Diare LP Contoh
Diare LP Contoh
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
feses serta frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari (Prawati &
bentuk feses menjadi cair. Diare dapat bersifat akut maupun kronis
(Carman, 2016). Diare ialah keadaan defekasi abnormal serta adanya tanda
sehari berlendir atau tanpa lendir darah serta dapat melebihi 4 kali sehari
Diare adalah kondisi defekasi atau BAB lunak hingga cair serta
lemas, pucat, mata cekung, membran mukosa bibir kering, dan penurunan
penyakit dengan adanya tanda perubahan dari feses lembek menjadi encer
dan peningkatan frekuensi defekasi atau BAB lebih dari 3 kali sehari.
defekasi atau BAB abnormal yang terjadi lebih dari 3 kali sehari dengan
konsistensi feses encer berdarah atau tanpa disertai darah atau lender
9
10
2. Etiologi
a. Faktor Infeksi
meliputi :
sebagainya.
Strongyloides).
Trichomonas hominis.
2) Infeksi Parenteral
sebagainya, kondisi ini terjadi pada bayi serta anak usia dibawah 2
tahun.
11
b. Faktor Malabsorbsi
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
makanan.
Menurut Suriadi & Yuliani, (2015) tanda dan gejala diare yaitu :
a. Sering buang air besar dengan bentuk feses cair atau encer.
d. Terjadi demam
g. Terjadi perubahan pada tanda vital seperti, pernafasan dan nadi cepat.
4. Patofisiologi
Diare terjadi karena infeksi bakteri, virus, dan parasite, serta dapat
juga disebabkan oleh malabsorpsi makanan yang tidak diserap oleh tubuh.
sekresi air dan elektrolit, meningkatnya isi usus dan menimbulkan diare.
terasa penuh sehingga terjadi mual dan muntah pada pasien serta nafsu
Hipersekresi
air & elektrolit Hiperperistaltik
Malabsorbsi KH,
lemak
Isi usus
Penyerapan
Meningkatkan
makanan di usus
tekanan osmotik
menurun
Deficit
Gangguan Keseimbangan Asidosis metabolik Nutrisi
Cairan & Elektrolit (D.0019)
Dehidrasi
Sesak
Gangguan
Hipovolemia Resiko Merangsang Pertukaran Gas
(D.0034) Syok Hipothalamus
Hipertermia
(D.0130)
1) Diare Akut
cair yang disertai atau tidak disertai lendir atau darah. Diare akut
minum.
2) Diare Kronis
3) Diare persisten
darah yang terjadi lebih dari 14 hari. Bila terjadi dehidrasi sedang
menjadi dua yaitu, diare persisten berat dan diare persisten ringan,
adalah diare yang terjadi selama lebih dari 14 hari dan tanpa
2022).
1) Diare Sekresi
2015).
2) Diare Osmotik
5. Faktor Risiko
berikut :
a. Faktor Lingkungan
Misalnya, seperti pada ibu yang tidak memberi anaknya ASI eksklusif
6. Komplikasi
1) Pengertian Dehidrasi
menjadi dehidrasi ringan atau sedang dan dehidrasi berat atau non –
Tabel 2.1
Menilai Derajat Dehidrasi
Tabel Penilaian Derajat Dehidrasi
a) 0 - 6 bulan : 30 cc - 90 cc/jam
bila dehidrasi tidak adekuat maka akan terjadi penurunan kalium (K)
yang terjadi karena kadar kalium dalam darah menurun atau kurang
mengalami hiponatremia.
mampu berdetak karena tidak ada cukup darah untuk memasok atau
7. Penatalaksanaan
a. Pemberian Oralit
diutamakan. Gabungan gula dan garam dalam oralit diserap baik oleh
berikut :
dari gelas. Jika terjadi muntah maka berhenti selama 10 menit dan
22
berhenti.
salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan
Kesehatan RI, 2015). Pada anak usia < 6 bulan dosis tablet zinc yang
tablet zinc untuk usia > 6 bulan sebanyak 20 mg (1 tablet) per hari.
minum atau ASI dan segera berikan pada anak diare. Agar zinc
berfungsi dengan baik, maka harus diberikan dengan dosis yang tepat.
