Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPER RAWATAN PADA PASIEN DENG GARAWATAN PADA PASIEN DENG GAN THALASSEMIA Kelompok 11 : SITI ANN

NISA Z.N. SALAS AUULADI SRI HANDDINI PERTIWI SILVIA JU UNIANTY SRI MEL LFA DAMANIK SELLA G GITA A SUSI HAN NIFAH SARAH R RIDASHA F TIARA RA ACHMAWATI TIARA TRRI P TRIANDI INI TAMMY TIARA AR RUM KESUMA (220110080145) (220110080138) (220110080105) (220110080097) (220110080079) (220110080052) (220110080035) (220110080013) (220110080118) (220110080108) (220110080095) (220110080053) (220110080050) UNIV VERSITAS PADJADJARAN FAKUL LTAS ILMU KEPERAWATAN JATINANGOR 2009

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusun an makalah ini dengan baik Makalah ini berjudul Makalah Kasus 1 Penyakit Thalasemia makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dan diajukan untuk memenuhi standar pro ses pembelajaran pada mata kuliah Sistem Hematologi dan Imunitas Dalam penyusunan makalah ini , penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Ibu Wiwi Mardiah, S.Kp .M.Kes. selaku koordinator sistem hematologi dan imunitas serta dosen yang memberikan bimbingan kepada penulis. 2. Orang tua kami tercinta yang selalu membeikan doa restu dan dukungan dalam prose s pembelajaran kami di Fakultas Ilmu Keperawatan. 3. Teman-teman penulis kelompok 11 yang meluangkan waktu untuk menyusun makalah ini. 4. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungannya, Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang lebih baik. Meskipun telah berusaha segenap kemampuan, namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi perbaikan di hari kemudian. Akhir kata, penulis berharap makalah semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam proses pembelajaran di Fakultas Ilmu Keperawatan. Jatinangor, September 2009 penulis

PENDAHULUAN A. Latar belakang Thalassemia berasal dari kata Yunani, yaitu talassa yang berarti laut. Yang dima ksud dengan laut tersebut ialah Laut Tengah, oleh karena penyakit ini pertama kali di kenal di daerah sekitar Laut Tengah. Penyakit ini pertama sekali ditemukan oleh seorang d okter di Detroit USA yang bernama Thomas B.1 Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang diwariskan oleh orangtua kepada anak. Thalassemia mempengaruhi kemampuan dalam menghasilkan hemoglobin yang berakibat pada penyakit anemia. Hemoglobin adalah suatu protein dalam sel darah merah yang mengangkut oksigen dan nutrisi lainnya ke sel-sel lainnya dalam tubuh. Seki tar 100.000 bayi di seluruh dunia terlahir dengan jenis thalassemia berbahaya setiap tahunny a. Thalassemia terutama menimpa keturunan Italia, Yunani, Timur Tengah, Asia dan Af rika. Ada dua jenis thalassemia yaitu alpha dan beta. Kedua jenis thalassemia ini diwa riskan dengan cara yang sama. Penyakit ini diturunkan oleh orangtua yang memiliki mutat ed gen atau gen mutasi thalassemia. Seorang anak yang mewarisi satu gen mutasi disebut pembawa atau carrier, atau yang disebut juga dengan thalassemia trait (sifat thalassemia ). Kebanyakan pembawa ini hidup normal dan sehat. Anak yang mewarisi dua sifat gen, di mana sa tu dari ibu dan satu dari ayah, akan mempunyai penyakit thalassemia. Jika baik ibu maupu n ayah adalah pembawa, kemungkinan anak mewarisi dua sifat gen, atau dengan kata lain mempunyai penyakit thalassemia, adalah sebesar 25 persen. Anak dari pasangan pem bawa juga mempunyai 50 persen kemungkinan lahir sebagai pembawa. Jenis paling berbahaya dari alpha thalassemia yang terutama menimpa keturunan As ia Tenggara, Cina dan Filipina menyebabkan kematian pada jabang bayi atau bayi baru lahir. Sementara itu, anak yang mewarisi dua gen mutasi beta thalassemia akan menderita penyakit beta thalassemia. Anak ini memiliki penyakit thalassemia ringan yang disebut den gan thalassemia intermedia yang menyebabkan anemia ringan sehingga si anak tidak mem erlukan transfusi darah. Jenis thalassemia yang lebih berat adalah thalassemia major ata u disebut juga dengan Cooley's Anemia. Penderita penyakit ini memerlukan transfusi darah dan pe rawatan yang intensif. Anak-anak yang menderita thalassemia major mulai menunjukkan geja la-gejala penyakit ini pada usia dua tahun pertama. Anak-anak ini terlihat pucat, lesu dan mempunyai nafsu makan rendah, sehingga menyebabkan pertumbuhannya terlambat.

Tanpa perawatan medik, limpa, jantung dan hati menjadi membesar. Di samping itu, tulang-tulang tumbuh kecil dan rapuh. Gagal jantung dan infeksi menjadi penyebab utama kematian anak-anak penderita thalassemia major yang tidak mendapat perawatan sem estinya. Bagi anak-anak penderita thalassemia major, transfusi darah dan suntikan antibio tic,sangat diperlukan. Transfusi darah yang rutin menjaga tingkat hemoglobin darah mendekati normal. Namun, transfusi darah yang dilakukan berkali-kali juga mempunyai efek samping, yaitu pengendapan besi dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan hati, jantung dan organorgan tubuh lain. B. Tujuan . Mahasiswa mengetahui konsep umum penyakit thalassemia. . Mahasiswa mengetahui gejala-gejala dari penyakit thalassemia. . Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan terhadap penderita. . Mahasiswa mampu memberikan tindakan keperawatan dengan tepat. C. Identifikasi kasus Anton (5 tahun) datang ke poli hematologi dibawa ibunya, dengan keluhan lemas, mudah lelah ketika beraktivitas, berat badan yang sangat kurang. Meskipun berusi a 5 tahun tetapi posturnya tidak sesuai dengan anak seusianya BB 14 kg, kulit bersis ik kehitaman pada beberapa tempat dan wajah tampak face colley. Adanya hepatosplenomegali yang mengakibatkan perut terlihat buncit. Hasil laboratorium didapatkan : Hb 7 g/dL, Ht 22%, SGOT 11/ml, SGPT 70 IU/L, Fe 1000 g/dL. Klien biasanya datang 3 minggu sekali ke poiklinik untuk diberikan darah dan pemasanga n desferal.

