ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) PADA UDANG
WINDU (Penaeus monodon) DI PERTAMBAKAN KECAMATAN
PANGKAJENE
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains (S.Si) Jurusan Biologi pada Fakultas Sains dan TeknologiUIN Alauddin Makassar
Oleh :
NOVLYANTI ALJA NIM : 60300106033
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR 2010
MOTTO
Pelajarilah ilmu, barangsiapa mempelajarinya karena Allah itu taqwa. Menuntutnya merupakan ibadah, mengulang-ngulangnya merupakan tasbih, pembahasannya merupakan jihad, mengajarkan kepada yang belum mengetahuinya merupakan sodaqoh dan menyerahkannya kepada ahli merupakan pendekatan diri kepada Allah. (H.R. Ibn. Abdil - Barr)
Sesungguhnya ilmu itu dipenuhi dengan cara memperdalam dan barang siapa Allah kehendaki pada dirinya kebaikan, maka dia jadikan orang paham terhadap Dia. (H.R. At - Thabarany)
Persembahan Setetes Peluh & segoresan tinta ini ku persembahkan untuk :
Bapak dan Ibu tercinta terima kasih atas kasih sayang, keikhlasan limpahan doa dukungan dan pengorbananya untuk ananda. Adik-adikku (Ikha, Maya, & Auliya) yang selalu kusayang. Kanda Hasrul yang menyemangati dan selalu menemani perjuanganku. Thanks for all buat Teman-teman Bio 06
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran, penulis yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, atau dibuat orang lain, sebagaian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Makassar, Agustus 2010 Penulis
( Novlyanti Alja) NIM : 60 300 106033
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, adalah sebuah ucapan yang patut penulis lafadzkan setelah menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dan puji syukur kehadirat Allah SWT dengan berkat Rahmat dan hidayah-Nyalah, sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai meskipun dalam bentuk sederhana,. Dan tak lupa kita kirimkan salawat dan salam atas junjungan Nabiullah Muhammad saw beserta para sahabatnya, Nabi yang telah membawa Islam sebagai jalan keselamatan bagi umat manusia. Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan penulis alami, akan tetapi berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga semuanya dapat diatasi. Penulis menyadari adalah diluar kekuatan dan kehendak, jika dalam penulisan tugas akhir ini masih terdapat kekurangan disebabkan keterbatasan penulis. Olehnya itu, saran dan kritik akan terasa indah jika diberikan dalam nuansa keindahan pula sangat penulis harapkan. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya tidak lupa penulis sampaikan kepada : 1. Ayahanda M. Ali Jami, SE dan Ibunda Nurhayati tercinta yang telah melahirkan, merawat dan membesarkan penulis dengan penuh pengorbanan mulai dari buaian hingga saat ini dengan penuh kasih sayang dan kelembutan serta penuh kesabaran dan berdoa yang tak henti-hentinya demi keberhasilan penulis. Salam hormat dan maaf bila anada belum mampu memberikan yang terbaik.
2. Prof. Dr. H. Ashar Arsyad, M.A selaku Rektor UIN Alauddin Makassar beserta para Pembantu Rektor. 3. Prof. Dr. Bahaking Rama, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. 4. Fatmawati Nur, S.Si., M.Si. dan Masriany, S.Si., selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Biologi UIN Alauddin Makassar. 5. Muhiddin P, S.Pd., M.Pd dan Fatmawati Nur, S.Si., M.Si selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 6. Bapak / Ibu Dosen khususnya Ibu Hafsan S.Si,. M.Pd dan para Staf Fakultas Sain dan Teknologi yang senantiasa membimbing dan mendidik di Fakultas Sains dan Teknologi khususnya pada Jurusan Biologi. 7. Kak Ina dan para pegawai di LABKES sebagai asisten Instalasi Kimia yang telah memberikan fasilitas dan telah meluangkan waktunya dalam membantu pelaksanaan penelitian. 8. Para Keluarga dan Adik-adik penulis (Ikha, Maya dan Auliya) yang senantiasa mangiringi langkah penulis dengan doa dan motivasinya. 9. Kanda Hasrul yang selama ini selalu menyemangati dan menemani perjuangan penulis, thanks for all. 10. Teman-teman yang telah memberikan inspirasi, motivasi, bantuan dan kerjasama yang baik, khususnya dalam penyusunan tugas akhir ini. Special For The big family Bio Science 06 : Iznha, Rheea, Fingki, Chykoe Smile, Ekha Jabe, Echy, Cim2a, Buyung, Eqy, Na3, Melhaa, Doel, Rain Ray, Nai, Nely, Lienha, V3, Ida, Nida, Inna, Fera, Nondy, Irna, Chedak, Budy, Jihad, Ary, Agil, Anto, dan Arfan. Thanks atas segala kenangan indah yang kalian berikan selama perkuliahan, serta senantiasa mengadakan simbiosis mutualisme dalam memberikan dukungan dan doanya dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
11. Para teman-teman Pondok 109 serta saudara-saudaraku di lokasi KKN yang selalu menghibur dan memberi motivasi meskipun sering menjengkelkan. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini. Kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dan berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Dengan segala keterbatasan, penulis hanya bisa berdoa kepada Allah SWT agar rahmat dan hidayah-Nya senantiasa terlimpah atas mereka. Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis serahkan segalanya, semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis baik berupa moril maupun materi mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amien.
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI.... ii ABSTRAK ... iii BAB I PENDAHULUAN . 1 - 5 A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah .. 5 C. Tujuan Penelitian. 5 D. Manfaat Penelitian.. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 6 - 16 A. Tinjauan Umum Pencemaran Lingkungan . 6 B. Tinjauan Umum Logam Berat. 12 C. Tinjauan Umum Logam Kadmium . 16 D. Tinjauan Umum Udang Windu (Penaeus monodon).. E. Tinjauan Umum Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 26- 35 A. Jenis Penelitian...................... 25 B. Variabel Penelitian .. 26 C. Definisi Operasional Penelitian................. 26 D. Ruang Lingkup Penelitian..... 26
E. Prosedur Penelitian a. Alat... b. Bahan F. Prosedur Kerja 27 1. Pengambilan Sampel. 2. Persiapan Sampel.. 3. Pengukuran Konsentrasi Kadmium G. Teknik Analisis Data.. 35 DAFTAR PUSTAKA 36 - 37
ABSTRAK
Nama Penyusun : Novlyanti Alja NIM : 60300106033 Judul Skripsi : Analisis Kandungan Logam Berat Kadmium (Cd) pada Udang Windu (Penaeus monodon) Di Pertambakan Kecamatan Pangkajene.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan logam berat kadmium (Cd) pada udang windu (Penaeus monodon) di pertambakan kecamatan Pangkajene meliputi 2 lokasi yakni Kelurahan I dan Kelurahan II. Analisis sampel dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) yang dipaparkan dalam bentuk tabel dan gambar. Hasil penelitian menunjukkan kandungan kadmium (Cd) pada kulit 0.053 ppm, pada otot 0.042 ppm, dan pada kepala 0.031 ppm. Kandungan kadmium pada udang windu (Penaeus monodon) yang diperoleh dari pertambakan kecamatan Pangkajene masih relatif rendah dan masih di bawah ambang batas yang ditetapkan oleh Dirjen POM No. 03725/B/SK/VI/89 dan WHO yakni 0,2 ppm.
