JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono menyatakan, pemerintah akan menggulirkan dana sebesar Rp 7 triliun untuk membangun rumah susun umum sewa (rusunawa) di bantaran Sungai Ciliwung.
Total anggaran sebesar Rp7 triliun dengan metode tahun jamak atau multiyears. -- Agung Laksono
"Total anggaran sebesar Rp7 triliun dengan metode tahun jamak atau multiyears," kata Agung Laksono usai memimpin rapat koordinasi tingkat menteri terkait penataan pemukiman di bantaran Sungai Ciliwung di Jakarta, Kamis (26/1/2012) kemarin. Agung menjelaskan, anggaran tersebut berasal dari APBN sejumlah kementerian terkait dengan metode tahun jamak mulai dari 2012 hingga 2014. Dia menambahkan, pemukiman kumuh di bantaran Sungai Ciliwung juga merupakan salah satu jawaban dari Gerakan Indonesia Bersih (GIB) yang baru diluncurkan pemerintah. "GIB adalah program sangat strategis dan harus dilaksanakan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat," katanya. Dia menambahkan, rapat koordinasi tingkat menteri diharapkan bisa mempercepat implementasi program penataan pemukiman kumuh di bantaran Sungai Ciliwung diantaranya memperbaiki kualitas lingkungan melalui konsep "membangun tanpa
menggusur". Program ini juga akan mengamankan daerah bantaran sungai dalam rangka menjaga kesinambungan daerah aliran sungai Ciliwung serta melakukan perancangan struktural terhadap daerah bantaran sungai yang menjadi kawasan pemukiman dengan tetap memperhatikan karakteristik dasar sungai. Selain itu, membangun rumah susun umum sewa di bantaran sungai untuk menggantikan perumahan yang tidak layak. Dia mengatakan, rencana kegiatan untuk menata pemukiman kumuh di bantaran Sungai Ciliwung antara lain melakukan relokasi penduduk sebanyak 34.051 kepala keluarga. Pemerintah juga akan membangun rumah susun umum sewa sebanyak 22.806 unit di tujuh lokasi yang direncanakan. Ditambah lagi, membangun dua sudetan di lokasi Kebon Baru dan Kalibata dengan total luasan perolehan 2,93 hektar.
http://properti.kompas.com/read/2012/01/27/16054351/Rp.7.Triliun.untuk.Rusunawa.di.Bantaran. Ciliwung
BEKASI, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Bekasi diminta bersikap tegas melakukan pengawasan terhadap izin pembangunan apartemen dan hotel. Hal ini perlu dilakukan agar tidak menimbulkan persoalan di kemudian hari atas keberadaan properti tersebut.
Saya lihat pengawasan itu masih lemah. Ada beberapa pengembang yang telah memulai pembangunan propertinya meski izin belum keluar dan tentu saja perbuatan tersebut tidak dapat dibenarkan. -- Sardi Effendi
"Saya lihat pengawasan itu masih lemah. Ada beberapa pengembang yang telah memulai pembangunan propertinya meski izin belum keluar dan tentu saja perbuatan tersebut tidak dapat dibenarkan," ujar anggota DPRD Kota Bekasi, Sardi Effendi, di Bekasi, Jumat (27/1/2012). Di Kota Bekasi sendiri dalam beberapa waktu terakhir bermunculan bangunanbangunan pencakar langit berupa apartemen, rusunami, serta hotel. Ia mengatakan, pembangunan properti itu harus memperhatikan berbagai aspek, mulai dari analisa dampak lingkungan, dampak lalu lintas, koefisien bangunan, garis sempadan jalan, ruang terbuka hijau, dan lainnya. "Saya imbau pengembang agar mengurus perizinannya dan setelah lengkap baru mulai membangun dan memasarkan. Jangan izin belum selesai, tapi unit propertinya sudah dipasarkan," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pelayanan dan Perijinan Terpadu Kota Bekasi Renny Hendrawati menegaskan, ada pengusaha properti yang nakal dalam memasarkan properti sebelum izin diurus. Ia menyatakan, pihaknya akan tegas dalam memberikan sanksi terhadap pengembang nakal tersebut dan eksekusinya akan dilakukan oleh Satpol PP. Alokasi RTH Kepala Dinas Tata Ruang Kota Bekasi, Rahmat Kusmayadi, menambahkah bahwa pihaknya akan tetap mengimbau masyarakat atau pun pengusaha yang ingin mendirikan sebuah bangunan. Para pengembang diminta tetap memperhatikan RTH di wilayah pembangunan. Khusus buat lahan gedung, aturan mainnya adalah 70 persen untuk bangunan gedung, sedang 30 persen sisanya untuk RTH. "Yang jelas, harus ada RTH, jangan sampai tidak ada, karena itu akan sangat diperlukan untuk ruang penghijauan dan resapan air," ujarnya. Ia mengatakan RTH di tengah-tengah kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) yang hanya diisi oleh tumbuh-tumbuhan, seperti tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi), sehingga menjadikan sebuah kota jadi lebih indah dan asri. Ia mengakui, lokasi yang akan dibangun apartemen ada yang merupakan ruang terbuka hijau bersifat pribadi (private), bukan ruang terbuka hijau publik, sehingga pihak pengelola bebas mengelola lahan tersebut asalkan sesuai dengan peraturan tata ruang kota. "Yang terpenting harus mempunyai Hak Guna Bangunan (HGB), menyediakan lahan untuk fasilitas sosial (Fasos) dan fasilitas umum (Fasum), karena itu merupakan salah satu syarat untuk membangun sebuah gedung," tegasnya. http://properti.kompas.com/read/2012/01/27/14084332/Awas.Banyak.Pengembang.Nakal.di. Bekasi.
JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan konsultan properti internasional Jones Lang LaSalle-Procon menyebutkan, sektor properti Indonesia menghadapi empat tantangan dengan beragam dampak pada 2012. Empat tantangan tersebut adalah perlambatan ekonomi global, ancaman inflasi, beragam kebijakan dan regulasi pemerintah, serta persiapan menghadapi pemilihan umum 2014.
Berdasarkan paparan tertulis Kepala Riset Jones Lang LaSalle-Procon Anton Sitorus yang diterima di Jakarta, Jumat (27/1/2012), perlambatan ekonomi global memiliki dampak kecil terhadap sektor properti karena Indonesia memiliki proyeksi ekonomi yang bagus dan berbeda arah dengan perlambatan ekonomi di sejumlah kawasan seperti Eropa dan Amerika Serikat (AS). "Mereka melemah, sedangkan kita semakin menguat," katanya. Hal itu juga ditambah dengan dua lembaga pemeringkat dunia, yaitu Fitch dan Moodys, yang menaikkan peringkat dari negara Indonesia sehingga menjadi tahap investment grade. Anton mengatakan, dua tantangan diyakini akan berdampak lebih besar adalah ancaman inflasi dan sejumlah kebijakan atau regulasi yang sedang digodok pemerintah. Ancaman inflasi dikhawatirkan terkait dengan perkiraan kenaikan harga komoditas pangan serta program pembatasan atau rencana pemotongan subsidi BBM.
Berbagai kebijakan dan regulasi yang akan berdampak pada sektor properti antara lain UU No 20/2011 tentang Rumah Susun dan Undang-Undang No 8/2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang atau UU PPATK. Selain itu, terdapat pula skema pemberian Fasilitas Likuiditas Pembangunan Perumahan (FLPP) yang hingga kini masih direnegosiasi antara pemerintah dan berbagai pihak terkait seperti bank pelaksana. Untuk tantangan terakhir, yaitu persiapan dalam menghadapi Pemilu 2014, dinilai juga memiliki dampak kecil. Hanya, yang tetap perlu diperhatikan adalah keyakinan para investor asing dalam menyikapi hal ini. "Untuk masyarakat sendiri, saya lihat sudah cukup dewasa dalam menghadapi pemilu," katanya. http://properti.kompas.com/read/2012/01/27/10380452/Properti.Hadapi.Empat.Tantangan.Be sar
"Kalau makin sulit untuk ikut program FLPP ya kami akan banting stir ke rumah komersial. Sekarang kami ragu-ragu untuk garap proyek karena ada potensi perubahan kebijakan yang merugikan proyek kami yang masuk di segmen menengah bawah," katanya lagi. Saat ini, lanjutnya, upaya yang ditempuh Apersi dengan melakukan judicial review UU No.1/2011 tentang Perumahan. Menurut dia, saat ini tengah menunggu panggilan dari Mahkamah Konstitusi setelah memasukan gugatan pada 26 Januari. (Faa) http://www.bisnis.com/articles/flpp-disetop-10-dot-000-rumah-tak-terjual-di-jabarand-banten
ANALISIS KEUANGAN
Sampai saat ini, proses pembahasan revisi suku bunga KPR berbasis FLPP masih belum menemui jalan keluar. Belum ada titik temu antara keinginan pemerintah dan kemampuan perbankan sebagai pelaksana penyaluran KPR bersubsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Sejak 6 Januari 2012 silam, Perjanjian kerja sama operasional (PKO) antara Kemenpera, Badan Layanan Umum Pusat Pembiayaan Perumahan dan Bank Pelaksana berakhir. Selama proses renegosiasi PKO baru, Pemerintah menghentikan pembiayaan kredit rumah bersubsidi. (Agus) http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=296035