Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

GASTROINTESTINAL BLEEDING

Disusun Oleh Kelompok 3 :

Imam Hanafi 719621296


Moh Yusuf Romadhoni 719621279
Lukman Hakim 719621324
Mohammad Sair 717620907
Farah Adiba 719621261
Sefti Silfiana 719621257
Enny Halimiyah Yadi 719621246
Mailatus Sarifah 719621307
Yulia Sofitri 719621293
Siti Nur Kholifah 719621275

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS WIRARAJA

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
rahmatNYA, kami dapat menyelesaikan Makalah ini dapat terselesaikan. Adapun judul
dari Makalah adalah “Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien
Gastrointestinal Bleeding”. Dalam penyusunannya, kami mendapatkan berbagai
halangan dan rintangan. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak, terutama Dosen
pembimbing, maka halangan dan rintangan itu bisa kami atasi dan akhirnya tugas
mengenai makalah ini dapat kami selesaikan.

Penyusunan tugas ini bertujuan untuk memenuhi kriteria penilaian dalam


perkuliahan karena makalah ini sangat berhubungan dengan profesi kami dibidang
kesehatan. Untuk itu, makalah ini disusun untuk dipelajari demi tuntutan pendidikan.

Sumenep, 25 April 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG........................................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH....................................................................................2
1.3. TUJUAN.............................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1. DEFINISI............................................................................................................3
2.2. ETIOLLOGI.......................................................................................................4
2.3. PATOFISIOLOGI..............................................................................................4
2.4. MANIFESTASI KLINIS....................................................................................6
2.5. TANDA DAN GEJALA.....................................................................................7
2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG.......................................................................7
2.7. PENATALAKSANAAN....................................................................................8
2.8. KOMPLIKASI....................................................................................................9
BAB III............................................................................................................................10
ASKEP TEORI................................................................................................................10
3.1. PENGKAJIAN..................................................................................................10
3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN......................................................................13
3.3. INTERVENSI...................................................................................................13
ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Saluran pencernaan merupakan suatu saluran kontinu yang berjalan dari mulut
sampai anus. Fungsi utama system pencernaan adalah untuk memindahkan zat gizi
atau nutrient seperti air dan elektrolit dari makanan yang dimakan kedalam
lingkungan internal tubuh. Perdarahan saluran cerna merupakan masalah yang
sering dihadapi. Manifestasinya bervariasi mulai dengan perdarahan massif yang
mengancam jiwa hingga perdarahan samar yang tidak dirasakan. Pendekatan pada
pasien dengan perdarahan dan lokasi perdarahan saluran cerna adalah dengan
menentukan beratnya perdarahan dan lokasi perdarahan. Perdarahan saluran cerna
dapat menyerang semua orang dan semua golongan. Perdarahan saluran cerna akut
merupakan masalah kegawatan medis dengan jumlah penderita yang masuk rumah
sakit 7.000 orang per tahun di Skotlandia. Berdasarkan laporan penelitian di Inggris
tahun 2007, angka mortalitas akibat perdarahan saluran pencernaan akut mencapai
7%. Sedangkan insiden kejadian perdarahan saluran pencernaan akut di Skotlandia
Barat mencapai 170/100.000 penduduk dengan angka mortalitas 8,2% (SIGN,
2008).
Perdarahan saluran cerna dapat dibagi menjadi dua, yaitu perdarahan saluran
cerna bagian atas dan perdarahan saluran cerna bagian bawah. Perdarahan saluran
cerna bagian atas adalah perdarahan yang terjadi di saluran cerna yang dimulai dari
mulut hinggga ke 2/3 bagian dari duodenum atau perdarahan saluran cerna
proksimal dari Ligamentum Treitz. Perdarahan saluran cerna bagian atas
merupakan masalah kegawatan dengan angka mortalitas di rumah sakit sebesar
10%. Walaupun sudah ada perbaikan manajemen penanganan perdarahan saluran
cerna bagian atas, akan tetapi belum mampu menurunkan angka mortalitas secara
signifikan sejak 50 tahun yang lalu (National Institute For Health and Clinical
Execellence, 2012).
Perdarahan saluran cerna bagian bawah adalah perdarahan yang berasal dari
usus di sebelah distal ligamentum Treitz. Pasien dengan perdarahan saluran cerna
bagian bawah datang dengan keluhan darah segar sewaktu buang air besar. Hamper
80% dalam keadaan akut berhenti dengan sendirinya dan tidak berpengaruh pada

1
tekanan darah. Hanya 25% pasien dengan perdarahan berat dan berkelanjutan
berdampak pada tekanan darah (Edelman, 2007). Angka kejadian perdarahan
saluran cerna bagian bawah di Amerika Serikat mencapai 22 kasus pe 100.000
penduduk dewasa pada tahun 20007. Walaupun sudah berkembang pemeriksaan
diagnostic yang canggih, namun 10% dari jumlah kasus perdarahan saluran cerna
bagian bawah, lokasi perdarahan tidak bias teridentifikasi (Edelman, 2007).
Pengobatan dan perawatan pada pasien dengan perdarahan saluran cerna
seharusnya memperhatikan kebutuhan pasien, hal yang disukai pasien, serta
memperhatikan aspek spiritual dan kepercayaan pasien. Komunikasi yang efektif
antara pasien dan petugas kesehatan mutlak diperlukan. Selain itu pelayanan
keperawatan yang diberikan harus mengacu pada aspek biopsikososiokultural dan
spiritual pasien (National Institute For Health and Clinical Execellence, 2012).