mengakibatkan mual dan muntah. Oleh sebab itu pemberian tablet zinc
RI, 2017).
c. Pemberian ASI
laki – laki, hal tersebut dikarenakan kebutuhan nutrisi yang tinggi dan
23
dengan insiden diare pada balita, sebab ASI memiliki kandungan zat
inginkan, lebih baik lagi bila anak ingin minum ASI lebih banyak dari
kolera, dan diare disertai penyakit lain. Umumnya orang akan membeli
atau ampisilin. Pemberian antibiotik ini selain tidak efektif tetapi juga
dokter, tetapi di daerah pedalaman yang belum ada dokter maka tenaga
2015).
berat tidak mau minum cairan rehidrasi yang diberikan secara oral,
dengan infus Ringer Laktat atau dapat memberikan NaCl 0,9% sesuai
Tabel 2.2
tentang pemberian oralit, zinc, ASI atau makanan pada anak dan tanda
1. Pengkajian Keperawatan
atau keadaan yang terjadi pada pasien sangat penting dalam merumuskan
a. Anamnesa
agama.
2) Keluhan Utama
Pada pasien diare mengalami tanda dan gejala utama yaitu buang
air besar (BAB) lebih 3 kali sehari dengan konsistensi feses cair
26
atau encer.
6) Riwayat Kehamilan
ibu hamil.
7) Riwayat Persalinan
8) Riwayat Imunisasi
antara status imunisasi dengan insiden diare pada bayi, yang mana
a) Pola Nutrisi
b) Pola Istirahat
c) Pola Kebersihan
d) Pola Eliminasi
e) Pola Aktivitas
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
3) Kepala
kepala bersih atau tidak, distribusi rambut, ada lesi atau tidak
28
4) Mata
5) Mulut
lidah kering, dan anak diare dengan dehidrasi berat mulut dan lidah
6) Hidung
7) Telinga
8) Leher
9) Dada
10) Abdomen
11) Rectum
Lubang anus ada atau tidak, heamorrhoid ada atau tidak, kulit
12) Ekstermitas
c. Pemeriksaan Penunjang
sebagai berikut :
asam basa.
2. Diagnose Keperawatan
makanan.
3. Perencanaan Keperawatan
a. Pengertian Perencanaan
Menurut PPNI (2018) perencanaan keperawatan ialah semua tindakan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan pada
pengetahuan dan penilaian klinis agar tercapainya luaran (outcome) yang diharapkan (PPNI, 2018). Adapun perencanaan
Tabel 2.3
Edukasi :
1.10
Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
1.11
Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas,pedas, dan
mengandung laktosa
1.12 Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
2. Hipovolemia Status Cairan (L.03028) Manajemen Hipovolemia (I.03116)
(D.0034) Ekspektasi : membaik
Kriteria Hasil : Tindakan
Kategori : Observasi :
Fisiologis Kekuatan nadi (meningkat) 1.1 Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.frekuensi nadi
Subkategori : Turgor kulit (meningkat) meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
Nutrisi dan cairan menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,
Definisi : Berisiko Frekuensi nadi (membaik) volume urin menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah)
mengalami Tekanan darah (membaik) 1.2 Monitor intake dan output cairan
penurunan volume Tekanan nadi (membaik) Terapeutik :
cairan Membrane mukosa 1.3 Berikan asupan cairan oral
intravaskuler, (membaik) Edukasi :
interstisial, dan atau 1.4 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
intraseluler.
3. Deficit nutrisi Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)
(D.0019) Ekspektasi : Membaik
Kriteria Hasil : Tindakan
Kategori : Observasi :
Fisiologis Porsi makanan yang 3.1 Identifikasi status nutrisi
Subkategori : dihabiskan (meningkat) 3.2 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Nutrisi dan Cairan 3.3 Identifikasi makanan yang di sukai
Definisi : asupan Diare (menurun) 3.4 Monitor asupan makanan
nutrisi tidak cukup Terapeutik:
untuk memenuhi Berat badan (membaik) 3.5 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
kebutuhan Indeks masa tubuh 3.6 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
metabolisme (membaik) 3.7 Berikan supelmen makanan, jika perlu
Nafsu makan (membaik)
Edukasi
3.8 Anjurkan posisi duduk jika mampu
33
1) Pengertian Madu
lain (ektra floral nektar) atau sekresi serangga yang berasa manis.
