KATA PENGANTAR !uji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan rahmat hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Review Jurnal ini sebagai hasil rangkuman dari beberapa jurnal yang kami dapatkan pada blok sistem di Fakultas Kedokteran Universitas Mataram ini, yakni Blok DigestiI. Materi yang kami bahas pada review jurnal minggu pertama kali ini bertema 'Gatroesophageal ReIlux Disease (GERD). Materi yang diangkat sangat tepat dan sesuai dengan blok ini, sehingga kami dapat berpikir sistematis dalam pembahasannya. Kami mohon maaI jika dalam laporan ini terdapat banyak kesalahan, baik dalam hal penulisan maupun materi yang disampaikan. Untuk itu, kami mohon kritik serta saran yang membangun agar kami dapat memperbaikinya pada kesempatan selanjutnya. Kami berharap laporan ini dapat memberikan pengetahuan dan manIaat positiI bagi pembaca.
Mataram, 23 November 2011
!enyusun: (penulis)
A. PENDAHULUAN
Gastroesophageal reIlux disease (GERD) adalah suatu penyakit yang sangat umum. Studi populasi telah berulang kali menunjukkan gejala GERD terkait dalam proporsi signiIikan pada orang dewasa. Konsensus KonIerensi Montreal mendeIinisikan GERD sebagai "suatu kondisi yang terjadi ketika adanya reIluks isi lambung yang menyebabkan gejala mengganggu atau komplikasi". (!atti, M.G. 2010) Namun, deIinisi ini tidak mencakup rincian patoIisiologi penyakit dan implikasi untuk pengobatan. KonIerensi Brasil konsensus mendeIinisikan GERD sebagai "gangguan kronis yang berhubungan dengan aliran balik isi gastro- duodenum ke esoIagus dan/atau organ-organ yang berdekatan, sehingga spektrum gejalanya dengan atau tanpa kerusakan jaringan". (!atti, M.G. 2010) Dari beberapa deIinisi di atas, diketahui bahwa Iaktor yang dapat menyababkan terjadinya GERD, yaitu peristaltik esoIagus, LES (Lower esophageal Sphincter), diaIragma, peningkatan tekanan torako-abdomina. Dan beberapa keadaan yang dapat mempengaruhi atau bahkan memperburuk keadaan dari GERD adalah kerusakan mukosa, jenis dari reIluks, keberadaan dan ukuran dari hiatus hernia, inIeksi H.pylori dan Barretts EsoIagus . Dari hal tersebut diketahui bahwa perjalanan penyakit ini bisa kronis dengan melihat implikasinya untuk menentukan pengobatannya. Namun, hal tersebut juga harus ditinjau dari berbagai patoIisiologinya.
. PATOFISIOLOGI
!eristaltik EsoIagus !eristaltik esoagus merupakan komponen penting untuk mencegah reIluks dari isi lambung, namun kerusakan dari peristaltik tersebut dapat memperparah keadaan GERD baik dengan gejala maupun kerusakan mukosa. (!atti, M.G. 2010) Diketahui bahwa 40-50 pasien GERD disertai dengan abnormalitas peristaltik, dimana motilitas dari peristaltik sangat lemah sehingga pembukaan esoIagus menjadi sangat lambat dan kontak dengan mukosa esoIagus juga lebih lama sehingga dapat mengakibatkan kerentanan terjadinya iritasi mukosa esoIagus yang lebih parah. (!atti, M.G. 2010) Lower Esophageal Sphincter (LES) Sautu segmen dari tonus oto polos yang memiliki panjang 3-4 cm. Dalam keadaaan normal LES memiliki tekanan tinggi untuk mencegah terjadinya reIluks isi lambung. Namun, pada keadaan GERD, tekanan LES memiliki keabnormalitas pada saat relaksasi sementara. !ada individu normal dapat terjadi relaksasi sementara yang disebut dengan Transien Lower Esophageal Sphincter Relaxation (TLESR) untuk membedakan dengan relaksasi yang dipicu oleh proses menelan. Akan tetapi, keadaan ini dapat memburuk dan mengakibatkan penyakit reIluks jika TLESR terjadi lebih sering dan memanjang. (!atti, M.G. 2010) DiaIragma Kruris diaIragma memiliki komponen ekstrinsik sebagai pembatas dari gastroesophageal. Tindakan pinchcock dari diaIragma sangat penting sebagai perlindungan terhadap reIluks yang diinduksi oleh peningkatan mendadak tekanan intra-abdomen. Mekanisme ini jelas terganggu oleh keberadaan dan ukuran hernia hiatus. (!atti, M.G. 2010) !eningkatan Tekanan toraco-abdominal !engosongan lambung yang abnormal mungkin memicu munculnya GERD dengan meningkatkan tekanan intra-abdomen. !asien yang diduga dengan pengosongan lambung yang abnormal harus diuji Sumber Tytgat, G.N. 2008 dengan penandaan nuklir atau USG. Jika mengosongkan lambat didiagnosis, terapi yang tepat harus dipertimbangkan. (!atti, M.G. 2010)
