada tahun berikutnya masih akan menggunakan norma ini sebagai cara
pelaporan SPT).
10. Setelah semua diisi secara lengkap, wajib pajak bisa menyetorkan formulir tersebut
pada kantor pajak terdekat, atau mengirimkannya lewat jasa pos.

SPT Tahunan Badan


SPT Tahunan Badan adalah surat yang digunakan untuk melaporkan pembayaran pajak,
objek dan bukan objek pajak, harta dan kewajiban perusahaan yang sesuai dengan peraturan
perundangan perpajakan yang berlaku. SPT Tahunan Badan hanya memiliki satu jenis
formulir, yaitu formulir SPT 1771, berbeda dengan lapor SPT Tahunan pribadi yang
memiliki lebih dari satu formulir. Dalam formulir SPT PPh Badan 1771, Wajib Pajak Badan
akan diminta untuk memberitahukan informasi seperti berikut:
1. Identitas lengkap
2. Penghasilan kena pajak
3. PPh terutang
4. Kredit pajak
5. PPh kurang/lebih bayar
6. Angsuran PPh Pasal 25 tahun berjalan
7. Kompensasi kerugian fiskal
8. PPh final
9. Penghasilan lain yang bukan objek pajak

A. Lampiran Formulir 1771-I


Lampiran ini untuk memberitahukan laporan keuangan komersial dan penghitungan
penghasilan neto fiskal.
B. Lampiran Formulir 1771-II
Lampiran formulir 1771 II berisi perincian harga pokok penjualan (HPP), biaya usaha secara
komersial, dan biaya dari luar usaha.
C. Lampiran Formulir 1771-III
Ini merupakan formulir yang diisi untuk melaporkan kredit pajak dalam negeri.
D. Lampiran Formulir 1771-IV
Lampiran ini merupakan formulir yang digunakan untuk melaporkan jumlah penghasilan
yang dikenakan PPh final, jumlah PPh final yang dibayarkan dan jumlah penghasilan yang
bukan merupakan objek PPh selama tahun pajak yang bersangkutan.
E. Lampiran Formulir 1771-V
Formulir ini digunakan untuk melaporkan daftar pemegang saham/pemilik modal dan jumlah
dividen yang dibagikan serta daftar susunan pengurus dan komisaris.
F. Lampiran Formulir 1771-VI
Formulir ini digunakan untuk melaporkan daftar penyertaan modal pada perusahaan afiliasi,
daftar utang dari pemegang saham dan/atau perusahaan afiliasi, daftar piutang kepada
pemegang saham dan/atau perusahaan afiliasi.
G. Lampiran Khusus dan Dokumen Lain
Selain lampiran I – VI dalam formulir 1771, WP juga harus melengkapi formulir lampiran
khusus 1A – 8A.

Tahapan Pengisian e-Faktur Pajak yang Mudah untuk PKP


Apa itu faktur pajak? Yakni bukti pungutan pajak yang dibuat PKP atas penyerahan Barang
Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) PPN maupun PPnBM.
Sistem e-Faktur pajak dibuat untuk memberikan kemudahan, kenyamanan, dan keamanan
bagi PKP dalam melaksanakan segala kewajiban perpajakannya. Kewajiban perpajakan bagi
PKP dalam hal ini adalah memungut dan menyetor Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari
transaksi barang/jasa kena pajak. Serta kewajiban untuk melaporkan Surat Pemberitahuan
(SPT) Masa PPN online yang juga dilakukan melalui aplikasi e-Faktur. Dengan persyaratan
tetap mengacu pada format yang ditentukan oleh DJP.
Contoh Faktur Pajak gabungan dan standar yang telah ditentukan DJP di antaranya
mengandung unsur sebagai berikut:
1. Nama Penjual
2. Nama Pembeli
3. Nama Barang
4. Harga Jual
5. Satuan Mata Uang
6. Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
7. PPN
8. Tanggal Penyerahan

b. Fungsi e Faktur Pajak yang Sebenarnya


Para pengusaha yang sudah dikukuhkan sebagai PKP, diwajibkan untuk buat Faktur Pajak
sebagai bukti telah memungut pajak dari setiap transaksi yang melibatkan penyerahan BKP
dan/atau JKP.
Dengan adanya Faktur Pajak atau bukti pungutan pajak, maka PKP memiliki bukti telah
melakukan pemungutan & penyetoran PPN terutang hingga melaporkan SPT Masa PPN
secara sah sesuai peraturan perpajakan yang berlaku.