Kata kunci : Kadmium (Cd), udang windu (Penaeus monodon).
ABSTRACT
Compiler Nama : Novlyanti Alja Nim : 60300106033 Title Skripsi : Analysis of Heavy Cadmium Metal Content to Prawn Windu (Penaeus monodon) in the Mining Of Pangkajene Subdistrich.
This research aim to find out the heavy Cadmium Metal to Prawn Windu (Penaeus monodon) in the Mining Of Pangkajene Subdistrich that two location there were I chief of village and II chief of village. Analysis of sample to make with used Atom Absorb Spektrofotometer (SSA) which explained in a picture and table. The result of this research of content Cadmium Metal (Cd) in skin was 0.053 ppm, in muscle was 0.042 ppm, and in head was 0.031 ppm. Content of Cadmium Metal (Cd) at Prawn Windu (Penaeus monodon) which gotten from mining of Pangkajene subdistrich was still relative low and was still under limited still wich specified by Dirjen POM No. 03725/B/SK/VI/89 and WHO was 0.2 ppm.
A. Latar belakang Pesatnya perkembangan industri dan transportasi di perkotaan memunculkan berbagai masalah lingkungan. Kecenderungan pencemaran, terutama sejak perang dunia II mengarah pada pembuangan senyawa-senyawa kimia tertentu yang makin meningkat akibat kegiatan industri, transportasi dan akibat penggunaan berbagai produk kimia. Di Indonesia pencemaran logam berat cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya proses industrialisasi. Pencemaran logam berat dalam lingkungan bisa menimbulkan bahaya bagi kesehatan, baik pada manusia, hewan, tanaman maupun lingkungan. Logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan manusia, tergantung pada bagaimana logam berat tersebut terikat dalam tubuh serta besarnya dosis paparan. Efek toksik dari logam berat mampu menghalangi kerja enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi, bersifat mutagen, teratogen, atau karsinogen bagi manusia maupun hewan. 1
1 Wahyu Widowati, A. Sastiono, dan R. Jusuf R, Efek Toksik Logam (Bandung : Andi Yogyakarta, 2008), h. 2.
Pencemaran terhadap lingkungan oleh logam berat merupakan suatu proses yang erat hubungannnya dengan penggunaan logam berat oleh manusia. Tipe logam penting yang menjadi perhatian bagi setiap lingkungan seperti Cd, Pb, Hg dan sebagainya, misalkan masuk kedalam sel hewan biasanya selalu proporsional dengan tingkat konsentrasi logam dalam air sekitarnya. Logam-logam ini dan bentuk persenyawaannya diperjualbelikan untuk industri, seperti pertambangan batu bara, pemurnian minyak, pembangkit tenaga listrik dengan energi minyak dan pengecoran logam sehingga tanda-tanda pencemaran lingkungan mulai bermunculan. 2
Islam mengajarkan agar umat manusia senantiasa menjaga lingkungan dengan tidak menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat merusak lingkungan. Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Q.S Ar-Ruum / 30 : 41 yang berbunyi: L :!.l _ l `>,l !., ,. _., _!.l 1,.`,l _-, _ l.- l-l `->, _ Terjemahnya : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). 3
2 Darmono, Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup (Jakarta: Universitas Indonesia, 1995). h. 9.
3 Departemen Agama R.I., Al-Quran dan Terjemahannya. h. 647.
Ayat ini menjelaskan tentang terjadinya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh perbuatan manusia. Allah menciptakan alam semesta beserta isinya untuk kepentingan dan kesejahteraan semua makhluk-Nya, khususnya manusia bukan untuk dirusak tetapi untuk dimanfaatkan, dikelolah dan dipelihara. Sesungguhnya kerusakan lingkungan baik didarat maupun dilaut adalah mata rantai dari kerusakan lingkungan akibat perbuatan manusia. Keserakahan dan perlakuan buruk sebagian manusia terhadap alam dapat menyengsarakan manusia itu sendiri. Salah satu logam berat yang dapat menyebabkan pencemaran adalah logam kadmium. Kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena elemen ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah. Kadmium berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal. Secara prinsipal pada konsentrasi rendah berefek terhadap gangguan pada paru-paru, emphysema dan renal turbular disease yang kronis. Logam berat ini bergabung bersama timbal dan merkuri sebagai the big three heavy metal yang memiliki tingkat bahaya tertinggi pada kesehatan manusia. Bagi manusia, Cd sebenarnya merupakan logam asing, tubuh sama sekali tidak memerlukannya dalam proses metabolisme. Karenanya Cd sangat beracun bagi manusia dan dapat diabsorbsi tubuh dalam jumlah yang tidak terbatas, karena tidak adanya mekanisme tubuh yang dapat membatasinya. 4
4 Kadmium. (http ://himdikafkipuntan.blogspot.com (17 Oktober 2009). h. 1.
Hasil penelitian laboratorium pada ayam broiler yang diberi pakan mengandung Cd dalam dosis tinggi, terlihat adanya hambatan pertumbuhan pada ayam tersebut. Hal ini disebabkan terjadinya inefisiensi penggunaan unsur nutrisi dalam pakan karena pengaruh toksisitas Cd. Dari hasil penelitian sebelumnya, dilaporkan pula bahwa 90 % dari Cd diabsorpsi dan tertimbun dalam hepatopankreas udang kecil Palaemon elegans, sehingga akumulasi dalam jaringan naik dengan nyata sesuai lama waktu ekspose dalam air yang tercemar. 5
Logam berat kadmium (Cd) dapat masuk pada perairan (laut, sungai, danau, pertambakan, dan lain-lain) disebabkan karena adanya aktivitas manusia yang ada disekitar areal perairan seperti pembuangan limbah industri dan pembuangan cairan limbah industri rumah tangga, misalnya sampah sampah metabolik. Selain dari perairan, aktivitas disekitar pertambakan itu sendiri seperti limbah buangan industri atau pertambangan dan limbah rumah tangga yang berupa bahan pencemar organik seperti minyak, plastik, dan larutan pembersih dapat merupakan penyumbang pencemaran yang kemungkinan mengandung unsur logam kadmium (Cd). Sumber air pada areal pertambakan berasal dari perairan alami (laut dan sungai) yang kemungkinan telah tercemari logam kadmium (Cd).
