に ほ ん げんだい ない げんしょう
日本 現 代 にアイドルオタク内 のオーバースペンディング 現 象
Universitas Diponegoro
Oleh:
13020217130035
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
AGUSTUS 2023
i
ii
iii
MOTTO
K A T A T S U B U R I
“かたつぶり
S ORO SO RO NOBO R E
そろそろ登れ
FUJI N O YAMA
富士の山”
“Keong kecil,
perlahan-lahan daki,
Gunung Fuji.”
― Kobayashi Issa
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Saya merasa sangat bahagia saat ini, karena akhirnya saya berhasil
menyelesaikan perjalanan panjang dalam penulisan skripsi ini. Tidak hanya itu,
saya juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada banyak orang yang telah
memberikan dukungan dan bantuan selama proses penulisan skripsi ini. Oleh
karena itu, dalam halaman persembahan ini, saya ingin mengungkapkan rasa terima
kasih yang tulus kepada mereka yang telah memberikan kontribusi berarti dalam
terutama kepada Papah yang selalu memberikan dukungan penuh, cinta, dan
pengertian sepanjang perjalanan ini. Terima kasih atas doa dan semangat yang
Tak lupa, rasa terima kasih saya juga ditujukan kepada pembimbing skripsi
saya, Arsi-sensei. Terima kasih atas bimbingan, arahan, dan masukan yang
berharga dalam mengarahkan penelitian ini menuju arah yang benar, dan mohon
Tentu saja, tidak bisa saya lewatkan rasa terima kasih saya kepada sahabat
saya Putra-san dan teman-teman lain yang telah berbagi pengalaman, pengetahuan,
Tidak ketinggalan, rasa terima kasih saya juga kuhaturkan kepada semua
pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, namun telah memberikan dukungan,
v
Akhirnya, kepada diri saya sendiri, saya mengucapkan selamat atas
ketekunan dan usaha yang telah saya gunakan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Proses ini tidak selalu mudah, namun melalui dedikasi dan kerja keras, saya berhasil
Semua rasa terima kasih dan penghargaan ini saya haturkan dengan tulus.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
vi
PRAKATA
Penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas puji
kasih dan berkat-Nya supaya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini
disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Linguistik
Dalam Kalangan Idol Otaku Jepang Era Kontemporer”. Penyelesaian skripsi ini
tentu saja mendapatkan bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh sebab itu,
penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah
M.Hum;
2. Ketua Program Studi S1 Bahasa dan Kebudayaan Jepang, Fakultas Ilmu Budaya
3. Arsi Widiandari, S.S, M.Si, selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan bantuan dengan rasa sabar. Terima kasih
atas ketersediaan waktu, kesabaran, bimbingan dan juga bantuan yang telah Sensei
berikan kepada penulis. Selesainya penulisan skripsi ini tidak dapat terjadi tanpa
jasa dan kebijakan Sensei, dan penulis akan selalu mengingat kebaikan Sensei;
4. Seluruh dosen dan karyawan program studi S1 Bahasa dan Kebudayaan Jepang,
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. Terima kasih atas ilmu, bimbingan
serta dukungan yang diberikan kepada penulis, baik di dalam atau pun luar kelas.
Jasa dan kebaikan para Sensei tidak akan penulis bawa seumur hidup;
vii
5. Kedua orang tua penulis, Papah dan Mamah tercinta. Terima kasih untuk segenap
kasih sayang, dukungan moneter, serta kesabaran yang rela diberikan kepada
penulis;
6. Terakhir terima kasih kepada semua pihak lainnya yang telah memberi bantuan
dan dukungan kepada penulis yang terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan masih
belum sempurna.
Oleh karena itu, penulis menerima semua kritik dan saran konstruktif dari pembaca
Semarang, 2023
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………………..i
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………….…ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………….iii
MOTTO…………………………………………………………………………..iv
PERSEMBAHAN…………………………………………………………………v
PRAKATA……………………………………………………………………….vii
DAFTAR ISI……………………………………………………...………………ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………..xi
INTISARI………………………………………………………………………..xii
ABSTRAK………………………………………………………………………xiii
BAB I……………………………………………………………………………...1
PENDAHULUAN…………………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………...………...1
1.2 Rumusan Masalah……………………..…………………………………...6
1.3 Tujuan Penelitian………………………………..…………………………6
1.4 Ruang Lingkup Penelitian……………………………………………..…...6
1.5 Metode Penelitian………………………………………………………….7
1.6 Manfaat Penelitian…………………………………………………………7
1.7 Sistematika Penelitian……………………………………………………...8
BAB II………………………………………………...………………………….10
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI……………………………10
2.1 Penelitian Terdahulu……..……………………………………………….10
2.2 Kerangka Teori dan Konsep……..………………………………………..13
2.2.1 Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow……..…………………….13
2.2.2 Konsep Konsumerisme dan Komodifikasi……………………..……….16
2.2.3 Konsep Idol Culture….…………………………………………………17
BAB III…………………………………………………………………………...20
PEMBAHASAN…………………………………………………………………20
ix
3.1 Sejarah Perkembangan Industri Idola Jepang……..………………………20
3.2 Asal Usul Idol Otaku………..…………………………………………….26
3.3 Perilaku Overspending di Dalam Kalangan Idol Otaku……..……………31
BAB IV…………………………………………...………………………………44
SIMPULAN……………………………………………………………………...44
ようし
要旨………………………………………………………………………………47
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….50
BIODATA PENULIS…………………………………………………………….62
x
DAFTAR GAMBAR
xi
ABSTRAK
Swa, Daniel Dewana, 2023. “Fenomena Overspending Dalam Kalangan Idol Otaku
Jepang Era Kontemporer”, Skripsi, Bahasa dan Kebudayaan Jepang, Universitas
Diponegoro, Semarang. Pembimbing Arsi Widiandari, S.S., M.Si.
Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan lebih lanjut mengenai
perkembangan industri idola Jepang dan proses kemunculan idol otaku, serta
fenomena overspending yang terjadi di dalam kalangan idol otaku.
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan studi
pustaka. Teori dan konsep yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah teori
hierarki kebutuhan Abraham Maslow, konsep konsumerisme dan komodifikasi,
konsep idol culture.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan diketahui bahwa bila
dibandingkan kolongan otaku lainnya, anggota kelompok idol otaku mengeluarkan
jumlah uang yang jauh lebih besar per individu. Sub-grup idol otaku mengeluarkan
103.543 yen per individu, 5 kali lipat lebih besar dibanding 20.541 yen dari sub-
grup manga otaku.
Kemudian, walau pun relatif berjumlah sedikit (12,4% dari 629 orang),
terdapat penggemar-penggemar idola Jepang yang rela menghabiskan setengah
(4,3% dari 629 orang) atau bahkan lebih dari setengah gaji mereka (8,1% dari 629
orang) demi hobi idol.
Terakhir, idol otaku menempatkan idola Jepang ke dalam hierarki
kebutuhan hidup mereka, dan kadang rela mendorong kebutuhan yang lain ke
bawah dengan idola Jepang sebagai prioritas paling tinggi.
Kata kunci: idol otaku, overspending, Jepang Kontemporer
xii
ABSTRACT
Swa, Daniel Dewana, 2023. "The Overspending Phenomenon Among Idol Otakus
in Contemporary Japan", Thesis, Japanese Language and Culture, Diponegoro
University, Semarang. Advisor Arsi Widiandari, S.S., M.Si.
The purpose of this research is to further explain the development of the
Japanese idol industry and the emergence process of idol otakus, as well as the
overspending phenomenon that occurs within the idol otaku community.
The method used is a descriptive qualitative method with a literature review
approach. The theories and concepts employed in this thesis include Abraham
Maslow's hierarchy of needs, the concepts of consumerism and commodification,
and the concept of idol culture.