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana konsep teori dari Gastrointestinal Bleeding?
2. Bagaimana proses asuhan keperawatan dari Gastrointestinal Bleeding?

1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang konsep teori dari Gastrointestinal Bleeding.
2. Untuk mengetahui proses asuhan keperawatan dari Gastrointestinal Bleeding.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI
Gastrointestinal Bleeding atau perdarahan saluran cerna adalah suatu perdarahan
yang bisa terjadi dimana saja di sepanjang saluran pencernaan, mulai dari mulut
sampai anus, bias berupa ditemukannya darah dalam tinja atau muntah darah, tetapi
gejala bisa juga tersembunyi dan hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan
tertentu. Perdarahan yang terjadi di saluran cerna bila disebabkan oleh adanya erosi
arteri akan mengeluarkan darah lebih banyak dan tidak dapat dihentikan dengan
penatalaksanaan medis saja. (Mansjoer, 2000).
1) Perdarahan saluran pencernaan atas
Perdarahan saluran cerna bagian atas didefinisikan sebagai perdarahan
yang terjadi di sebelah proksimal ligamentum Treitz pada duodenum distal.
Sebagian besar perdarahan saluran cerna bagian atas terjadi sebagai akibat
penyakit ulkuspeptikum (PUD, Peptic Ulcer Disease) yang disebabkan oleh H.
pylori, penggunaan obat-obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS), alkohol.
Robekan Mallory-Weiss, varises esophagus, dan gastritis merupakan penyebab
perdarahan saluran cerna bagian atas yang jarang (Dubey, 2008). Perdarahan
saluran cerna bagian atas merupakan perdarahan yang bersumber dari proksimal
sampai ligamentum Treitz. Pada kasus, perdarahan biasanya bersumber dari
esophagus, gaster, dan duodenum (SIGN, 2008).
2) Perdarahan saluran pencernaan bawah
Perdarahan saluran cerna bagian bawah didefinisikan sebagai perdarahan
yang berasal dari organ traktus gastrointestinal yang terletak di bagian distal dari
ligamentum Treitz yang menyebabkan ketidakseimbangan hemodinamik dan
anemia simptomatis. Pada umumnya perdarahan ini (sekitar 85%) ditandai
dengan keluarnya darah segar per anal/per rektal yang bersifat akut, transient,
berhenti sendiri (Edelman, 2007).

3
2.2. ETIOLLOGI
Penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas terbanyak di Indonesia adalah
karena pecahnya varies esophagis dengan rata-rata 45-50% seluruh perdarahan
saluran cerna:
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas diantaranya:
 Kelainan esophagus : varies, esophagitis, keganasan
 Kelainan lambung dan duodenum : tukak lambung & duodenum, keganasan
 Penyakit darah : leukemia, purpura trombositopenia
 Penyakit sistemik : uremia
 Pemakaian obat yang ulserorgenik : gol, salisilat, kortokosteroid, alkohol
2. Perdarahan saluran cerna bagian bawah diantaranya:
 Tumor ganas
 Polip : pertumbuhan jinak atau polip di usus besar yang umum dan dapat
menyebabkan kanker
 Colitis ulseratif : infeksi, penyakit seperti crohn, kurangnya aliran darah ke
usus besar, dan radiasi dapat menyebabkan klotis-radang usus besar
 Penyakit crohn
 Angiodiplasia : penuaan menyebabkan angiodyplasia-kelainan pada
pembuluh darah usus
 Hemorrhoid (wasir) : wasir pembuluh darah membesar di anus atau rectum
yang bisa pecah dan berdarah. Fissures, atau bisul, luka atau air mata di
daerah dubur
 Hemoragik massif saluran cerna bagian atas (suparman, 1987)

2.3. PATOFISIOLOGI
Penyakit elkus peptikum adalah penyebab paling utama dari perdarahan
gastrointestinal bagian atas. Ulkus ini ditandai oleh rusaknya mukosa sampai
mencapai mukosa muskularis. Ulkus ini biasanya dikelilingi oleh sel-sel yang
meradang yang akan menjadi granulasi dan akhirnya jaringan parut. Sekresi asam
yang berlebihan adalah penting untuk phatogenesis penyakit ulkus. Kerusakan
kemampuan mukosa untuk mensekresi mucus sebagai pelindung juga telah diduga
sebagai penyebab terjadinya ulkus.