5 Darmono, Lingkungan Hidup dan Pencemaran (Jakarta : Universitas Indonesia, 2001). h. 101.
Di kecamatan Pangkajene terdapat banyak areal pertambakan tempat pembudidayaan udang windu. Udang windu ini merupakan salah satu makanan favorit masyarakat terutama masyarakat yang berada di kecamatan Pangkajene karena rasanya yang enak dan gurih, kandungan lemaknya hanya sedikit serta kandungan gizinya yang sangat tinggi diperkirakan mengandung 90 % protein, sehingga udang windu ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Dimana Cd mungkin terakumulasi dalam tubuh udang windu yang dikonsumsi masyarakat. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dilakukan penelitian kandungan kadmium (Cd) pada udang windu (Penaeus monodon) di pertambakan kecamatan Pangkajene. B. Rumusan Masalah Masalah yang dikaji pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Berapa kadar logam berat kadmium (Cd) yang terkandung pada udang windu (Penaeus monodon) di pertambakan kecamatan Pangkajene. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar logam berat kadmium (Cd) yang terkandung pada udang windu (Penaeus monodon) di pertambakan kecamatan Pangkajene.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu : 1. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat yang merupakan konsumen udang windu (Penaeus monodon) tentang ada tidaknya logam berat kadmium yang terkandung pada udang windu yang berada di pertambakan kecamatan Pangkajene. 2. Sebagai acuan dan bahan pembanding untuk penelitian lain yang relevan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Pencemaran Lingkungan Masalah lingkungan yang dihadapi sekarang pada hakikatnya adalah masalah ekologi manusia. Masalah itu timbul karena aktivitas manusia yang menyebabkan lingkungan tidak atau kurang sesuai lagi untuk mendukung kehidupan manusia. Terutama terjadinya pencemaran oleh limbah industri, pertambangan dan pestisida. Suatu zat dinamakan sebagai zat pencemar (polutan) apabila kadarnya melebihi kadar normal. Berada pada tempat yang tidak semestinya dan berada pada waktu yang tidak tepat. 6
Permasalahan pencemaran lingkungan yang harus segera diatasi bersama diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran udara dan sebagainya. Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, tentunya kita harus mengetahui sumber pencemar, bagaimana proses pencemaran itu terjadi, dan bagaimana langkah penyelesaian pencemaran lingkungan itu sendiri. 7
Proses pencemaran dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu bahan pencemar tersebut langsung berdampak meracuni tubuh
6 Nelson Pomalingo, Pengetahuan Lingkungan (Konsorsium Perguruan Tinggi Kawasan Timur Indonesia, 2007). h. 1.
7 Pencemaran . (http://earth2.eco.tut.ac.jp/pub/member/asep/plo/) (17 Oktober 2009). h. 1.
sehingga mengganggu kesehatan manusia, hewan, tumbuhan atau mengganggu keseimbangan ekologis baik air, udara maupun tanah. Proses tidak langsung, yaitu beberapa zat kimia bereaksi di udara, air maupun tanah, sehingga menyebabkan pencemaran. Pencemaran ada yang langsung terasa dampaknya, misalnya berupa gangguan kesehatan langsung (penyakit akut), atau akan dirasakan setelah jangka waktu tertentu (penyakit kronis). Sebenarnya alam memiliki kemampuan sendiri untuk mengatasi pencemaran, namun alam memiliki keterbatasan. Setelah batas itu terlampaui, maka pencemar akan berada di alam secara tetap atau terakumulasi dan kemudian berdampak pada manusia, material, hewan, tumbuhan dan ekosistem. 8
Pencemaran logam berat merupakan permasalahan yang sangat serius untuk ditangani, karena merugikan lingkungan dan ekosistem secara umum. Sejak kasus merkuri di Minamata Jepang pada tahun 1953, pencemaran logam berat sering terjadi dan semakin banyak dilaporkan. Agen Lingkungan Amerika Serikat (EPA) melaporkan, terdapat 13 elemen logam berat yang diketahui berbahaya bagi lingkungan. Diantaranya arsenik (As), timbal (Pb), merkuri (Hg), dan kadmium (Cd). 9
Lingkungan hidup menyediakan berbagai sumber daya alam yang menjadi daya dukung bagi kehidupan manusia dan komponen lainnya. Kelangsungan hidup manusia tergantung dari keutuhan lingkungannya, sebaliknya keutuhan lingkungan tergantung bagaimana kearifan manusia dalam mengelolanya. Masalah lingkungan
8 Ibid.
9 Dindin H. Mursyidin. Lingkungan (Banjar Baru : Unlam, 2008), h.1.
hidup dapat muncul karena adanya pemanfaatan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan yang berlebihan sehingga meningkatkan berbagai tekanan terhadap lingkungan hidup, baik dalam bentuk kelangkaan sumber daya dan pencemaran maupun kerusakan lingkungan lainnya. Allah SWT berfirman dalam Q.S Al Araf/7 : 56 ... _ .-, !>.l.| :`s: ! > !-.L | .- < ', _. _,..`>.l __
Terjemahnya : Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. 10
Ayat tersebut menerangkan kepada manusia untuk bersikap ramah terhadap lingkungan dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi ini. Informasi tersebut memberikan sinyalamen bahwa manusia harus selalu menjaga dan melestarikan lingkungan agar tidak menjadi rusak, tercemar bahkan menjadi punah, sebab apa yang Allah berikan kepada manusia semata-mata merupakan suatu amanah. B. Tinjauan Umum Logam Berat Logam berat (heavy metal) adalah logam dengan massa jenis lima atau lebih, dengan nomor atom 22 sampai dengan 92. Logam berat dianggap berbahaya bagi
10 Departemen Agama R.I., Al-Quran dan Terjemahannya. h. 230.
kesehatan bila terakumulasi secara berlebihan di dalam tubuh. Beberapa diantaranya bersifat menyebabkan kanker (karsinogen). Demikian pula dengan bahan pangan dengan kandungan logam berat tinggi dianggap tidak layak konsumsi. 11
Logam berat merupakan komponen alami tanah. Elemen ini tidak dapat didegradasi maupun dihancurkan. Logam berat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan, air minum atau udara. Logam berat seperti tembaga, selenium, atau seng dibutuhkan tubuh manusia untuk membantu kinerja metabolisme tubuh. Akan tetapi, dapat berpotensi menjadi racun jika konsentrasi dalam tubuh berlebih. Logam berat menjadi berbahaya disebabkan sistem bioakumulasi, yaitu peningkatan konsentrasi unsur kimia di dalam tubuh makhluk hidup. 12
Logam berat, seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), kromium (Cr), seng (Zn), dan nikel (Ni), merupakan salah satu bentuk materi anorganik yang sering menimbulkan berbagai permasalahan yang cukup serius pada perairan. Penyebab terjadinya pencemaran logam berat pada perairan biasanya berasal dari masukan air yang terkontaminasi oleh limbah buangan industri dan pertambangan. Logam berat memiliki densitas yang lebih dari 5 gram/cm 3 dan logam berat bersifat tahan urai. Sifat tahan urai inilah yang menyebabkan logam berat semakin terakumulasi di dalam perairan. Logam berat yang berada di dalam air dapat
11 Logam Berat. (http://id.wikipedia.org/wiki/logam) (17 Oktober 2009). h. 1.
12 Bahaya Pencemaran Logam Berat Dalam Air. (http://adinfobogor.blogspot.com/2008/01/bahaya-pencemaran-logam-berat-dalam-air_31.html) (17 Oktober 2009). h. 1.
