Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

“ PERPINDAHAN PANAS,

PENDIDIHAN dan KONDENSASI ”

DI SUSUN OLEH :

1. ANDREAS SILABAN 12010


2. DUCKE C.E. LATUMENTEN 1201026
3. GABRIELLA HERAWATI 1201013
4. MUHAMMAD ALAMSYAH 1201033
5. RIZQIN ILMAN 12010
6. YASRUDIN 1201042
7. YOGI KURNIAWAN 1201010
8. ZAIBUL HAQ 1201017

JURUSAN S1 TEKNIK PERMINYAKAN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI

BALIKPAPAN

2014

1
2

KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas rahmat-Nya, kami dapat menyusun makalah perpindahan panas dan
massa yang berjudul "Pendidihan dan Kondensasi" yang sederhana ini.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah
perpindahan panas dan massa dan teman-teman sekelompok yang membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun.
Akhir kata kami ucapkan selamat membaca dan semoga makalah ini
berguna bagi kita semua, khususnya menambah pengetahuan kita. Amin.

Balikpapan, 10 Desember 2014

Kelompok 3.

BAB I
3

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam
industri proses. Pada kebanyakan pengerjaan, diperlukan pemasukan atau
pengeluaran kalor, untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang
dibutuhkan sewaktu proses berlangsung. Kondisi pertama yaitu mencapai
keadaan yang dibutuhkan untuk pengerjaan, terjadi umpamanya bila
pengerjaan harus berlangsung pada suhu tertentu dan suhu ini harus
dicapai dengan jalan pemasukan atau pengeluaran kalor. Kondisi kedua
yaitu mempertahankan keadaan yang dibutuhkan untuk operasi proses,
terdapat pada pengerjaan eksoterm dan endoterm. Disamping perubahan
secara kimia, keadaan ini dapat juga merupakan pengerjaan secara alami.
Dengan demikian, Pada pengembunan dan penghabluran (kristalisasi)
kalor harus dikeluarkan. Pada penguapan dan pada umumnya juga pada
pelarutan, kalor harus dimasukkan. Hukum alam menyatakan bahwa kalor
adalah suatu bentuk energi.
Dalam perpindahan panas, sebagaimana dalam cabang-cabang
keteknikan lainnya, penyelesaian yang baik terhadap suatu soal
memerlukan asumsi (pengandaian) dan idealisasi. Hampir tidak mungkin
menguraikan gejala fisik secara tepat, dan untuk merumuskan suatu soal
dalam bentuk persamaan yang dapat diselesaikan kita perlu mengadakan
beberapa pengira-iraan (approximation).

1.2. Perumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
penulisan makalah adala sebagai berikut :
1. Apa saja jenis-jenis perpindahan panas dan jelaskan bagaiman
proses yang terjadi pada setiap jenisnya ?
2. Bagaimana aplikasi perpindahan panas ?
4

3. Jelaskan tentang proses pengembunan (kondensat) dan


pendidihan ?

1.3. Tujuan Penulisan


Dari penulisan makalah ini memiliki tujuan, antara lain :
1. Mengetahui dan memahami konsep dari jenis-jenis
perpindahan panas dan aplikasi perpindahan panas.
2. Mengetahui proses pengembunan dan pendidihan pada cairan
atau gas.

1.4. Manfaat Penilitian


Dalam penulisan makalah ini, manfaat yang diberikan kepada kita
adalah kita sebgai mahasiswa teknik dapat mengetahui dan
memahami jenis-jenis perpindaham panas dan pengaplikasian
perpindahan panas serta lebih memahami tentang proses
pengembunan dan pendidihan. Juga menambah wawasan kita.

BAB II

PERPINDAHAN PANAS

2.1. Pengertian Perpindahan Panas


Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya
energi dari suatu daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu
antara daerah-daerah tersebut. Karena beda suhu terdapat di seluruh alam
5

semesta, maka aliran panas bersifat seuniversal yang berkaitan dengan


tarikan gravitasi. Tetapi tidak sebagaimana halnya gravitasi, aliran panas
tidak di kendalikan oleh sebuah hubungan yang unik, namun oleh
kombinasi dari berbagai hukum fisika yang tidak saling bergantungan.
Kepustakaan perpindahan panas pada umumnya mengenal tiga cara
perpindahan panas yaitu, konduksi (conduction, juga dikenal dengan
istilah hantaran), konveksi (convection, juga dikenal dengan istilah aliran),
radiasi (radiartion).