c. Pilihan Pembuatan e-Faktur


Ketika akan mengelola Faktur Pajak, pastikan terlebih dahulu jenis e-Faktur apa yang akan
dibuat sesuai dengan kebutuhan. Karena masing-masing Faktur Pajak elektronik tersebut
tentu berbeda-beda pengelolaannya tergantung kegunaannya. Maksudnya, ada beberapa jenis
Faktur Pajak elektronik berdasarkan fungsinya, yakni:
• Pajak Keluaran
Faktur Pajak Keluaran adalah Faktur Pajak yang dibuat oleh PKP saat melakukan penjualan
terhadap barang kena pajak dan/atau jasa kena pajak maupun yang tergolong dalam barang
mewah.
• Pajak Masukan
Faktur Pajak Masukan adalah Faktur Pajak yang didapat PKP ketika melakukan pembelian
terhadap barang kena pajak dan/atau jasa kena pajak lainnya.
• Faktur Pajak Pengganti
Sedangkan Faktur Pajak Pengganti adalah Faktur Pajak yang dibuar sebagai penggantian atas
Faktur Pajak yang telah terbit sebelumnya.
Pembuatan Faktur Pajak Pengganti tersebut bisa dikarenakan ada kesalahan pengisian,
kecuali kesalahan pada NPWP. Sehingga harus dilakukan pembetulan agar sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.
• Faktur Pajak Gabungan
Faktur Pajak Gabungan adalah Faktur Pajak yang dibuat oleh PKP yang meliputi seluruh
penyerahan yang dilakukan kepada pembeli barang/jasa kena pajak yang sama selama satu
bulan kalender.
• Faktur Pajak Digunggung
Faktur pajak digunggung merupakan faktur pajak yang tidak diisi dengan identitas pembeli,
nama, dan tandatangan penjual yang hanya boleh dibuat oleh PKP Pedagang Eceran.
• Faktur Pajak Cacat
Faktur pajak yang tidak diisi secara lengkap, jelas, benar dan/atau tidak ditandatangani
termasuk juga kesalahan dalam pengisian kode dan nomor seri. Faktur jenis ini dapat
dibetulkan dengan membuat penggantinya.
• Faktur Pajak Batal
Faktur pajak yang dibatalkan karena adanya pembatalan transaksi. Pembatalan faktur pajak
juga harus dilakukan ketika ada kesalahan pengisian NPWP dalam faktur pajak.

3 Tahapan Pengisian e Faktur ( eFaktur )


Sebelum mengisi kelengkapan e-Faktur, pastikan Anda sudah terdaftar dan memiliki akun di
DJP Online, berikut adalah tahapannya :

Tahap I
1. Harus mengisi kode dan Nomor Seri Faktur Pajak (NSFP) yang telah didapat dari DJP
yang diminta secara online dengan jumlah nomor yang diberikan memperhitungkan 3
bulan terakhir pemakaian NSFP.
2. Masukkan Nama, Alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) perusahaan yang
menyerahkan BKP/JKP pada kolom Pengusaha Kena Pajak.
3. Masukkan Nama, Alamat, dan NPWP perusahaan yang membeli atau menerima
BKP/JKP pada kolom Penerima BKP/JKP.

Tahap II
1. Masukkan nomor urut sesuai dengan urutan jumlah barang atau jasa kena pajak yang
diserahkan.
2. Masukan nama BKP/JKP yang diserahkan.
3. Masukan nominal harga pada kolom Harga Jual/ Penggantian/ Uang Muka/ Termin
(Jika nominal bukan dalam satuan rupiah, maka harus memiliki Faktur Pajak khusus
nominal non rupiah, yakni Faktur Pajak Valas).