masuk ke dalam tubuh manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Logam berat di dalam air dapat masuk secara langsung ke dalam tubuh manusia apabila air yang mengandung logam berat diminum, sedangkan secara tidak langsung apabila memakan bahan makanan yang berasal dari air tersebut. Di dalam tubuh manusia, logam berat juga dapat terakumulasi dan menimbulkan berbagai bahaya terhadap kesehatan. 13
Logam berasal dari kerak bumi yang berupa bahan-bahan murni, organik dan anorganik. Logam mula-mula diambil dari pertambangan di bawah tanah (kerak bumi), yang kemudian dicairkan dan dimurnikan dalam pabrik menjadi logam-logam murni. Dalam proses pemurnian logam tersebut yaitu dari pencairan sampai menjadi logam, sebagian darinya terbuang ke dalam lingkungan. 14
Logam berat berbahaya karena umumnya memiliki rapat massa tinggi dan sejumlah konsentrasi kecil dapat bersifat racun dan berbahaya. Logam berat dapat ditemui pada alat-alat rumah tangga, misalnya; baterai, rokok, alat-alat elektronik, pipa air, bensin, udara, keramik, serta material lainnya. Konsentrasi logam berat pada barang tersebut kecil dan tidak berbahaya. Namun menjadi berbahaya bila
13 Ibid.
14 Darmono, Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup (Jakarta : Universitas Indonesia, 1995). h. 1.
terakumulasi dalam tubuh sehingga mengakibatkan keracunan, bahkan lebih fatal hingga berakibat kematian. 15
Beberapa logam berat yang mempunyai efek toksik terhadap organisme akuatik seperti Hg, Pb, Cd, As dan Zn, pada dasarnya logam berat berguna tetapi akan sangat berbahaya apabila berada dalam konsentrasi yang tinggi. Logam-logam berat tersebut diketahui dapat terakumulasi di dalam tubuh suatu organisme, dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi. 16
Semua logam berat dapat menyebabkan pengaruh negatif terhadap organisme air pada batas konsentrasi tertentu. Pengaruh tersebut bervariasi menurut jenis logamnya, spesies hewan, daya permeabilitas organisme dan mekanisme detoksikasi. 17
Logam berat pada umumnya dibutuhkan oleh organisme air. Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam- logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam tubuh organisme hidup. Misalnya bila unsur logam Fe masuk ke dalam tubuh organisme air, meski dalam jumlah agak berlebihan biasanya tidaklah menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap tubuh karena
15 Bahaya Cemaran Logam Berat. (http//pikiran rakyat cyber media) (17 Oktober 2009). h. 1.
16 Miller dan D. W. Conner, Kimia dan Ekotoksikologi Pencemar. Penerjemah Yanti Koestoer dan Sahati (Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1995). h. 56.
17 Darmono. op cit. h. 2.
dibutuhkan darah untuk mengikat oksigen. Sedangkan unsur logam berat baik itu logam berat beracun yang dipentingkan seperti tembaga (Cu), bila masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang berlebihan akan menimbulkan pengaruh-pengaruh buruk terhadap fungsi fisiologis tubuh. 18
Logam-logam berat yang terlarut dalam badan perairan pada konsentrasi tertentu dapat berubah fungsi menjadi sumber racun bagi kehidupan perairan. Meskipun daya racun yang ditimbulkan oleh satu jenis logam berat terhadap semua biota perairan tidak sama, namun kehancuran dari suatu kelompok dapat menjadikan terputusnya satu mata rantai kehidupan. Pada tingkat lanjutnya, keadaan tersebut tentu saja dapat menghancurkan satu tatanan ekosistem perairan. 19
C. Tinjauan Umum Logam Kadmium a. Uraian Umum Logam Kadmium Kadmium (Cd) adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak larut dalam basah, mudah bereaksi, serta menghasilkan kadmium oksida bila dipanaskan. Cd umumnya terdapat dalam kombinasi dengan klor (Cd klorida) atau belerang (Cd sulfit). Kadmium bisa membentuk ion Cd +2 yang bersifat tidak stabil. Kadmium terletak pada golongan IIB, periode ke 5 dalam sistem periodik, memiliki nomor atom 40, berat atom 112,4 gr/mol; titik leleh 321 o C, dan titik didih 767 o C.
18 Heryando Palar, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat (Cet. 4; Jakarta : Rineka Cipta, 2008), h. 23-24.
19 Ibid., h. 37.
Kadmium bersifat lentur, tahan terhadap tekanan, serta dapat dimanfaatkan sebagai pencampur logam lain seperti nikel (Ni), emas (Au), kuprum (Cu), dan besi (Fe). 20
Cd terutama terdapat dalam kerak bumi bersama dengan seng (Zn). Terdapat 1 jenis mineral Cd di alam, yaitu green ockite (CdS) yang ditemukan bersama mineral spalerite (ZnS). Kadmium atau Cd yang terdapat di dalam lingkungan pada kadar yang rendah berasal dari kegiatan penambangan seng (Zn), timbal (Pb), kobalt (Co) serta kuprum (Cu). Sementara dalam kadar tinggi kadmium berasal dari emisi industri, antara lain dari hasil sampingan penambangan, peleburan seng (Zn) dan timbal (Pb). Cd dari hasil sampingan peleburan bijih Zn rata-rata memiliki kadar Cd sebesar 0,2 - 0,3%. Sumber lain adalah dari penggunaan sisa lumpur kotor sebagai pupuk tanaman kemudian terbawa oleh aliran angin dan air. 21
Sumber pencemaran dan paparan Cd berasal dari polusi udara, keramik berglazur, rokok, air sumur, sumber makanan yang tumbuh di daerah pertanian yang tercemar Cd, fungisida, pupuk serta cat. 22
Logam kadmium (Cd) merupakan logam berasal dari kerak bumi yang berupa bahan-bahan murni, organik dan anorganik. Secara sederhana dapat diketahui bahwa kandungan logam Cd akan dapat dijumpai di daerah-daerah penimbunan sampah dan