2) Kandungan Madu
Shigella, dan E.colli. Pengobatan madu pada anak telah di uji klinis
Tabel 2.4
2. Rifka Putri Andayani, 2020 Untuk mengetahui Desain Penelitian : quasy experiment Hasil penelitian menunjukkan
Indonesia efektivitas madu pre test and post test nonquivalent bahwa terjadi penurunan
terhadap frekuensi without control group. frekuensi diare setelah
Madu Sebagai Terapi diare anak balita. Ukuran Sampel : pemberian madu (p, 0,001).
Komplementer Mengatasi Pemilihan sampel dengan teknik total
Diare Pada Anak Balita sampling serta kriteria inklusi anak usia
1-5 tahun. Responden berjumlah
sebanyak 20 anak balita
Intervensi :
Intervensi dilakukan dengan pemberian
madu 3x sehari dengan dosis sebanyak 5
ml untuk anak.
Instrument : menggunakan uji coba
lembar observasi, analisis data dilakukan
dengan uji paired - t test dan disusun
menggunakan sistem komputer.
Comparison :
Karakteristik responden rata – rata dilihat
dari frekuensi diare pada anak sebelum
minum madu sebesar 8,15 kali dan
sesudah minum madu frekuensi diare
sebesar 3,55 kali.
3. Dwi Nurmaningsih, 2019 Untuk menganalisis Desain Penelitian : Hasil penelitian uji T
Indonesia pengaruh madu Menggunakan quasy exsperimental didapatkan pvalue = 0,001
Madu Sebagai Terapi terhadap diare akut dengan pretest and posttest non dengan 95% CI 5.04 ; 7.50
Komplementer Untuk Anak pada anak balita. equivalent control group design. yang artinya secara statistic
Dengan Diare Akut Ukuran Sampel : ada perbedaan yang signifika.
Pada penelitian ini responden berjumlah
sebanyak 26 anak balita yang dibagi
menjadi 2 kelompok.
Intervensi :
Terapi madu diberikan sebanyak 5x
sehari dengan dosis 5cc madu dan
dilakukan selama 5 hari.
40
Instrument :
Menggunakan formulir informed
consent, from data identitas responden,
from observasi frekuensi BAB serta
formulir observasi konsistensi feses dan
gambar skala feses Bristol.
Comparison :
Diperoleh rata – rata frekuensi BAB
sebelum intervensi sebesar 7.92 menurun
menjadi 1.62.
4. Nurul Khoirun Nisa, 2020 Menganalisis Desain Penelitian : Hasil penelitian dari uji
Indonesia pengaruh Quasy experimental design dengan repeated measures diperoleh
pengobatan madu control time series design. hasil bahwa a = 0,013
Pengaruh Pemberian Madu pada diare pada Ukuran Sampel : berdasarkan konsistensi BAB
Terhadap Diare Pada remaja Sempel dilakukan menggunakan dan a = 0,001 berdasarkan
Remaja di Asrama consecutive sampling, jumlah sampel frekuensi BAB yang berarti
As’adiyah Pondok Pesantren sebanyak 16 responden, variable yang terdapat pengaruh pemberian
Darul Ulum Jombang. diteliti adalah madu dan diare. madu pada remaja yang
Instrument : mengalami diare di asrama
Menggunakan lembar observasi dan As’Adiyah pondok Pesantren
mengukur uji statistik dengan Darul Ulum Jombang.
signifikansi.
5. Tri Purnawati, 2016 Mengetahui Desain Penelitian : Hasil penelitian didapatkan
Indonesia efektivitas terapi Menggunakan quasy experiment yaitu adanya perbedaan antara
madu terhadap jenis non equivalent control group befor kedua kelompok yaitu
Terapi Madu Efektif Untuk frekuensi diare after design. kelompok intervensi
Menurunkan Frekuensi Ukuran Sampel: mengalami penurunan
Diare dan Bising Usus Pada Sampel yang digunakan sebanyak 46 frekuensi diare dari 7,30
Anak Usia Balita responden terbagi menjadi 2 kelompok hingga 1,52. Namun
yaitu kelompok intervensi serta sebaliknya kelompok kontrol
kelompok kontrol. memiliki sedikit penurunan
Intervensi : frekuensi diare dari rata - rata
Madu diberikan sebanyak 3x sehari 7,04 hingga 4,48.
dengan dosis 2,5 ml.