Tahap III
1. Total keseluruhan harga ditulis pada kolom Harga Jual/ Penggantian/ Uang Muka/
Termin.
2. Total nilai potongan harga BKP/JKP ditulis (jika ada potongan) pada kolom
“Dikurangi Potongan Harga”.
3. Jika sudah menerima uang muka setelah penyerahan BKP/JKP, maka nominal uang
tersebut dapat ditulis pada kolom “Nilai Uang Muka yang telah diterima”.
4. Jumlah Harga Jual/ Penggantian/Faktur Pajak Uang Muka atau Termin dikurangi
dengan Potongan Harga dan Uang muka yang telah diterima, kemudian ditulis pada
kolom “Dasar Pengenaan Pajak”.
5. Jumlah PPN yang terutang sebesar 11% dari DPP ditulis pada kolom “PPN = 11% x
Dasar Pengenaan Pajak”.
6. Pada kolom PPnBM, hanya diisi apabila terjadi penyerahan BKP yang Tergolong
Mewah. Dapat mengisi dengan cara berikut: Besar tarif PPnBM dikalikan dengan
DPP.
7. Masukkan Tempat dan Tanggal pada saat membuat Faktur Pajak tersebut.
8. Masukkan Nama yang telah ditunjuk oleh Perusahaan (harus sesuai dengan Nama
Pejabat pada saat Perusahaan resmi menjadi PKP).

SPT Masa PPh 21/26 pada e-SPT


Perbedaan PPh pasal 21 dan PPh Pasal 26 adalah terletak pada subjek yang dipotong, yakni
jika PPh 21 diperuntukkan bagi WP Pribadi dalam negeri, sedangkan PPh 26 dikenakan pada
WP Pribadi luar negeri (WNA/Warga Negara Asing). Berikut cara menginputnya :

1. Siapkan dokumen yang berisi daftar pegawai perusahaan Anda beserta perhitungan
PPh 21/26.
2. Buka Aplikasi e-SPT PPh 21/26 kemudian login database perusahaan Anda.
3. Klik “Pilih SPT” lalu “Buat SPT Baru”

4. Apabila pegawai di perusahaan Anda dapat dihitung dengan jari, maka Anda dapat
menginput secara manual pada aplikasi e-SPT.
1. Caranya yaitu pilih “Isi SPT” kemudian input SPT berdasarkan data pegawai yang
dimiliki oleh perusahaan Anda. SPT Masa PPh 21/26 yang diinput mulai dari daftar bukti
potong tidak final dan final jika ada. Namun jika perusahaan Anda tidak memiliki
pegawai tidak tetap maka Anda tidak perlu mengisi pada bagian ini. Kemudian klik
“Daftar Pemotongan Pajak (1721-I)”, pilih “Satu Masa Pajak”, input berdasarkan data
pegawai tetap yang telah Anda siapkan dengan klik “tambah”.
2. Namun apabila pegawai pada perusahaan Anda sangat banyak, maka Anda dapat
menunggunakan cara cepat dengan klik “CSV”. Kemudian klik ”ekspor”, “Bukti Potong
dan SSP”, selanjutnya pilih file yang akan diekspor yaitu “Pemotongan Pajak Bulanan”
untuk input daftar pewagai tetap pada e-SPT dan “Bukti Potong Tidak Tidak Final” untuk
input daftar pewagai tidak tetap jika ada. (baca juga : Cara Impor pada e-SPT PPh 21/26
dengan benar).
3. Buka file ekspor tersebut, kemudian input berdasarkan dokumen yang sudah Anda
siapkan. Perlu diketahui bahwa kode pajak pada pegawai tetap yaitu 21-100-01.
Kemudian kode pajak untuk pegawai tetap berbeda-beda, Anda dapat melihat jenis kode
objek pajak pada menu “Referensi”, Klik “kode” selanjutnya “Kode Objek Pajak”.
4. Setelah input file ekspor pada excel dengan benar, kemudian pilih menu “CSV”, Klik
“Impor” untuk mengupload data yang ke e-SPT. Setelah semua data berhasil diimpor,
maka Anda dapat mengecek apakah input data Anda berhasil atau tidak dengan pilih
menu “Isi SPT”. Periksa kembali satu per satu setiap lampiran dan pastikan sudah terisi
dengan benar.

5. Kemudian input data pembayaran pajak yang terutang


Caranya dengan klik “Isi SPT”, pilih “Daftar SSP/Pbk (1721-IV) kemudian “tambah” dan
input data sesuai dokumen yang telah disiapkan.

6. Selanjutnya klik “Isi SPT” pilih “SPT Induk”.


Sesuaikan keterangan yang diminta pada SPT Induk dengan informasi perusahaan Anda
kemudian “simpan”.

Anda mungkin juga menyukai