4
Ulkus akibat stress ditemukan pada pasien yang mengalami sakit kritis dan
ditandai dengan erosi mukosa. Hipoperfusi mukosa lambung diduga sebagai
mekanisme utama. Penurunan perfusi diperkirakan memiliki andil dalam merusak
sekresi mucus, penurunan pH mukosa dan penurunan tingkat regenerasi sel
mukosa. Semua factor ini turut andil dalam terjadinya ulkus. Dalam gagal hepar
sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan peningkatan tekanan vena
porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam submukosa esophagus
dan rectum serta pada dinding abdominal anterior untuk mengalihkan darah dari
sirkulasi splanknik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini,
maka vena tersebut menjadi mengembang oleh darah dan membesar.
Pembuluh yang berdilatasi ini disebut varies dan dapat dipecah, mengakibatkan
hemoragi gastrointestinal massif. Hemoragi gastrointestinal bagian atas
mengakibatkan kehilangan volume darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke
jantung, dan penurunan curah jantung. Jika perdarahan menjadi berlebihan, maka
akan mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap
penurunan curah jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba
mempertahankan perfusi. Mekanisme ini menerangkan tanda-tanda dan gejala-
gejala utama yang terlihat pada pasien saat pengkajian awal. Jika volume darah
tidak digantikan, penurunan perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi selular. Sel-
sel akan berubah menjadi metabolism anaerobic, dan terbentuk asam laktat.
Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada seluruh system tubuh, dan
tanpa suplai oksigen yang mencukupi sistem tersebut akan mengalami kegagalan
(Hudak, 2010).
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral
dalam submucosa esopagus dan rectum serta pada dinding abdomen anterior untuk
mengalihkan darah dari sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya
tekanan dalam vena ini, maka vena tersebut menjadi mengembang dan membesar
(dilatasi) oleh darah (disebut varies). Varies dapat pecah, mengakibatkan
perdarahan gastrointestinal massif.

5
2.4. MANIFESTASI KLINIS
Saluran cerna bagian atas merupakan tempat yang sering mengalami perdarahan.
Secara umum perdarahan saluran cerna diklasifikasikan sebagai perdarahan akut
(dapat berupa hematemesis, melena, atau hematoschizia), atau kronik dengan
manifestasi adanya darah samar di feses atau anemia. Perdarahan saluran cerna
bagian atas dapat bermanifestasi klinis mulai dari yang seolah ringan, misalnya
perdarahan tersamar sampai pada keadaan yang mengancam hidup. Hematemesis
adalah muntah darah segar (merah segar) atau hematin (hitam seperti kopi) yang
merupakan indikasi adanya perdarahan saluran cerna bagian atas ligamentum
Treitz. Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA), terutama dari duodenum
dapat pula bermanifestasi dalam bentuk melena (Djojoningrat, 2006).
Dari seluruh kasus perdarahan saluran cerna sekitar 80% sumber perdarahannya
berasal dari esophagus, gaster, dan duodenum. Gejala klinis pasien dapat berupa :
a. Hematemesis : muntah darah berwarna hitam seperti teh atau kopi.
b. Melena : buang air besar berwarna hitam seperti teh atau aspal.
c. Hematoschizia : buang air besar berwarna merah marun, biasanya dijumpai pada
pasien dengan perdarahan massive dimana transit time dalam usus yang pendek.
Penampilan klinis lainnya yang dapat terjadi adalah sinkope, instabilitas
hemodinamik karena hipovolemik, dan gambaran klinis dari komorbid seperti
penyakit hati kronis, penyakit paru, penyakit jantung, penyakit ginjal dsb.
a. Hematemesis termasuk ‘coffee ground emesis’ 40-50%
b. Melena 70-80%
c. Hematoschizia (feses warna merah atau marun) 15-20%
d. Syncope 14%
e. Presyncope 43%
f. Dyspepsia 18%
g. Nyeri epigastr 41%
h. Nywri abdomen difus 10%
i. Berat badan menurun 12%
j. Icterus 5%
Secara umum, manifestasi klinis perdarahan saluran cerna bagian bawah sama
dengan manifestasi klinis perdarahan saluran cerna bagian atas. Tetapi, ada

6
beberapa perbedaan, diantaranya hematoschizia (darah segar keluar per anus)
biasanya berasal dari perdarahan saluran cerna bagian bawah (kolon). Maroon
stools (feses berwarna merah hati) dapat berasal dari perdarahan kolon proksimal
(ileo-caecal).

2.5. TANDA DAN GEJALA


Gejalanya bisa berupa:
1) Muntah darah (Hematemesis)
Adalah muntah darah dan biasanya disebabkan oleh penyakit saluran
cerna bagian atas (Grace & Borley 2007).
2) Mengeluarkan tinja yang kehitaman (melena)
Tinja berwarna hitam merupakan akibat dari perdarahan di saluran
bagian atas. Misalnya lambung atau deudenum. Warna hitam terjadi karena
darah tercemar oleh asam lambung dan pencernaan kuman selama beberapa jam
sebelum keluar dari tubuh. Sekitar 200 gram darah dapat menghasilkan tinja
yang berwarna kehitaman.

2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Sinar X
Serangkaian pemeriksaan abdomen, atau gambaran abdomen terdiri dalam 3
cara yaitu : film abdomen datar, film abdomen atas dan dada bagian atas dengan
pasien berdiri tegak, dan film dimana pasien dalam posisi miring pada salah satu
sisi (dekubitus). Radiografi dapat membantu menggambarkan adanya udara
bebas dalam abdomen yang disebabkan oleh masalah-masalah seperti perforasi
viskus atau pencahaya abses.
2. Endoskopi Gastron
Prosedur ini merupakan suatu tambahan penting pada pemeriksaan barium
karena prosedur itu memungkinkan untuk dilakukan pengamatan langsung
tentang bagian-bagian intestinal. Instrument yang digunakan adalah endoskopi
serat optic yang lentur. Alat dirangcang dengan unung yang dapat di gerakkan
sehingga operator dapat memanipulasi sepanjang saluran intestinal. Alat itu
mempunyai saluran instrument yang memungkunkan untuk biopsy lesi, seperti
tumor, ulser atau peradangan.