2.2. Jenis – jenis Perpindahan Panas


2.2.1. Konduksi
Yang dimaksud dengan konduksi ialah pengangkutan kalor
melalui satu jenis zat. Sehingga perpindahan kalor secara
hantaran/konduksi merupakan satu proses pendalaman karena
proses perpindahan kalor ini hanya terjadi di dalam bahan. Arah
aliran energi kalor, adalah dari titik bersuhu tinggi ke titik bersuhu
rendah.
Perpindahan panas konduksi dan difusi energi akibat
aktivitas molekul Sudah diketahui bahwa tidak semua bahan dapat
menghantar kalor sama sempurnanya. Dengan demikian,
umpamanya seorang tukang hembus kaca dapat memegang suatu
barang kaca, yang beberapa cm lebih jauh dari tempat pegangan itu
adalah demikian panasnya, sehingga bentuknya dapat berubah.
Akan tetapi seorang pandai tempa harus memegang benda yang
akan ditempa dengan sebuah tang. Bahan yang dapat menghantar
kalor dengan baik dinamakan konduktor. Penghantar yang buruk
disebut isolator. Sifat bahan yang digunakan untuk menyatakan
bahwa bahan tersebut merupakan suatu isolator atau konduktor
ialah koefisien konduksi terma. Apabila nilai koefisien ini tinggi,
maka bahan mempunyai kemampuan mengalirkan kalor dengan
cepat. Untuk bahan isolator, koefisien ini bernilai kecil.
6

Persamaan umum yang biasa digunakan dalam perpindahan


panas dengan cara konduksi adalah

dimana : H : Panas
k : Konduktivitas termal

T : Perbedaan suhu

x : Perbedaan panjang/ jarak

A : Luas permukaan

H adalah perpindahan panas dan merupakan gradien

suhu kearah perpindahan panas. Konstanta positif k disebut


konduktivitas atau kehantaran termal (thermal konductivity) benda
itu, A adalah luas permukaan, sedangkan tanda minus diselipkan
agar memenuhi hukum kedua termodinamika, yaitu bahwa panas
mengalir dari suhu tinggi ke suhu yang lebih rendah.

Tabel 2.1 NILAI KONDUKTIVITAS TERMAL (k) BERBAGAI BAHAN PADA SUHU 0° C
7

Bahan W/m x °C Btu/h x ft x °F


Logam
Perak (murni) 410 237
Tembaga (murni) 385 223
Aluminium (murni) 202 117
Nikel (murni) 93 54
Besi (murni) 73 42
Baja karbon, 1% C 43 25
Timbal (murni) 35 20,3
Baja krom-nikel 16,3 9,4
(18% Cr, 8% Ni)
Bukan Logam
Kuarsa (sejajar sumbu) 41,6 24
Magnesit 4,15 2,4
Marmar 2,08-2,94 1,2-1,7
Batu pasir 1,83 1,06
Kaca, jendela 0,78 0,45
Kayu mapel atau ek 0,17 0,096
Serbuk gergaji 0,059 0,034
Wol kaca 0,038 0,022
Zat cair
Air-raksa 8,21 4,74
Air 0,556 0,327
Amonia 0,540 0,312
Minyak Lumas, SAE 50 0,147 0,085
Freon 12,CCl2 F2 0,073 0,042

Gas
Hidrogen 0,175 0,101
Helium 0,141 0,081
Udara 0,024 0,0139
Uap air (jenuh) 0,0206 0,0119
Karbon dioksida 0,0146 0,00844
8

Gambar 2.1 Perpindahan panas konduksi dan difusi energi akibat aktivitas molekul.

Pada umumnya, bahan yang dapat menghantar arus listrik


dengan sempurna (logam) merupakan penghantar yang baik juga
untuk kalor dan sebaliknya. Selanjutnya bila diandaikan sebatang
besi atau sembarang jenis logam dan salah satu ujungnya diulurkan
ke dalam nyala api. Dapat diperhatikan bagaimana kalor
dipindahkan dari ujung yang panas ke ujung yang dingin. Apabila
ujung batang logam tadi menerima energi kalor dari api, energi ini
akan memindahkan sebahagian energi kepada molekul dan elektron
yang membangun bahan tersebut. Moleku1 dan elektron
merupakan alat pengangkut kalor di dalam bahan menurut proses
perpindahan kalor konduksi. Dengan demikian dalam proses
pengangkutan kalor di dalam bahan, aliran elektron akan
memainkan peranan penting .
Persoalan yang patut diajukan pada pengamatan ini ialah
mengapa kadar alir energi kalor adalah berbeda. Hal ini disebabkan
karena susunan molekul dan juga atom di dalam setiap bahan
adalah berbeda.
Untuk satu bahan berfasa padat molekulnya tersusun rapat,
berbeda dengan satu bahan berfasa gas seperti udara. Molekul
udara adalalah renggang seka1i. Tetapi dibandingkan dengan bahan
padat seperti kayu, dan besi , maka molekul besi adalah lebih rapat
susunannya daripada molekul kayu. Bahan kayu terdiri dari
gabungan bahan kimia seperti karbon, uap air, dan udara yang
9

terperangkat. Besi adalah besi. Kalaupun ada bahan asing, bahan


kimia unsur besi adalah lebih banyak.

