LP HDR Yuliani 11222112
LP HDR Yuliani 11222112
Disusun oleh
YULIANI
NIM : 11222112
TA. 2023
A. Definisi
Harga diri rendah menurut Keliat(2010) dalam Titik (2014) adalah perasaan tidak
berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif
terhadap diri sendiri dan kemampuan diri, dan sering disertai dengan kurangnya
perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap
lawan bicara lebih banyak menunduk, berbicara lambat dan nada suara lemah.
Harga diri rendah adalah adanya perasaan hilang percaya diri , merasa gagal karena
karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Nugroho, 2011).
Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku
orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga
diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki
harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara
efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri
rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman
(Suerni & dkk, 2015).
B. Etiologi
1. Faktor Penyebab/Faktor Predisposisi Harga diri Rendah (Yusuf & dkk, 2015):
a. Penolakan.
b. Kurangpenghargaan.
c. Polaasuhoverprotektif, otoriter, tidakkonsisten, terlaludituruti, terlaludituntut.
d. Persainganantarakeluarga.
e. Kesalahandankegagalanberulang.
f. Tidakmampumencapaistandar.
2. Faktor Presipitasi Harga Diri Rendah (Yusuf & dkk, 2015) :
a. Trauma. (Seperti; penganiayaanseksualdanpsikologisataumenyaksikankeja-
dian yang mengancamkehidupansepertikehilanganbagiantubuh).
b. Keteganganperan. (Seperti; peranatauposisi yang diharapkandimanaindividu-
mengalamifrustrasi).
c. Transisiperanperkembangan.
d. Transisiperansituasi.
e. Transisiperansehat-sakit.
C. Manifestasi Klinik
Tandagejala yang mungkindialamiolehseseorang yang HargaDiriRendahMenurut
Nugroho, 2011 antara lain :
1. Data Objektif :
Tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih dan tidak melakukan
aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah tampak murung
2. Data Subjektif :
Mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang lain dan
mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak melakukan sesuatu.
Selaingejaladiatasmunculjugatandagejala lain yang terjadipadapasien HDR yaitu :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat
terapi sinar pada kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahkan/mengejek dan mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang
bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan
orang lain, lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih
alternatif tindakan.
6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
D. Mekanisme Koping
Menurut Stuart dan Sundeen yang dikutip oleh Anna Budi Keliat, 1998, mekanisme
koping pada pasien dengan gangguan konsep diri menjadi 2 yaitu :
1. Koping jangka pendek
a. Aktifitas yang dapat memberikan kesempatan lari sementara dari kasus.
b. Aktifitas yang dapat memberikan kesempatan mengganti identitas sementara.
c. Aktifitas yang memberikan kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep
diri atau identitas yang kabur.
d. Aktifitas yang memberi arti dalam kehidupan.
2. Koping jangka panjang
Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping jangka
panjang. Penjelasan positif akan menghasilkan identitas dan keunikan individu.
E. Pohon Masalah
F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Faktor Predisposisi
b. Faktor Presipitasi
c. Mekanisme Koping
d. Perilaku : Harga diri rendah
Data Subyektif :
1) Mengkritik diri sendiri atau orang lain.
2) Perasaan tidak mampu.
3) Pandangan hidup yang pesimis.
4) Perasaan lemah dan takut.
5) Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri.
6) Pengurangan diri/mengejek diri sendiri.
7) Hidup yang berpolarisasi.
8) Ketidakmampuan menentukan tujuan.
9) Mengungkapkan kegagalan pribadi.
10) Merasionalisasikan penolakan.
Data Obyektif :
1) Produktifitas menurun.
2) Perilaku destruktif pada diri sendiri dan orang lain.
3) Penyalahgunaan zat.
4) Menarik diri dari hubungan sosial.
5) Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah.
6) Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan).
7) Tampak mudah tersinggung / mudah marah(Yusuf & dkk, 2015).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Harga Diri Rendah Situasional
DukunganPenampilan
Peran (I.13478)
Observasi:
1. Identifikasi berbagai
peran dan periode
transisi sesuai tingkat
perkembangan
2. Identifikasi peran
yang ada dalam
keluarga
3. Identifikasi adanya
peran yang tidak
terpenuhi
Terapeutik:
4. Fasilitasi adaptasi
peran keluarga
terhadap perubahan
peran yang tidak
diinginkan
5. Fasilitasi bermain
peran dalam
mengantisipasi reaksi
orang lain terhadap
perilaku
6. Fasilitasi diskusi
perubahan peranan
terhadap bayi baru
lahir, jika perlu
7. Fasilitasi diskusi
tentang peran orang
tua, jika perlu
8. Fasilitasi diskusi
harapan adaptasi
peran saat anak
meninggalkan
rumah, jika perlu
9. Fasilitasi diskusi
harapan dengan
keluarga dalam peran
timbale balik
Edukasi :
10. Diskusikan perilaku
yang dibutuhkan
untuk
pengembangan
peran
11. Diskusikan
perubahan peran
yang diperlukan
akibat penyakit atau
ketidakmampuan
12. Diskusikan
perubahan peran
dalam menerima
ketergantungan
orang tua
13. Diskusikan strategi
positif untuk
mengelola
perubahan peran
14. Ajarkan perilaku
baru yang
dibutuhkan oleh
pasien/orang tua
untuk memenuhi
peran
Kolaborasi :
15. Rujuk dalam
kelompok untuk
mempelajari peran
baru
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
Menurut (Norma, 2013) Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat
dalam proses keperawatan yang merupakan serangkaian kegiatan/tindakan yang
dilakukan oleh perawat kepada klien. Tindakan keperawatan dilakukan dengan
mengacu pada rencana tindakan/intervensi keperawatan yang telah
ditetapkan/dibuat. Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien
terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi,
pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah
kesehatan yang muncul dikemudian hari.
Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan
rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif
(intelektual), kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam
melakukan tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada
kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan,
strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak. Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah
keperawatan telah teratasi dengan mengacu pada kriteria evaluasi yaitu Harga Diri
Rendah Situasional Teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, A. (2011). Asuhan Keperawatan pada Pasien Ny.U dengan Gangguan Konsep
Suerni, T., & dkk. (2013). Penerapan Terapi Kognitif dan Psikoedukasi Keluarga pada
Klien Harga Diri Rendah di Ruang Yudistira RS Dr.H. MARZOEKI MAHDI. Jurnal
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Yusuf, A., & dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan:
Salemba Medika.