Anda di halaman 1dari 15

KLIPING FARMAKOLOGI TENTANG OBAT-OBATAN SISTEM RESPIRASI

Dosen pengampu : Nailiy Huzaimah, S. kep , Ns., M.kep

Kelompok 2 :

Yulia Sofitri 719621293

Siti Nur Kholifah 719621275

Mailatus Sarifah 719621307

Farah Adiba 719621261

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS WIRARAJA

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat- Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas kliping farmakologi
“TENTANG OBAT OBATAN SISTEM RESPIRASI”
Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga saya dapat menyelesaikan Kliping Ini.
Kliping Ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pemberian obat obatan , serta
dapat digunakan sebagai acuan dalam memberikan obat.
Saya menyadari bahwa kilping ini jauh dari sempurna. Saya
mengharapkan masukan dan saran untuk kesempurnaan kliping ini.

Sumenep,06 April 2022


LEMBAR PENGESAHAN

KLIPING MAKALAH KEPERAWATAN FARMAKOLOGI

1. Judul : kliping sistem respirasi


2. Pembagian tugas :
a. Siti Nur kholifah : lembar pengesahan dan daftar isi
b. Yulia sofitri : bab 1, daftar obat dan lirik lagu
c. Mailatus sarifah ; refrensi
d. Farah adiba : penutup

Menyetujui Fasilitator Sumenep ,…….. 2022


Ketua kelompok 2

Yulia Sofitri 719621293


Nailiy Huzaimah, S. kep , Ns., M.kep
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................................................. iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................................................... iv

PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 5

DAFTAR OBAT ................................................................................................................................................6

PENUTUP .......................................................................................................................................................... 14

REFERENSI ...................................................................................................................................................... 15
BAB 1

PENDAHULUAN

Gangguan sistem pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas.


Infeksi saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan infeksi sistem organ
tubuh lain dan berkisar dari flu biasa dengan gejala serta gangguan yang relative ringan sampai
pneumonia berat. Beberapa masalah yang sering terjadi dalam sistem pernapasan antara lain :
hipoksia, hiperkapnia, hipokapnia, asfisia, penyakit pulmonar, konstuktif menahun, kanker paru,
tuberkulosis dan pneumonia. Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) salah satuya asma yang
merupakan gangguan inflamasi kronik saluran pernapasan yang melibatkan berbagai sel
inflamasi. Obstruksi saluran pernapasan umunya bersifat reversible walaupun dapat menjadi
kurang reversible bahkan relatif reversible tergantung berat dan lamanya penyakit.
DAFTAR OBAT