II TINJAUAN PUSTAKA A. Hemoglobin Hemoglobin adalah suatu protein tetramer (protein yang terdiri dari 4 rantai polipeptida). Pada manusia dewasa hemoglobin utama disebut Hb A, yang terdiri da ri dua rantai a dan dua rantai (22) (Slamet Suyono, 2001). Selain Hb A pada manusia dewasa terdapat hemoglobin pendamping (minor) yang disebut Hb A2 (22). Pada bayi (neonatus) dan janin (embrio) terdapat bentuk hemoglobin lain yaitu: Hb F (alfa2 gamma2) dan hemoglobin embrional : Hb Gowers 1 (zeta2 epsilon2), Hb Gowers 2 (alfa2 epsilon2), dan Hb Portland (zeta2 gamma2) . Kadar Hb normal dewasa yaitu: Hb A : 96-98 % Hb A2 : 1,5 3,2 % Hb F : 0,5 0,8 % (A.V. Hoffbrand, et al., 2005) Pada tahap perkembangan hemoglobin manusia dimulai dengan pembentukan Hb Gowers 1 kemudian pembentukan Hb Gowers 2 yang bekerja sama dengan Hb Portland dalam masa transisi menuju Hb F. Pada saatnya adanya pergantian pembentukan rantai gamma pada Hb F oleh rantai alfa globin sehingga terbentuk Hb A. Perubahan utama dari hemoglobin fetus ke hemoglobin dewasa terjadi 3-6 bulan setelah kelahiran (A.V. Hoffbrand,et al., 2005). Terjadi penurunan kadar Hb F mulai bayi berumur 20 minggu post partum (setelah kelahiran). Pada manusia dewasa normal Hb F masih ditemukan walaupun dalam jumlah yang sangat kecil (kurang dari 1%). Hemoglobin embrional hanya bertahan sampai umur janin 10 minggu saja (Slamet Suyono, 2001). Hemoglobin terdiri dari hemoglobin normal dan hemoglobin patologis. Hemoglobin normal diantaranya, yaitu: 1. Hb A (hemoglobin normal dewasa, terdiri 2 rantai alfa dan 2 rantai beta) 2. Hb A2 (hemoglobin normal dewasa, terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai delt a) 3. Hb F (Hb normal pada janin, terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gamma) 4. Hb Gowers (Hb normal pada awal khidupan embrio dan hilang sebelum lahir) 5. Hb Portland (Hb normal pada janin akhir trimester pertama) (Newman Dorland, 2005).

Hemoglobin patologis merupakan akibat dari adanya kelainan produksi hemoglobin. Hemoglobin tersebut yaitu: 1. Hb H : hemoglobin tetramer beta () yang memiliki afinitas tinggi terhadap O2. 2. Hb Bart s : hemoglobin tetramer gamma () yang memiliki afinitas tinggi terhadap O2. 3. Hb A1c : hemoglobin A terglikasi, terdapat satu heksosa pada terminal N rantai , konsentrasi meninggi pada diabetes yang tidak terkontrol dengan baik. 4. Hb anti-Lepore : hemoglobin crossover abnormal yang sama dengan Hb Lepore tetapi rantai non-a bergabung dengan konfigurasi yang berlawanan dengan Hb Lepore (rantai pada terminal N dan rantai d pada terminal C). 5. Hb Lepore : Hb crossover abnormal dengan rantai a normal dan dua rantai globin yang memiliki bagian rantai d pada terminal N dan rantai a pada terminal C. 6. Hb C : hemoglobin abnormal dimana lisin menggantikan asam glutamate pada posisi enam rantai . 7. Hb D : hemoglobin abnormal yang ditandai oleh mobilitas elektroforetik yang sama dengan Hb S pada kertas atau selulosa asetat. 8. Hb E : hemoglobin abnormal di mana lisin menggantikan asam glutamate pada posisi 26 rantai . 9. Hb S : hemoglobin abnormal di mana valin menggantikan asam glutamate pada posisi enam rantai . Keadaan homozigot mengakibatkan anemia sickle cell dan heterozigot asimptomatik disebut sickle cell trait. (Newman Dorland, 2005) B. Anemia Hemolitik Anemia hemolitik merupakan anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis. Hemolisis adalah pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya (sebe lum masa hidup rata-rata eritrosit yaitu 120 hari) sehingga menyebabkan terjadinya p elepasan hemoglobin dan isi sel lainnya dari eritrosit. Hemolisis ini menyebabkan terjadi nya kerusakan eritrosit lebih cepat dari kemampuan sumsum tulang untuk menggantikannya. Proses

