3 Diversitas Vertebrata
3 Diversitas Vertebrata
Ukuran petak pengambilan sampel atau kuadrat akan bergantung pada ukuran dan kondisi daerah
studi. Dalam hutan-hutan atau semak belukar, kuadrat-kuadrat yang besar dapat digunakan. Sebaliknya, di
lapangan rumput, padang penggembalaan, ladang dan lapangan bermain, kuadrat-kuadrat yang lebih kecil
akan memadai. Di hutan dengan ekosistem yang sangat rumit, ukuran dan jumlah kuadrat harus ditentukan
menurut waktu yang tersedia, dan sifat penelitian yang dilakukan. Karakter hewan adalah kemampuan bergerak
apabila terusik, karena itu peneliti dapat berkerja hati-hati dalam kelompok kecil, setiap tim mencatat jumlah dan
jenis spesies hewan yang ada dalam sebuah petak contoh.
Tujuan praktikum
Mengamati diversitas burung dan vertebrata lain di habitat alaminya
Permasalahan
Bagaimana diversitas burung dan vertebrata lainnya di suatu tempat berikut karakter vertebrata tersebut?
Metode
Tim dapat melakukan pengamatan mengikuti jalan setapak yang umum dipakai dengan pemandu lokal. Jumlah
mahasiswa yang bekerja dalam tim akan bergantung pada jumlah dan ukuran petak contoh yang direncanakan.
Sambil meneliti suatu komunitas rumit seperti hutan, setiap tim harus berhati-hati dan teliti sedemikian,
sehingga data yang terkumpul akan bersesuaian. Pengamatan dapat disesuaikan dengan penggolongan
hewan-hewan berdasarkan kategori yang diberikan di bawah ini :
1. Ukuran
Hewan-hewan dapat dibagi menjadi kelompok-kelompok ukuran yang baik – sangat besar (ternak), besar
(anjing, lutung), sedang (kucing), kecil (burung, tikus) sangat kecil (larva ikan).
2. Cara bergerak
Sayap, kaki atau tak bergerak. Jumlah bagian tubuh untuk bergerak dapat diberikan.
3. Kebiasaan makan
Karnivora, herbivora, insektivora, omnivora, pemakan sampah, pemakan cairan dan sebagainya.
4. Jumlah
Ini mencirikan kelimpahan dan frekuensi hewan-hewan dalam daerah studi. Kelimpahan setiap spesies
tertentu mengacu pada jumlah individu yang sebenarnya ada. Angka ini dapat diperoleh dengan
menghitung individu-individu dalam daerah keseluruhan (penaksiran mutlak) atau dalam petak sampel
(penafsiran relatif). Penaksiran tak langsung mengenai kelimpahan suatu spesies dapat juga dihitung
dengan menghitung cecahan (penurunan, mangsa yang tertinggal), jejak, jaring-jaring atau liang-liang
berbagai hewan dalam petak sampel.
Frekuensi suatu spesies mengacu pada penyebaran individu spesies dalam seluruh daerah studi.
Pentingnya atau keunggulan suatu spesies ditentukan dengan kelimpahan dan frekuensinya.
6
5. Rumah
Yang dimaksud “rumah” dari hewan ini misalnya seperti liang, sarang, tempat persembunyian, celah-celah,
di dalam pohon atau di balik batu, pada tanaman atau hewan-hewan.
6. Habitat
Ini berkaitan dengan tempat hewan membuat rumah udara, air atau tanah.
7. Penggolongan
Cirikan dalam kelompok mana hewan tersebut termasuk. Bila perlu, gunakan pedoman-pedoman
taksonomi, dan cobalah untuk menamai hewan-hewan. Siapkan sebuah daftar hewan pada setiap daerah
studi di atas.
Praktikum 2. Analisis diversitas hewan dengan pengambilan sampel secara langsung atau tidak
Analisis fauna dapat dilakukan pada aspek populasi atau komunitas baik secara langsung atau tidak
langsung dengan pencacahan atau pencuplikan. Analisis fauna ini adalah penting untuk kelamngsungan hidup
spesies baik yang melimpah maupun yang langka, kelangsungan interaksi ekologis untuk menjamin stabilitas
ekosistem serta untuk kelanjutan pemanfaatan plasma nutfah fauna untuk kepentingan pemuliaan hewan.
Kehandalan perkiraan fauna dengan pencuplikan atau pengambilan sampel bergantung pada kecermatan
dalam inventarisasi kondisi populasi, kecermatan dalam inventarisasi kondisi area dan representasi
pengambilan sampel dari area secara keseluruhan. Adapaun permasalahan yang perlu dipertimbangkan dalam
analisis fauna adalah catchability yang dipengaruhi oleh ukuran hewan, kecepatan gerak, penyamaran
(kamuflase), sensitivitas dan adanya kenyataan animal learning. Selain hal tersebut faktor lain yang juga perlu
dipertimbangan adalah adanya migrasi, laju dan kematian serta perlunya identifikasi yang akurat.