A. Obat pada Sistem Respirasi


 Jenis – jenis atau golongan obat system respirasi

NO. Gambar Keterangan


1. Golongan : obat resep
Jenis : tablet
Nama kimiawi : codipront cum expectorant
Nama generic : codein combinasi codipront
Indikasi : Kodein merupakan 3 metokimorfin, yang
menunjukan aktifitas sebagai analgetika dan antifusif
Kodein narkotika yang sifatnya menyerupai morfin namun efek
analgetik jauh lebih lemah, efek samping dan resiko adiksinya
juga lebih ringan. Sebagai antitusif (penekan batuk) bekerja
dengan cara menekan langsung pada pusat batuk dimedulla
dan digunakan untuk mengurangi frekuensi batuk pada batuk
kering non produktif.
Kontraindikasi : Pada batuk berdahak, depresi pernafasan,
gangguan fungsi hepar, hipersensitif terhadap Kodein
Dosis :
 Dewasa : 15-60mg, setiap 4jam sekali. Obat
dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan. Dosis maksimal
360mg per hari.
 Anak usia ≥12tahun : 0,5-1 mg/kgBB,setiap 6 jam
sekali. Obat dikomsumsi sesuai kebutuhan. Obat
maksimal perhari 240 mg dan dosis maksimal perdosis
60 mg.
Cara pemberian : dengan resep dokter
Mekanisme kerja : proses ini menyebabkan berkurangnya
rasa sakit, reflex batuk, dan pergerakan usus.
Efek samping : Pusing, mual, muntah, konstipasi, dan sering
terjadi depresi pada saluran pernafasan. Gejala yang timbul
berhubungan dengan dosis adalah miosis, kantuk tachycardia,
bradychardia dan hipotensi. ROTD yang berhubungan dengan
dosis pada anak adalah somnolence, ataxia, miosis dan
muntah pada dosis 3-5 mg/kg/hari dan depresi pada
pernafasan terjadi pada lebih dari 5 mg/kg/hari. Resiko
terjadinya efek yang merugikan yang berhubungan dengan
dosis dapat timbul pada bayi karena hepatic glucuronidasi
pada bayi belum sempurna.
Interaksi obat : penurunan efek terapi dari domperidone,
metoclopramide, atau cisapride. Peningkatan kadar codeine
didalam darah jika digunakan dengan cimetidine.
2.
Golongan : OTC (derivate opioid over the counter)
Jenis : tablet & sirup
Nama kimiawi :
Nama generic : Dekstrometorfan
Indikasi : Dekstrometorfan merupakan D isomer dari kodein,
namun tidak menunjukkan sifat analgetika dan tidak
Dekstrometorfan
menimbulkan adiktif. Obat ini bekerja sebagai antitusif
(penekan batuk) pada batuk kering non produktif dengan aksi
sentral. Pada dosis lazim, obat ini dapat menekan pusat batuk
di medulla, namun hanya sedikit berpengaruh menekan
pernafasan, sistem kardio vaskular dan saluran pencernaan.
Kerja antitusif obat ini dapat juga melalui blokade reseptor
batuk di saluran pernafasan.
Kontraindikasi : Pada pasien yang menggunakan terapi
penghambatan MAO, hipersesitifitas terhadap
Dekstrometorfan
Dosis :
 Dewasa : Sebagai penekanan batuk per oral 10-30 mg
tiap 4-8 jam, maksimal 120 mg per hari. Bentuk
sediaan lepas lambat 60 mg tiap 12 jam,
 Anak-anak : Per oral sebagai penekan batuk. Untuk
anak kurang dari 2 tahun tidak dianjurkan. 2-6 tahun
2,5-7,5 mg tiap 4-8 jam, maksimal 30 mg per hari. 6-
12 tahun 5-10 mg tiap 4 jam atau 15 mg tiap 6-8 jam
maksimal 60 mg per hari. Lebih dari 12 tahun sama
dengan dosis dewasa.
Lepas lambat: 2-5 th mg tiap 12 jam, 6-12 th 30 mg tiap 12
jam.
Cara pemberian : meminumnya biasnya setiap 4-12 jam
seperlunya atau sesui arahan dokter.
Mekanisme kerja : menaikkan ambang pusat batuk yang
bekerja di sentral yaitu di otak
Efek samping : Kadang-kadang dapat timbul mengantuk yang
ringan. Gl upset. Pada dosis besar dapat menyebabkan
depresi pada susunan syaraf pusat dan pernafasan. Telah
dilaporkan bahwa terjadi peningkatan penyalahgunaan obat
ini pada remaja
Interaksi obat : peningkatan reskoserotonin syndrome jika
digunakan dengan obat selective serotonin reuptake
inhibitors. digunakan dengan obat
3. Golongan : ekspektoran
Jenis : tablet
Nama kimiawi :
Nama generic : gliserilguaikolat
Indikasi : Guaifenesin bekerja sebagai expectoran melalui
suatu aksi meningkatkan sekresi saluran pernafasan sehingga
viskositas dahak berkurang, meningkatkan aksi cilia
Guaifenesin (Gliseril Guaiakolat) (mucociliary) dan dengan demikian dahak akan mudah
dikeluarkan. Untuk meringankan batuk yang berhubungan
dengan infeksi pada saluran pernafasan seperti sinusitis,
pharyngitis, bronchitis dan asma dengan mucus yang kental.
Kontraindikasi : Hipertensif terhadap guaiafenesin.
Dosis :
 Dewasa : Sebagai expektoran per oral 100-400 mg
tiap 4 jam bentuk lepas lambat 600-1200 mg tiap 12
jam maksimal 2,4 g per hari.
 Anak-anak : Per oral sebagai expectoran. 2-6 tahun
50-100 mg tiap 4 jam maksimal 600 mg per hari. 6-12
tahun 100-200 mg tiap 4 jam maksimal 1200 mg per
hari. Lebih dari 12 tahun sama dengan dosis dewasa.
Lepas lambat 2-6 tahun 300 mg tiap 12 jam. 6-12
tahun 600 mg tiap 12 jam.
Dosis geniatri. Sama dengan dosis dewasa
Cara pemberian : diminum sesudah/sebelum makan
Mekanisme kerja : meningkatkan volume dahak dan
membuatnya lebih encer sehingga lebih mudah dikeluarkan
dari saluran pernafasan melaluai jalur nafas dengan proses
batuk.
Efek samping : Kadang-kadang terjadi mual, muntah, pada
dosis besar dapat menyebabkan pusing, sakit kepala.
Interaksi obat : obat batuk pada berbagai kasus infeksi atau
alergi, seperti common cold, bronchitis kronik, infeksi saluran
pernafasan atas.
4. Golongan : obat resep
Jenis :tablet&sirup
Nama kimiawi :
Nama generic :
Indikasi : Bromhenksin HCl bekerja sebagai mukolitika dengan