41
Instrument :
Menggunakan kuesioner tentang usia,
jenis kelamin, status gizi, kebiasaan cuci
tangan, pemberian ASI, tingkat
pengetahuan serta penghasilan orang tua
6. Dian Puspitayani, 2014 Untuk mengetahui Desain Penelitian : Hasil penelitian adanya
Indonesia pengaruh pemberian Menggunakan quasy experimental design penurunan frekuensi diare
madu terhadap dengan posttest only control group. sebagian besar cepat (65%)
Pengaruh Pemberian Madu penurunan frekuensi Ukuran Sampel : pada kelompok eksperimen
Terhadap Penurunan diare Desa Jogoroto, Balita yang mengalami diare berjumlah yang diberi madu, sebaliknya
Frekuensi Diare Anak Balita Jombang. 40 responden terbagi menjadi 20 pada kelompok kontrol (tidak
di Desa Ngumpul, Jogoroto, responden diberikan perlakuan dan 20 diberi madu) penurunan
Jombang responden sebagai kelompok kontrol. frekuensi diare sebagian besar
lambat. Hasil uji U-test
Intervensi : didapatkan hasil hitung < nilai
Terapi madu diberikan sebanyak 3x signifikan (0.032 < 0.05),
sehari dengan dosis 5 cc madu dan di kesimpulannya terdapat
berikan selama 5 hari perbedaan waktu penurunan
Instrument : frekuensi diare antara
Menggunakan lembar observasi kelompok yang menggunakan
penurunan frekuensi diare (cepat, madu serta kelompok yang
sedang, lambat). tidak menggunakan madu.
Dengan kata lain frekuensi
diare menurun pada anak
balita usia 1-5 tahun.
7. Sofyan Cholid, 2011 Untuk mengetahui Desain Penelitian : Hasil penelitian repead
Indonesia pengaruh pemberian Randomized controlled trial. measures menunjukkan
madu terhadap Ukuran Sampel : perbedaan yang signifikan (p
Pengaruh Pemberian Madu penurunan frekuensi Jumlah sampel sebanyak 70 responden < 0,05) antara kelompok
pada Diare Akut diare. anak balita yang terbagi menjadi 2 intervensi dengan kelompok
kelompok yaitu kelompok suplementasi kontrol pada hari ke- 2, ke- 4,
madu dan kontrol. ke- 5.
Intervensi :
3 kali pemberian madu 20 g perhari
42
4. Implementasi Keperawatan
serta bukan perintah ataupun petunjuk dari tenaga medis dapat disebut
tindakan independen.
5. Evaluasi Keperawatan
kumpulan kognitif, fungsi yang berubah, serta tanda dan gejala yang
hasil frekuensi diare pada anak menurun, keluarga atau pasien mengerti
C. Konsep Balita
1. Definisi Balita
tahun atau lebih. Pada umumnya istilah balita untuk anak antara usia 1 – 3
sehari – hari seluruhnya dibantu oleh orang tua seperti makan, minum,
2. Tumbuh Kembang
jumlah, dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat diukur
dalam satuan berat (gram, kilogram) dan satuan panjang (cm, meter).
lebih lengkap dalam pola yang teratur serta dapat diprediksi untuk
anak.
1) Faktor Herediter
herediter ini seperti ras, suku, serta jenis kelamin (Ridha, 2014).
2) Faktor Lingkungan
a) Lingkungan Internal
b) Lingkungan Eksternal
3) Faktor Prilaku
anak. Perilaku yang sering dilakukan saat masa kecil akan berlanjut
ke kehidupan selanjutnya.
46
(Infodatin, 2014).
hari kedua sesudah lahir. Tetapi hal ini dikatakan normal. Bayi
minggu kedua.
Berat badan bayi tahap ini akan meningkat sekitar 680 – 910 gram
bayi saat usia seperti ini yaitu mampu mengangkat kepala dan dada
menggenggam.
Bayi yang sedang tumbuh pada usia ini akan memiliki berat badan
menjejak lantai.
“mama”.
bermain cilukba.