20 Wahyu Widowati, A. Sastiono, dan R. Jusuf R, Efek Toksik Logam (Bandung : Andi Yogyakarta, 2008), h.63.
21 Ibid; h. 63-64.
22 Ibid.
aliran air hujan, selain dalam air buangan. Kadmium berada pada larutan tanah dalam bentuk ion ataupun dalam senyawa kompleks dengan zat organik. Logam Cd merupakan salah satu dari logam berat utama yang sangat berbahaya bagi mahluk hidup selain logam Hg dan Pb. 23
Logam kadmium selalu dikeluarkan dalam suatu proses peleburan dan pemurnian logam timah, besi, tembaga maupun emas. Suatu pabrik yang memproduksi logam sulfida selalu menimbulkan pencemaran kadmium di alam lingkungannya. Daya penguapan kadmium di daerah industri logam dapat menaikkan pencemaran logam yang bersangkutan, tidak hanya udara bahkan tanah dan tanamanpun dapat tercemar. 24
Logam kadmium sangat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Prinsip dasar atau prinsip utama dalam penggunaan kadmium adalah sebagai bahan stabilisasi sebagai bahan pewarna dalam industri plastik dan pada elektroplating. Namum sebagian dari substansi logam kadmium ini juga digunakan untuk solder dan alloy-alloynya digunakan pula pada baterai. Umumnya logam kadmium (Cd) senyawa oksida dari kadmium (CdO), hidrat (CdH 2 ), dan Khloridanya paling banyak digunakan dalam industri elektroplating. Selain itu banyak digunakan dalam industri-industri ringan, seperti pada proses pengolahan roti, pengolahan ikan, pengolahan minuman, industri tekstil dan lain-lain, banyak dilibatkan senyawa-
23 Palar, H. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h. 40
24 Darmono, op cit. h. 6.
senyawa yang dibentuk dengan logam Cd, meskipun penggunaannya hanyalah dengan konsentrasi yang sangat rendah. 25
Perlu dipahami bahwa banyak dari akibat psikologi, kadmium berasal dari kemiripan sifat kimianya dengan seng. Terutama kadmium dapat menggantikan seng dalam beberapa enzim kadmium dan seng biasa terdapat dalam bahan pencemar air dan sedimen di pelabuhan yang dikelilingi instalasi-instalasi industri, konsentrasinya bisa mencapai 130 ppm. 26
b. Logam Kadmium dalam Lingkungan Logam berat kadmium dapat ditemukan pada daerah atau lingkungan yang bermacam-macam dan ini dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu udara, tanah dan air. 1. Logam kadmium di udara Kadmium dan senyawa oksidanya merupakan bentuk senyawa Cd yang paling banyak ditemukan di udara. Bentuk senyawa kadmium dan oksidanya tersebut merupakan senyawa kadmium yang paling toksik, begitu juga bentuk kloridanya (CdCl 2 ) yang biasanya dibebasakan dari pembakaran sampah. 27
25 Heryando Palar, op.cit., h. 117.
26 R. Achmad, Kimia Lingkungan (Jakarta : Andi Yogyakarta, 2004). h. 21.
27 Darmono. op. cit., h. 80.
2. Logam kadmium di tanah/daratan Pada umumnya kandungan logam berat secara alamiah sangat rendah di dalam tanah, kecuali tanah tersebut merupakan daerah pertambangan atau tanah tersebut sudah tercemar. 28
Pada daerah yang tercemar Cd, logam tersebut terserap oleh tanaman dalam bentuk ion dari dalam tanah melalui akarnya dan didistribusikan dalam bagian tanaman. Jumlah ion Cd yang diserap oleh tanaman dipengaruhi oleh faktor pH tanah, kandungan mineral lain, pemupukan. Jika tanaman tersebut dikonsumsi oleh manusia, maka ion kadmium tersebut akan masuk ke dalam tubuh manusia. 29
3. Logam kadmium di air Kadmium yang terdapat dalam air kebanyakan juga berbentuk ion. Kadmium dalam air laut berbentuk senyawa klorida (CdCl 2 ), sedangkan dalam air tawar berbentuk karbonat (CdCO 3 ). Pada air payau, yang biasanya terdapat dimuara sungai, kedua senyawa tersebut jumlahnya berimbang. Logam kadmium diserap oleh hewan air melalui insang dan saluran pencernaan. Karena sifatnya yang toksik, logam ini dapat mematikan. Jika hewan air
28 Ibid
29 M. Ahsan. Analisis Kandungan Kadmium (Cd) Pada Ikan Mujair (Tillopia mosambica) Hasil Tangkapan Dari Muara Sungai Tallo Palopo (Makassar : FMIPA, 2001). h. 7.
tersebut tahan terhadap kandungan logam yang tinggi, maka logam kadmium dapat tertimbun di dalam jaringannya, terutama hari dan ginjal. Logam kadmium berikatan dengan protein sehingga disebut metalotionin yang bersifat agak permanen dan mempunyai waktu paruh cukup lama. 30
Logam berat kadmium melalui persenyawaannya dapat masuk ke lingkungan perairan karena adanya kegiatan manusia, diantaranya : 1) Kegiatan pertambangan logam Eksploitasi timbunan bijih membongkar permukaan batuan dan sejumlah besar sisa-sisa batuan atau tanah untuk mempercepat kondisi pelapukan. Kegiatan proses pangambilan bijih, peleburan dan penyulingan minyak dapat menyebabkan hamburan dan penimbunan sejumlah besar logam runutan seperti Cd, Hg, Pb dan As ke saluran pembuangan disekitarnya atau pengeluaran langsung ke dalam lingkungan perairan. 2) Limbah rumah tangga yang mengandung persenyawaan kadmium Jumlah logam berat kadmium yang cukup besar disumbangkan dari cairan limbah rumah tangga oleh sampah-sampah metabolik, kondisi pipa-pipa air dan produk-produk konsumen lainnya.