jalan memutus serat-serat mukopolisaccharidia yang terdapat
Bromheksin Hidroklorida
pada dahak sehingga viskositas dahak berkurang dan mudah
dikeluarkan. Bromheksin HCl digunakan sebagai mukolitik
pada batuk dengan dahak yang kental seperti pada bronchitis,
empisema dan cystic fibrosis.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap Bromheksin HCl
Dosis :
 dewasa : Dosis dewasa per oral 3-4 kali sehari 8-16
mg
 anak-anak : 3 kali sehari 1,6-8 mg tergantung usia
Cara pemberian : diminum sebelum atau sesudah makan
Mekanisme kerja : bekerja dengan cara mengencerkan dahak
disaluran pernafasan (mukolitik) sehingga mudah dikeluarkan.
Efek samping : Gangguan pada saluran cerna, pusing
Interaksi obat : bromhrxine dapat meningkatkan penyerapan
obat-obatan antibiotic jika digunakan secara bersamaan.
Selalu beritahu dokter jika ingin menggunakan bromhexine
bersamaan dengan obat-obatan lainnya
5. Golongan : mukolitik
Jenis : tablet & sirup
Nama kimiawi :
Nama generic : ambroksol
Indikasi : Ambroksol bekerja sebagai mukolitik dengan jalan
memutus serat-serat mukopolisacharida yang terdapat pada
Ambroksol Hidroklorida
dahak sehingga viskositas dahak berkurang, dengan demikian
dahak akan mudah keluar. Ambroksol digunakan sebagai
mukolitik pada gangguan saluran pernafasan akut maupun
kronis terutama pada eksaserbasi bronchitis kronis, bronchitis
asmatik dan asma bronkiale.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap Ambroksol
Dosis :
 dewasa : Dosis dewasa per oral 2-3 kali sehari 1 tablet
(30 mg).
 anak-anak : 2-6 tahun 3 kali sehari 1 /2 sendok teh
(2,5 ml) sirup, 6-12 tahun 2-3 kali sehari 1 sendok teh
(5 ml) sirup, kurang dari 2 tahun 2 kali sehari 1 /2
sendok teh (2,5 ml) sirup
Cara pemberian : diminum sesudah makan
Mekanisme kerja : pengenceran dahak yang bekeerja
memecah serat asam mukopolisakarida, sehingga dahak
menjadi lebih encer dan mudah dikeluarkan
Efek samping : Ambroksol umumnya ditoleransi dengan baik.
Efek samping ringan pada saluran pencernaan telah
dilaporkan terjadi pada beberapa pasien. Reaksi alergi
Interaksi obat : jika ambroxonl digunakan bersama antibiotic
tertentu, seperti cefuroxime, doxycycline, atau erythromycin,
maka bisa terjadi peningkatan kadar antibiotic tersebut
didalam tubuh.
6. Golongan : xanthines
Jenis : Tablet, elixir, rectal, injeksi.
Nama kimiawi :
Nama generic : teofilin
Indikasi : Asma bronchial, bronchitis asmatic kronis, emfisema
Teofilin
dengan mekanisme kerja: Spasmolitik otot polos khususnya
pada otot bronchi, stimulasi jantung, stimulasi SSP dan
pernapasan serta diuretic. Berdasarkan efek stimulasi jantung,
obat ini juga digunakan pada sesak napas karena kelainan
jantung (asthma cardial).
Kontraindikasi : Penderita tukak lambung yang aktif dan yang
mempunyai riwayat penyakit kejang, penyakit jantung,
hipertensi, hipertiroidisme, gangguan hati (kurangi dosis),
epilepsi, kehamilan dan menyusui, usia lanjut, demam.
Dosis :
 dewasa : : Dewasa 130-150 mg, jika diperlukan dapat
dinaikkan menjadi 2 kalinya.
 Anak 6-12 tahun: 65-150 mg, kurang dari 1 tahun: 65-
75 mg, 3-4 kali sehari sesudah makan. Tablet lepas
lambat: 1 tablet perhari tergantung respons masing-
masing dan fungsi pernafasan.
Cara pemberian :
Mekanisme kerja :mengendurkan otot disaluran pernafasan
sehingga udara dapat mengalir dengan lebio lancer dan
perooses bernafas juga bisa lebih mudah.
Efek samping : Penggunaan pada dosis tinggi dapat
menyebabkan mual, muntah, nyeri epigastrik, diare, sakit
kepala, insomnia, kejang otot, palpitasi, tachycardia,
hipotensi, aritmia, gangguan saluran cerna, konvulsi terutama
bila diberikan intravena cepat.
Interaksi obat : Sinergisme toksis dengan Efedrin, kadar dalam
serum meningkat dengan adanya Simetidin, Alupurinol. Kadar
dalam serum menurun dengan adanya Fenitoin, kontrasepsi
oral dan Rifampisin.
7. Golongan : xantin
Jenis : Injeksi, tablet.
Nama kimiawi :
Nama generic : aminofilin
Indikasi : Pengobatan dan profilaksis spasme bronchus yang
berhubungan dengan asma, emfisema, dan bronchitis kronis.
Aminofilin
Kontraindikasi : Tukak peptic, hipersensitif terhadap aminofilin
Dosis : oral 100-200 mg, 3-4 kali sehari sesudah makan.
Cara pemberian : dengan resep dokter
Mekanismen kerja : dengan cara melebarkan saluran
pernafasan yang sebelumnya menyempit, sehingga udara
dapat mengalirdari dan menuju paru-paru tanpa hambatan
Efek samping : Iritasi gastro intestinal, tachycardia, palpitasi
dan hipotensi, alergi terhadap etilendiamin dapat
menyebabkan urtikaria, eritema, dan dermatitis eksofiliati
Interaksi obat : Kadar dalam plasma meningkat dengan
adanya Simetidin, Alupuriol dan Eritromisin.
8. Golongan : HCL
Jenis : tablet, Injeksi
Nama kimiawi :
Nama generic : EPHEDRIN
Indikasi : Asma, bronchitis, emfisema.
Kontraindikasi : Penyakit jantung, hipertensi, gondok,
glaucoma
Efedrin Dosis :
 Dewasa : efedrin HCL 15-60 mg sebanyak 3kali/hari.
 Pada anak : 15mg setiap 4 jam. (1-5tahun).
30 mg sebanyak 3kali/hari (6-12 tahun)
Sama dengan dosis dewasa (12 tahun)
Cara pemberian : dengan resep dokter
Mekanisme kerja : stimulasi tidak langsung pada reseptor
adrenergic dengan meningkaatkan aktivitas norepinefrin.
Efek samping : Tachycardia, gelisah, insomnia, sakit kepala,
eksitasi, aritmia ventrikuler
Interaksi obat : Penghambat MAO meningkatkan efek efedrin,
Atropin dapat meningkatkan efek bronchodilatasi efedrin
PENUTUP