7
3. Kolonoskopi
Kolonoskopi digunakan untuk mengevaluasi adanya tumor, peradangan atau
polip didalam kolon kolonoskopi juga dapat digunakan untuk mengevaluasi
kondisi daerah astomotik dari pembedahan dan mengkaji derajat structural baik
karena pembedahan atau peradangan. Kolonoskopi dapat dimasukkan melalui
rectum menuju sepanjang kolon ke dalam sekum. Dari sini katup ileosekal dapat
dikaji begitu juga abnormalitas lainnya, seperti adanya karsinoma awal atau
polip di sebelah kanan kolon.
4. Pemeriksaaan Bartum Kontras
Pemeriksaan diagnostic ini sangat penting untuk menemukan abnormalitsa
didalam saluran intestinal. Penyinar sinar X pada gastrointestinal bagian atas
atau telan barium dicampur dengan barium radioopak. Barium mampu
memperlihatkan kelainan struktur seperti tumor atau ulkus juga dapat
menemukan adanya peradangan atau penyempitan.
5. Ultrasonografi
Pemeriksaan noninvasive ini menggunakan gelombang echo untuk
mendeteksi adanya abnormalitas dalam rongga abdomen. Dilatasi dari duktus
empedu komunis, distensi kandung empedu karena batu empedu, dan
abnormalitas pancreas seperti tumor, pseodokis, atau abses dapat ditemukan.
6. Arteriografi
Prosedur ini sangat berguna dalam menentukan tempat perdarahan yang
biasanya sulit ditentukan. Arteriografi juga sangat membantu dalam menemukan
ancurisme.

2.7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien dengan perdarahan gastrointestinal akut adalah usha
kolaboratif. Intervensi awal mencakup empat langkah:
1. Kaji keparahan perdarahan.
2. Gantikan cairan dan produk darah dalam jumlah yang mencakupi untuk
mengatasi syok. Pasien dengan perdarahan gastrointestinal akut membutuhkan
akses intravena segera dengan intra kateter atau kanula berdiameter besar. Untuk
mencegah perkembangan syok hipovolemik, mulai lakukan penggantian cairan
dengan larutan intravena seperti ringer laktat dan normal saline. Tanda-tanda

8
vital dikaji secara terus menerus pada saat cairan diganti. Kehilangan lebih dari
1.500ml membutuhkan penggantian darah selain cairan. Golongan darah pasien
diperiksa dicocoksilangkan, dan sel darah merah di infusikan untuk
membangkitkan kembali kapasitas angkut oksigen darah. Produk darah lainnya
seperti trombosit, faktor-faktor pembekuan dan kalsium mungkin juga
diperintahkan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium dan kondisi yang
mendasari pasien.
3. Tegakkan diagnosis penyebab perdarahan.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, endoskopi fleksibel adalah pilihan
prosedur untuk menentukan penyebab perdarahan. Dapat dipasang selang
nasogastric untuk mengkaji tingkat perdarahan, tetapi ini merupakan intervensi
yang kontroversial. Dapat juga dilakukan pemeriksaan barium, meskipun
seringkali tidak menentukan jika terdapat bekuan dalam lambung, atau jika
terdapat perdarahan superfisial. Angiografi digunakan jika sumber perdarahan
tidak dapat dikaji dengan endoskopi.
4. Rencana dan pelaksanaan perawatan definitive.
 Terapi Endoskopi
 Bilas Lambung
 Pemberian pitresin
 Mengurangi Asam Lambung
 Memperbaiki Status Hipokoagulasi
 Balon Tamponade
 Terapi-Terapi Pembedahan

2.8. KOMPLIKASI
Komplikasi yang bisa terjadi adalah koma hepatic (suatu sindrom
neuropsikiatrik yang ditandai dengan perubahan kesadaran, penurunan intelektual,
dan kelainan neurologis yang menyertai kelainan parenkim hati).

9
BAB III
ASKEP TEORI

3.1. PENGKAJIAN
a) Pengkajian Awal
Pengkajian yang dilakukan meliputi :
- Identitas pasien
- Diagnosa penyakit pasien
- Alat bantu infasif yang digunakan

b) Pengkajia dasar
1) Airway
Menggunakan teknik look, listeen and feel.
- Look : melihat bersihan jalan nafas. Pada kasus perdarahan saluran
pencernaan, khususnya saluran cerna bagian atas biasanya terjadi
muntah darah. Oleh karena itu, perawat harus melakukan pengkajian
terhadap risiko terjadinya aspirasi pada saluran nafas.
- Listen : biasanya pada perdarahan saluran cerna bagian atas terdapat
suara gugling karena adanya cairan (darah) pada saluran pernafasan.
- Feel : merasakan hembusan nafas pasien. Pada kasus perdarahan
saluran pencernaan bagian atas, biasanya bisa terjadi sumbatan
parsial atau total pada saluran nafas akibat menggumpalnya
(clothing)darah.
2) Breathing

Yang perlu dikaji yaitu :

- Perubahan frekuensi napas pasien


- Adanya penggunaan otot otot pernapasan
Pada kejadian perdarahan saluran pencernaan, biasanya terjadi
penurunan kadar haemoglibin dalam darah, sehingga transportasi oksigen
ke sel terganggu akibat berkurangnya pengangkut oksigen (hb) dan
berdampak pada peningkatan frekuensi napas dan penggunaan otot otot
bantu pernapasan.