30 Darmono, op cit. h. 78.
Komposisi logam kadmium pada aliran air kota tergantung pada banyak faktor seperti rencana perkotaan, keadaan lahan-kritis, konstruksi jalan, penggunaan tanah dan ciri-ciri fisik atau klimatologi batang air. 31
c. Pencemaran dan Akumulasi Kadmium Zat atau bahan pencemaran (pollution) menurut UU RI No 23 Thn 2009 tentang pengelolaan lingkungan menyatakan bahwa pencemaran adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan oleh aktivitas manusia yang menyebabkan kualitas lingkungan turun sampai ketingkat tertentu sehingga tidak dapat berfungsi sesuai peruntukannya. 32
Islam mewajibkan agar manusia menjadi pelaku aktif dalam mengolah lingkungan serta melestarikannya. Pelestarian alam dan lingkungan hidup ini tidak terlepas dari peran manusia, sebagai khalifah di muka bumi dan sebagai wakil Allah dalam memelihara bumi (mengelola lingkungan hidup). Sebagaimana yang disebut dalam Q.S Al Baqarah 2/30 : :| _! , >.l.ll _.| _sl> _ _ ,l> l! `_-> !, _. ..`, !, ,`. ,!. _> _,.. ..> '_.1. ,l _! _.| `ls ! . .l-. _
31 Miller dan D. W. Connel, loc.cit.
32 Undang-Undang Lingkungan Hidup dan Amdal, Edisi Revisi (Jakarta : Permata Press, 2009)
Terjemahnya : Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata : Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman : Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.. 33
Manusia sebagai khalifah Allah di bumi telah diberikan amanah untuk mengelola lingkungan hidup dan memanfaatkannya untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Setiap bagian dari alam dan lingkungan yang diciptakan tidak ada yang percuma. Semuanya telah didesain dan diciptakan lengkap dengan manfaatnya masing-masing dan menjadi kewajiban manusia untuk mencari rahasia manfaat dan memanfaatkan tiap ciptaan-Nya. Arti khalifah adalah seseorang yang diberi kedudukan oleh Allah untuk mengelola suatu wilayah atau lingkungan hidup disekitarnya. Logam kadmium akan mengalami proses biotransformasi dan bioakumulasi dalam organisme hidup (tumbuhan, hewan dan manusia). Logam ini masuk ke dalam tubuh bersama makanan yang dikonsumsi, tetapi makanan tersebut telah terkontaminasi oleh logam Cd dan atau persenyawaannya. Dalam tubuh biota perairan jumlah logam yang terakumulasi akan terus mengalami peningkatan. Di samping itu, tingkatan biota dalam sistem rantai makanan turut menentukan jumlah
33 Departemen Agama R.I., Al-Quran dan Terjemahannya. h. 6.
Cd yang terakumulasi. Di mana pada biota yang lebih tinggi stratanya akan ditemukan akumulasi Cd yang lebih banyak, sedangkan pada biota top level merupakan tempat akumulasi paling besar. Bila jumlah Cd yang masuk tersebut melebihi ambang maka biota dari suatu level atau strata tersebut akan mengalami kematian dan bahkan kemusnahan. 34
Jumlah aliran limbah cair yang berasal dari industri sangat bevariasi tergantung dari jenis dan besar kecilnya industri, pengawasan pada proses industri, derajat penggunaan air, dan derajat pengolahan limbah cair yang ada. 35
Logam berat kadmium (Cd) melalui pembuangan limbah industri dan limbah rumah tangga dapat masuk ke dalam laut melalui sungai-sungai dan saluran-saluran pembuangan. Limbah industri dan limbah rumah tangga pada mulanya akan diencerkan dan kekuatan pencemarannya secara perlahan-lahan akan diperlemah sehingga menjadi tidak berbahaya, namun bila buangan tersebut semakin banyak dan melampaui daya dukung lingkungan, maka bahan buangan tersebut secara perlahan- lahan akan menumpuk menyebabkan pencemaran yang serius terhadap lingkungan laut misalnya air laut itu sendiri atau sedimen laut. 36
34 Heryando Palar, op. cit., h. 121-122.
35 Setiaty Pandia, Husin Amir, dan M. Zuhrina, Kimia Lingkungan (Jakarta: Pembinaan dan Pengabdian Pada Masyarakat, 1996). h. 21.
36 Nursanti, Analisis Kandungan Logam Krom (Cr) dan Amonium di Perairan Pantai losari dan PT. Kima Palopo (Jurusan Kimia, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2004). h. 1.
Sehubungan dengan beranekaragamnya penggunaan logam Cd, maka pelepasan Cd dari limbah industri ditambah Cd yang berasal dari alam akan menimbulkan pencemaran lingkungan yang meluas mengingat Cd merupakan substansi persisten di dalam lingkungan. Kadmium (Cd) bisa berada di atmosfer, tanah, dan perairan. 37
Kadmium di atmosfer berasal dari penambangan atau pengolahan bahan tambang, peleburan, galvanisasi, pabrik pewarna, pabrik baterai, dan electroplating. Kadmium di tanah berasal dari endapan atmosfer, debu, air limbah tambang, pupuk limbah lumpur, pupuk fosfat, dan pestisida, sedangkan kadmium di perairan berasal dari endapan atmosfer, debu, air limbah tambang, air prosesing limbah, dan limbah cair industri. 38
Kegiatan industri seperti pertambangan batu bara, pemurnian minyak, pembangkit tenaga listrik dan energi minyak, pengecoran logam, banyak mengeluarkan limbah pencemaran, terutama pada logam-logam yang relatif mudah menguap dan larut dalam air, seperti As, Cd, Pb dan Hg. Peristiwa yang menonjol dan dipublikasikan secara meluas adalah peristiwa pencemaran kadmium (Cd) yang menyebabkan penyakit serius pada orang di sekitar daerah pencemaran. 39
37 Wahyu Widowati, A. Sastiono, dan R. Jususf R, op. cit., h. 65.
38 Ibid.
39 Ibid.
Kasus-kasus pencemaran lingkungan menyebabkan banyak bahan pangan yang mengandung logam berat berlebihan. Kasus yang populer adalah sindrom minamata, sebagai akibat akumulasi raksa (Hg) dalam tubuh ikan konsumsi. Di Indonesia, pernah dilaporkan bahwa ikan-ikan diteluk Jakarta juga memiliki kandungan raksa yang tinggi. Udang dari tambak Sidoarjo pernah ditolak importer dari Jepang karena dinilai memiliki kadmium (Cd) dan timbal (Pb) yang melebihi ambang batas. Diduga logam-logam ini merupakan dampak buangan limbah industri disekitarnya 40
d. Toksisitas Logam Kadmium (Cd) Toksikologi adalah semua substansi yang digunakan, dibuat atau hasil dari suatu formulasi dan produk sampingan dari industri yang masuk ke lingkungan dan mempunyai kemampuan untuk menimbulkan pengaruh-pengaruh negatif bagi manusia. 41
Kadmium merupakan salah satu logam non esensial yang tingkat ketoksisitasnya sangat tinggi. Logam ini ada dalam tanah secara alami melalui proses antrapogenik. 42