Untuk keadaan yang dapat mempengaruhi atau bahkan memperburuk keadaan dari GERD adalah kerusakan mukosa, jenis dari reIluks, keberadaan dan ukuran dari hiatus hernia, inIeksi H.pylori dan Barretts EsoIagus. (!atti, M.G. 2010) kerusakan mukosa disebabkan karena kontak yang lama dengan asam, pepsin, garam empedu. !eran reIluks tergantung pada komposisi dari reIluks itu sendiri, yang berbahaya biasanya karena pepsin Keberadaan dan ukuran hiatus hernia mengakibatkan peningkatan tekanan intra-abdomen sehingga dengan adanya hernia mengakibatkan sering terjadinya TLESR. InIeksi H.pylori asosia dari H,pilory masih kontroversi, namun penelitian menunjukkan bahwa inIeksi H. pylori adalah pencegah terjadinya GERD dengan mengubah siIat reIluxate tersebut (gastritis menyebabkan achlorhydria). Hasil dari meta-analisis telah menunjukkan bahwa kolonisasi H. pylori kolonisasi di perut dikaitkan dengan penurunan hampir 50 risiko kanker. Barretts EsoIagus pada penyakit ini diketahui bahwa adanya gangguan yang ditandai dengan kelainan peristaltik esoIagus, kecacatan LES, dan reIluks empedu.
. DIAGNOSIS Kurangnya standar emas dalam diagnosis GERD menjadi permasalahan klinis dalam mengobati pasien dengan gejala reIluks. Banyak sindrom yang terkait termasuk GERD atipikal, H. pylori gastritis diinduksi, ulkus lambung dan kanker lambung dapat muncul bersamaan. Bahkan dalam kasus-kasus test sensitivitas dan spesiIisitas sebelumnya untuk diagnosis yang akurat tetap rendah. !engujian invasiI yang digunakan dan biaya yang berlebihan tidak selalu eIektiI, mengingat resiko yang relatiI kecil dari diagnosa didasarkan pada sebuah riwayat pasien yang akurat. Terapi empiris yang menguntungkan didasarkan pada kedua biaya dan kenyamanan bagi pasien. (Heidelbaugh, J.J. 2007)
Sumber : Heidelbaugh, J.J. 2007
D. TATALAKSANA
Sumber : (Tytgat, G.N. 2008)
Jika alarm simptom tidak muncul, terapi awal untuk GERD terdiri dari modiIikasi gaya hidup, diet, antasida, alginates atau agonist histamin 2 reseptor (H2RA). Namun, jika gejala memburuk digunakan H2RA dan !!I (proton pump inhibitor). (advisory commite.2009)
Sumber : Sumber : McKinley Health Center. 2008
Terapi modiIikasi Gaya Hidup (McKinley Health Center. 2008) O !ertahankan posisi tubuh selama dan setelah makan (jangan berbaring) O Berhenti merokok O Hindari penggunaan pakaian yang ketat di bagian perut O Hindari makan 3 jam sebellum tidur O Turunkan berat badan jika obesitas O Jangan tidup terlentang (usahakan mirinng) O Tinggikan posisi kepala 4-6 cm saat tidur
Sumber : (advisory commite.2009)
Gambar 3. algoritma pengobatan untuk pengelolaan gangguan reIluks (2006). Sember : (Tytgat, G.N. 2008) Keterangan : *terapi ajuvan: kesesuaian untuk antasida atau alginat-antasid (setara dengan 'terapi penyembuhan'). *Kegagalan : jika tidak ada respon dari pengobatan, peringanan gejala yang tak memuaskan, atau terlalu sering menggunakan obat (over-the-counter, pada perawatan diri). *Dosis terendah yang eIektiI: mampu meringankan gejala dengan dosis terendah, dimulai dari tanpa obat hingga dosis tunggal proton pump inhibitor (!!I). *step-down dan stop: pengurangan dosis !!I hingga setengah, kemudian secara bertahap dosis dikurangi sampai mencapai dosis terkecil hingga pengobatan Iarmakologis dihentikan. ,9,9,3 9,2-,,3: penggunaan jangka pendek !!I pengobatan sendiri diterima, meskipun dicatat bahwa ini tidak akan memberikan eIek langsung untuk meringankan gejala, berdasarkan modus molekul tindakan. Dimasukkannya terapi adjuvant dalam kombinasi dengan !!I, adalah berdasarkan pengalaman klinis dan data dari meta-analisis. Hal ini diakui bahwa, saat ini tidak ada bukti menilai satu agen Iarmakologis untuk menjadi lebih unggul untuk lain dalam hal