2.2.2. Konveksi
Yang dimaksud dengan konveksi ialah pengangkutan ka1or
oleh gerak dari zat yang dipanaskan. Proses perpindahan ka1or
secara aliran/konveksi merupakan satu fenomena permukaan.
Proses konveksi hanya terjadi di permukaan bahan. Jadi dalam
proses ini struktur bagian dalam bahan kurang penting. Keadaan
permukaan dan keadaan sekelilingnya serta kedudukan permukaan
itu adalah yang utama. Lazimnya, keadaan keseirnbangan
termodinamik di dalam bahan akibat proses konduksi, suhu
permukaan bahan akan berbeda dari suhu sekelilingnya. Dalam hal
ini dikatakan suhu permukaan adalah T1 dan suhu udara sekeliling
adalah T2 dengan Tl>T2. Kini terdapat keadaan suhu tidak
seimbang diantara bahan dengan sekelilingnya.
Perpindahan kalor dengan jalan aliran dalam industri kimia
merupakan cara pengangkutan kalor yang paling banyak dipakai.
Oleh karena konveksi hanya dapat terjadi melalui zat yang
mengalir, maka bentuk pengangkutan ka1or ini hanya terdapat
pada zat cair dan gas. Pada pemanasan zat ini terjadi aliran, karena
masa yang akan dipanaskan tidak sekaligus di bawa kesuhu yang
sama tinggi. Oleh karena itu bagian yang paling banyak atau yang
pertama dipanaskan memperoleh masa jenis yang lebih kecil
daripada bagian masa yang lebih dingin. Sebagai akibatnya terjad
sirkulasi, sehingga kalor akhimya tersebar pada seluruh zat.

Aliran Arus bebas


u T

u q
10

Tw

Dinding

Laju perpindahan kalor dihubungkan dengan beda suhu


menyeluruh antara dinding dan fluida, dan kuas permukaan A.
Besar h disebut koefisien perpindahan-kalor konveksi (convection
heat-transfer coefficient). Rumus dasar yang digunakan adalah

H = h A (Tw-T)

=hAT

dimana : H : Perpindahan panas


h : Koefisien konveksi
A : Luas permukaan

T : Perpindahan suhu

Pada perpindahan kalor secara konveksi, energi kalor ini


akan dipindahkan ke sekelilingnya dengan perantaraan aliran
fluida. Oleh karena pengaliran fluida melibatkan pengangkutan
masa, maka selama pengaliran fluida bersentuhan dengan
permukaan bahan yang panas, suhu fluida akan naik. Gerakan
fluida melibatkan kecepatan yang seterusnya akan menghasilkan
aliran momentum. Jadi masa fluida yang mempunyai energi terma
yang lebih tinggi akan mempunyai momentum yang juga tinggi.
Peningkatan momentum ini bukan disebabkan masanya akan
bertambah. Malahan masa fluida menjadi berkurang karena kini
fluida menerima energi kalor. Fluida yang panas karena menerima
kalor dari permukaan bahan akan naik ke atas. Kekosongan tempat
11

masa bendalir yang telah naik itu diisi pula oleh masa fluida yang
bersuhu rendah. Setelah masa ini juga menerima energi kalor dari
permukan bahan yang kalor dasi, masa ini juga akan naik ke atas
permukaan meninggalkan tempat asalnya. Kekosongan ini diisi
pula oleh masa fluida bersuhu rendah yang lain.

PerpinG

Gambar 2.2 Perpindahan panas konveksi (a) konveksi paksa, (b) konveksi alamiah, (c)
pendidihan, (d) kondensasi.

Proses ini akan berlangsung berulang-ulang. Dalam kedua


proses konduksi dan konveksi, faktor yang paling penting yang
menjadi penyebab dan pendorong proses tersebut adalah perbedaan
12

suhu. Apabila perbedaan suhu .terjadi maka keadaan tidak stabil


terma akan terjadi. Keadaan tidak stabil ini perlu diselesaikan
melalui proses perpindahan kalor. Dalam pengamatan proses
perpindahan kalor konveksi, masalah yang utama terletak pada cara
mencari metode penentuan nilai h dengan tepat. Nilai koefisien ini
tergantung kepada banyak faktor. Jumlah kalor yang dipindahkan,
bergantung pada nilai h.
Jika cepatan medan tetap, artinya tidak ada pengaruh luar
yang mendoromg fluida bergerak, maka proses perpindahan ka1or
berlaku. Sedangkan bila kecepatan medan dipengaruhi oleh unsur
luar seperti kipas atau peniup, maka proses konveksi yang akan
terjadi merupakan proses perpindahan kalor konveksi paksa. Yang
membedakan kedua proses ini adalah dari nilai koefisien h-nya.