hemolisis ini akan menimbulkan penuruanan kadar hemoglobin yang akan mengakibatk an anemia, peningkatan pemecahan eritrosit dalam tubuh, dan kompensasi sumsum tulan g untuk meningkatkan eritropoesis (I Made Bakta, 2006). Anemia ini dapat disebabkan oleh adanya defek molekuler (hemoglobinopati atau enzimopati), abnormalitas struktur dan fungsi-fungsi membran, dan faktor lingkun gan seperti trauma mekanik atau autoantibodi (Ikhwan Rinaldi; Aru W.S., 2006). Secara etiologi, anemia hemolitik dikelompokkan menjadi: 1. Anemia hemolitik herediter a. Defek enzim/Enzimopati Defek jalur Embden Meyerhof Defek jalur heksosa monofosfat b. Hemoglobinopati Thalassemia Anemia sickle cell Hemoglobinopati lain seperti heterozigot ganda (thalassemia-Hb E) c. Defek membran (membranopati) : Sferositosis herediter, eliptositosis herediter, stomatositosis herediter. 2. Anemia Hemolitik Didapat a. Anemia hemolisis imun, misalnya: idiopatik, keganasan, obat-obatan, kelainan autoimun, infeksi, transfuse. b. Mikroangiopati, misalnya: Trombotik Trombositopenia Purpura (TTP) c. Infeksi , misalnya :infeksi malaria, infeksi babesiosis, infeksi Clostridium. (I Made Bakta, 2006; Ikhwan R, Aru W.S., 2006) C. Hemoglobinopati Hemoglobinopati merupakan kelainan hematologis yang disebabkan oleh adanya abnormalitas hemoglobin yang diturunkan maupun didapat akibat kelainan produksi hemoglobin. Kelainan produksi ini dapat disebabkan oleh kelainan gen ya ng mengatur susunan asam amino seperti pada anemia sel sabit, Hb S disease, Hb C, H b E, dll. dan kelainan gen yang mengatur kecepatan produksi hemoglobin khususnya rantai globin seperti pada thalassemia. Hemoglobinopati dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Hemoglobinopati structural (kelainan struktur asam amino pada rantai globin) Hb S, Hb C, Hb D, Hb E, anemia sel sabit 2. Sindrom thalassemia (gangguan sintesis rantai alfa atau beta) (I Made Bakta, 2006)

III ISI A. KASUS THALASEMIA Anton 5 tahun dating ke poli hematologi untuk kesekian kalinya dengan keluhan lemas, mudah lelah ketika beraktivitas. Berat badan sangat kurang, meskipun berusia 5 tahun tapi posturnya tidak sesuai dengan anak seusianya. Bera t badannya 14 kg. kulit bersisik kehitaman pada beberapa tempat dengan wajah tampak facies cooley, hepasteinomegali yang mengakibatkan perut terlihat buncit. Hasil lab didapatkan HB 7%, Fe 1000 gr/dl, Ht 22%. Klien biasanya dating tiga ka li seminggu ke poliklinik untuk diberi darah dan pemasangan desveral, SGOT 11/ml, SGPT 70 IU/l. Step 1 unfamiliar terms 1) Face cooley 2) 3) 4) 5) Hepatosplenomegali SGOT dan SGPT Desperal Ht: hematokrit

Jawaban: 1) Face cooley= ???? 2) Hepatosplenomegali= Pembengkakan hati dan limpa 3) SGOT dan SGPT = ???? 4) Desperal= Obat yang disuntikan untuk mengatasi penumpukan Fe 5) Hematokrit=??. Step 2 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) Bagaimana nilai normal hasil lab? Apakah penyebab adanya kulit bersisik kehitaman? Kenapa postur tubuh dan berat badan tidak sesuai? Kenapa terjadi hepatosplenomegali? Kenapa harus dibrikan darah dan pemasangan despeal? Apa alasan pasien harus dating ke klinik 3 minggu sekali? Bagaimana Etiologi dan factor resiko dari thalasemia?

8) Bagaimana manifestasi klinis nya? 9) Kenapa terjadi face cooley? 10) Bagaimana patofisiologi thalasemia? 11) Apakah ada kemungkinan sembuh? 12) Apakah komplikasi jika sering dilakukan transfuse darah? 13) Adakah tindakan lain selian transfuse darah dan pemasangan desperal? 14) Bagaiman asuhan keperawatan pasien thalasemia? 15) Bagaimana health education yang dibutuhkan pada pasien thalasemia? 16) Bagaimana aspek nutrisi yang dibutuhkan pada pasien tersebut? 17) Klasifikasi thalasemia? 18) Bagaiman aspek legal etis nya? Step 3 1) Learning objectives 2) Adanya penumpukan zat besi akibat seringnya dilakukan transfuse darah. 3) Karena anak tersebut anemia,yang menyebabkan kekurangan zat darah darah salah satunya kadar Hb,fungsi Hb untuk mengikat oksigen,jika Hb turun maka kemampuan dia untuk mngikat O2 menurun,sehingga metabolisme menjadi turun menyebabkan postur tubuh dan baat badan tidak sesuai. 4) Karena adanya kompensasi tubuh untuk mencapai homeostatis akibat hemolisi sebelum waktunya. 5) Karena pasien menderita anemia(kekurangan darah).penggunaan desperal untuk mengatasi penumpukan Fe. 6) Untuk mengatasi kekurangan darah,pada penderita thalasemia umur sel darah mer ah kurang dari 120 hari,sehingga dia harus dtransfusi darah sesering mungkin. 7) Step 4 8) Step 4 9) Learning objectives 10) Step 4 11) Tidak akan dapat sembuh,karena terjadi hemolysis terus-menerus. 12) Penumpukan Fe,luka pada kulit karena dari jarum suntikan transfuse darah, re ntan pada penyakit yang ditularkan lewat darah, dan infeksi nosokomial. 13) Modifikasi life style. 14) Step 4

15) Step 4 (dimasukkan dalm askep) 16) Memberikan transfusi darah. Transfusi darah perlu diberikan di samping usaha tidak memberikan makanan yang mengandung besi, seperti : hati, sayuran seperti kangkung, bayam atau makanan la in yang mengandung besi karena didalaam tubuh pasien telah kelebihan zat besi. Dalam kea daan lemah sekali, pasien perlu di suapi atau di bujuk ( cara penyediaan makananan sa ma dengan penyakit darah lainnya. Transfusi diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 g% dan k arena jika baru 1 kali transfusi kenaikan kadar Hb belum mencukupi maka setiap seri diberik an 3 4 kali transfusi (diberikan setiap hari selama 3 4 hari) dan biasanya setiap seri 3 bulan sekali. Transfusi darah yang diberikan berupa sel darah merah (SDM) sampai kadar Hb 11 g /dl. Jumlah SDM yang diberikan sebaiknya 10-20 ml/kg BB. Transfusi darah yang berulan g ulang menyebabkan kadar besi dalam darah tinggi, sehingga tertimbun dalam berbag ai jaringan tubuh seperti hepar, limpa, kulit, jantung, dan lain lain. Hal ini dapa t menyebabkan kerusakan organ organ tubuh tersebut. Jika diet buruk, diberikan asam folat teratur (misalnya 2-5 mg perhari). Vitamin C 100 250 mg setiap hari, meningkatkan ekskresi besi dihasilkan oleh desferioksamin. 17) Step 4 18) step 4 step 4 MIND MAP Step 5 Learning objectives 1) Pengertian face cooley 2) Pengertian SGOP dan SGPT 3) Pengertian hematokrit 4) Penjelasan Mind Map 5) Bagaimana nilai normal hasil lab 6) Mekanisme kerja desperal