Based on the conducted analysis, it is revealed that compared to other otaku
subgroups, members of the idol otaku group spend a significantly larger amount of
money per individual. The idol otaku subgroup spends 103,543 yen per individual,
which is five times greater than the 20,541 yen spent by the manga otaku subgroup.
Furthermore, although they make up a relatively small percentage (12.4%
of 629 individuals), there are Japanese idol fans who are willing to spend half (4.3%
of 629 individuals) or even more than half of their salary (8.1% of 629 individuals)
for their idol-related hobbies.
Lastly, idol otakus place Japanese idols within their hierarchy of needs,
sometimes even pushing other needs down the ladders with Japanese idols being
their highest and topmost priority.
Keywords: idol otaku, overspending, Contemporary Japan
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
yang rela mengikuti semua kegiatan idol dengan seksama baik melalui acara televisi
atau secara langsung melalui konser live, dan para penggemar tersebut seringkali
merekrut pra-remaja dan remaja dengan sedikit atau tanpa pengalaman dalam
industri hiburan, dan memasarkan mereka sebagai calon bintang (Craig, 2000).
Sebagian besar Idol adalah penyanyi, namun sering pula dilatih untuk berakting,
menari, dan modeling. Idol berperan penting dalam media periklanan, dengan 50-
team-a.html
2
Otaku (オタク) adalah sekelompok orang yang memiliki obsesi tidak wajar
terhadap suatu topik tertentu, umumnya terkait teknologi dan pop culture Jepang.
Inilah asal usul dari sebutan idol otaku, yaitu otaku yang sangat tertarik dengan
idola Jepang. Menurut penelitian yang dilaksanakan oleh Institut Riset Nomura
pada tahun 2004 dan 2005, diketahui bahwa terdapat total 1,72 juta otaku di Jepang
dengan estimasi keuntungan pasar sebesar 411 miliyar yen. Dari 1,72 juta populasi
tersebut, idol otaku menempati urutan ke-2 terbesar dengan populasi 280 ribu orang
dan total keuntungan 61 miliyar yen; artikel BBC yang ditulis oleh McAlpine pada
tahun 2017 menyatakan bahwa rata-rata keuntungan yang dihasilkan oleh idola
Jepang mencapai 1 miliar dolar per tahunnya, estimasi yang lebih besar dari
dengan angka sebesar itu tentu saja bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan,
dan salah satu faktor yang menyebabkan lakunya idol di pasar musik Jepang adalah
siasat yang diambil oleh agen-agen bakat idol. Agen bakat idol tidak hanya menjual
album musik dan melaksanakan konser live di teater layaknya artis penyanyi atau
band secara umum, namun juga menjual imej, kecantikan, dan personalitas idola
Para agen bakat menjual fantasi bahwa idol berada dekat dengan penggemar
idola dan dapat diraih dalam jangkauan tangan, dalam maksud mereka digambarkan
sebagai artis yang dapat lebih mudah menjalin koneksi dengan penggemar mereka
dibanding artis lain pada umumnya. Sebagai contoh, AKB48 yang merupakan salah
satu grup pop idol paling ternama di Jepang diciptakan dengan konsep, “Idol yang
dapat kamu temui” (AKB48, 2011). Penggemar idola tidak harus bersusah payah
3
untuk berusaha menemui idola mereka; mereka dapat langsung datang ke teater di
mana idola mereka berada dan berinteraksi dengan mereka baik melalui konser
musik atau acara jabat tangan. Oleh karena imej idol yang telah dirancang secara
seksama supaya terlihat mudah didekati, idol otaku yang menonton pun merasakan
koneksi secara emosional yang membuat mereka ingin mendukung para idola yang
mereka kagumi. Semakin besar investasi yang mereka masukkan dalam mengikuti
aktivitas idola, semakin kuat koneksi emosional mereka terhadap idola tersebut.
Salah satu cara paling konkrit untuk mendukung idola favorit mereka adalah dengan
dirasakan idol otaku terhadap idola mereka, agen bakat idol seringkali mengadakan
acara sosial seperti akushukai1 dan senbatsu sousenkyou2 di mana penggemar idol
dapat berinteraksi dan berkontribusi secara langsung kepada idola yang mereka
sukai. Para penggemar idola memiliki kesempatan untuk berbicara dan menyentuh
idola mereka muka-ke-muka dengan relatif mudah, sesuai dengan imej idola Jepang
yang membedakan mereka dengan artis lain secara umumnya. Tentu saja, acara
jabat tangan dan pemungutan suara untuk kontes popularitas idola Jepang semacam
1
Akushukai (握手会) adalah acara di mana para penggemar idol dapat bertemu dan berbicara
langsung dengan idola mereka sambil berjabat tangan. Pada umumnya waktu jabat tangan dibatasi,
dan bila ingin memperpanjang waktu maka harus membeli tiket jabat tangan lebih banyak.
2
Senbatsu sousenkyo (選抜総選挙) adalah pemungutan suara yang dilaksanakan tiap tahun di mana
idol otaku dapat memilih anggota idola favorit mereka, dapat disamakan dengan kontes popularitas.
4
musik, sehingga para penggemar idola harus membeli album musik tersebut bila
ingin mengikuti acara sosial bersama idola mereka. Dalam beberapa kasus, tak
jarang para penggemar idol membeli album musik dalam jumlah yang sangat
banyak, dengan harapan bahwa bentuk dukungan itu dapat membantu idola mereka
surprising-truth-behind-the-worlds-biggest-band/
dengan idol secara berlebih atau pemboros di dalam kalangan idol otaku Jepang.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata boros didefinisikan berlebih-
lebihan dalam pemakaian uang, barang, dan sebagainya. Pada tahun 2017,
Dazaifu, Prefektur Fukuoka, yang diduga membuang secara ilegal 585 CD dari grup
5
pop idol AKB48 di sebuah gunung (The Japan Times, 2017). Kejadian semacam
itu pun terjadi pada tahun berikutnya dengan ditemukannya banyak kantong plastik
Kedua kejadian ini terjadi dikarenakan niat para pelaku bukanlah untuk membeli
album musik pop idol untuk didengar atau dijual kembali, melainkan hanya untuk
pembelian kaset dalam jumlah yang berlebih, yang akhirnya tidak digunakan sama
sekali dan hanya dibuang saja, salah satu contoh riil kata pemborosan.
terkait obsesi dan fanatisme idol otaku dan dampak perilaku overspending ini dalam
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
otaku?
perkembangan industri idola Jepang dan proses kemunculan idol otaku, serta
fenomena overspending yang terjadi di dalam kalangan idol otaku. Tema penelitian
ini diambil karena peneliti tertarik untuk meneliti tentang fenomena overspending
dalam kalangan idol otaku secara lebih teliti dan menemukan dampak yang
individu yang masuk ke dalam kalangan idol otaku di Jepang yang sudah bekerja
atau barang dagangan terkait grup idola baik album CD, photobook, aksesoris,
7
pakaian, dalam jumlah berlebih yang tidak digunakan atau dibuang sesuai dengan
definisi “boros”.
pustaka. Penelitian berfokus pada data primer berupa hasil survei angka penjualan
merchandise dari idola Jepang oleh konsumen berupa penggemar idol yang berada
tahunan warga Jepang dan pengeluaran harian secara umum untuk mengetahui
apakah uang yang dikeluarkan dalam hobi idol melebihi pengeluaran sandang,
pangan, papan, dan masuk ke dalam skala overspending atau berlebihan. Penelitian
ini juga menggunakan data sekunder yang diperoleh dari analisis konten acara
televisi atau video internet dan artikel-artikel yang berkaitan dengan topik
masyarakat Jepang baik dalam kalangan idol otaku, idola Jepang sendiri, mau pun
Manfaat penelitian dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat
praktis berikut:
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
samping dari sifat obsesi dan fanatisme dalam kalangan idol otaku, dan
Bab I. Pendahuluan
idol, budaya yang berkembang mengelilingi idol, dan dampak yang dimiliki
oleh idola Jepang terhadap masyarakat Jepang secara luas, dan dampak
Bab ini juga membangun kerangka penulisan mulai dari rumusan masalah,
tujuan, ruang lingkup, metode penelitian, dan tentu saja manfaat dari
masih memiliki keterkaitan tema skripsi ini yang dijadikan pedoman dalam
penulisan karya ilmiah dengan mengkaji apa saja persamaan dan perbedaan
teori dan konsep yang akan digunakan untuk menganalisis data-data yang
dalam bab ini berdasarkan teori dan konsep yang digunakan di bab ke-2.