10
3) Circulation
Evaluasi keparahan kehilangan darah dan lakukan pengkajian
sesering mungkin ]untuk mencegah atau memperbaiki syok hipovelemik.
- Pada fase pertama perdarahan, kehilangan darah kurang dari 800 ml
pasien hanya akan menunjukkan tanda tanda lemah, ansietas, dan
berkeringat. Dengan perdarahan yang berlebihan suhu tubuh
meningkat sampai 38,4 c – 39 c sebagai respon terhadap perdarahan,
dan bising usus menjadi hiperaktif karena sensitivitas usus besar
terhadap darah.
- Pada fase kehilangan darah berkisar antara sedang sampai berat
(kehilangan >800ml), respon system saraf simpatis menyebabkan
pelepasan katekolamin, epinefrin, dan norepinefrin. Keadaan ini pada
awalnya menyebabkan peningkatan frekuensi jantung dan
vasokonstriksi vascular perifer dalam upaya untuk mempertahankan
tekanan darah yang adekuat. Dengan tingkat kehilangan darah sedang
sampai berat, akan timbul tanda tanda dan gejala syok
- Perubahan tekanan darah yang lebih besar dari 10 mmhg, dengan
peningkatan frekuensi jantug 20 kali permenit baik dalam posisi
berdiri maupun duduk, menandakan kehilangan darah lebih besar
dari 1000ml respon pasien terhadap kehilangan darah tergantung dari
jumlah dan kecepatan kehilangan darah, usia, derajat kompensasi,
dan kecepatan perawat.
- Pasien mungkin akan melaporkan rasa nyeri dengan perdarahan
gastrointestinal dan hal ini di duga peningkatan asam lambung yag
mengenai ulkus lambung.
- Pemasangan iv line 2 jalur dengan menggunakan iv cath ukuran
besar diperlukan untuk mengantisipasi penambahan cairan dan
tranfusi darah.
4) Disability
Yang dikaji dalam disability adalah tingkat kesadara. Untuk
mengkaji tingkat kesadaran digunakan GCS (Glasgow Coma Scale).

11
Selain itu reaksi pupil dan juga reflek cahaya juga harus diperika pada
pasien.
5) Exposure
Pada exposure, yang dilakukan perawat adalah membuka seluruh
pakaian pasien dan melakukan pengkajian dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Perawat mengkaji adanya penyebab lain yang
mungkin mengakibakan terjadi gangguan pencernaan.
c) Pengkajian intens
1. Riwayat penyakit
Mengkaji tentang penyakit yang pernah diderita pasien, misalnya
hepatitis, penyakit hepar kronis, hemorrhoid, gastritis kronis, dan juga
riwayat trauma.
2. Status nutrisi
Mengkaji tentang status nutrisi dengan menggunakan prinsip A,B,C,D,
yaitu:
A. Anthopometri. Yang dikaji adalah BB dan TB pasien sebelum sakit
B. Biochemical, pengkajian dengan mempertimbngkan nilai
laboratorium, yaitu : nilai HB, albumin, globulin, protein total, Ht, dan
juga darah lengkap.
C. Clinical, melihat tanda tanda klinis pada pasien, misalnya tanda
anemis, lemah, rasa mual dan muntah, turgor, kelembapan mukosa.
D. Diiit, perawat berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
kebutuhan kalori dan juga nutrisi pda pasien.
3. Status eliminasi
Mengkaji warna feses, konsistensi, serta bau dari feses. Selain itu
perlu juga dikaji adanya rasa nyeri saat BAB. Bising usus juga harus
dimonitor terus untuk menetukan status peristaltik.
4. Pengkajian sistem tubuh
Mengkaji tentang sistem kardiovaskuler, respirasi, neurologi, renal,
gastrointestianal, endokrin, immunologi serta integumen.

12
d) Pengkajian khusus
1. Pemeriksaan diagnostik
2. Mengkaji kondisi pasien setiap 1-2 jam pada saat kritis.

3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko perfusi gastrointestianal berhubungan dengan perdarahan
gastrointestinal akut.
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif .
3. Gangguan pertukaran gas berhubngan dengan penurunan kapasitas angkut
oksigen.