Umumnya, tiga cara dasar dapat digunakan dalam perkiraan jumlah dan biomassa hewan bergerak
yaitu, yaitu :
1. Pengambilan sampel dengan pemindahan (pengambilan sampel relatif) dengan penjeratan dan
pengumpulan.
2. Hitungan total dari kuadrat (pengambilan sampel mutlak)
3. Tata kerja penandaan dan penangkapan kembali
Ketiga cara itu mungkin dapat diikuti bila dari daerah itu diambil sampelnya secara menyeluruh, karena
seriap cara memiliki keuntungan dan kelemahan masing-masing. Selanjutnya, setiap cara memberikan hasil-
hasil yang lebih teliti untuk suatu kelompok daripada untuk keseluruhan kompleks fauna. Penggabungan cara
ini akan perlu untuk penelitian yang lebih mendalam. Berbagai tata kerja disebutkan untuk setiap jenis
pengambilan sampel, sehingga cara yang sesuai dapat dipilih dan dimodifikasi bila perlu, bergantung pada
waktu yang tersedia dan batas penelitian dilakukan.
Metode transek
Analisis fauna dapat dilakukan dengan membuat transek dengan panjang tertentu (misalnya 1 km). Di
sepanjang garis transek tersebut peneliti melakukan pengamatan terhadap hewan yang dijumpai di samping kiri
dan kanannya. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah individu masing-masing hewan yang dijumpai di
sepanjang garis transek dan juga jarak dijumpainya hewan dari pengamat.
1 km
transek
Keterangan :
N = jumlah individu setiap jenis hewan yang dijumpai
L = panjang garis transek (km2)
J = jarak rata-rata dijumpainya hewan dari pengamat (m2)
7
Metode penghitungan frekuensi vokalisasi
Ukuran populasi dihitung berdasarkan call heard dari hewan seperti burung, ayam hutan atau merak setiap
interval waktu 15 menit pada pagi subuh atau senja hari.
50 m
50 m
P = AZ . ( X 2 Y) -1
Keterangan :
P = perkiraan besar populasi
A = luas area penjelajahan
Z = jumlah hewan (misal babi, rusa) yang dilihat
X = panjang garis transek
Y = jarak rata-rata tempat hewan terlihat dan terhitung
X1 Y1
X2
Y2
X = penghalau
Y = pencatat hewan
Keterangan :
P = besar populasi hewan yang dicacah
A = luas area yang dicacah populasinya
p = jumlah luas hewan yang ditemukan pada unit-unit sampel
q = luas unit sampel area
N = a.n. r-1
8
n = jumlah individu yang tertangkap dalam penagkapan ulang
r = jumlah individu yang telah bertanda yang dapat ditangkap kembali pada
penangkapan ulang
Persamaan tersebut di atas sahih atau valid jika ;
1. Individu bertanda secara acak tercampur ke dalam individu lain dari populasinya
2. Di dalam populasi tidak terjadi kelahiran, kematian atau migrasi baik keluar atau ke dalam selama periode
antara pelepasan dan penagkapan ulang
3. Individu bertanda tidak terpengaruh oleh penandaan tersebut. Penandaan tidak berpengaruh di dalam
aktivitasnya.
4. Dalam penarikan contoh, baik yang pertama maupun ulangan semua individu mempunyai peluang yang
sama untuk ditangkap.
5. Penangkapan pada suatu waktu tidak berpengaruh terhadap peluang penangkapan ulang pada waktu
berikutnya.
Penarikan contoh dalam metode ini dikerjakan dalam waktu yang relatif pendek antar penangkapan
pertama dan penangkapan berikutnya. Dalam kondisi tersebut kita dapat menemukan peluang kejadian
pendugaan besar populasi dengan menggunakan standard error, sebesar :
a 2 n( n − r ) a 2 n( n − r )
S (N) = atau S2(N) =
r3 r3
Besaran ini menunjukkan kemiringan atau kecenderungan suatu data. Jika nilai S(N) besar, maka data
yang diperoleh kurang dapat dipercaya karena tidak terdapat hubungan dari N terhadap N, atau dengan
perkatan lain N tertutup terhadap N. Selanjutnya kita dapat memberikan suatu kisaran yang dapat dipercaya
untuk menduga besarnya populasi. Misalnya, untuk tingkat kepercayaan sebesar 95%, maka besarnya kisaran
nilai N adalah : N-1.96 S(N) sampai pada N + 1.96 S(N)
Dari persamaan di atas, jelaskan bahwa besarnya kisaran nilai dugaan akan menjadi lebih kecil jika
nilai kesalahan baku (standard error) berubah semakin kecil. Selanjutnya terlihat jelas menjadi lebih mudah
bagaimana kita dapat merubah besarnya dugaan jumlah populasi dengan memperbesar nilai r, yakni jumlah
individu yang telah bertanda dalam penangkapan ulang.