Bab ke-4 merupakan bab penutup yang berisi simpulan dari analisis
bab ke-3.
10
BAB II
beberapa peneliti sebelumnya, baik dari sudut pandang pop culture Jepang di luar
negeri sebagai salah satu bentuk soft power mereka, maupun budaya populer yang
komik, drama televisi, film, video game, hingga cosplay. Namun, salah satu bentuk
budaya populer Jepang yang paling unik ada di dalam industri musik yaitu di grup-
grup pop idol; unik bukan hanya karena genre musik yang mereka buat, tetapi juga
budaya dan praktik industri tersebut serta penggemar-penggemar idola Jepang yang
memanggil diri mereka “ idol otaku”. Di dalam sub-bab ini, peneliti akan
Studi berjudul “The Anxieties that Make the “Otaku”: Capital and the
dari Universitas Nasional Singapura yang dipublikasikan pada tahun 2013 di dalam
jurnal ilmiah “Japanese Studies” merupakan salah satu penelitian yang mengangkat
tema “otaku”, secara spesifik tentang asal-usul bagaimana klise tersebut muncul,
studi tersebut, otaku di masyarakat Jepang dianggap sebagai orang-orang yang tidak
produktif, lebih berfokus pada konsumsi hobi-hobi mereka, dan tidak bersosialisasi
sekelompok orang yang menyimpang dari norma sosial dan tidak cocok dalam
masyarakat kapitalis Jepang. Bila dilihat dari judulnya, penelitian itu mengambil
subjek terkait tentang otaku. Namun, perlu dicermati bahwa penelitian tersebut
tidak menyebut idol otaku secara spesifik, melainkan hanya otaku secara umum.
“The Anxieties that Make the “Otaku”: Capital and the Common Sense of
membahas objek otaku, penelitian ini lebih berfokus pada fenomena overspending
Industries and the Commercialization of Girl Bodies” merupakan studi jender oleh
Yeran Kim dari Universitas Kwangwoon, Korea yang dipublikasi pada tahun 2011.
Penelitian ini memiliki tema komodifikasi kaum wanita muda yang dilatih menjadi
produk “idol” dan konsumsinya secara massa. Menurut hasil penelitian “Idol
Girl Bodies”, idola wanita tidak diperlakukan secara manusiawi, dan tubuh mereka
oleh agensi bakat mereka. Produk-produk berupa imej dan penampilan idola wanita
mereka. Perbedaannya, penelitian ini tidak berfokus kepada komodifikasi idol yang
produk-produk idol secara berlebihan pada konsumennya yaitu kalangan idol otaku.
Konsumtif Fans JKT48 Dikalangan Mahasiswa” tahun 2017 oleh Rika Widya
grup idola JKT48 bernama JFUIN yang berlokasi di area UIN Syarif Hidayatullah
metode kualitatif deskriptif melalui wawancara sepuluh anggota JFUIN. Dari hasil
waktu yang banyak demi grup idola JKT48, melakukan kegiatan yang tidak masuk
akal, penilaian teman sejawat yang terlihat agak aneh, memuja gadis secara
tertuju pada JKT48, dan mengalami delusi tipe erotomanik. Sedangkan untuk
Penelitian ini mengambil teori-teori dari ilmu psikologi dan sosiologi yang
berkaitan dengan pola pikir manusia dan interaksi sosial di dalam masyarakat serta
Teori dan konsep yang akan dibahas di antara lain: 1) Teori hierarki
tingkat rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih
pada hal-hal esensial yang dibutuhkan oleh manusia untuk bertahan hidup,
dapat hidup bebas dari segala macam ancaman, baik tindak kriminalitas,
penyakit, bencana alam, dan hal apa pun yang membahayakan individu
tersebut.
15
c) Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial adalah kebutuhan manusia untuk rasa cinta dan kasih
penghargaan secara fisik (piala, tropi, dll.) namun juga dapat mencakup
pangkat, gelar, dan profesi; hal-hal yang berkaitan dengan harga diri.
penari butuh tubuh yang fleksibel untuk menari, seorang pengajar perlu
dapat bermain musik dengan tangan hampa, seorang penari tidak dapat
menari bila tubuhnya tidak dapat bergerak, dan seorang pengajar tidak
adalah "apapun yang dimaksudkan untuk ditukar," atau objek apapun yang
dimana wanita muda berusia remaja atau pra-remaja akan dilatih oleh agen-
agen bakat dan kemudian debut di depan publik sebagai artis (komodifikasi)
penjualan merchandise terkait idola tersebut seperti album musik, atau tiket
tertentu (1947: 21), sedangkan E.B. Tylor dalam bukunya yang berjudul
(1871: 1).
Idol atau idola secara umum diartikan sebagai orang, gambar, patung,
dan sebagainya yang menjadi pujaan. Pujaan di sini seringkali merujuk pada
kata bahasa Inggris idolatry, pemujaan kepada berhala, yaitu patung yang
arti “sesuatu yang dapat diaspirasikan”, karena idola Jepang adalah orang-
orang yang dikagumi oleh banyak penggemar mereka. Idola Jepang adalah
18
sejenis artis berupa wanita-wanita muda yang telah dilatih secara spesifik
mulai dari segi musik, penampilan, dan tarian untuk tampil di depan umum
mereka dan berpartisipasi dalam kegiatan idola, dari mengikuti konser live
sebagai pikiran, akal sehat, atau perilaku yang muncul di dalam sekelompok
orang yang berinteraksi dengan idol dan dianggap normal oleh individu-
agen-agen bakat yang melatih talent idol, atau pun pelaku aktivitas-aktivitas
mereka adakan seperti konser live dan acara fan meeting akushukai (jabat
glowstick oleh penggemar idola Jepang pada saat konser, hingga obligasi-
obligasi yang diharapkan oleh penggemar idol terhadap idola mereka seperti
Menurut artikel yang dimuat dalam Daily Dot yang ditulis oleh
dari grup boyband EXILE. Di dalam permintaan maaf publik yang diunggah
yang dicukur untuk menunjukkan “ketulusan” rasa maaf yang dia rasakan.
ketika artikel tabloid tentang seorang lelaki yang mengaku sebagai pacarnya
BAB III
PEMBAHASAN
Walaupun kata “idol” baru mulai digunakan oleh media Jepang pada
kelompok pemain teater musik dengan ciri-ciri “seperti idola” sudah ada sejak
Kagekidan didirikan oleh Kobayashi Ichizou pada tahun 1913; pada masa itu lagu-
lagu barat dan acara-acara dansa mulai populer di Jepang, dan karena Kobayashi
menganggap teater kabuki3 terlalu kuno dan elitis (Kobayashi, 1961), ia pikir teater
yang terdiri dari anggota perempuan saja akan diterima dengan baik oleh
banyaknya audisi untuk merekrut wanita-wanita muda dalam jumlah yang besar
untuk menjadi idola oleh televisi Jepang (Iwabuchi, 2002). Idola pada saat itu
dianggap “fana” karena karir mereka yang berumur pendek, dan bagaimana mereka
akan “menghilang” dari mata publik setelah mereka pensiun dari karir mereka.