3.3. INTERVENSI
Diagnosa
Tujuan/kriteria hasil intervensi
keperawatan
Resiko perfusi Tingkat perdarahan Pencegahan perdarahan
gastrointestianal menurun - Observasi
berhubungan dengan Kriteria hasil:  Monitor tanda dan gejala perdarahan
perdarahan - Membran mukosa  Monitor nilai hemoglobin sebelum
gastrointestinal akut lembab kembali dan setelah kehilangan darah
- Hemoglobin - Terapeutik
membaik  Pertahankan bed rest selama
- Hematokrit perdarahan
membaik - Edukasi
- Tekanan darah  Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
membaik  Anjurkan peningkatan asupan cairan
- Frekuensi nadi
- Kolaborasi
membaik
 Kolaborasi pemberian produk darah
- Suhu tubuh
membaik
Hipovolemia Status cairan Manajemen hipovolemia
berhubungan dengan membaik - Observasi
kehilangan cairan aktif Kriteria hasil :  Periksa tanda dan gejala hipovolemia
- Nadi meningkat (misalnya frekuensi nadi meningkat,
- Pengisian vena Td menurun, nadi lemah, turgor kulit
meningkat menurun, membran mukosa kering,

13
- Turgor kulit volume urine menurun, hematokrit
membaik meningkat, haus, lemah)
- Tekanan darah  Monitor intake dan output cairan
membaik - Terapeutik
- Frekuensi nadi  Hitung kebutuhan cairan
membaik  Berikan asupan cairan oral (bila
- Hemoglobin pasien sadar)
membaik - Edukasi
- Hematokrit  Anjurkan memperbanyak asupan
membaik cairan oral
- Intake cairan - Kolaborasi
membaik  Kolaborasi pemberian cairan iv
 Kolaborasi pemberian produk darah
Manajemen syok
- Observasi
 Monitor status cairan
 Monitor status oksigenasi
 Monitor tingkat kesadaran dan respon
pupil
- Terapeutik
 Pertahankan jalan napas paten
 Berikan oksigen
 Persiapan intubasi
 Pasang jalur IV
- Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan
kristaloid
 Kolaborasi pemberian trasfusi darah

Gangguan pertukaran Pertukaran gas Pemantauan respirasi


gas meningkat - Observasi
Kriteria hasil :  Monitor frekuensi irama, kedalaman,
- Dispneu menurun dan upaya nafas
- Bunyi napas

14
menurun  Monitor pola napas (takipnea)
- Takikardi menurun  Monitor adanya sumbatan jalan napas
- PCO2  Palpasi kesemestrisan ekspansi paru
membaik/normal  Auskultasi bunyi napas
(35-45mmhg)  Monitor satursi oksigen
- Ph membaik(7,35-  Monitor nilai AGD
7,45)
 Monitor hasil x ray toraks
- Pola nafas membaik
- Terapeutik
- Warna kulit
 Atur interval waktu Pemantauan
membaik
respirasi sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hsil pemantauan
- Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan
kepada pasien atau keluarga

Terapi oksigen
- Observasi
 Monitor aliran oksigen secara
periodic dan pastikan praksi yang
diberikan cukup
 Monitor efktifitas terapi oksigen
 Monitor tanda tanda hipoventlasi
 Monitor tingkat kecemasan akibat
terapi okigen
 Monitor integritas mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen
- Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan napas
 Berikan oksigen tambahan, jika perlu
 Tetap berikan oksigen saat pasien di
transportasi
 Gunakan perangkat oksigen yang

15
sesuai dengan tingkat mobilisasi
pasien
- Edukasi
 Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
- Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan dosis oksigen
 Kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktivitas dan/atau tidur

Manajemen jalan nafas


- Observasi
 Monitor pola nafas dan bunyi nafas
tambahan
- Terapeutik
 Posisikan semi fowler atau fowler
 Lakukan penghisapan cairan kurang
dari 15 detik
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
 Berikan oksigen

16
ASUHAN KEPERAWATAN
GASTROINTESTINAL BLEEDING

A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Indentitas
1) Nama : Tn. A
2) Tempat/Tanggal Lahir : Sijunjung, 01 Juli 1967
3) Jenis Kelamin : Laki-Laki
4) Status Perkawinan : Kawin
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : Tidak Sekolah
7) Pekerjaan : Petani
8) Alamat : Tanjung lolo, Sijunjung
9) Diagnose Medis : Gastrointestinal Bleeding

b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Keluhan Utama
Pasien masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang melalui IGD rujukan
dari RSUD Sijunjung tanggal 01 Februari 2020 pukul 20.00 WIB
dengan keluhan muntah darah dengan frekuensi 2 kali dalam sehari ±
segelas dan BAB berwarna seperti aspal dan lengket dengan frekuensi
3x dalam sehari semenjak 1 hari sebelum masuk RS, perut membesar
semenjak 2 hari sebelum masuk RS.
b) Keluhan Saat Dikaji (PQRST)
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 02 Februari 2020
pukul 08.00 WIB pasien mengeluh BABnya masih berwarna hitam dan
lengket. Pasien mengatakan susah untuk beraktifitas dan susah tidur
karena nyeri pada perutnya.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan sekitar 3 bulan yang lalu pernah dirawat di
RSUD Sijunjung dengan diagnosa sirosis hepatis. Pasien merupakan

17
seorang perokok berat, pasien sudah memiliki kebiasaan merokok
semenjak usia 17 tahun. Biasanya pasien bisa menghabiskan sebungkus
hingga dua bungkus rokok setiap harinya. Pasien mengatakan sebelumnya
tidak pernah menderita penyakit hepatitis. Pasien tidak pernah
mengonsumsi alkohol, dan tidak memiliki riwayat pengobatan
sebelumnya.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang pernah
menderita penyakit seperti yang dialaminya sekarang atau penyakit
hepatitis. Pasien juga mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang
menderita penyakit keturunan seperti diabetes melitus, jantung, asma,
hipertensi.

c. Pola Aktivitas Sehari-hari


1) Pola Nutrisi
Makan
- Sehat : pasien mengatakan biasanya makan 3x sehari dengan lauk dan
sayuran, pasien tidak memiliki alergi makanan.
- Sakit : pasien terpasang NGT mendapat diit mc DH 1 sebanyak 3 x
dalam sehari sebanyak 300 cc.

