Pendidikan adalah
Aktif mengembangkan potensi diri
Terbentuknya
kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri kepribadian kecerdasan akhlak mulia keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
proses yang disengaja dan dipikirkan secara matang (proses kerja intelektual).
Sisdiknas 2: Mewujudkan suasana belajar & proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya
UU no. 20 thn 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat (3)
kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:
Tunpening- keragam- tutan katan PePean pempotensi, ningning- kecer- potensi bangkatan katan dasan, daerah unan iman dan akhlak dan daerah dan minat mulia; lingdan takwa; peserta Perkembangan iptek, dan seni;
PersaDinatuan mika nasiopernal dan kemnilaibangan nilai global; kebangdan saan
Agama;
didik;
kungan;
nasional;
Memperhatikan aspek perkembangan indrawi secara detail Memberikan keleluasaan dalam perkembangan aspek sosial dan emosi
12
Melaksanakan proses pembelajaran yang mengacu pada kurikulum berstandar nasional dengan memfokuskan pada proses pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan dengan mempertimbangkan perbedaan individual.
Melaksanakan proses pembelajaran yang menginternalisasikan nilai-nilai kemanusiaan (jujur, bertanggung jawab, peduli, adil).
13
Pembukaan UUD 45
Sisdiknas
Kurikulum
Currere
Lari, pelatihan
Pelajaran perilaku yang harus dijalani anak agar dia menjadi matang
peran pendidikan dalam pembangunan individu, masyarakat, dan bangsa jadi terbatas pula.
1947
Leer Plan (Rencana Pelajaran)
-Kisi-kisi pendidikan bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. -Yang diutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. -Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari -Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
1952
Rentjana Peladjaran Terurai 1952
Fokus pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
1964
Rentjana Pendidikan 1964 Pemerintah ingin rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana: pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
1975
Menekankan pada tujuan.
Kurikulum 1975
Metode, materi, dan tujuan pengajaran Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Dikenal istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
1984
Mengutamakan pendekatan proses. Siswa sebagai subjek: mengamati, mengelompokkan, mendiskusikan, melaporkan. Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Kurikulum 1984
Tokoh Prof. Dr. Conny R. Semiawan, Kepala PusKur dan Rektor IKIP. Konsep CBSA yang bagus secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi banyak tempelan gambar, guru tak lagi mengajar model berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.
2006
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Isi tidaklah banyak perbedaan dengan kurikulum 2004. Perbedaan: guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada.
Kurikulum
memuat isi dan materi pelajaran sebagai sebagai rencana pengalaman pembelajaran belajar
Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Undang-Undang No.20 TH. 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan tumbuh dan berkembang sangat luar biasa.
Tingkat perkembangan:
Melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) Mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkret dan pengalaman yang dialami secara langsung.
Hanya mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Anak masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistik)
pembelajaran yang terpisah sulit dipahami.
4.22
Kesimpulan
Kesiapan sekolah sebagian besar peserta didik kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah.
Hasil penelitian Peserta didik yang telah masuk taman kanak-kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan taman kanak-kanak.
Perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara kelas 1 & 2 SD dengan pendidikan prasekolah jadi penyebab peserta didik yang telah mengikuti pendidikan pra-sekolah mengulang kelas atau putus sekolah.
Jalan Keluar
Pembelajaran pada kelas awal sekolah dasar dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik.
Mempunyai sahabat
Mampu berbagi
Mandiri.
Konkret
Integratif
Hierarkis
Konkret
Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai.
Integratif
Hierarkis
urutan logis
Keadaan lingkungan lingkungan manusiawi (interpersonal), lingkungan kebudayaan termasuk iptek (kultural), dan lingkungan hidup (bioekologi), serta lingkungan alam (geoekologis).
Kebutuhan pembangunan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang sesuai dengan sistem nilai dan kemanusiawian serta budaya bangsa.
Rasa syukur dengan kemampuan akan diri, dan melihat diri sendiri sebagai sosok yang berharga
A. AFEKSI
A. Afeksi
1. Lingkungan kelas yang nyaman: Peralatan dalam jangkauan. Ada area dengan stumulus kuat dan stimulus rendah.
A. Afeksi
2. Kesempatan menggunakan berbagai peralatan.
A. Afeksi
3. Prosedur penggunaan peralatan dengan standar yang jelas langkah demi langkah hingga selesai.
A. Afeksi
4. Perawatan lingkungan.
A. Afeksi
5. Membuat rencana dan menyelesaikannya.
A. Afeksi
6. Teknik berjenjang, pemberian bantuan yang dikurangi, pertumbuhan optimal.
A. Afeksi
7. Penggunaan materi secara mandiri.
A. Afeksi
8. Berlatih mengembangkan standar sendiri.
A. Afeksi
9. Berlatih mengevaluasi prestasi sendiri.
A. Afeksi
10. Penggunaan peralatan secara mandiri: Kebebasan memilih Inisiatif pribadi
A. Afeksi
11. Mendukung pemahaman terhadap diri sendiri.
A. AFEKSI
12. Perkembangan kepekaan emosi dan penghargaan atas diri sendiri.
A. Afeksi
13. Mendukung disiplin diri sesuai tahap usia.
A. Afeksi
14. Memberikan pendampingan ketika anak belajar tentang gender, sosial dan budaya.
A. Afeksi
15. Kesadaran diri sebagai makhluk Allah.
Menyadari keindahan alam dan seni, serta mengapresiasi dan berpartisipasi dalam seni kreatif sebagai bagian dari ciptaan Tuhan.