B. ISTILAH PENTING No. Istilah Definisi 1. Desferal Semacam obat untuk mengikat Fe dalam tubuh yang dibuang melalui urin atau infuse 2. face cooley Wajah seperti mongoloid, Tulang hidung yang hilang atau melesak ke dalam 3. Hepatospleinomegali Pembengkakan hati dan limfa 4. Hematokrit Presentase eritrosit dalam darah keseluruhan 5. SGOT (serum glutamic-oxaloacetic transminase) Serum yang didalamnya terdapat enzim yang brasal dari hati dan jantung yang dilepaskan jika terjadi kerusakan jaringan 6. SGPT (serum glutamic-piruvic transminase Serum yang didalamnya terdapat enzim yang brasal dari hati yang dilepaskan akibat kerusakan jaringan C. PENJELASAN KASUS 1. DEFINISI THALASEMIA Thalasemia adalah sekelompok heterogen gangguan genetik pada sintesis hemoglobin yang ditandai dengan tidak ada atau berkurangnya sintesis rantai globin. (robbins,2007) Thalasemia adalah penyakit darah bawaan (keturuna) yang menyebabkan sel darah merah (eritrosit) pecah/hemolisa. (suryo,2005) 2. KLASIFIKASI THALASEMIA a. Thalassemia-a (gangguan pembentukan rantai ) Sindrom thalassemia-a disebabkan oleh delesi pada gen a globin pada kromosom 16 (terdapat 2 gen a globin pada tiap kromosom 16) dan nondelesi seperti gangguan mRNA pada penyambungan gen yang menyebabkan rantai menjadi lebih panjang dari kondisi normal. Faktor delesi terhadap empat gen a globin dapat dibagi menjadi empat, yaitu: 12

1. Delesi pada satu rantai a (Silent Carrier/ -Thalassemia Trait 2) Gangguan pada satu rantai globin a sedangkan tiga lokus globin yang ada masih bisa menjalankan fungsi normal sehingga tidak terlihat gejala-gejala bila ia terkena thalassemia. 2. Delesi pada dua rantai a (-Thalassemia Trait 1) Pada tingkatan ini terjadi penurunan dari HbA2 dan peningkatan dari HbH dan terjadi manifestasi klinis ringan seperti anemia kronis yang ringan dengan eritrosit hipokromik mikrositer dan MCV(mean corpuscular volume) 60-75 fl. 3. Delesi pada tiga rantai a (HbH disease) Delesi ini disebut juga sebagai HbH disease (4) yang disertai anemia hipokromik mikrositer, basophylic stippling, heinz bodies, dan retikulositosis. HbH terbentuk dalam jumlah banyak karena tidak terbentuknya rantai a sehingga rantai tidak memiliki pasangan dan kemudian membentuk tetramer dari rantai sendiri (4). Dengan banyak terbentuk HbH, maka HbH dapat mengalami presipitasi dalam eritrosit sehingga dengan mudah eritrosit dapat dihancurkan. Penderita dapat tumbuh sampai dewasa dengan anemia sedang (Hb 8-10 g/dl) dan MCV(mean corpuscular volume) 60-70 fl. 4. Delesi pada empat rantai a (Hidrops fetalis/Thalassemia major) Delesi ini dikenal juga sebagai hydrops fetalis. Biasanya terdapat banyak Hb Barts (4) yang disebabkan juga karena tidak terbentuknya rantai a sehingga rantai . membentuk tetramer sendiri menjadi 4. Manifestasi klinis dapat berupa ikterus, hepatosplenomegali, dan janin yang sangat anemis. Kadar Hb hanya 6 g/dl dan pada elektroforesis Hb menunjukkan 80-90% Hb Barts, sedikit HbH, dan tidak dijumpai HbA atau HbF. Biasanya bayi yang mengalami kelainan ini akan mati beberapa jam setelah kelahirannya. b. Thalassemia- (gangguan pembentukan rantai ) Thalassemia- disebabkan oleh mutasi pada gen globin pada sisi pendek kromosom 11. 1. Thalassemia o Pada thalassemia o, tidak ada mRNA yang mengkode rantai sehingga tidak dihasilkan rantai yang berfungsi dalam pembentukan HbA

2. Thalassemia + Pada thalassemia +, masih terdapat mRNA yang normal dan fungsional namun hanya sedikit sehingga rantai dapat dihasilkan dan HbA dapat dibentuk walaupun hanya sedikit. Sedangkan secara klinis thalassemia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu a. Thalasemia Mayor Terjadi bila kedua orang tuanya membawa gen pembawa sifat thalassemia. Gejala penyakit muncul sejak awal masa kanak-kanak dan biasanya penderita hanya bertahan hingga umur sekitar 2 tahun. Penderita bercirikan : . Lemah . Pucat . Perkembangan fisik tidak sesuai dengan umur . Berat badan kurang . Tidak dapat hidup tanpa transfusi transfusi darah seumur hidupnya. b. Thalasemia minor/trait Gejala yang muncul pada penderita Thalasemia minor bersifat ringan, biasanya hanya sebagai pembawa sifat. Istilah Thalasemia trait digunakan untuk orang normal namun dapat mewariskan gen thalassemia pada anak-anaknya:ditandai oleh splenomegali, anemia berat, bentuk homozigot. Pada anak yang besar sering dijumpai adanya: Gizi buruk Perut buncit karena pembesaran limpa dan hati yang mudah diraba Aktivitas tidak aktif karena pembesaran limpa dan hati (Hepatomegali ), Limpa yang besar ini mudah ruptur karena trauma ringan saja Gejala khas adalah: Bentuk muka mongoloid yaitu hidung pesek, tanpa pangkal hidung, jarak antara kedua mata lebar dan tulang dahi juga lebar. Keadaan kuning pucat pada kulit, jika sering ditransfusi, kulitnya menjadi kelabu karena penimbunan besi

3. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO a. Mutasi gen -globin pada kromosom 16 b. Adanya pasutri yang membawa gen/carier thalasemia c. Adanya mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai a atau dari HB berkurang d. Berkurangnya sintesis HBA dan eritropoesis yang tidak efektif diertai penghancuran sel-sel eritrosit intramuscular. 4. MANIFESTASI KLI NIS a. Gejala awal pucat, mulanya tidak jelas. Biasanya menjadi lebih berat dalam tahun pertama kehidupan, dan pada kasus yang berat terjadi dalam beberapa minggu setelah lahir b. Bila penyakit ini tidak ditangani dengan baik, tumbuh kembang anak akan terhambat. Penyimpangan pertumbuhan akibat anemia dan kekurangan gizi menyebabkan perawakan pendek. c. Anak tidak nafsu makan, diare, kehilangan lemak tubuh, dan dapat disertai demam berulang kali akibat infeksi d. Anemia lama dan berat, biasanya menyebabkan pembesaran jantung e. Terdapat hepatosplenomegali dan Ikterus ringan mungkin ada f. Terjadi perubahan pada tulang yang menetap, yaitu terjadinya bentuk muka mongoloid akibat sistim eritropoiesis yang hiperaktif g. Adanya penipisan korteks tulang panjang, tangan dan kaki dapat menimbulkan fraktur patologis. . h. Kadang-kadang ditemukan epistaksis, pigmentasi kulit, koreng pada tungkai, dan batu empedu. i. Pasien menjadi peka terhadap infeksi terutama bila limpanya telah diangkat sebelum usia 5 tahun dan mudah mengalami septisemia yang dapat mengakibatkan kematian. Dapat timbul pensitopenia akibat hipersplenisme. j. Letargi, pucat, kelemahan, anoreksia, sesak nafas akibat penumpukan Fe, tebalnya tulang kranial menipisnya tulang kartilago, kulit bersisik kehitaman akibat penumpukan Fe yang disebabkan oleh adanya transfuse darah secara kontinu.

5. PATOFISIOLOGI Pernikahan penderita thalasemia carier . Penyakit secara autosomal resesif Gangguan sintesis rantai globin a dan

Pembentukan rantai a dan Rantai a kurang terbentuk di retikulosit tidak seimbang daripada rantai

rantai kurang dibentuk dibanding a rantai tidak dibentuk sama sekali rantai g dibentuk tetapi tidak menutupi kekurangan rantai Thalsemia

Thalasemia a

gangguan pembentukan rantai a dan Pembentukan rantai a dan . Penimbunan dan pengendapan rantai a dan . Tidak terbentuk HbA Membentuk inclusion bodies Menempel pada dinding eritrosit Merusak dinding eritrosit Hemolisis

Eritropoesis darah yang tidak efektif dan penghancuran precursor eritrosit dan intramedula . sintesis Hb . eritrosit hipokrom dan mikrositer Hemolisis eritrosit yang immature ANEMIA Pengikatan O2 Kompensasi tubuh Hipoksia oleh RBC . membentuk eritrosit oleh sumsum tulang . tubuh merespon Suplai O2/Na aliran darah ke dengan pembentukan ke jar.. organ vital Hiperplasia sumsum tulang eritropoetin dan jaringan .

metabolisme sel Ekspansi massif masuk ke sirkulasi O2 dan nutrisi sumsum tulang pertumbuhan sel tidak di Transpor wajah dan kranium merangsang Resiko Gangguan tumbuh kembang &otak terhambat scr adekuat eritropoesis deformitas tulang Perfusi jar. Pembentukan RBC terganggu baru yang immature

Perubahan bentuk wajah Penonjolan tulang tengkorak . pertumbuhan pada tulang maksila Terjadi face cooley Perasaan berbeda dengan orang lain Gambaran diri negatif Gangguan konsep diri: body image dan mudah lisis perubahan Hb.

pembentukan ATP perlu transfusi energy yang terjadi . Fe dihasilkan. dlm tubuh kelemahan fisik Hemosiderosis . pigmentasi kulit (coklat kehitaman) Intoleransi aktifitas Kerusakan Integritas kulit Fibrosis Hemokromatesis Terjadi hemapoesis di extramedula Liver Limfa Jantung Pankreas Paru-paru Hepatomegali Splenomegali Payah jantung DM Frekuensi napas . Perut buncit Splenokromi Imunitas Resiko pola napas tidakefektif Menekan diagfragma Resiko terhadap infeksi Compliance paru-paru terganggu Perkusi napas . Anemia

Kekentalan darah . Hipoksia Jaringan Tahanan thd aliran darah Rangsangan Simpatik . Perfusi ke organ GIT & pembuluh darah . Kerja Sal.Cerna . < O2 untuk metabolisme . Jmlh darah yg kembali Sal. Cerna ke Jantung /Venous return . CO .

Beban kerja Jantung .