Minum
- Sehat : pasien mengatakan minum 6-8 gelas dalam sehari sekitar 2000
cc.
- Sakit : pasien terpasang NGT minumnya 1-2 gelas dalam sehari sekitar
200 cc.
2) Pola Eliminasi
BAB
- Sehat : pasien mengatakan biasanya BAB 1x sehari warna gelap, tidak
lengket, konsistensi agak padat.
- Sakit : pasien mengatakan BAB 2x sehari berwarna hitam, lengket,
konsistensi lunak.

18
BAK
- Sehat : pasien mengatakan BAK sebanyak 6-8 kali dalam sehari
berwarna kuning tidak pekat sekitar 1500 cc dalam sehari.
- Sakit : pasien BAK melalui kateter berwarna kuning pekat dengan
volume sekitar 1000 cc dalam sehari.
3) Pola Tidur dan Istirahat
- Sehat : pasien mengatakan biasanya tidur 6-8 jam dalam sehari dan
jarang tidur pada siang hari.
- Sakit : pasien mengatakan selama sakit merasa sulit tidur akibat nyeri
pada bagian perutnya dan sering terbangun di malam hari, pasien tidur
sekitar 4-5 jam dalam sehari.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
- Sehat : pasien mengatakan biasanya dapat melakukan aktivitas sehari-
harinya tanpa dibantu.
- Sakit : pasien mengatakan sulit untuk beraktifitas dan hanya berada di
atas tempat tidur, aktivitas sehari-harinya dibantu oleh perawat dan
keluarga yang mendampingi.

d. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan kepala
I : kulit kepala bersih, tidak ada lesi, penyebaran rambut tidak merata
P : kulit teraba udem
2) Pemeriksaan wajah
I : wajah simetris kiri dan kanan, tampak pucat, dan tidak ada lesi
P : tidak ada udem
3) Pemeriksaan mata
I : konjungtiva anemis, sclera ikterik, pupil isokohor diameter 2mm
P : tidak teraba udem palpebra
4) Pemeriksaan telinga
I : simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, tidak ada cairan atau darah yang
keluar dari telinga

19
5) Pemeriksaan hidung
I : hidung simetris, tidak ada sianosis, tidak ada pernafasan cuping
hidung, terpasang NGT
P :tidak ada nyeri tekan sinus
6) Pemeriksaan mulut dan faring
I : bibir simetris, mukosa bibir kering
7) Pemeriksaan leher
I : tidak ada pembesaran vena jugularis
P : tidak ada pembesaran kelenjar getsh bening dan kelenjar tiroid
8) Pemeriksaan thorak
I : simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi dinding dada
P : fremitus kiri dan kanan sama
P : sonor
A : vesikuker, ronchi +/+, wheezing -/-
9) Pemeriksaan system kardiovaskuler
I : ictus cordis tidak terlihat
P : ictus cordis teraba
P : pekak di batas-batas jantung
A : irama jantung reguler
10) Pemerikasaan abdomen
I : distensi abdomen, umbiculus tidak menonjol, adanya spider nevi
P : perut teraba tegang, hepar agak kenyal dan mengalami hepatomegaly,
nyeri tekan (+)
A : bising usus normal
11) Pemeriksaan genetalia
I : genitalia bersih, dan terpasang kateter
12) Pemeriksaan integument
I : turgor kulit agak buruk, warna kulit pucat
13) Pemeriksaan anggota gerak/ektremitas
I : terpasang IVFD NaCl drip prosogan 2 amp pada tangan kanan, CRT>
3 detik, akral teraba dingin
P : tidak ada udem pada tangan, tetapi udem pada tungkai kanan dan kiri

20
e. Data Psikologis
1) Status emosional
Pasien mampu untuk mengontrol emosinya.
2) Kecemasan
Pasien terlihat agak cemas namun masih dalam batas wajar.
3) Pola koping
Koping pasien baik dan optimis penyakitnya dapat disembuhkan.
4) Gaya komunikasi
Pasien dapat mengungkapkan perasaannya dan keluhannya dengan baik
namun agak kurang dipahami.
5) Konsep diri (gambaran diri, harga diri, peran, identitas, ideal diri)
Pasien merupakan seorang suami dan ayah yang dikenal baik dan
bertanggung jawab dalam keluarganya. Namun pasien agak merasa
kasihan kepada keluarganya karena harus merawatnya.

f. Data Sosial
Pasien merupakan seseorang yang senang bersosialisasi dengan orang lain.
Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki hubungan yang baik dengan
pasien dan tenaga kesehatan yang ada seperti dokter dan perawat.

g. Data Spiritual
Pasien merupakan seorang muslim dan berkeyakinan bahwa Allah akan
memberikan kesembuhan kepadanya.

h. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan hematologi tanggal 01-02-2020 :
Hemoglobin : 8,7 g/dl
Hematocrit : 25%
Trombosit : 128.000/mm
Leukosit : 11.270/mm
PT : 16,2 detik
APTT : 44,5 detik

21
2. Analisis Data

Data Masalah Penyebab


Ds: Risiko perdarahan Gangguan
- Pasien mengatakan BABnya gastrointestinal
masih berwarna hitam dan
lengket.