40 Logam Berat. Loc cit.
41 Heryando Palar, op. cit., h. 4.
42 C. A. Grant, dkk. Cadmium Accumulation In Crops, (Journal Plant Of Science, 1998) h. 78.
Kadmium (Cd) belum diketahui fungsinya secara biologis dan di pandang sebagai xenobiotik dengan toksisitas yang tinggi dan merupakan unsur lingkungan yang persisten. Efek toksik Cd akan menunjukkan gejala yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tingkat dan lamanya paparan, bentuk kimia dari logam berat Cd, faktor penjamu Cd seperti halnya toksikan lainnya, dan faktor-faktor diet. 43
Kasus toksisitas kadmium dilaporkan tahun 1980-an dan kasus tersebut semakin meningkat sejalan dengan perkembangan ilmu kimia di akhir abad 20-an. Sampai sekarang diketahui bahwa Cd merupakan logam berat yang paling banyak menimbulkan toksisitas pada makhluk hidup. 44
Toksisitas kronis Cd bisa merusak sistem fisiologis tubuh, antara lain sistem urinaria (ren), sistem respirasi (paru-paru), sistem sirkulasi (darah), dan jantung, kerusakan sistem reproduksi, sistem saraf, bahkan dapat mengakibatkan kerapuhan tulang. Toksisitas kronis Cd, baik melalui inhalasi maupun oral, bisa menyebabkan kerusakan tubulus renalis, kerusakan ginjal yang ditunjukkan oleh ekskresi berlebihan, protein berat molekul rendah, gagal ginjal, gangguan sistem kardiovaskuler, gangguan sistem skeletal, menurunkan fungsi pulmo, empisema, kehilangan mineral tulang yang disebabkan oleh disfungsi nefron ginjal,
43 Wahyu Widowati, A. Sastiono, dan R. Jusuf R, op. cit., h. 71-72.
44 Ibid.
berkurangnya reabsorbsi Ca, dan terjadinya peningkatan ekskresi Ca yang berpengaruh terhadap tulang. 45
Ion kadmium dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua jalan yaitu saluran pencernaan dan saluran pernapasan. Namun, absorbsi kadmium melalui saluran pencernaan biasanya relatif kecil, yaitu sekitar (3-8) % dari total ion kadmium yang dimakan, dibandingkan dengan absorbsi ion kadmium melalui saluran pernapasan yang mencapai sekitar (25-50) %. 46
Kadmium dapat menyebabkan pengubahan struktur tulang dan sakit sendi tulang, penyakit prostate pada lelaki, muntah, kejang otot, kerusakan hati, disfungsi ginjal dalam bentuk proteinuria dan glikosuria telah didapati di kalangan penduduk yang berumur 60 tahun ke atas dalam kawasan yang dicemari oleh kadmium. 47
Kasus keracunan akut kadmium kebanyakan dari mengisap debu dan asap kadmium, terutama kadmium oksida (CdO). Kadmium dapat menyebabkan nefrotoksisitas (toksik ginjal), gangguan kardiovaskuler dan hipertensi. Keracunan kronis Cd ini dilaporkan di daerah Toyama, sepanjang sungai Jinzu di Jepang, yang menyebabkan penyakit itai-itai pada penduduk wanita berumur 40 tahun atau lebih. 48
45 Ibid., h. 73.
46 M. Ahsan, loc. cit.
47 Logam Berat. loc cit.
48 Darmono, Lingkungan Hidup dan Pencemaran (Jakarta : Universitas Indonesia, 2001). h. 76.
Penelitian terkini menyebutkan bahwa logam beracun kadmium dapat dibawa ke dalam tubuh oleh seng yang terikat dalam protein (dalam hal ini adalah struktur protein yang mengandung rantai seng). Seng dan kadmium berada dalam satu grup dalam susunan unsur berkala, mempunyai bilangan oksidasi yang sama (+2), jika terionisasi akan membentuk partikel ion yang berukuran hampir sama. Dari banyak kesamaan tersebut, maka kadmium dapat menggantikan rantai seng dalam banyak sistem biologi (organik). Ikatan kadmium dalam zat organik mempunyai kekuatan 10 kali lebih besar dibandingkan dengan seng jika terikat dalam zat organik. Sebagai tambahan, kadmium juga dapat menggantikan magnesium dan kalsium dalam ikatannya dengan struktur zat organik. D. Tinjauan Umum Udang Windu (Penaeus monodon) a. Uraian Umum Udang Windu (Penaeus monodon) Udang yang hidup di pertambakan air payau ada beberapa jenis. Secara alami, benih udang masuk ke dalam tambak bersama air pasang dari laut sehingga populer disebut udang laut. Berbagai udang (golongan krustasea) yang datang dari laut terutama berasal dari keluarga Penaeidae. 49
Udang windu adalah nama populer yang dikenal diseluruh wilayah Indonesia. Sedangkan nama-nama lokal dari jenis udang ini adalah udang pancet, udang bago, udang sotong atau lotong, udang baratan, dan udang tepus hanya dikenal di daerah
49 S. Rachmatun Suyanto dan E. P. Takarina, Panduan Budidaya Udang Windu (Cet. 1., Jakarta : Penebar Swadaya, 2009), h. 5.
tertentu saja. Sedangkan nama Internasional dan nama dagang udang windu adalah tiger prawn lantaran berukuran besar dan warna tubuhnya bergaris-garis hitam-putih melintang seperti harimau. Terkadang ada juga yang menyebutnya jumbo tiger prawn untuk udang windu Yang umurnya ekstra besar, yakni mencapai 50 gram sampai lebih dari 100 gram. Bahkan, induk-induk udang windu yang ditangkap di laut dalam dapat mencapai berat badan 270 300 gr/ekor. 50
Beberapa daerah yang merupakan daerah penyebaran udang windu (P. monodon), antara lain Sulawesi Selatan, Pantai Utara Jawa Tengah (Lasem sampai Tuban), Jawa Timur, (Banyuwangi, Situbondo, Tuban dan Madura), DI Aceh, Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan Timur. 51
Habitat udang windu muda adalah wilayah pantai berair payau pada daerah hutan bakau yang berlumpur dengan campuran pasir subur. Menjelang dewasa, udang akan berpindah ke arah laut dalam , tempat udang tumbuh dewasa dan melakukan perkawinan untuk selanjutnya bertelur di kedalaman laut 10 40 meter. Jumlah telurnya dapat mencapai 500.000 1.000.000 butir, tergantung berat badan sang induk. 52