3
Kabuki (歌舞伎) adalah teater dansa dan drama klasik Jepang. Ciri-ciri kabuki adalah
penampilannya yang sangat bergaya, kostum-kostumnya yang mewah, dan make-up kumadori
yang dikenakan para pemeran kabuki. Kabuki hanya dimainkan oleh pemeran laki-laki saja
semenjak wanita dilarang tampil dalam teater kabuki pada tahun 1629.
21
Di depan umum, para idola memiliki kewajiban untuk menjaga imej mereka
dengan menjunjung tinggi ilusi idealis dan mempertahankan citra rasa “suci”,
layaknya gadis yang tidak memiliki pengalaman romantis sama sekali. Pada situasi
ini, kata ideal tidak merujuk pada keterampilan sebagaimana seorang idola dapat
menari dan bernyanyi, akan tetapi lebih merujuk kepada cara mereka bertingkah
laku di depan umum. Untuk tetap menjaga imej di masyarakat, para idol akan
diberikan sejumlah pembatasan yang harus mereka patuhi dan membedakan mereka
dari orang-orang biasa. Beberapa contoh dari pembatasan itu di antaranya adalah
larangan untuk menggunakan toilet di tempat umum, dan kemunculan budaya renai
romantis di dalam kehidupan pribadi, dan bahkan terikat secara kontrak untuk tidak
melakukan hal tersebut, atau akan dihukum oleh agensi mereka bila tersingkap di
depan publik (Ooi, 2016). Selain itu, pada saat melakukan wawancara media, dan
pada saat mendapati pertanyaan tentang makanan favorit, mereka diarahkan untuk
menjawab dengan jawaban yang bernuansa feminin seperti "stroberi" dan "kue"
(Saijou, Kiuchi & Ueda, 2016:203). Hal tersebut dilakukan karena imej seorang
Idol Jepang umumnya memiliki kesan imut dan lucu atau kawaii dalam bahasa
Jepang.
ekonomi di Jepang, dan meningkatnya minat investor pada industri hiburan baru
tersebut, tahun 1980-an sering disebut sebagai masa keemasan idola Jepang
(Grunebaum, 2010). Namun, kepopuleran idol mulai memudar pada tahun 1990
22
Sepuluh Tahun yang Hilang) yang disebabkan oleh pecahnya gelembung ekonomi
terbaik atau paling unggul di dalam bidang mereka; idola Jepang pada umumnya
terdiri dari para wanita muda yang belum atau tidak memiliki pengalaman apa pun
di industri hiburan. Para calon idol tersebut kemudian dilatih oleh agensi mereka
dalam berbagai bidang seperti menanyi, menari, bahkan tata cara berbicara di depan
umum hingga perlahan-lahan menjadi penghibur yang lebih baik di atas panggung.
Peningkatan terus-menerus inilah yang menjadi poin utama yang menarik perhatian
penggemar idola. Para penggemar dapat mengikuti perjalanan idola mereka dari
awal debut hingga saat mereka pensiun atau lebih sering disebut “lulus”. Namun,
hal ini menjadi masalah karena idola-idola muda yang dikenal sebagai bintang
polos dan tidak berpengalaman dianggap memiliki karir yang kurang stabil, dan
Penampilan idola di media televisi era ini pun mulai menurun, digantikan
oleh “artis” dengan imej wanita cantik profesional yang bertalenta di bidang seni.
Artis dewasa dianggap lebih berpengalaman karena sudah lebih lama berada di
industri hiburan, dan talenta mereka pun umumnya telah terbukti sukses, berbeda
23
dengan idola yang harus dilatih terlebih dahulu dari awal dan setelah debut pun
tidak memiliki jaminan akan berhasil. Stagnasi idol pada periode ini sering disebut
“Zaman Musim Dingin Idol” (Yomiuri Shinbun, 2020). Meskipun bukan periode
yang baik untuk idol, pada periode yang sama berkembang pula jenis idol baru di
Jepang yang bernama chidol4 (Nakano, 2018) yang berkontras dengan pandangan
publik saat itu karena umur mereka yang jauh lebih rendah dari artis televisi dan
idola biasa.
melakukan debut di tahun 1997 sebagai salah satu grup musik di bawah naungan
Hello! Project, diikuti dengan meningkatnya angka gravure idol5 yang bermodel di
Di luar kategori grup idola, seiyuu (声優, pengisi suara untuk kartun anime,
film, dan acara televisi) perempuan seperti Horie Yui, Mizuki Nana, dan Tamura
Yukari, sering pula dipasarkan sebagai idola untuk mempromosikan kegiatan karir
menyanyi mereka. Idol seiyuu, walau terdengar mirip dengan idola biasa, memiliki
satu perbedaan yang penting yaitu “fokus” dalam karir mereka. Idola biasa lebih
4
Chidol (チャイドル) adalah singkatan dari child idol, yaitu idola Jepang di usia sekolah dasar.
Istilah "chidol" sendiri diciptakan oleh jurnalis Nakamori Akio di majalah Weekly Spa!, namun
mulai jarang digunakan hingga akhirnya digantikan oleh nama junior idol sekitar tahun 2000-an.
5
Gravure idol (グラビアアイドル) adalah sejenis idola yang menjadi model untuk majalah,
khususnya majalah pria, photobook atau DVD. Umumnya bermodel dengan menggunakan baju
renang dengan pose-pose cabul yang menekankan daya tarik seksual mereka.
24
sedangkan idol seiyuu tentu saja membutuhkan talenta sebagai pengisi suara untuk
melakukan pekerjaan mereka baik menyanyi, muncul di acara televisi dan radio,
atau bahkan memainkan karakter dalam kartun anime (Tokyo School of Anime,
2019).
Salah satu idol group yang ternama baik di Jepang maupun di seluruh dunia
adalah AKB48. AKB48 muncul pertama kali pada tahun 2005 dan kemudian
menjadi salah satu grup idola paling terkenal di dalam negeri Jepang (Onoda, 2020).
ikut terjun ke industri idola, dan imej idola di publik pun mulai beragam, masing-
masing grup idola sekarang memiliki konsep unik untuk menarik audiens yang
puncaknya pada awal tahun 2010, yang sering juga disebut Aidoru Sengoku Jidai (
Kunitaka mengutip internet sebagai salah satu alasan lajunya perkembangan idola
saat itu, karena semua orang dapat menunggah video ke situs web, dan model bisnis
idola (khususnya AKB48, dengan konsep “idol yang dapat kamu temui”),
mendorong tren ini dengan menciptakan lebih banyak peluang bagi kalangan idol
otaku untuk berinteraksi dengan idola favorit mereka dan dengan sesama
menceritakan tentang seorang gadis dari Tokyo yang pindah ke Pesisir Sanriku di
25
daerah Tohoku Jepang untuk menjadi seorang penyelam, namun malah menjadi
idol lokal di sana. Acara televisi itu dianggap sebagai “fenomena sosial” yang
ada terlalu banyak idola. AKB48 sendiri memiliki beberapa ratus anggota. Walau
tidak ada angka yang akurat, bila ikut dihitung jumlah idola lokal6 dan idola bawah
tanah7, angkanya mungkin saja melebihi 10.000.” Idola pun sudah tidak terbatas di
negara Jepang saja; banyak grup-grup idola yang muncul di luar negeri sebagai
cabang dari agensi besar Jepang, terutama sebagai cabang dari AKB48. Beberapa
Filipina, AKB48 Team SH di Cina, dan bahkan dapat dilihat di Indonesia sendiri
dalam grup JKT48 yang didirikan di Jakarta pada tahun 2011, menjadi kelompok
6
Rookaru aidoru (ローカルアイドル), sering pula disebut gotouji aidoru (ご当地アイドル) dan
chihou aidoru (地方アイドル) atau dipendekkan sebagai “locodol” (ロコドル), adalah sub-grup
idola Jepang yang biasanya beroperasi di daerah atau komunitas terpencil. Pada tahun 2021
diperkirakan ada sekitar 2.000 idola lokal aktif di Jepang.