2.2.3. Radiasi
Yang dimaksud dengan pancaran (radiasi) ialah
perpindahan kalor melalui gelombang dari suatu zat ke zat yang
lain. Semua benda memancarkan kalor. Keadaan ini baru terbukti
setelah suhu meningkat. Pada hakekatnya proses perpindahan kalor
radiasi terjadi dengan perantaraan foton dan juga gelombang
elektromagnet. Terdapat dua teori yang berbeda untuk
menerangkan bagaimana proses radiasi itu terjadi. Semua bahan
pada suhu mutlak tertentu akan menyinari sejumlah energi kalor
tertentu. Semakin tinggi suhu bahan tadi maka semakin tinggi pula
energi kalor yang disinarkan.
Proses radiasi adalah fenomena permukaan. Proses radiasi
tidak terjadi pada bagian dalam suatu bahan. Tetapi suatu bahan
apabila menerima sinar, maka banyak hal yang boleh terjadi.
Apabila sejumlah energi kalor menimpa suatu permukaan,
sebagian akan dipantulkan, sebagian akan diserap ke dalam bahan,
dan sebagian akan menembusi bahan dan terus ke luar. Jadi dalam
13

mempelajari perpindahan kalor radiasi akan dilibatkan suatu fisik


permukaan.
Rumus untuk perpindahan panas secara radiasi menerapkan
hukum Stefan yaitu:

R= e

Diaman : e : Emisivitas

: Konstanta Stefan-Boltzeman (5,67 x 10-8


W/m2K4)

T : Suhu

Persamaan diatas disebut hukum stefan-boltzman tentang


radiasi termal dan berlaku hanya untuk radiasi benda hitam saja.
Benda hitam adalah benda yang memancarkan energi menurut

hukum .

Bahan yang dianggap mempunyai ciri yang sempurna


adalah jasad hitam. Disamping itu, sama seperti cahaya lampu,
adakalanya tidak semua sinar mengenai permukaan yang dituju.
Jadi dalam masalah ini kita mengenal satu faktor pandangan yang
lazimnya dinamakan faktor bentuk. Maka jumlah kalor yang
diterima dari satu sumber akan berbanding langsung
sebahagiannya terhadap faktor bentuk ini. Dalam pada itu, sifat
terma permukaan bahan juga penting. Berbeda dengan proses
konveksi, medan aliran fluida disekeliling permukaan tidak
penting, yang penting ialah sifat terma saja. Dengan demikian,
untuk memahami proses radiasi dari satu permukaan kita perlu
14

memahami juga keadaan fisik permukaan bahan yang terlibat


dengan proses radiasi yang berlaku.

Gambar 2.3 Perpindahan panas radiasi


(a) pada permukaan, (b) antara permukaan dan lingkungan.

Proses perpindahan kalor sering terjadi secara serentak.


Misalnya sekeping plat yang dicat hitam. Lalu dikenakan dengan
sinar matahari. Plat akan menyerap sebahagian energi matahari.
Suhu plat akan naik ke satu tahap tertentu. Oleh karena suhu
permukaan atas naik maka kalor akan berkonduksi dari permukaan
atas ke permukaan bawah. Dalam pada itu, permukaan bagian atas
kini mempunyai suhu yang lebih tinggi dari suhu udara sekeliling,
maka jumlah kalor akan disebarkan secara konveksi. Tetapi energi
kalor juga disebarkan secara radiasi.
Dalam hal ini dua hal terjadi, ada kalor yang dipantulkan
dan ada kalor yang dipindahkan ke sekeliling. Berdasarkan kepada
keadaan terma permukaan, bahan yang di pindahkan dan
dipantulkan ini dapat berbeda. Proses radiasi tidak melibatkan
perbedaan suhu. Keterlibatan suhu hanya terjadi jika terdapat dua
permukaan yang mempunyai suhu yang berbeda. Dalam hal ini,
setiap permukaan akan menyinarkan energi kalor secara radiasi
jika permukaan itu bersuhu T dalam unit suhu mutlak. Lazimnya
jika terdapat satu permukaan lain yang saling berhadapan, dan jika
permukaan pertama mempunyai suhu T1 mutlak sedangkan
15

permukaan kedua mempunyai suhu T2 mutlak, maka permukaan


tadi akan saling memindahkan kalor.
Selanjutnya juga penting untuk diketahui bahwa :
1. Kalor radiasi merambat lurus.
2. Untuk perambatan itu tidak diperlukan medium (misalnya zat
cair atau gas).

2.3. Aplikasi Perpindahan Panas


2.3.1. Pada Thermos
Pada saat mendidihkan air panas, berarti kita mendapatkan
air panas. Bagaimana caranya agar air ini tetap panas? Tentunya
kita masukkan ke dalam thermos. Thermos merupakan salah satu
alat untuk menyekat kalor. Bagaimanakah cara kerja thermos
hingga dapat menyekat kalor agar air tetap panas? Pada thermos
terdapat dinding kaca di mana bagian dalam dan bagian luarnya
dibuat mengkilap.