Do:
- PT : 16,2 detik
- APTT : 44,5 detik
- Trombosit : 128.000/mm

B. DIAGNOSA
 Risiko perdarahan b.d gangguan gastrointestinal

C. INTERVENSI

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


Keperawatan (NOC) (NIC)
Risiko perdarahan Setelah dilakukan asuhan  Pencegahan perdarahan
berhubungan keperawatan diharapkan pasien - Monitor dengan ketat risiko
dengan gangguan terhindar dari risiko perdarahan terjadinya perdarahan.
gastrointestinal dengan kriteria hasil: - Catat nilai Hb dan Ht
 Fungsi gastrointestinal sebelum dan sesudah
- Frekuensi BAB normal. pasien kehilangan darah.
- Warna, konsistensi, dan - Monitor tanda dan gejala
jumlah fases normal. perdarahan yang menetap.
- Warna cairan lambung - Monitor komponen
bersih. koagulasi darah (PT, PTT,
- Tidak ada nyeri perut dan dan trombosit).
distensi. - Monitor tanda-tanda vital.
- Tidak ada darah pada - Pertahankan tetap tirah
fases. baring.
- Berikan produk

22
- Tidak ada mual. penggantian darah (FFP).
- Tidak ada hematemesis. - Hindarkan pasien konsumsi
 Kontrol risiko obat-obatan seperti aspirin
- Mencari informasi tentang dan antikoagulan.
factor resiko. - Instruksikan pasien
- Dapat mengidentifikasi meningkatkan makanan
factor risiko. yang mengandung vit K.
- Memonitor faktor risiko - Instruksikan keluarga
yang ada di individu. memantau tanda-tanda
- Memodifikasi gaya hidup perdarahan dan melapor
untuk mengurangi faktor sesegera mungkin.
risiko.  Pengurangan perdarahan
- Berpartisipasi dalam gastrointestinal
screening kesehatan. - Pertahankan jalan nafas
- Dapat mengenali bila diperlukan.
perubahan kesehatan. - Monitor status cairan.
- Berikan cairan IV bila
diperlukan.
- Tes semua sekresi terhadap
adanya perdarahan.
- Dokumentasikan warna,
karakteristik fases.
- Berikan pengobatan misal
vasopressin jika
diperlukan.
- Masukkan selang NGT
untuk melihat sekresi.
- Lakukan bilas lambung.
- Hindari stress.
- Bangun hubungan yang
mendukung antar pasien
dengan keluarga.
- Koordinasikan tentang
konseling mengenai
perubahan gaya hidup bila

23
diperlukan.

D. IMPLEMENTASI

TGL Diagnosa Jam Tindakan Keperawatan


Keperawatan
02-02-2020 Risiko perdarahan b.d 08.00 1. Memonitor risiko terjadinya
gangguan perdarahan.
gastrointestinal 2. Mencatat nilai Hb dan Ht sebelum
dan sesudah pasien kehilangan darah.
3. Memonitor tanda dan gejala
perdarahan yang menetap.
4. 4. Memonitor komponen koagulasi
darah (PT, PTT, dan trombosit).
03-02-2020 08.00 1. Memonitor komponen koagulasi
darah (PT, PTT, dan trombosit) .
2. Memonitor tanda-tanda vital.
3. Mempertahankan tetap tirah baring.
4. Memberikan produk penggantian
darah (FFP).
04-02-2020 08.00 1. Memonitor tanda-tanda vital.
2. Mengintruksikan pasien
meningkatkan makanan yang
mengandung vit K.
3. Mengintruksikan keluarga memantau
tanda-tanda perdarahan dan melapor
sesegera mungkin.
05-02-2020 08.00 1. Memonitor status cairan.
2. Memberikan cairan IV jika
diperlukan.
3. Mendokumentasikan warna,
karakteristik feses.

E. EVALUASI

24
TGL Diagnosa Jam Evaluasi
Keperawatan
02-02-2020 Risiko perdarahan b.d 09.00 S :
gangguan - Pasien mengatakan tidak ada
gastrointestinal muntah
- Pasien mengatakan BABnya
berwarna hitam dan lengket
O:
- Konjungtiva anemis
- PT : 16,2 detik
- APTT : 44,5 detik
- Trombosit : 119.000/mm
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
03-02-2020 09.00 S :
- Pasien mengatakan mual dan
muntah tidak ada
- Pasien mengatakan BABnya
masih sedikit hitam
O:
- Konjungtiva anemis
- Trombosit: 199.000/mm
- PT: 16,2 detik
- APTT: 44,5 detik
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
04-02-2020 09.00 S :
- Pasien mengatakan BABnya
berubah warna dan tidak pekat
O:
- Konjungtiva anemis
- TD : 100/60 mmHg
- HR : 89x/menit
- RR : 22x/menit
- S : 36,5 C

25
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
05-02-2020 09.00 S :
- Pasien mengatakan BABnya
berubah warna dan tidak pekat
O:
- BAK berwarna kuning tidak pekat
- Output urine 1000 cc/hari
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

26
DAFTAR PUSTAKA

27

Anda mungkin juga menyukai