7
Chika aidoru (地下アイドル), adalah sub-grup idola Jepang independen yang tampil di tempat
konser musik yang kecil. Berbeda dengan chijou aidoru (地上アイドル), idola populer atau
mainstream, idola bawah tanah lebih aktif melalui konser langsung di tempat dibandingkan
eksposur di masyarakat luas melalui media televisi atau penjualan kaset CD musik.
26
Otaku adalah sekelompok orang yang memiliki obsesi tidak wajar terhadap
suatu topik tertentu, umumnya terkait teknologi dan pop culture Jepang. Kata
“otaku” sendiri berasal dari bahasa Jepang untuk rumah atau keluarga orang lain (
お宅, otaku), yang juga digunakan sebagai bentuk sopan kata ganti orang kedua.
Berbeda dengan istilah lama, kata otaku moderen yang sering digunakan sekarang
pertama kali muncul di tahun 1980-an dan ditulis hanya dengan huruf hiragana (お
たく), huruf katakana (オタク, lebih jarangnya ヲタク) saja. Secara spesifik,
bentuk kontemporer ini nampaknya pertama kali diciptakan oleh Nakamori Akio
dalam kolum esai tahun 1983-nya yang berjudul Investigasi "Otaku" (『おたく』
の研究, "Otaku" no Kenkyuu), yang dicetak di majalah Manga Burikko (Alt, 2008).
anime, manga, dan pop culture Jepang yang canggung dan sulit bersosialisasi di
masyarat umum. Label Otaku memiliki stigma negatif yang berasal dari pandangan
dan laporan media massa tentang lelaki berumur 26 tahun dengan nama Miyazaki
berumur 4 sampai 7 tahun pada tahun 1989 (Martin, 2019). Miyazaki dijuluki
sebagai "Pembunuh Otaku" karena koleksi pornografi dan kaset video horornya,
yang disalahartikan oleh media sebagai anime dan manga. Hal ini memicu
27
Universitas Meiji dan ahli tentang manga, anime, video game, dan budaya populer
terkait, menjelaskan di dalam artikel The Japan Times tahun 2019 tentang
perbedaan pandangan publik terhadap otaku sebelum dan sesudah Miyazaki muncul
pelaku kejahatan muncul dari anak nakal, preman, dan orang-orang yang berasal
dari latar belakang rumah tangga yang rumit. Namun, acara talk show mulai
sekasat mata nampak tidak berbahaya, namun sebenarnya adalah pelaku kriminal,
dan hal ini memberikan gambaran negatif ke publik Jepang bahwa orang yang
Istilah otaku mulai digunakan kembali oleh penggemar anime dan manga
mulai tahun 2000-an dengan nuansa lebih umum dan positif, dan sekarang sering
anime atau manga (Jakusoso, 2013). Tetapi, otaku generasi lebih awal, seperti
Okada “Otaking” Toshio (salah satu pendiri dan mantan presiden perusahaan
死んでいる, Otaku Telah Mati) yang dipublikasi pada tahun 2008 mengatakan
bahwa generasi baru yang mengaku sebagai “otaku” bukanlah otaku sejati, karena
mereka tidak memiliki gairah dan rasa penelitian ke dalam subjek sub-budaya
28
tertentu, dan hanyalah penggemar biasa yang menghabiskan uang berlebihan untuk
Dalam esai Kitabayashi Ken yang dipublikasi oleh Institut Riset Nomura pada
tahun 2004, ia melakukan survei ukuran pasar 5 grup besar otaku yaitu: Komik,
Animasi, Idol, Game, dan Perakitan Komputer. Pada tahun 2005 Institut Riset
Teknologi Informasi Seluler, Otomobil, Travel, Busana, Kamera, dan Kereta Api.
Dalam survei Institut Riset Yano tahun 2018, mereka berhasil mengumpulkan data
dari 21 sub-grup otaku yang berbeda; hal ini dikarenakan orang-orang yang disebut
otaku sebenarnya bukanlah anggota satu grup besar saja namun adalah payung
istilah untuk sekumpulan orang-orang yang terobsesi terhadap hobi mereka masing-
masing. Namun, walau pun ketiga survei di atas dilaksanakan oleh 2 institut riset
yang berbeda pada tahun yang berbeda pula, salah satu poin yang sering muncul
adalah besarnya ukuran idol otaku bila dibandingkan dengan sub-grup otaku lain
baik dari jumlah anggota mau pun uang yang mereka konsumsi dalam hobi mereka.
Seperti yang dapat dilihat dari nama mereka, idol otaku adalah penggemar
dari pop idol Jepang. Dengan datangnya masa keemasan idola Jepang tahun 1980-
an dan meledaknya kepopuleran pop idol di media televisi saat itu, maka muncul
shin'eitai (親衛隊, pengawal) karena rutinitas mereka datang ke setiap konser dan
acara publik idola favorit mereka (Matsutani, 2009). Kemunculan para shin’etai
29
juga merupakan bibit yang akan tumbuh menjadi sekelompok orang yang sekarang
disebut idol otaku (kata otaku moderen sendiri muncul pada era ini).
berpikiran sama demi mendukung idola mereka, interaksi antar penggemar tersebut
pun sedikit demi sedikit berakumulasi menjadi suatu budaya yang unik dan hanya
anggota yang ingin didukung, sering dipendekkan menjadi oshi) diciptakan supaya
setiap penggemar dapat mengekspresikan dengan jelas idola mana yang paling
mereka sukai dari suatu grup idola tertentu, dibalas dengan munculnya ekspresi DD,
singkatan dari daredemo daisuki (誰でも大好き, suka siapa saja) bagi orang-orang
anggota siapa yang didukung asal mereka adalah idola (Riiyan, 2020), dan berujung
bahwa seseorang mendukung suatu grup idola secara menyeluruh, bukan satu
anggota tertentu saja (MyNavi News, 2019:2). Tidak hanya terikat dalam konteks
bahasa saja, idol culture pun merambat ke bidang seni dengan terciptanya wotagei
(ヲタ芸 atau オタ芸, seni wota), seni tarian unik sekelompok idol otaku yang akan
menari di konser musik live sambil mengayunkan glowstick seiring dengan musik,
seringkali berteriak mengikuti sahutan idola mereka (Suzuki, 2009). Seni wotagei
30
sendiri dilakukan sebagai salah satu bentuk apresiasi fan kepada idola mereka (The
Tentu saja, setiap orang menunjukkan apresiasi mereka dengan cara yang
berbeda, dan tidak semua idol otaku memiliki keinginan dan minat atau waktu
untuk mempelajari tarian wotagei. Terdapat cara yang dianggap lebih efektif oleh
para idol otaku dalam mendukung oshi mereka secara langsung, dan cara itu adalah
dengan membeli merchandise bermotif idola favorit. Cara tersebut tidak hanya
sederhana untuk dilakukan; membeli merchandise resmi dari idola mereka juga
dapat memberikan dampak positif seperti meningkatkan karir idola mereka. Namun,
apa yang dilakukan oleh para otaku tersebut merupakan pedang bermata dua. Dari
sisi idol, pengeluaran yang dilakukan oleh para idol otaku dapat mendukung karir
mereka. Di sisi lain, apabila melihat dari sisi idol otaku itu sendiri, terdapat hal yang
perlu dicermati, yakni sejumlah dana yang dikeluarkan untuk mendukung idol
mereka.