Bagian dalam kaca dibuat mengkilap agar kalor dari air


panas tidak terserap pada dinding. Sementara bagian luar dinding
kaca dibuat mengkilap berlapis perak agar tidak terjadi
perpindahan kalor secara radiasi. Ruang hampa di antara bagian
dalam dan luar berfungsi untuk mencegah perpindahan kalor secara
konveksi. Tutup thermos terbuat dari bahan isolator, seperti gabus,
untuk mencegah terjadinya perpindahan kalor secara konduksi.
Dengan demikian air di dalam thermos tetap panas.

2.3.2. Pada Medan Aliran Paksa Menggunakan Algoritma Simple


secara Konveksi
Aplikasi ini merupakan aplikasi pada geometri dua plat
datar. Perpindahan kalor konveksi dalam medan aliran merupakan
gejala yang dipengaruhi oleh distribusi kecepatan aliran dan sifat-
sifat fluida setempat. Distribusi kecepatan dalam medan aliran ini
16

harus memenuhi dua persamaan secara serentak. persamaan


momentum dan persamaan kontinuitas. Bila harga tekanan yang
tepat disubstitusi ke dalam persamaan momentum, maka medan
kecepatan yang dihasilkan akan memenuhi persamaan kontinuitas.
Algoritrna SIMPLE (Semi-Implicit Method fur Pressure-
Linked Equalioiis, Patankar, 1972) merupakan salah satu metoda
untuk mendapatkan medan tekanan yang "tepat" yang diawali
dengan menebak medan tekanan dan kecepatan pada awal iterasi.
Substitusi harga tebakan ini ke dalam persamaan momentum
memberikan medan kecepatan yang selanjutnya dikoreksi agar
memenuhi persamaan kontinuitas. Medan tekanan juga dikoreksi
dengan suatu faktor relaksasi yang harus ditentukan untuk
mendapatkan konvergensi solusi. Pada tugas akhir ini, algoritma
SIMPLE, diterapkan ke dalam sistem aliran udara di antara dua
plat datar yang dipanaskan.
Simulasi dilakukan pada berbagai kondisi kecepatan aliran
serta temperatur dan jarak antar plat. Persyaratan konvergensi yang
dipilih untuk menghentikan iterasi adalah bahwa selisih harga
antara kecepatan dari persamaan momentum dan kecepatan dari
persamaan kontinuitas tidak melebihi 1% (relatif terhadap
kecepatan setempat) untuk seluruh titik grid dalam medan aliran.
Dari simulasi ini dapat diperoleh distribusi temperatur dan
kecepatan pada seluruh titik dalam medan al
Distribusi temperatur yang telah diperoleh selanjutnya
dapat digunakan untuk menghitung distribusi bilangan Nusselt
sepanjang arah aliran udara. Sebagai hasilnya, diperoleh distribusi
bilangan Nusselt yang berubah secara asimtotik menuju harga yang
bervariasi di sekitar 7,534 - 7,542. Hasil ini cukup dekat dengan
data yang terdapat di dalam referensi (Ozisik, Iieul Iiwi /erj) di
mana bilangan Nusselt berubah secara asimtotik menuju harga
7,541.
17

2.3.3. Pada CFD


Aplikasi CFD Dalam Kehidupan Computational Fluid
Dynamics atau CFD adalah analisis sistem yang melibatkan aliran
fluida, perpindahan panas dan fenomena-fenomena terkait seperti
reaksi kimia dengan cara simulasi berbasis komputer.

 Dalam perancangan instalasi perpipaan

Aplikasi dari piranti lunak berbasis metoda nemrik


adalah dalam perancangan instalasi perpipaan. Dengan
bantuan piranti lunak ini proses perancangan menjadi lebih
mudah karena analisis terhadap rancangan langsung dapat
diketahui hanya dengan menggambarkan instalasi
rancangan. Umumnya piranti lunak yang tersedia di pasaran
menyediakan fasilitas untuk berbagai boundary conditions
seperti single atau double acting displacement, single atau
double acting rotational, translational dengan bi-linear
stiffness, snubbers, guide dan limit stop, tie-rod assembly,
gap dan friksi, dan lain-lain.

 Pada Industri

Di bidang Aerospace : memperkirakan aliran fluida


pada pesawat dan juga menentukan material yang akan
dipakai oleh pesawat, simulasi bagian mana dari pesawat
yang akan menerima kalor dan tekanan paling tinggi akibat
gesekan dengan atmosfir saat meninggalkan atau menuju
bumi, merancang dan mendisain bentuk pesawat, drag force
dan lift force, etc. Di bidang proses industry : design dan
analisa pipa pada industry oil & gas, analisa blade pompa,
18

proses terjadinya kavitasi pada pompa maupun pipa, Heat


Exchanger., water mixer, milk heater, etc.