 KESIMPULAN

Sistem Pernafasan terdiri atas saluran nafas dan pusat-pusat pernafasan. Saluran nafas terbagi atas
saluran nafas bagian atas yang terdiri dari laring, nasofaring, rongga hidung dan saluran nafas bagian
bawah yang terdiri dari atas alveolus,bronchus, bronchiolus dan trachea. Pusat-pusat Pernafasan
berfungsi mengatur ritme pernafasan.

Pusat batuk berhubungan dengan pusat pernafasan. Gangguan Sistem Pernafasan terjadi depresi
pusat pernafasan, hambatan pada saluran nafas, radang saluran nafas dan emfisema, pleuritis, asma
dan tumor. Apabila pusat pernafasan mengalami depresi karena keracunan obat depresan seperti
morfin, barbiturat, anestesi atau bahan industri umumnya diberi pernafasan buatan. Penderita
gangguan sistem pernafasan pada umumnya mengalami kesulitan mengeluarkan dahak sehingga diberi
obat mukolitik seperti bromheksin, fluimucil dls.

Prinsip pengobatan pada sistem respirasi berdasarkan pada keluhan dan bertujuan agar fungsi
pernafasan berjalan dengan baik. Obat di butuhkan untuk meredakan dan menangani keluhan terkait
fungsi pernafasan. Seperti contoh untuk pengobatan batuk, maka tujuan pengobatannya adalah
pengeluaran dahak.
REVERENSI

FARMAKOLOGI-RMIK_FINAL_SC_26_10_2017.pdf

Anda mungkin juga menyukai