kecepatan lega gejala, dan data lebih lanjut dibutuhkan untuk mendukung algoritma ini. !anel, bagaimanapun, percaya bahwa antasida atau alginat-antasid menawarkan bantuan gejala lebih cepat dari pengobatan alternatiI dan dapat digunakan dalam kombinasi dengan penekan asam untuk mengobati sisa atau terobosan gejala. (Tytgat, G.N. 2008) SelI care !ada tingkat perawatan diri sebagian besar menggunakan !!I dosis rendah untuk pasien GERD. Jika pada pasien muncul alarm simptom, segera laporkan pada petugas kesehatan agar dapat dirujuk ke spesialis. (Tytgat, G.N. 2008) !rimary care !ada tingkat perawatan primer, digunakan !!I atau kombinasi alginat- antasida dan terapi supresiI asam dapat diberikan dengan pertimbangan dokter. Ini merupakan terapi kombinasi, yang lebih berpotensi daripada terapi antasid dengan menetralisir asam saja. (Tytgat, G.N. 2008)
Secondary care !ada keadaan ini, diperlukan penanganan khusus dari spesialis untuk setiap pasien yang sedikit atau tidak respon pada pengobatan, sehingga perlu dipikirkankan untuk menggandakan dosis dari !!I. Lakukan pemeriksaan endoscopi untuk menentukan terapi lebih lanjut. Namun, jika semuanya gagal tanpa adanya respon segera tentukan pengobatan GERD reIractory termasuk pembedahan antireIluks. (Tytgat, G.N. 2008) Sumber : Richter, J.E. 2007
E. FAKTOR RESIKO DAN PENEGAHAN Faktor resiko Faktor resiko terbesar pada GERD adalah obesitas, namun Gejalanya dapat diperburuk oleh makanan pedas atau berlemak, kaIein, alkohol, buah jeruk, sikap berbaring atau membungkuk ke depan. GERD juga bisa dipicu oleh obat-obat tertentu seperti calcium channel blockers dan juga oleh eIek penggunaan obat bisphosphonates dan non-steroidal anti-inIlammatory drugs (NSAIDs). GERD biasanya memburuk selama kehamilan (advisory commite.2009) !encegahan Anti-reIluks bedah yang bertujuan untuk mengendalikan asma melalui pencegahan GERD memiliki tingkat keberhasilan lebih rendah dari anti- reIluks bedah ditujukan untuk mengobati gastritis (45-50 vs 80-90 masing-masing). (Heidelbaugh. JJ,et al. 2007). Sebenarnya, tidak ada satu diet khusus yang akan mencegah semua gejala GERD. Satu-satunya cara untuk merancang rencana makan yang tepat untuk Anda adalah untuk menemukan mana makanan Anda menoleransi baik dan makanan yang memperburuk reIluks Anda. Cobalah untuk menyimpan catatan rinci makanan selama satu minggu. Catatan makanan Anda mungkin memiliki tiga kategori: makanan, waktu hari dan gejala. Sekali Anda telah mengidentiIikasi orang-orang "memicu" makanan Anda dapat memodiIikasi diet Anda untuk membantu meringankan gejala apapun. (McKinley Health Center. 2008)
Sumber : McKinley Health Center. 2008
DAFTAR PUSTAKA Guidelines & !rotocols Advisory committee. 2009. ,stroesoph,e,l Reflux Dise,se-Clinic,l Appro,ch in Adult. Ministry oI Health Service : Columbia. Available Irom: //wwweffeceealcarearqgo/reles/ConsumerCasrof Accesed by 24 November 2011 Heidelbaugh, JJ, Gill, AS, et al. 2007. ,stroesoph,e,l Reflux Dise,se(RD). University oI Michigan Health System. Available Irom: //cmemeumceu/f/guelne/CL8u07f Accesed by 24 November 2011 McKinley Health Center. 2008. %he RD Diet (,stroesoph,e,l Reflux Dise,se). University oI Illinoist at Urbana-Champaign. Available Irom: //wwwmcknleyllnoseu/anous/ger%eml Accesed by 24 November 2011 !atti, Marco G & Herbella, FA. 2010. ,stroesoph,e,l reflux dise,se . from p,thophysioloy to tre,tment. World journal oI gastroenterology. Avalable Irom : http://www.wjgnet.com/1007-9327/16/3745.pdI. Accesed by 25 November 2011 Richter, Joel E. 2007. How to Manage ReIractory GERD. Departement oI Medicine : !hiladelphia. Available Irom: //wwwgasroraxs frec/8efracoryCL8uf Accesed by 24 November 2011 Tytgat, GN, Mccoll,K, et al. 2007. ew Alorithm For %he %re,tment of ,stro- esoph,e,l Reflux Dise,se. Alimentary !harmacology & Therapeutics: Amsterdam. Available Irom: http://Iarncombe.mcmaster.ca/documents/Tytgatetal.Aliment!harmacolTher 2008273249-256.pdI . Accesed by 25 November 2011