 Bidang Otomotif

Di bidang Otomotif : penentuan sifat


aerodinamik pada bagian kendaraan, pergerakan
kendaraan pada terowongan, system wiper, Fuel
rail, Muffler, catalytic converter, natural convection
with radiation ( head lamp), alternator, etc.
Powerplant : simulasi keadaan yang terjadi
selama proses generasi-Di bidang listrik
berlangsung, yang umumnya terjadi pada
boiler(PLTU), sehingga dapat mengetahui erosi
partikel, korosi, perpindahan panas terutama
didalam tube (pipa), particle drying (pengeringan
partikel), ignition (pengapian), dan burnout
dynamics (pergerakan api pembakaran). mengetahui
karakteristik api, karakteristik turbin, keadaan
didalam boiler, pipa, efisiensi optimal cooling
tower, optimasi waste (PLTG)

 Di bidang Elektronika : analisa aliran thermal di dalam


assembli computer, pada tata letak server database.
 Di bidang HVAC (Heat Ventilating Air Conditioner) :
perpindahan kalor dan distribusi kontaminan dalam dimensi
ruang (tiga dimensi), distribusi aliran udara dan tempratur,
parameter kenyaman tata letak ruangan, Air Cond. Duct
system pada Mass transport, building, etc.
19

 Di bidang kesehatan : simulasi aliran darah dalam


pembuluh darah arteri dan vena, menjelaskan efek
pernapasan dari partikael-partikel berukuran berbeda dalam
tubuh manusia, kontaminasi udara, air, atau fluida lainnya.

BAB III

PENDIDIHAN DAN KONDENSASI

Titik didih suatu cairan atau dikenal juga dengan temperatur saturasi
adalah temperatur dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan lingkungan
sekitar cairan tersebut. Pada titik ini cairan akan berubah fase menjadi uap.
Temperatur saturasi dari air pada tekanan atmosfer adalah 100oC. Pada titik inilah
air akan berubah fase menjadi uap dengan membentuk gelembung-gelembung uap
air.
Temperatur saturasi menjadi sebuah fungsi yang unik dari tekanan.
Semakin tinggi tekanan di sekitar air maka akan semakin tinggi pula titik
didihnya, dan apabila semakin rendah tekanan di sekitar air tersebut maka
semakin rendah pula titik didih air tersebut. Hal tersebut disebabkan karena
tekanan air akan mempengaruhi karakteristik –seperti entalpi (kandungan kalor)
air, panas laten, dan entalpi uap– dari uap air yang terbentuk pada tekanan
tersebut.

3.1. Pendidihan
Ketika temperatur dinaikkan sampai titik tertentu di mana tekanan
uap jenuh pada temperatur tersebut sama dengan tekanan luar, terjadilah
pendidihan.
20

Gambar 3.1 Perbedaan proses penguapan dengan pendidihan.


Selama proses pendidihan (boiling), gelembung-gelembung kecil
terbentuk pada cairan, yang menunjukkan perubahan dari fase cair ke gas.
Jika tekanan uap di dalam gelembung lebih kecil dari tekanan luar,
gelembung akan hancur sebelum mencapai permukaan. Pada saat
temperatur naik, tekanan uap jenuh di dalam gelembung akhirnya sama
dengan atau melebihi tekanan udara luar.
Gelembung kemudian tidak akan hancur, tetapi bertambah besar
dan naik ke permukaan. Anggap tekanan udara luar adalah 1 atm (1 atm =
101325 Pa ~ 100 kPa. Untuk air, kondisi tekanan uap jenuh (svp) 1 atm
(~100 kPa, yang sama dengan tekanan udara luar, ingat bahwa untuk
pendidihan, tekanan uap jenuh harus sama dengan tekanan udara luar)
tercapai pada suhu 100 °C (lihat kembali Gambar 3). Suhu 100 °C ini yang
kita kenal sebagai titik didih air.

3.2. Perbedaan Penguapan dan Pendidihan


Dari penjelasan di atas maka dapat diperoleh bahwa perbedaan
antara penguapan dan pendidihan adalah sebagai berikut.
1. Pada proses penguapan, tekanan uap jenuh (saturated vapor pressure
(svp) atau vapor pressure) lebih kecil dari tekanan udara luar.
Sementara proses mendidih dapat tercapai, jika tekanan uap jenuh
(svp) sama dengan tekanan tekanan luar.
21

2. Penguapan adalah suatu proses yang terjadi pada permukaan zat cair
saja (surface phenomenon), sedangkan pendidihan terjadi pada bagian
volume zat cair (volume phenomenon).
3. Pendidihan dapat terjadi pada titik didih tertentu, sedangkan
penguapan dapat terjadi pada suhu di bawah titik didih. Syarat
terjadinya penguapan adalah tekanan parsial air di udara lebih kecil
daripada tekanan uap jenuh, dan adanya molekul pada permukaanzat
cair yang memiliki energi kinetik di atas energi kinetik rata-rata.
Energi kinetik yang berlebih ini memampukan molekul zat cair untuk
”melepaskan diri” dari ikatan antarmolekulnya dan menjadi uap.
3.3. Diagram Fasa Air

Gambar 3.2 Grafik P-T (yang sering disebut juga diagram fasa) untuk H2O.