31
penghasilan mereka kepada hobi yang mereka tekuni, namun idol otaku secara
Dari banyak sub-grup otaku lainnya, idol otaku merupakan sub-grup dengan
pengeluaran uang paling banyak dibanding dengan kelompok otaku lainnya, dan
hal itu dapat dibuktikan melalui data survei “Consumer Survey regarding Otaku in
Japan: Key Research Findings 2018” yang telah dikumpulkan oleh Institut Riset
Yano selama 3 tahun dari 2016 sampai dengan 2018 yang terdiri dari 21 kategori
manga, light novel, majalah, model plastik, figurin, boneka, model kereta api,
popular idol, pergulatan profesional, pakaian cosplay, servis maid dan cosplay,
online gaming, adults gaming (video game erotik), pornografi, dating simulation
Gambar 3.2 Consumer Survey regarding Otaku in Japan: Key Research Findings
2018
Sumber: https://www.yanoresearch.com/en/press-release/show/press_id/2047
estimasi konsumen urutan ke-3 paling besar di belakang kategori Manga dan
Anime, namun dengan total uang yang dikeluarkan paling tinggi per tahunnya. Bila
data konsumen Popular Idol pada tahun 2018 dibandingkan dengan kategori
dengan angka konsumen paling besar yaitu kategori Manga, dapat kita lihat bahwa
33
walaupun konsumen dari kategori Popular Idol hanya berjumlah kurang dari
setengah konsumen kategori Manga (2,80 juta konsumen dibanding 6,40 juta
konsumen), angka uang yang dikeluarkan tiap individu dari kategori Popular Idol
berjumlah lebih dari 5 kali lipat kategori Manga (103.543 yen dibanding 20.541
yen).
Bila diteliti lebih dalam, pada tahun 2018 ada 8 kategori yang melebihi rata-
rata pengeluaran uang 33.055 yen per individu yaitu kategori Figure, Model
Railroad, Popular Idol, Maid and Cosplay, Online Gaming, Adults’ Video, Toy
dana yang dikeluarkan individu per tahun yang melebihi angka 100 ribu yen.
Jumlah konsumen dan pengeluaran per tahun Popular Idol terhitung dari tahun
2016 sampai dengan 2018 pun cenderung mengalami peningkatan yang konstan
(dari 79.783 yen, naik ke 88.252 yen, hingga sampai 103.543 yen).
lainnya adalah perbedaan antara produk atau komodifikasi yang dijual kepada
konsumen. Misalnya, buku komik dan animasi televisi adalah barang fisik atau
digital berupa konten cerita dan grafis yang dijual “seadanya”; konsumen
mendapatkan barang yang mereka beli, dan dapat mengkonsumsi barang tersebut
apa adanya, sedangkan dalam kasus idola Jepang tidak sedemikian. Ketika
merchandise atau pun kaset CD musik saja, namun juga idola itu sendiri;
kepribadian, penampilan, suara, imej, dan segala hal yang ditampilkan oleh idola
34
itu saat ada di atas panggung, hingga turun berinteraksi dengan penggemar mereka
muka-ke-muka, sampai di balik layar sosial media. Seorang idola bukanlah sekadar
barang fisik yang sudah “jadi”, namun individu yang dapat diajak berinteraksi dan
dengan motif dia karena mereka menyukai idola tersebut. Bila seorang idola tidak
memiliki penggemar, maka sebagus apa pun produk yang mereka buat, tidak akan
ada orang yang mau membelinya. Model bisnis agensi idola Jepang pun mengikuti
logika tersebut; agensi idola Jepang menitikberatkan interaksi antara idola dan
penggemar mereka demi membangun fanbase yang lebih besar, dan alhasil
menghabiskan uang mereka, maka semakin banyak pula peluang bagi mereka untuk
idola mereka. Namun, hal ini seringkali terjadi bukan karena mereka benar-benar
butuh atau ingin barang yang mereka beli, melainkan sebagai bentuk dukungan
membelanjakan uang untuk "orang yang mereka cintai"; banyak idol otaku yang
merasa senang karena dapat membuat idola yang dikagumi bahagia (Minami,
pekerjaan dan menggunakan tabungan hari tua mereka demi mendukung dan
uang mereka tentu saja adalah acara-acara akushukai yang seringkali dilaksanakan
di Jepang. Akushukai bila diterjemahkan secara literal memiliki arti “acara jabat
tangan”, dan dapat dikatakan mirip dengan meet-and-greet event yang dilakukan di
luar negeri.
Walau pun tur promosi dimana idola-idola Jepang akan berjabat tangan dan
memberikan tanda tangan kepada penggemar mereka sudah ada sejak tahun 70-an,
acara-acara tersebut tidak dinamakan akushukai secara spesifik. Salah satu acara
yang pertama kali menggunakan nama akushukai muncul pada tahun 1986 ketika
Nasional” untuk merayakan rilis album single kedelapannya yang berjudul Natsuiro
industri musik idol. Seringkali label musik idol akan merilis album lagu dengan
satu lembar tiket yang dapat digunakan untuk berpartisipasi ke acara jabat tangan,
salah satu strategi yang agen bakat gunakan untuk meningkatkan angka penjualan
kaset CD. Pada bulan Mei tahun 2014, album single grup idola Momoiro Clover Z
berhasil meraih peringkat satu di ranking mingguan Oricon, sebagai lagu paling
populer di Jepang minggu itu. Namun anehnya, hanya 67.000 kopi kaset CD saja
yang terjual; angka tersebut memang tidak dapat dikatakan kecil, namun bila
dibandingkan dengan angka grup-grup idola rival mereka, terdapat perbedaan yang
lumayan signifikan. Sebagai contoh, album single E-girls Diamond Only berhasil
terjual 73.000 kopi, sedangkan Morning Musume '14 Toki o Koe Sora o Koe /
Waktu / Kata sandinya adalah 0) terjual sekitar 119.000 kopi. Banyak idol otaku
yang berpendapat bahwa fans Momoiro Clover Z lebih sering mendengarkan lagu
mereka melalui media internet atau konser, dan jarang membeli lebih dari satu kopi
kaset CD saja karena album tersebut tidak memiliki tiket acara jabat tangan
(AOLNews, 2014).
37
Gambar 3.4 Tiket Akushukai SKE48 di Makuhari Messe dari Album Single Okey
Dokey (2011)
Sumber: https://www.flickr.com/photos/kalleboo/6623638351/
Dalam kata lain, tidak ada insentif bagi penggemar Momoiro Clover Z saat
itu untuk membeli ratusan kopi seperti fans grup-grup idola lainnya yang
sebanding dengan seberapa banyak lembar tiket akushukai yang dapat mereka
ambil. Tidak puas dengan berjabat tangan saja, beberapa grup idola Jepang
memberikan keuntungan lebih bagi konsumen loyal mereka. Pada tahun 2014 pula,
grup idola AeLL mulai menjual album kedua mereka pada awal April, dan
khusus; untuk 30 kopi konsumen akan mendapatkan makanan yang dimasak oleh
karaoke bersama anggota AeLL selama satu jam, sedangkan konsumen yang
membeli 100 kopi kaset yang sama dapat berkencan dengan anggota AeLL pilihan
mereka selama 90 menit (livedoorNEWS, 2014). Dengan harga 2.300 yen per kaset,
itu berarti bahwa penggemar AeLL harus membayar sebanyak 230.000 yen untuk
38
membeli 100 kopi kaset bila ingin mendapatkan kesempatan untuk berkencan
dengan idola mereka. Seperti tidak ingin kalah, grup idola Deep Girl pada tahun
2016 mencantumkan keuntungan berikut bagi penggemar yang membeli 2000 kopi
berdasarkan jenis kelamin) dengan idola pilihan (didampingi oleh anggota staf)
ratusan ribu hingga jutaan yen demi meraih impian mereka. Hal ini juga
menyebabkan fenomena dimana idol otaku akan membeli ratusan kopi album
musik pop idol hanya untuk mengambil hadiahnya; kaset album yang tidak terpakai
pun akhirnya akan dibuang saja, layaknya sampah. Apabila melihat perilaku para
penggemar idola tersebut, dapat kita lihat bahwa idol otaku cenderung
kesempatan untuk berinteraksi dengan idola favorit mereka secara lebih intim.
