Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

OLEH : PUTRI CHYNTIA DEWI


NIM : 050691751

PROGRAM STRATA 1 MANAJEMEN


UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2023
Belajar Malu dari Putri Malu
Oleh: Jaya Suprana

KETIKA sedang mempelajari apa yang disebut malu demi menyusun buku Malumologi (Elex
Media Komputindo 2019), perhatian saya sempat tertarik pada sejenis tanaman yang pada saat
tersentuh spontan reaktif melayukan dedaunan dirinya sendiri. Masyarakat Indonesia menyebut
tanaman sensitif itu sebagai Putri Malu, sementara para botanikawan memberi nama lebih beraroma
“ilmiah” yaitu Mimosa pudica. Lain halnya dengan masyarakat Jerman menyemooh orang yang
mudah merasa tersinggung sebagai mimosa.
Para ilmuwan menganggap reaksi gerak dedaunan Putri Malu melayukan diri disebabkan oleh
perubahan tekanan turgor pada tulang daun yang bisa ikut dirasakan oleh dedaunan Putri Malu.
Tiupan angin dengan kederasan melebihi ambang batas sensitivitas Putri Malu juga bisa menyebabkan
dedaunannya menutup diri. Secara saintifik, gerak dedaunan Putri Malu disebut kerennya sebagai
seismonasti yang dipengaruhi tigmonasti. Putri Malu sensitif bukan hanya terhadap sentuhan atau
tiupan angin namun juga menguncup pada saat matahari terbenam dan merekah kembali setelah
matahari terbit. Ada makna survival pada sifat penguncupan dedaunan Putri Malu demi melindungi
diri dari hewan pemakan tanaman. Akibat tampak melayu maka para predator kehilangan selera untuk
memakan tanaman yang pandai melayukan diri itu. Diyakini bahwa dedaunan Putri Malu
mengandung khasiat anti inflamasi dan anti depresan. Kearifan kesehatan leluhur menyatakan air
rebusan dedaunan Putri Malu dapat membantu mengencerkan dahak yang menyumbat saluran
pernafasan manusia akibat virus Corona.
Dengan risiko dipermalukan oleh para botanikawan yang atheis, saya pribadi tidak malu meyakini
bahwa Putri Malu adalah anugerah mahakarya Yang Maha Kuasa. Putri Malu an sich merupakan bukti
secara nyata-alami tanpa melalui uji klinis bahwa pada hakikatnya tanaman yang kerap dianggap
sebagai jenis mahluk hidup kelas terendah akibat dianggap tidak memiliki perasaan ternyata memiliki
perasaan. Akibat memiliki perasaan maka Putri Malu siap berkomunikasi dengan lingkungannya
termasuk manusia. Bahkan ketika memetik kesimpulan dari observasi malumologis terhadap perilaku
Putri Malu, terus terang perasaan malu menyelinap masuk ke lubuk sanubari. Memalukan bahwa
ternyata tanaman bisa memiliki perasaan sementara manusia yang dianggap dan menganggap lebih
beradab ketimbang tanaman malah terbukti bisa kehilangan rasa malu. Maka ada (tidak semua)
manusia merasa tidak malu mewujudkan angkara murka menghujat, memfitnah, mem-bully,
menggusur, menindas, menyengsarakan, menyelakakan, melukai bahkan membinasakan sesama
manusia.
Sumber : https://www.kompas.com/tren/read/2020/11/20/115041065/belajar-malu-dari-
putrimalu?page=all#page2
Setelah Saudara membaca artikel di atas, selesaikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1. Temukanlah informasi awal, identitas, dan topik artikel! (langkah survey)
2. Buatlah tiga pertanyaan yang relevan dengan isi teks! (langkah question)
3. Temukanlah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sudah dibuat pada nomor 2! (langkah read)
4. Catatlah dengan bahasa sendiri jawaban-jawaban yang sudah ditemukan pada nomor 3! (langkah
recite)
5. Catatlah informasi utama dari artikel di atas! (langkah review)
Jawaban :

1. Langkah Survey :
 Judul Artikel : Belajar Malu dari Putri Malu
 Penulis : Jaya Suprana
 Sumber : https://www.kompas.com/tren/read/2020/11/20/115041065/belajar-malu-
dari-putri- malu?page=all#page2
 Tanggal Publikasi : 20 November 2020
 Topik Artikel : Artikel ini membahas tentang fenomena gerakan daun pada tanaman
Putri Malu (Mimosa pudica) dan menciptakan analogi antara perilaku tanaman ini
dengan perilaku manusia, khususnya dalam konteks rasa malu.
2. Langkah Question :
1. Mengapa tanaman Putri Malu bereaksi dengan menguncupkan dedaunan saat
tersentuh atau tertiup angin?
2. Apa makna survival dari perilaku penguncupan dedaunan Putri Malu?
3. Bagaimana penulis mengaitkan perilaku Putri Malu dengan perilaku manusia terkait
rasa malu?
3. Langkah Read :
1. Tanaman Putri Malu bereaksi dengan menguncupkan dedaunan saat tersentuh atau
tertiup angin karena perubahan tekanan turgor pada tulang daun yang bisa dirasakan
oleh dedaunan Putri Malu. Ini adalah respons mekanis terhadap rangsangan fisik, dan
penjelasan ilmiahnya adalah mengenai perubahan turgor pada sel-sel daun.
2. Penguncupan dedaunan Putri Malu memiliki makna survival, yaitu melindungi diri
dari hewan pemakan tanaman. Ketika dedaunan melayu, para predator kehilangan
selera untuk memakannya, sehingga perilaku ini membantu tanaman bertahan hidup
dengan mengurangi risiko pemangsaan.
3. Penulis mengaitkan perilaku Putri Malu dengan perilaku manusia, khususnya rasa
malu, dengan mencoba menyampaikan pesan bahwa tanaman seperti Putri Malu yang
dianggap memiliki perasaan bisa mengajarkan manusia tentang rasa malu. Penulis
mengkritik perilaku manusia yang terkadang kehilangan rasa malu dalam
memperlakukan sesama manusia, menciptakan analogi antara perilaku tanaman dan
perilaku manusia terkait rasa malu.
4. Langkah Recite :
1. Tanaman Putri Malu bereaksi dengan menguncupkan dedaunan saat tersentuh atau
tertiup angin karena perubahan tekanan turgor pada tulang daun yang bisa dirasakan
oleh dedaunan Putri Malu.
2. Penguncupan dedaunan Putri Malu memiliki makna survival, yaitu melindungi diri
dari hewan pemakan tanaman, karena saat melayu, para predator kehilangan selera
untuk memakannya.
3. Penulis mengaitkan perilaku Putri Malu dengan perilaku manusia, khususnya rasa
malu, dengan mencoba menyampaikan pesan bahwa tanaman seperti Putri Malu yang
dianggap memiliki perasaan bisa mengajarkan manusia tentang rasa malu. Penulis
mengkritik perilaku manusia yang terkadang kehilangan rasa malu dalam
memperlakukan sesama manusia.
5. Langkah Review :
Artikel ini membahas tentang fenomena gerakan dedaunan pada tanaman Putri Malu
(Mimosa pudica) yang merespons sentuhan dan angin. Penulis mengaitkan perilaku
tanaman ini dengan perilaku manusia, khususnya dalam konteks rasa malu, dan mencoba
menyampaikan pesan tentang pentingnya rasa malu dan empati dalam hubungan
antarmanusia. Artikel ini ditulis oleh Jaya Suprana dan diterbitkan di Kompas.com pada
tanggal 20 November 2020.

Anda mungkin juga menyukai