Kita ketahui bahwa air dapat berwujud padat (es), cair atau uap.
Selain ditentukan oleh temperatur, wujud H2O juga ditentukan oleh
tekanannya. Perlu diingat bahwa grafik P-T pada Gambar 6 bukanlah
grafik ’sebab-akibat’ (tekanan pada sumbu y bukanlah hasil yang
didapatkan dari perubahan suhu pada sumbu x), tapi grafik tersebut
merupakan grafik kondisi di mana wujud padat, cair dan gas dari H2O
22

dapat terjadi pada tekanan-tekanan tertentu dan suhu-suhu tertentu. Grafik


seperti ini disebut juga diagram fase.
Dari diagram fase H2O di atas, dapat dilihat bahwa air juga dapat
berwujud uap di bawah suhu 100 °C (100 °C=373,15 K), jika tekanan
dikondisikan pada nilai-nilai tertentu dibawah batas QR. Bahkan es pun
memiliki kemungkinan untuk menyublim (berubah langsung menjadi uap,
tanpa melalui fase cair) pada suhu di bawah 0,01 °C (0,01°C=273,16 K),
pada tekanan tertentu (perhatikan batas di sebelah kiri titik Q).
Jika tekanan udara luar lebih kecil dari 1 atm, misalnya di
pegunungan yang jauh lebih tinggi dari permukaan laut (kita ketahui,
semakin tinggi suatu permukaan dari permukaan laut, maka tekanan udara
luarnya akan semakin kecil), maka tekanan uap jenuh yang diperlukan
untuk mendidih pun semakin kecil. Sebagai akibatnya, titik didih zat cair
juga akan semakin kecil. Hal inilah yang menyebabkan air akan lebih
cepat mendidih di puncak gunung yang tinggi (titik didihnya lebih rendah)
dibandingkan dengan di dekat permukaan laut. Sebagai contoh, titik didih
air di daerah bertekanan rendah (katakanlah 1/3 atm) hanya sekitar 70 °C.
23

BAB IV

KONDENSASI

Kondensasi adalah suatu proses untuk merubah suatu gas atau uap menjadi
cairan. Gas dapat berubah menjadi cair dengan menurunkan temperaturnya arau
meningkatkan tekanan. Umumnya, pendekatan yang digunakan adalah dengan
menurunkan temperatur, sedangkan dengan meningkatkan tekanan gas lebih
mahal.

Pengendalian gas dengan kondensasi lebih sederhana dan murah


peralatannya, umumnya digunakan air atau udara sebagai media pendingin.
Efisiensi penyisihan gas dengan proses kondensasi pada umurnnya rendah,
dibandinakan dengan proses adsorpsi, absorpsi atau combustion, kecuali gas
tersebut dapat terkondensasi pada temperatur tinggi. Kondensasi secara tipikal
digrunakan sebagai pretreatment (pengendalian pendahuluan), sebelum.
digunakan alat pengendali yang mempunyai efisiensi lebih tinggi seperd adsorber,
absorber atau insinerator, dengan menggunakan pretreatment, maka beban alat
pengendali berikutnya lebih ringan.

4.1. Prinsip Kondensasi


24

Jika gas polutan yang panas berkontak dengan media pendingin


(air atau udara), maka terjadi transfer panas dari gas panas ke medium
pendingin, temperatur uap gas akan turun, maka energi kinetik molekul
gas akan berkurang sehingga molekul-molekul gas akan bergerak saling
berdekatan (Gaya van der Waals) yang akan menyebabkan gas
terkondensasi menjadi liquid.
Kondisi aktual dimana molekul gas akan terkondensasi tergantung
kepada sifat fisik dan kimia dari molekul gas tersebut mencapai (sama
dengan) tekanan uapnya. Ada tiga cara untuk menurunkan tekanan uap
parsial gas yaitu : (1) dengan cara meningkat tekanan gas sehingga tekanan
parsial gas tersebut mencapai tekanan uap gas, (2) gas didinginkan sampai
tekanan parsial gas tersebut mencapai tekanan uapnya, (3) gabungan kedua
cara di atas, yaitu dengan cara meningkatkan tekanan gas dan
mendinginkannya. Ketiga proses tersebut di atas diperlihatkan pada
gambar dibawah ini :

Gambar 4.1 Hubungan antara Suhu dan Tekanan.