Maslow untuk mengetahui alasan mengapa kecenderungan idol otaku ini terjadi.
Abraham Maslow (1 April 1908 - 8 Juni 1970) adalah seorang psikolog asal
Maslow”. Maslow mengatakan bahwa agar suatu kebutuhan dapat terpenuhi, maka
kebutuhan yang ada di tingkat lebih bawah atau lebih dasar harus dipenuhi terlebih
39
dahulu sebelum kebutuhan yang ada di tingkat atasnya dapat terpenuhi. Hal ini
masuk akal, karena seseorang yang hampir mati kelaparan tidak akan dapat
memikirkan tentang cinta atau pun harga diri; yang pertama kali mereka pikirkan
tentu saja adalah bagaimana cara agar mereka bisa mendapatkan makanan dan terus
bertahan hidup. Di sisi lain, terdapat beberapa perilaku yang bertentangan dengan
klaim tersebut, salah satu contohnya yaitu perilaku overspending di dalam kalangan
idol otaku; idol otaku menunjukkan obsesi terhadap idola Jepang yang terlihat
seperti lebih penting daripada kebutuhan dasar mereka seperti makanan, pakaian,
Jepang tergolong sebagai negara dengan biaya hidup yang tinggi. Menurut
data survei Biro Statistik Kementerian Urusan Dalam Negeri dan Komunikasi
Jepang tahun 2021, warga Jepang lajang umumnya menghabiskan sekitar 500.773
yen untuk biaya makanan, 265.421 yen untuk tempat tinggal, dan 58.121 yen untuk
pakaian dalam 1 tahun; di mata uang rupiah, biayanya bertotal kurang lebih 93 juta
2021) dan menghabiskan 1.804.264 yen penghasilan mereka - hampir dua per tiga
- tiap tahun (Biro Statistik Kementerian Urusan Dalam Negeri dan Komunikasi
Jepang, 2021).
40
Tentu saja, wajar bagi seseorang untuk menyisihkan sebagian uang yang
mereka miliki untuk hobi dan rekreasi. Namun, ketika hal tersebut dilakukan secara
fenomena overspending seperti yang terjadi di kalangan idol otaku. Menurut survei
629 orang pada tahun 2021 yang dilaksanakan oleh IdolLab, lembaga riset yang
meneliti idola indie Jepang, hampir 29,1% dari idol otaku menghabiskan 20.001
sampai 50.000 yen, diikuti oleh 17,3% yang menghabiskan 50.001 sampai 100.000
yen, dan 9,5% yang mengeluarkan lebih dari 100.000 yen tiap bulannya. Sebagai
perbandingan, biaya makan di Jepang secara umum berjumlah 42 ribu yen per
bulan; itu berarti ada kemungkinan sebagian dari 629 orang yang mengisi survei
tersebut menghabiskan lebih banyak uang untuk hobi idola mereka daripada
makanan.
Dalam survei yang sama pula, IdolLab mendata seberapa besar persentase
penghasilan idol otaku yang mereka investasikan kepada idola Jepang. Mayoritas
dari 629 responden dengan persentase 36,9% menghabiskan hanya 10% dari gaji
mereka saja per bulan untuk hobi idola. Namun, walau pun berjumlah lebih sedikit,
4,3% responden menggunakan 40% sampai 50% penghasilan mereka, dan lebih
mengejutkan lagi 8.1% idol otaku menghabiskan lebih dari setengah pendapatan
demi mendukung oshi mereka. Hal ini mengejutkan karena itu menunjukkan
dapat “lulus” di waktu kapan pun, dan seperti lebih mementingkan kesejahteraan
di dalam kehidupan mereka. Pada umumnya, hierarki tersebut dibagi menjadi lima
potensi puncak)
ancaman)
bertahan hidup)
Namun, bagi seorang idol otaku, terdapat kebutuhan lainnya yang juga
kebutuhan yang lebih dasar harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan
yang berada di atasnya dapat ditangani oleh seorang individu. Tetapi, keunikan
kebutuhan yang dirasakan oleh seorang otaku dapat melebihi kebutuhan dasarnya
kebutuhan dasar lainnya. Sebagai contoh, seorang idol otaku dapat mengurangi
biaya makanan mereka untuk membeli tiket akushukai, tinggal di area yang tidak
aman karena lebih dekat dengan teater idola mereka, kehilangan kontak dengan
teman dan kerabat karena terlalu fokus kepada hobi idol otaku, tidak dapat meraih
sukses dan rasa puas dalam pekerjaan karena dianggap hanya sekadar sarana untuk
mendapatkan dana bagi idola, dan bahkan tidak dapat mencapai potensi paling
43
tinggi mereka sebagai seorang individu karena mereka mengabaikan perbaikan diri
sendiri demi mendukung idola favorit mereka. Meskipun begitu, dapat didebatkan
bahwa mungkin bagi para idol otaku sendiri, mendukung oshimen mereka secara
maksimal adalah aktualisasi diri, puncak potensial yang dikejar dan ingin diraih
Walau pun nampaknya tidak terlalu penting, dan setiap orang memiliki
kebebasan untuk mengalokasikan uang mereka untuk hobi yang mereka sukai, perlu
dicermati bahwa idol otaku secara spesifik cenderung mengangkat “kebebasan” itu
ke puncak yang ekstrim. Jika kondisi tersebut terus berlarut, maka dikhawatirkan
dapat berdampak pada situasi yang lebih serius lagi. Yakni, meningkatnya jumlah
orang yang tidak ingin menikah, menurunnya sosialisasi idol otaku dengan orang
dalam masyarakat, menurunnya produktifitas dalam dunia karena idol otaku lebih
memilih mencari pekerjaan sebagai freeter8 dibanding pekerjaan lebih stabil seperti
salaryman9 karena waktu kerja yang lebih luang yang memungkinkan mereka lebih
8
Furiitaa (フリーター): seseorang yang tidak memiliki karir stabil, lebih memilih untuk
mengabil beberapa pekerjaan paruh-waktu. Karena bukan pegawai tetap, mereka mendapatkan gaji
yang kecil, namun memiliki jam kerja yang lebih luasa.
9
Sarariiman (サラリーマン): pegawai kerah putih dengan gaji rutin yang bekerja di kantor,
biasanya dengan jam kerja panjang dan waktu lembur. Sebutan bagi pegawai wanita adalah office
lady.
44
BAB IV
SIMPULAN
Otaku adalah sebutan bagi sekelompok orang yang memiliki obsesi tidak
wajar terhadap suatu topik tertentu, umumnya terkait teknologi dan pop culture
Jepang. Idol otaku adalah penggemar dari pop idol Jepang, sejenis artis dengan
penampilan yang diciptakan secara khusus oleh agen-agen bakat yang melatih dan
calon bintang. Pada penulisan skripsi ini, peneliti tertarik untuk mendalami lebih
demi “mendukung” idola yang mereka sukai, membeli merchandise seperti kaset
CD dalam jumlah ratusan kopi yang kemudian tidak digunakan dan hanya dibuang
di tempat sampah saja. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan lebih lanjut
mengenai perkembangan industri idola Jepang dan proses kemunculan idol otaku,
serta fenomena overspending yang terjadi di dalam kalangan idol otaku tersebut.
deskriptif melalui studi pustaka dengan data-data dari buku, koran, jurnal ilmiah,
dalam kalangan idol otaku dan mencoba menemukan alasan hal tersebut terjadi
terhadap idola Jepang yang terlihat seperti lebih penting daripada kebutuhan
lainnya yang lebih dasar. Selain kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan mendapatkan
penghargaan, kebutuhan sosial, kebutuhan untuk rasa aman, dan kebutuhan dasar
atau fisiologi, idol otaku memiliki kebutuhan untuk mendukung idola yang
dijadikan prioritas, dan bahkan dapat didebatkan sebagai aktualisasi diri seorang
idol otaku. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap data-data jumlah
mengeluarkan jumlah uang yang jauh lebih besar per individu. Sub-grup
idol otaku mengeluarkan 103.543 yen per individu, 5 kali lipat lebih
2. Walau pun relatif berjumlah sedikit (12,4% dari 629 orang), terdapat
(4,3% dari 629 orang) atau bahkan lebih dari setengah gaji mereka
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisa tersebut adalah bahwa
fenomena overspending di kalangan idol otaku terjadi karena adanya obsesi yang
kebutuhan dasar mereka untuk memenuhi keinginan dan keterlibatan dalam dunia
46
yang lebih tinggi dalam hierarki mereka, yaitu obsesi terhadap idola Jepang.