Payah Jantung . mortilitas usus Splenomegali & Hepatomegali Digesti & absorbsi makanan terganggu Menekan organ abdomen Distensi abdomen/ Makanan tertahan di lambung ( termasuk Lambung & Sal. Cerna) peregangan Lambung

Merangsang Hipotalamus (Pusat kenyang) Dipersepsikan dengan perasaan kenyang Anoreksia Intake nutrisi berkurang Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan BB kurang 6. ASUHAN KEPERAWATAN a. Pengkajian : IDENTITAS : 1. Nama : Anton 2. Umur/ usia : 5 th 3. Jenis kelamin : laki -laki 4. Nama ortu : 5. Alamat : 6. Umur/ pendidikan/ pekerjaan ortu : 7. Agama dan suku bangsa : KELUHAN UTAMA : lemas dan lelah saat beraktifitas RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG : P: saat beraktifitas Q :R :S :T : RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU : setiap 3 minggu sekali dating ke poliklinik untuk diberi darah dan pemasangan sesveral

RIWAYAT RIWAYAT RIWAYAT RIWAYAT

KESEHATAN KELUARGA : KEHAMILAN : KELAHIRAN : PERTUMBUHAN : 14 kg

RIWAYAT PERKEMBANGAN : RIWAYAT IMUNISASI : RIWAYAT MAKANAN : RIWAYAT PENYAKIT YANG DIDERITA : PEMERIKSAAN FISIS : Inspeksi : wajah face cooley, pucat, kulit kehitaman Palpasi : splenomegali, kulit bersisik Perkusi : Auskultasi :

TTV : HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM : Hb :7gr/dl Ht :22% Fe :1000 gr/dl SGOT : 11/ml SGPT : 70 IU/l b. Analisa data NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH 1 Ds : Ibu klien mengeluh berat badan klien yang sangat kurang Do : Berat Badan 14 Kg Hipoksia jaringan Rangsangan simpatis . perfusi ke organ GIT . . Kerja saluran cerna. berkurangnya O2 untuk metabolisme salur cerna Mortalitas usus . Digesti dan absorbsi makanan terganggu . Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan 19

Makanan tertahan di lambung . Distensi abdomen/peregangan lambung . Merangsang Hipotalamus (Pusat kenyang) . Dipersepsikan dengan perasaan kenyang . Anoreksia . Intake nutrisi berkurang . Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan . BB kurang 2 Ds : Ibu klien mengeluh Klien Lemas Ibu klien mengeluh klien mudah lelah ketika beraktivitas Do : Anemia . Hipoksia jaringan . Suplai O2 / Na ke Jaringan . . Metabolisme sel . Perubahan pembentukan ATP . Energy yang dihasilkan . . Kelemahan fisik/ mudah lelah ketika beraktifitas . Intoleransi Aktifitas Intoleransi aktivitas 3 Ds : Do : Kulit bersisik kehitaman pada beberapa tempat Anemia . Hipoksia Jaringan . Tubuh merespon dengan pembentukan eritropoetin . Masuk ke sirkulasi .

Merangsang eritropoesis . Pembentukan RBC baru yang immature dan mudah lisis . Hb. . Perlu transfuse . Terjadi . Fe dlm tubuh Kerusakan integritas kulit 20

. Hemosiderosis . . pigmentasi kulit (coklat kehitaman) . Kerusakan integritas kulit 4 Ds : Do : Wajah tampak Face Colley Anemia . Kompensasi tubuh membentuk eritrosit oleh sumsum tulang bertambah . Hyperplasia sumsum tulang . Ekspansi massif sumsum tulang wajah dan cranium . Deformitas tulang . Perubahan bentuk wajah Penonjolan tulang tengkorak Pertumbuhan bertambah pada tulang maksila Terjadi face cooley . Perasaan berbeda dengan orang lain . Gamabaran diri negative . Gangguan konsep diri : body image Gangguan konsep diri : body image 5 Ds: Do: Anemia . Hipoksia jaringan . Tubuh merespon dengan pembentukan eritropoetin . Masuk ke sirkulasi . Merangsang eritropoesis . Terjadi hemapoesis di ekstramedula . Hemokromatesis . Fibrosis . Ke paru-paru . Frek.nafas . . Resiko pola nafas tidak efektif Resiko pola nafas

tidak efektik 6 Ds: Do: Anemia . Resiko gangguan tumbuh kembang 21

Hipoksia Jaringan . Suplai O2 / Na ke jaringan . . Metabolisme sel . Pertumbuhan sel dan otak terhambat . Resiko gangguan tumbuh kembang 7 Ds : Do : Anemia . Hipoksia jaringan . Tubuh merespon dengan pembentukan eritropoetin . Masuk ke sirkulasi . Merangsang eritropoesis . Terjadi hemapoesis di ekstramedula . Hemokromatesis . Fibrosis . Ke jantung Hipoksia jaringan . Tubuh merespon dengan pembentukan eritropoetin . Masuk ke sirkulasi . Merangsang eritropoesis . Terjadi hemapoesis di ekstramedula . Hemokromatesis . Fibrosis . Payah jantung Hipoksia jaringan . Tubuh merespon dengan pembentukan eritropoetin . Masuk ke sirkulasi . Merangsang eritropoesis . Terjadi hemapoesis di ekstramedula . Resiko terhadap infeksi 22

Hemokromatesis . Fibrosis . Imunitas . Hipoksia jaringan . Tubuh merespon dengan pembentukan eritropoetin . Masuk ke sirkulasi . Merangsang eritropoesis . Terjadi hemapoesis di ekstramedula . Hemokromatesis . Fibrosis . Resiko tinggi infeksi a. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan menurunnya kerja saluran pencernaan. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan berkurangnya suplai O2/ Na ke jaringan yang ditandai dengan klien mengeluh lemas dan mudah lelah ketika beraktifitas. 3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologis (anemia) yang ditandai dengan kulit bersisik kehitaman pada beberapa tempat. 4. Resiko pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hemokromatesis. 5. Resiko gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan hipoksia jaringan. 6. Resiko terhadap infeksi berhubungna dengan menurunnya imunitas. 23

7. ASUHAN KEPERAWATAN No Diagnosa Keperawatan Tujuan Asuhan Keperawatan Intervensi Rasional 1 Ketidakseimbanga n nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan menurunnya kerja saluran pencernaan. ditandai dengan: Ds : Ibu klien mengeluh berat badan klien yang sangat kurang Do : Berat Badan 14 Kg Tupan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat. Tupen: . Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal. . Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat badan yang sesuai. Mandiri . Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. . Observasi dan catat masukan makanan pasien. . Timbang berat badan tiap

hari. . Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan di antara waktu makan. . Berikan dan bantu higiene mulut yang baik; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Kolaborasi . Konsul pada ahli gizi. . Pantau pemeriksaan laboratorium seperti Hb, Hct, BUN, Albumin, Protein, Transferin, Besi Serim, B12, Asam Folat, TIBC, Elektrolit Serum. . Berikan obat sesuai indikasi, desferoksimin untuk mengurangi kadar besi dalam tubuh. . Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi. . Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan. . Mengawasi penurunan berat badan. . Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan. . Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemampuan infeksi.

. Membantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual. . Meningkatkan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan. . Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia 24

. Berikan suplemen nutrisi mis., Ensure, Isocal. dan/atau adanya masukan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi. . Meningkatkan masukan protein dan kalori. 2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan berkurangnya suplai O2/ Na ke jaringan yang ditandai dengan klien mengeluh lemas dan mudah lelah ketika beraktifitas. Ds : Ibu klien mengeluh Klien Lemas Ibu klien mengeluh klien mudah lelah ketika beraktivitas Do : Tupen: Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam, klien dapat melakukan aktivitas maksimal sesuai kemampuan. Tupan: Setelah dilakukan perawatan, selama 3 x 24 jam, diharap klien dapat beraktivitas maksimal sesuai kemampuan dan menormalkan Hb ( > 10 g/dl). Mandiri: . Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas normal, catat laporan kelelahan, keletihan, dan kesulitan menyelesaikan

tugas. . Berikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. Pantau dan batasi pengunjung, telepon, dan gangguan berulang tindakan yang tak direncanakan. . Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningkatkan istirahat. Pilih periode istirahat dengan periode aktivitas. . Berikan bantuan dalam aktivitas bila perlu, memungkinkan pasien untuk melakukannya sebanyak mungkin. . Rencanakan kemampuan aktivitas dengan pasien, termasuk aktivitas yang pasien pandang perlu. Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi. . Gunakan teknik penghematan energi, misal., mandi dengan duduk, duduk untuk melakukan tugas-tugas. . Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan. . Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru. . Mempertahankan tingkat energi dan meningkatkan regangan pada sistem jantung dan pernapasan. . Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan

sesuatu sendiri. . Meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal dan memperbaiki stamina tanpa kelemahan. . Mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi penyimpangan energi dan mencegah 25

. Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, napas pendek, kelemahan, atau pusing terjadi. . Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh: penurunan kelemahan / kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri. kelemahan. . Regangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stres dapat menimbulkan dekompensasi /kegagalan. . Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual. 3 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologis (anemia) yang ditandai dengan kulit bersisik kehitaman pada beberapa tempat., ditandai dengan: Ds : Do : Kulit bersisik kehitaman pada beberapa tempat Tupen: . Mempertahankan integritas kulit. Tupan: . Mengidentifikasi faktor risiko/perilaku

individu untuk mencegah cedera dermal. Mandiri Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, dan gangguan warna. Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, dan imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak. 4 Gangguan konsep diri : body image berhubungan dengan hiperplasia sumsum tulang yang ditandai dengan wajah tampak face colley., ditandai dengan: Ds : Do : Wajah tampak Face Colley Tupen: . Klien mau bersosialisasi dengan temannya. Tupan: . Mengembalikan kepercayaan diri klien . Diskusikan situasi/dorong pernyataan takut/masalah. Jelaskan hubungan antara gejala dengan asal penyakit. . Dukung dan dorong pasien,berikan perawatan dengan sikap positif dan perilaku bersahabat. . Pasien sangat sensitif terhadap perubahan tubuh dan juga mengalami krisis karena dirinya tidak sama dengan anak lain. .

Pemberian perawatan kadang-kadang memungkinkan penilaian perasaan untuk mempengaruhi 26

. Dorong keluarga/orang terdekat untuk menyatakan perasaan, berkunjung/berpartisipsi pada perawatan. . Bantu pasien/orang terdekat untuk mengatasi perubahan pada penampilan; anjurkan memakai baju yang tidak menonjolkan gangguan. perawatan pasien dan kebutuhan untuk membuat upaya untuk membantu pasien merasakan nilai pribasi. . Anggota keluarga dapat meras bersalah tentang kondisi pasien dan takut kepada kematian. Kebutuhan dukungan emosi tanpa penilaian dan bebas mendekati pasien. Partisipasi pada perawatan membantu mereka merasa berguna dan meningkatkan kepercayaan antara staf pasien dan orang terdekat. . Pasien dapat menunjukkan penampilan kurang menarik sehubungan dengan ikterik, splenomegali (buncit), ekimoses, dan hemosiderosis jaringan. Memberikan dukungan dapat meningkatkan harga siri dan meningkatkan

rasa kontrol. 5 Resiko pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hemokromatesis. 27

Ds: Do: 6 Resiko gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan hipoksia jaringan. Ds: Do: . Beri diet tinggi nutrisi yang seimbang . Pantau tingga dan berat badan gambarkan pada grafik pertumbuhan . Dorong aktivitas yang sesuai dengan usia klien . Tekankan bahwa klien mempunyai kebutuhan yang sama tahap sosialisasi seperti orang lain 7 Resiko terhadap infeksi berhubungna dengan menurunnya imunitas. Ds: Do: Tidak terjadi tandatanda injuri. . Jelaskan pentingnya transfusi darah. . Lindungi klien dari bahaya jatuh dan cedera. . Bantu dalam memenuhi ADL klien. . Libatkan keluarga dalam melakukan perawatan pada klien. . Observasi tanda-tanda terjadinya cedera. . Untuk meningkatkan konsentrasi HbA. . Perlindungan dapat membuat aman bagi klien. .