25

Pada gambar diatas, Titik I menunjukkan temperatur dan tekanan


suatu gas, garis putus-putus menunjukkan usaha yang dilakukan untuk
mencapai kurva tekanan uap, yaitu dengan menurunkan temperatur,
menaikkan tekanan atau kombinasi keduanya. Titik-titik sepanjang garis
tekangan uap disebut juga sebagai titik embun (dew point),, yang
didefinisikan dengan suatu kondisi dimana gas siap untuk berkondensasi
membentuk cairan. Pada Gambar tsb juga ditunjukkan suatu titik kritis
(critical point). Setiap senyawa mempunyai temperatur dan tekanan kritis
tertentu. Temperatur kritis adalah temperatur maksimum, dimana di atas
temperatur kritis, gas tidak akan terkondensasi. Suatu kondisi gas
( temperatur, tekanan ) yang berada pada kurva kesetimbangan tekanan
uap, maka kondensasi mulai terjadi. Dari titik tersebut, campuran gas-
liquid mengikuti kurva garis tekanan uap tersebut. Jika campuran tersebut
terus didinginkan, tekanan partial gas akan selalu ada pada kurva
kesetimbangan tekanan uapnya, sehingga tidak semua polutan dapat
dikondensasikan, akan selalu ada polutan dalam bentuk uap.

4.2. Kondensor
Proses kondensasi untuk mengendalikan/ menyisihkan gas polutan
dibedakan atas teknik kondensasi kontak langsung dan tidak langsung
(surface). Dalam teknik kondensasi kontak langsung, gas polutan
berkontak langsung dengan media pendingin, dan kondensat (polutan yang
terkondensasi) akan bercampur dengan media pendingin. Sedangkan
dalam teknik tidak langsung, gas polutan dan pendingin dipisahkan oleh
suatu permukaan Kondensor, permukaan disebut pula shell-and-tube heat
exchanger.

4.2.1. Kondensor Kontak Langsung


Kondensor kontak langsung, lebih sederhana peralatannya,
biaya instalasinya lebih murah dan hanya mernbutuhkan sedikit
peralatan pembantu dan biaya perawatan. Lebih murah media
26

pendingin yang umum digunakan adalah air, volume media


pendingin yang digunakan lebih banyak jika disbandingkan dengan
kondensor permukaan, yaitu 10 sampai 20 kali lebih banyak. Pada
Gambar dibawah ini diperlihatkan gambar kondensor kontak
langsung. Aliran air sebagai media pendingin meninggalkan
kondensor bersama dengan polutan yang terkondensasi. Proses
absorpsi dapat terjadi pada kondensor kontak langsung jika polutan
dapat larut dalam air. Adanya proses absorpsi tersebur
meningkatkan efisiensi penyisihan.
Spray tower condenser adalah jenis kondensor kontak
langsung, dimana aliran zat polutan masuk dari bagian bawah, dan
aliran air di buat spray dari bagian atas. Ejector dan barometric
condenser dioperasikan dengan arah laju aliran air dan udara sama,
perbedaannya terletak pada penggunaan spray air. Untuk ejector
condenser air di-spray-kan menggunakan alat venturi.

4.2.2. Kondensor Permukaan


Kondensor permukaan sering Juga disebut shell-and-tube
heat exchanger. Alat kondensor permukaan terdiri dari tabung se!
inder luar untuk mengalirkan gas polutan, sedangkan air sebagai
media pendingin mengalir di dalam tabung-tabung kecil dalarn
selinder tersebut. Gas berkontak dengan tabungpendingin,
kemudian terkondensasi, kemudian kondensat ditampung.
Sedangkan gas yang tidak-terkondensasi keluar. Pada Gambar tsb
diperlihatkan kondensor permukaan dan aliran udara dalam
kondensor tersebut.
27

Gambar 4.2 Kondensor Kontak Langsung dan Kondensor Permukaan serta aliran
udara dalam kondensor.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari pembahasan yang ada, maka dapat kita ambil kesimpulan
sebagai berikut :

1. Perpindahan panas memiliki 3 konsep, yaitu konduksi, konveksi, dan


radiasi.

2. Pendidihan dan penguapan berbeda proses.

3. Pengembunan biasa disebut dengan kondesat.


28

DAFTAR PUSTAKA

Kreith,Frank dan Arko prijono.prinsip-prinsip perpindahan panas.Edisi ketiga.


Erlangga:Jakarta.1997.
Holman, J.P., dan jasjfi.Perpindahan Kalor.Edisi keenam.Erlangga:Jakarta.1997
Incropera, F.P., dan Dewitt, D.P., Fundamental of Heat and Mass Transfer, John
Wiley & Sons, 2002.
Kern, D.Q., Process Heat Transfer, Mc Graw Hill, New York, 1950.
McCabe, Smith dan Harriots, Unit Operations in Chemical Engineering, Mc
Graw Hill,1985.
Holman, J.P., Heat Transfer, Mc Graw Hill, New York, 1987.
http://ITB Central Library.com

http://E-Learning USU-inherent/perpindahan panas.html

Anda mungkin juga menyukai