Lebih lanjut pertanyaan-pertanyaan yang dapat dikembangkan dari metode ini secara lebih terperinci
berdasarkan persamaan di atas adalah mengenai besarnya dugaan jumlah populasi dan pengaruhnya ke dalam
kesalahan baku atau standard error jika:
1. Jumlah individu bertanda dari penangkapan pertama (a), diperbesar dua kali
2. Jumlah individu yang tertangkap oleh penagkapan ulang (n), diperbesar dua kali
3. Baik (a) maupun (n) diperbesar dua kali
4. Banyak individu bertanda mati sebelum penangkapan ulang
5. Terjadi sejumlah individu yang jumlahnya konstan masuk dan keluar meninggalkan populasi
6. Individu bertanda menjadi mangsa dari pemangsanya
7. Individu populasi itu memiliki daerah teritorial
8. Dalam suatu penangkapan jenis individu binatang tersebut dalam penangkapan ulang lebih susah
ditangkap karena telah berpengalaman melihat umpan di dalam jaring atau jala yang disediakan.
Metode di atas disempurnakan oleh Hanson, yang menyatakan bahwa populasi dihitung tidak hanya
melalui penangkapan dan penandaan individu, tetapi dapat pula dilakukan hanya melalui pengamatan. Metode
ini dikenal sebagai metode pendugaan Hanson (hanson, 1968; Overton, 1971)
Jika dalam suatu pengamatan terhitung sejumlah individu yang merupakan bagian dari suatu populasi,
maka besarnya populasi tersebut dapat diduga melalui persamaan :
1
N= Pi di mana :
9
Selanjutnya untuk sejumlah pengamatan, maka persamaan tersebut menjadi :
N = x/p, di mana ;
x = merupakan jumlah total individu binatang yang terhitung pada sebuah sensus
p = merupakan peluang terlihatnya satu individu binatang dalam sensus tersebut.
Oleh karena itu apabila dalam suatu pengamatan sensus terhitung 100 ekor rusa untuk sebuah luasan
hutan, sementara itu peluang terlihatnya satu ekor individu dalam populasi itu adalah 0,2; maka jumlah individu
rusa yang merupakan dugaan besar populasi tersebut adalah 500 ekor. Metode pendugaan Hanson pad
hakekatnya berasumsikan bahwa jika perhitungan (x) dilakukan pada areal yang sama, untuk waktu yang
berbeda, atau untuk periode sensus yang berbeda sebenarnya keadaan populasi tersebut dianggap secara
binomial, di mana p dapat dihitung dari persamaan :
−
x .s 2
p= . di mana
x
Jika persamaa tersebut disubsitusikan ke dalam persamaan sebelumnya, maka metode pendugaan Hanson
menjadi :
x2
N=
x − s2
Sebagai contoh, pada suatu pengamatan burung quail di atas tanah perkebunan seluas 400 acre, dari
lima kali selang waktu pengambilan data selama sensus tersebut terhitung jumlah individu sebayak : 47, 93, 72,
39 dan 108 ekor. Rata-rata dari perhitungan sensus tersebut adalah x = 71,8 ekor dan varian s2 = 29,37.
Sementara itu peluang terlihatnya satu ekor burung quail dalam populasi itu diketahui sebesar 0,59. Maka besar
dugaan populasi burung tersebut menurut persamaan pertama adalah sebesar N = x/p = 121,7. Namun jika kita
gunakan persamaan terakhir di atas, maka besar dugaan populasi tersebut menjadi sebesar :
x2 (71,8) 2 5155,24
N= = = = 121,5
x−s 2
71,8 − 29,37 42,43
Jelaslah di sini terlihat bahwa dari kedua nilai dugaan populasi tersebut kita akan memilih populasi sebesar
121,5 ekor burung quail untuk kebun seluas 400 acre atau kita dapat menemukan burung quail dengan peluang
sebesar 0,31 ekor untuk setiap luas kebun satu acre dalam waktu tersebut di atas.
1 km 1 km
1 km
1 km
10
Keterangan :
P = Jumlah hewan per km2
K = Jumlah kelompok kotoran per km2 yang diperoleh dengan rumus :
Tujuan praktikum
Mahasiswa dapat melakukan analisis komunitas Vertebrata secara kualitatif atau kuantitatif
Permasalahan
Bagaimana diversitas dan kelimpahan Vertebrata di berbagai habitat alaminya? Dan bagaimana karakteristik
ketinggian tempat ditemukan, jenis pohon, distribusi dan petanya?
Metode
Mahasiswa dapat melakukan analisis diversitas Vertebrata secara kualitatif atau kuantitatif pada lokasi dan
waktu yang ditentukan (pagi atau senja hari), secara langsung atau tidak langsung. Tentukan metode yang
tepat untuk tujuan tersebut. Tentukan waktu, cuaca, musim, jumlah dan jenis Vertebrata karakter habitat dan
pohon yang dihinggapi, koordinat lokasi ditemukan burung dengan GPS. Tabel pengamatan dibuat sebelum
praktikum dimulai. Data yang diperoleh setiap kelompok dikompilasi sehingga diperoleh data kelas yang siap
dianalisis, diinterpretasi,dibahas dan disimpulkan. Pembahasan dilakukan untuk menentukan kekayaan spesies,
indeks diversitas, distribusi temporal, horizontal dan vertical, struktur komunitas Vertebrata dengan
memperhitungkan kondisi musim, cuaca, vegetasi dan habitatnya.
11