Bentuan akan membantu memenuhi kebutuhan klien. . Keluarga selalu berada dekat klien sehingga dengan keterlibatannya sangat berarti bagi klien memenuhi kebutuhannya. . Dapat dijadikan acuan untuk tindakan selanjutnya. 8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan penunjang A. Pemeriksaan hematologi rutin 1. Morfologi eritrosit (gambaran darah tepi) eritrosit hipokromik mikrositik, sel target, normoblas (eritrosit berinti), polikromasia, bashopilic stipling, He inz 28

bodies pada -thalassemia. 2. Kadar Hb pada thalasemia mayor 3-9 g/dl, thalasemia intermedia 7-10 g/dl B. Elektroforesis Hb 3. HbF meningkat : 10-98% 4. HbA bisa ada pada +, bisa tidak ada pada o 5. HbA2 sangat bervariasi, bisa rendah, normal, atau meningkat C. Pemeriksaan sumsum tulang 6. Eritropoesis inefektif menyebabkan hiperplasia eritroid yang ditandai dengan peningkatan cadangan Fe. D. Uji fragilitas osmotik (darah + larutan salin terbuffer) 7. Pada darah normal 96% eritrosit akan terlisis, sedangkan pada thalasemia eritrosit tidak terlisis E. Pengukuran beban besi 8. Pengukuran feritin serum dan feritin plasma sebelum dilakukan transfuse F. Pemeriksaan pedigree untuk mengetahui apakah orang tua atau saudara pasien merupakan trait g. Pemeriksaan molekuler 9. Analisis DNA (Southern blot) 10. Deteksi direct gen mutan 11. Deteksi mutasi dengan probe oligonukleotida sintetik 12. ARMS (mengamplifikasi segmen target mutan) 13. Analisis globin chain synthesis dalam retikulosit akan dijumpai sintesis rantai beta menurun dengan rasio / meningkat. 9. Penatalaksanaan dan Pencegahan Pada Pasien Pada penatalaksanan pada pasien harus melakukan pertimbangan aspek ekonomi, sosial, dan budaya pasien. Untuk memberikan terapi senantiasa meminta persetujuan dari pasien. Pada pasien anak tersebut dapat diberikan terapi: -Transfusi : untuk mempertahankan kadar hb di atas 10 g/dl. Sebelum melakukannya perlu dilakukan pemeriksaan genotif pasien untuk mencegah terjadi antibody eritrosit. Transfusi PRC (packed red cell)dengan dosis 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl. -Antibiotik : untuk melawan mikroorganisme pada infeksi. Untuk menentukan jenis antibiotic yang digunakan perlu dilakukan anamnesis lebih lanjut pada pasien.

-Khelasi Besi: untuk mengurangi penimbunan besi berlebihan akibat transfusi. Khelasi besi dapat berupa: desferoksamin diberikan injeksi subcutan, desferipone (oral), desferrithiochin (oral), Pyridoxal isonicotinoyl hydrazone (PIH), dll. -Vitamin B12 dan asam folat : untuk meningkatkan efektivitas fungsional eritropoesis. -Vitamin C : untuk meningkatkan ekskresi besi. Dosis 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi -Vitamin E : untuk memperpanjang masa hidup eritrosit.Dosis 200-400 IU setiap hari. -Imunisasi : untuk mencegah infeksi oleh mikroorganisme. -Splenektomi : limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan peningkatan tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya ruptur. Jika disetujui pasien hal ini sebaiknya dilakukan setelah anak berumur di atas 5 tahun sehingga tidak terjadi penurunan drastis imunitas tubuh akibat splenektomi . Pencegahan thalassemia atau kasus pada pasien ini dapat dilakukan dengan konsultasi pra nikah untuk mengetahui apakah diantara pasutri ada pembawa gen thalassemia (trait), amniosentris melihat komposisi kromosom atau analisis DNA untuk melihat abnormalitas pada rantai globin. 10. HEALTH EDUCATION A. Pencegahan primer : Penyuluhan sebelum perkawinan (marriage counselling) untuk mencegah perkawinan diantara pasien Thalasemia agar tidak mendapatkan keturunan yang homozigot. Perkawinan antara 2 hetarozigot (carrier) menghasilkan keturunan : 25 % Thalasem ia (homozigot), 50 % carrier (heterozigot) dan 25 normal. B. Pencegahan sekunder Pencegahan kelahiran bagi homozigot dari pasangan suami istri dengan Thalasemia heterozigot salah satu jalan keluar adalah inseminasi buatan dengan sperma beras al dari donor yang bebas dan Thalasemia troit. Kelahiran kasus homozigot terhindari, tet api 50 % dari anak yang lahir adalah carrier, sedangkan 50% lainnya normal. Diagnosis prenatal melalui pemeriksaan DNA cairan amnion merupakan suatu kemajua n

dan digunakan untuk mendiagnosis kasus homozigot intra-uterin sehingga dapat dipertimbangkan tindakan abortus provokotus (Soeparman dkk, 1996). 1. Aspek Etik dan Legal a. Non-Maleficence 1) Terpenuhi prinsip ini saat petugas kesehatan tidak melakukan sesuatu yang membahayakan bagi pasien (do no harm) disadari atau tidak disadari. 2) Perawat juga harus melinduni diri dari bahaya pada mereka yang tidak mampu melindungi dirinya sendiri, seperti anak kecil, tidak sadar, gangguan mental, dll. b. Respect for Autonomy 1) Hak untuk menentukan diri sendiri, kemerdekaan, dan kebebasan. 2) Hak pasien untuk menentukan keputusan kesehatan untuk dirinya. 3) Otonomy bukan kebebasan absolut tetapi tergantung kondisi. Keterbatasan muncul saat hak, kesehatan atau kesejahteraan orang lain terganggu. c. Beneficence 1) Tujuan utama tim kesehatan untuk memberikan sesuatu yang terbaik untuk pasien. 2) Perawatan yang baik memerlukan pendekatan yang holistic pada pasien, meliputi menghargai pada keyakinan, perasaan, keinginan juga pada keluarga dan orang yang berarti. d. Justice Termasuk fairness dan equality

DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marillyn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.Penerbit Buku Kedokteran EGC Ngastiyah.1997.Perawatan Anak Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta Sodeman.1995.Patofisiologi.Edisi 7.Jilid 2.Hipokrates.Jakarta http://202.146.5.33/ver1/Kesehatan/0607/10/114001.htm http://ebookfkunsyiah.wordpress.com/2008/09/11/mengenal-thalasemia-mayor/ http://kamus.landak.com/cari/hematokrit http://ns-nining.blogspot.com/2009/03/asuhan-keperawatan-thalasemia.html

Anda mungkin juga menyukai