B. ESTETIKA
B. Estetika
1. Lingkungan sekolah dan kakak-kakak sebagai model pembelajaran estetika.
B. Estetika
2. Lingkungan kelas yang bersahabat dengan pengembangan estetika.
Penataan sejajar dengan pandangan anak.
B. Estetika
3. Adanya art-center di kelas.
B. Estetika
4. Adanya kegiatan musikal.
B. Estetika
5. Kesempatan untuk menggunakan berbagai materi kreatif.
B. Estetika
6. Menghargai semua aspek elemen kreatif.
B. Estetika
10. Memotivasi kreativitas dengan berbagai cara.
B. Estetika
10. Ciptaan Tuhan sebagai sumber kepekaan estetika dan kreativitas.
B. Estetika
11. Menghubungkan pengalaman kreatif dengan konsep yang tengah dieksplorasi.
B. Estetika
12. Mengeksplorasi materi sebelum menggunakannya.
B. Estetika
13. Menggunakan berbagai pertanyaan yang mendorong anak untuk mendeskripsikan, menganalisis, menginterpretasikandan menilai.
Mendapatkan, menerapkan, mengintegrasikan dan mengevaluasi pengetahuan ketika mereka mengkonstruk konsep baru.
C. KOGNISI
C. Kognisi
Mendukung otonomi intelektual:
Kegiatan dengan tema Penggunaan hands-on material Konsep dari konkret ke abstrak
C. Kognisi
Mendorong anak mengenal konsep yang akurat:
Melakukan field trip. Buku Narasumber Pertanyaan provokatif
C. Kognisi
Memberi penekanan pada pemahaman konsep, bukan menghapal.
C. Kognisi
Mengintergrasikan konsep matematika dan sains pada semua
aspek kurikulum.
C. Kognisi
Memperluas kosa kata matematika dan sains: Menggunakan istilah akurat ketika berbicara tentang pengalaman sehari-hari
C. Kognisi
Mendukung sikap belajar yang positif: Peralatan hands-on material Kesempatan praktik. Mengajukan pertanyaan provokatif.
C. Kognisi
Memberi kesempatan kepada anak untuk melakukan kategorisasi, klasifikasi, dan memberi informasi: Mengoleksi benda alam Mengoleksi benda buatan manusia Membuat buklet
Mengkomunikasikan gagasan dan perasaan dan mampu menginterpretasikan komunikasi yang diterima.
D. BAHASA
D. Bahasa
Memberi kesempatan berkomunikasi yang kaya. Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mendengarkan dan berbicara dengan anak setiap hari. Menggunakan peristiwa spontan untuk mendukung perkembangan bahasa anak. Memperluas bahasa dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Memberi kesempatan untuk mendeskripsikan peristiwa, memprediksi dan mengevaluasi fenomena.
D. Bahasa
Menciptakan lingkungan yang kaya akan informasi tertulis
D. Bahasa
Kakak-kakak sebagai model tentang pentingnya mendengar. Merespon komentar anak. Memberi sinyal dengan intonasi dan gestur agar anak menjadi pendengar yang baik. Memperkenalkan diskriminasi bunyi. Menggunakan alat peraga untuk menjaga atensi anak.
D. Bahasa
Melibatkan anak dalam pengalaman membaca: Membacakan cerita Memilih buku sesuai usia dan perkembangan. Menggunakan berbagai bentuk literasi. Mengupas struktur cerita (latar, karakter, alur). Melibatkan anak dalam lagu dan puisi.
D. Bahasa
Melibatkan anak dalam kegiatan menulis yang menyenangkan: Menulis di depan mereka. Memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaan dalam gambar/tulisan. Permainan fonik. Tidak cepat mengoreksi.
Mengembangkan rasa percaya diri dan kompetensi dalam mengontrol tubuh dan mengembangkan sikap, pengetahuan, keterampilan dan praktik yang mengarah pada perawatan, penghargaan dan perlindungan tubuh sebagai ciptaan Tuhan.
E. FISIK
E. Fisik
Memberi contoh dan mendorong anak untuk mencoba.
E. Fisik/Motorik Perseptual
Aktivitas keseimbangan
E. Fisik/Motorik Perseptual
Pengenalan konsep spasial dan waktu dalam kegiatan kelompok/kegiatan sehari-hari.
E. Fisik/Motorik Perseptual
Permainan non-kompetitif.
E. Fisik/Motorik Perseptual
Menggunakan bahasa yang menunjukkan arah.
E. Fisik/Motorik Perseptual
Menunjukkan bahasa yang akurat untuk menunjukkan posisi tubuh.
Mengembangkan kesadaran sosial dan kompetensi sosial dengan budaya yang berbeda, dan saling ketergantungan
F. SOSIAL
F. Sosial
Mendukung relasi sosial
F. Sosial
Melakukan aktivitas yang memungkinkan anak mempraktikkan keterampilan sosial.
F. Sosial
Mendorong anak untuk kooperatif dan penolong.
F. Sosial
Membantu anak memahami dan mengikuti perilaku yang diharapkan.
F. Sosial
Membantu anak mengembangkan sikap positif terhadap perbedaan.
F. Sosial
Membantu anak belajar merawat lingkungan.
F. Sosial
Membantu anak membangun demokrasi.
F. Sosial
Membantu anak membangun konsep ilmu sosial melalui tema/proyek.
F. Sosial
Membantu anak membangun konsep ilmu sosial di kurikulum.
Terima kasih