ようし
要旨
げんしょう な ぜ お
オーバースペンディング 現 象 に何故起こるのか、アイドルオタクにどん
に ば ん め ない
りたいである。二番目 は、アイドルオタク内 のオーバースペンディング
げんしょう お りゆう し
現 象 とその起こった理由を知りたいである。
いちぶ
アイドルオタクにとって、アイドルをサポートすることがその一部
げんしょう
バースペンディング 現 象 ということである。
かん しょくじ にんげんかんけい
アイドルオタクに関すると、食事や人間関係などより、アイドルの
べつ くら こじん
1. 別 のオタク・サブカルチャーに比 べ、アイドルオタクは個人 の
ししゅつがく たか えん つい
支出額 がもっとも高い。アイドルオタクは、103,543円 を費やし、
えん ばい きんがく
マンガオタクの 20,541円の 5倍の金額である。
かず すく にん
2. 数 が少 なく(629人 のうち 12.4%)、だけれどアイドルオタクの
ひつようもの ひと
3. アイドルオタクにとって、アイドルが必要物のその一つである。そ
ほか よっきゅう くら ゆうせん たか
れに、他の 欲 求 に比べ、アイドルの優先がもっとも高い。
げんしょう ふか りかい
アイドルオタク内のオーバースペンディング 行 動 をより深く理解する
ひ さ ひつよう
を引き下げるためには必要である。
50
DAFTAR PUSTAKA
Skripsi
Buku Referensi
Craig, Timothy. 2000. “Japan Pop: Inside the World of Japanese Popular
Salemba Humanika.
Galbraith, Patrick W.; Karlin, Jason G. 2012. “The Mirror of Idols and
Jeremy P. Tarcher.
51
Advertising, Idols, and the Making of Fan Audiences”. New York: Palgrave
Macmillan Limited.
Daiyamondsha.
Koran
Kam, T. H. 2013. “The Anxieties that Make the “Otaku”: Capital and the
39–61.
Kim, Y. 2011. “Idol republic: the global emergence of girl industries and
る「現実空間」と「仮想空間」の二重構造〜「キャラクター」と「偶像」
Internet
53
2020.
https://www.youtube.com/watch?v=98f2J7h-Ya0&ab_channel=AKB48. Diakses
20 Oktober 2020.
http://neojaponisme.com/2008/04/02/what-kind-of-otaku-are-you. Diakses 25
September 2022.
員 も 、 売 上 は 7 万 枚 弱 ・ ・ ・ 不 振 の ワ ケ を 分 析 ”.
Baseel, Casey. 2018. “Idol group AKB48 sells 2.5 million copies of new CD,
https://soranews24.com/2018/06/01/idol-group-akb48-sells-2-5-million-copies-of-
https://web.archive.org/web/20160526092118/http://www.deep-
https://japantoday.com/category/features/lifestyle/innocence-lost-the-dark-side-of-
Grunebaum, Dan. 2010. "As Japan Ages, Pop 'Idols' Aren't as Spry as They
09 Juni 2022.
IdolLab. 2021. “ ア イ ド ル ヲ タ ク と お 金 に 関 す る 調 査 ”.
2023.
https://www.itmedia.co.jp/internet/guide/studioeyes/cover9903.html. Diakses 09
Juni 2022.
代 は 62 % 、 70 代 は 23 % ".
https://web.archive.org/web/20130703184904/http://news.mynavi.jp/news/2013/0
Kazama, Naoto. 2014. “Why are Handshake Events Important for Idols?”.
https://tokyogirlsupdate.com/handshake-events-important-for-idols-
https://web.archive.org/web/20120507221927/http://www.nri.co.jp/english/opinio
典に、千原ジュニアが思わずツッコミ「あの、もう 3 文字言うてまうわ。
『 ア コ ギ 』 ! 」 ”.
https://web.archive.org/web/20140507145039/http://news.livedoor.com/article/det
Martin, Ian. 2013. "AKB48 member's 'penance' shows flaws in idol culture".
https://www.japantimes.co.jp/culture/2013/02/01/music/akb48-members-penance-
Obsession”.
https://web.archive.org/web/20220905174124/https://features.japantimes.co.jp/hei
https://web.archive.org/web/20161026223421/https://www.japantimes.co.jp/news
/2009/08/25/reference/pop-idol-phenomenon-fades-into-
会 現 象 「 ア マ ノ ミ ク ス 」 ! ? ".
https://web.archive.org/web/20131110225648/http://mainichi.jp/enta/news/20130
explained”. https://www.bbc.co.uk/music/articles/84fd62c3-f5a4-49e6-9e3e-
https://www.merriam-webster.com/words-at-play/what-does-otaku-mean-in-
「 沼 」 に ハ マ る 女 性 た ち を 描 く 『 浪 費 図 鑑 』 の 作 者 に 聞 い た ".
https://www.huffingtonpost.jp/2018/01/16/rohi-zukan_a_23335251/. Diakses 16
November 2020.
https://www.nippon.com/en/japan-topics/c06004/the-future-of-
Nomura Research Institute. 2005. “New Market Scale Estimation for Otaku:
Population of 1.72 Million with Market Scale of ¥411 Billion — NRI classifies 5
https://web.archive.org/web/20120713033155/http://www.nri.co.jp/english/news/
https://web.archive.org/web/20160728194637/http://www.axiommagazine.jp/201
Ooi, Mariko. 2016. “The dark side of Asia’s pop music industry”.
https://web.archive.org/web/20171216233005/http://www.bbc.com/news/world-
情。内側と外側から業界を見つめる、地下アイドル・姫乃たまインタビュ
https://www.japanpolicyforum.jp/society/pt201604070130175557.html. Diakses 8
April 2022.
https://www.animenewsnetwork.com/answerman/2018-09-03/.136196. Diakses 25
September 2022.
Simone, Gianni. 2019. “From cosplay fan to idol, Yuriko Tiger's journey
https://www.japantimes.co.jp/community/2019/02/03/our-lives/fan-idol-yuriko-
宅 に 戻 っ た こ と を 報 告 ". https://hochi.news/articles/20190211-
The Japan Times. 2017. “Fukuoka man faces charges for illegally dumping
https://www.japantimes.co.jp/news/2017/10/18/national/crime-legal/fukuoka-
man-faces-charges-discarding-585-akb-48-cds-minus-popularity-poll-slips-
https://www.straitstimes.com/lifestyle/entertainment/fans-show-love-through-
scandal”. https://www.tokyohive.com/article/2012/06/akb48s-sashihara-rino-
そ の 歴 史 は 意 外 と 深 い っ て 本 当 ? ".
https://www.anime.ac.jp/contents/column/2019/01/04/column58/#i-3. Diakses 09
Juni 2022.
https://mainichi.jp/english/articles/20181118/p2a/00m/0na/005000c. Diakses 24
September 2022.
と 一 般 化 ".
https://web.archive.org/web/20210201130605/https://www.icc.ac.jp/nakayama/05
発 奮 し た 高 橋 由 美 子 が 3 0 周 年 … 「 悲 壮 な 現 実 ブ ッ 潰 す 」 ”.
2022.
62
BIODATA PENULIS
Riwayat Pendidikan :
No. Pendidikan Formal Tahun
Diponegoro