50 S. Rachmatun Suyanto dan E. P. Takarina, op. cit., h. 13.
51 Ibid., h. 27.
52 Ibid., h. 14.
Tubuh udang terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang. Bagian depan disebut bagian kepala, yang sebenarnya terdiri dari bagian kepala dan dada yang menyatu. Oleh karena itu dinamakan kepala-dada (cephalothorax). Bagian perut (abdomen) terdapat ekor di bagian belakangnya. 53
Kepala dada tertutup oleh kepala atau cangkang kepala (carapace) yang berbentuk memanjang ke arah depan dan runcing yang bagian pinggirnya bergigi-gigi yang disebut rostrum. 54
Seluruh tubuhnya terdiri dari ruas-ruas (segmen) yang terbungkus oleh kerangka luar (exoskeleton) yang terbuat dari bahan semacam zat tanduk (chitin) yang diperkeras oleh bahan kapur (kalsium karbonat), kecuali pada bagian sambungan ruas tubuh yang berdekatan. Dengan demikian udang dapat bergerak dengan leluasa dan lincah. Kepala dadanya terdiri dari 13 ruas, yaitu kepalanya sendiri 5 ruas dan dada 8 ruas, sedangkan bagian perut terdiri dari 6 ruas. Tiap ruas badannya mempunyai sepasang anggota badan beruas-ruas pula. 55
Di bawah cucuk kepalanya terdapat sepasang mata majemuk (mata faset) yang bertangkai sehingga mata dapat digerak-gerakkan. Udang windu memiliki sepasang insang terletak di kanan kiri sisi dalam kepala dan memiliki rambut-rambut
53 R. Suyanto, Budidaya Udang (Jakarta : Penebar Swadaya, 1981). h. 30.
54 Ibid
55 M. Soetomo, Teknik Budidaya Udang Windu (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 1988). h. 15.
halus yang terdapat pada ruas pertama kaki jalan yang dapat mengambil oksigen dari udara bebas dan oksigen larut dari dalam air payau. 56
Udang windu memiliki sifat kanibalisme, yaitu apabila lapar dan makanan di sekitarnya tidak tersedia ia cenderung memangsa sesama jenisnya, lebih-lebih pada udang yang sedang ganti kulit. Biasanya udang yang sedang berganti kulit mencari tempat untuk bersembunyi sehingga tidak diketahui oleh udang yang sedang kelaparan atau predator. Untuk itu tambak perlu diberi rumpon sebagai pelindung. 57
Dalam keadaan airnya kurang bagus dan kurang makanan, tubuh udang akan menjadi lunak dan gembos karena itu daging udang hanya berisi air. Demikian pula gerak-geriknya tidak lagi lincah. Udang windu bersifat nokturnal, aktif mencari makanan pada malam hari, sedangkan pada siang hari sering hanya menempelkan diri pada rumpon yang terdapat dalam air tambak atau membenamkan diri di dalam lumpur. Sebaliknya, bila pada siang hari udang kelihatan gelisah, meloncat-loncat ini berarti kehidupannya terganggu karena lingkungannya tidak lagi memenuhi seleranya. 58
Secara alami udang windu menyukai Molusca, kepiting-kepiting kecil, ikan- ikan kecil sebagai makanannya (omnivora). Udang windu sangat sensitif terhadap
56 Ibid
57 Ibid
58 Ibid
pengaruh kebocoran tanggul. Apabila tanggul yang bocor, mereka berkumpul di situ yang kemudian hanyut bersama air mengalir. Disamping itu, pada daerah yang bocor, oksigen terlarut memenuhi kebutuhan hidup udang sehingga sangat disenanginya. Udang windu bersifat euryhalin, yaitu sangat tahan terhadap perubahan kadar garam. Udang windu juga bersifat eurythernal, yaitu tahan terhadap perubahan suhu malam dan siang. Hanya masalahnya, bila suhu terlalu panas, kulit udang menjadi merah dan tebal sehingga tidak menarik. 59
Gambar 1. Morfologi Udang Windu (Penaeus monodon) Gambar di atas merupakan salah satu contoh hewan air yang terdapat di bumi ini, selain itu di bumi ini juga terdapat beratus, beribu bahkan berjuta macam tumbuh- tumbuhan dan berbagai jenis binatang yang hidup didarat, di laut (air) dan diangkasa
59 M. Soetomo, loc. cit.
yang kesemuanya itu lengkap dengan anggota tubuh yang diperlukan masing-masing pada proporsi (tempat) hidup dan kehidupannya. Firman Allah SWT dalam Q.S Al Baqarah / 2 : 164. | _ _l> ,...l _ .l.> _,l !.l ,ll _.l _> _ `>,l !., _., _!.l !. _. < _. ,!..l _. ,!. !,>! , _ .-, !:. , !, _. _ `,: ,`.. _.,l ,!>.l >..l _,, ,!..l _ ., ,1l l1-, __
Terjemahnya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. 60
Allah SWT telah menjadikan (menciptakan) manusia sebagai makhluk yang paling mulia, sedangkan bumi dan seisinya atau alam sekitar itu diciptakan Tuhan untuk kepentingan manusia. Karena itu segala apa yang ada didalam bumi ini hendaklah diolah, diatur (bukan di rusak) dan dipelihara oleh manusia dengan sebaik- baiknya untuk kesejahteraan dan kebahagiaan hidup manusia. Seperti misalnya apa yang terpendam dalam bumi maupun yang tumbuh dan berada diatasnya, demikian
60 Departemen Agama R.I., Al-Quran dan Terjemahannya. h. 40.
juga segala apa yang terdapat dalam lautan, baik yang berupa tumbuh-tumbuhan ataupun binatang, dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. b. Taksonomi Udang Windu (Penaeus monodon) Udang windu dikenal juga sebagai udang bago, udang lotong, udang pancet, udang liling, udang baratan, udang tepus, udang palaspas, udang userwedi. Dalam dunia perdagangan ia menyandang beberapa nama seperti tiger prawn. Istilah tiger ini munculnya karena corak tubuhnya berupa garis-garis loreng mirip harimau, tetapi warnanya hijau kebiruan. 61
Kedudukan taksonomi udang windu menurut Brotowidjoyo (1989), adalah sebagai berikut : Phylum : Arthropoda Class : Crustacea Ordo : Decapoda Famili : Penaedae Genus : Penaeus Species : Penaeus monodon 62
61 K. Amri, Budidaya Udang Windu Secara Intensif (Jakarta : Agromedia : 2003). h. 35.
62 Brotowidjoyo, Zoologi Umum (Solo : Tiga Serangkai). 1989.
c. Siklus Hidup Udang Windu Udang windu yang diperoleh di laut, dipelihara menjadi induk pada panti- panti pembenihan menjelang dewasa udang akan berpindah ke arah laut dalam, tempat udang tumbuh dewasa dan melakukan perkawinan untuk selanjutnya bertelur dimana telurnya dapat mencapai 500.000 1.000.000. Selanjutnya telur-telur tersebut akan mengambang menuju permukaan laut selama proses perkembangan embrio. Akhirnya, embrio menetas di lingkungan dekat permukaaan laut. Embrio udang windu yang baru menetas menjadi larva stadia nauplius, kemudian akan terbawa oleh ombak ke arah pantai sambil bermetamorfosa menjadi stadia zoea, lalu menjadi mysis yang memerlukan waktu sekitar 10 hari untuk berkembang. Selanjutnya, mysis berubah menjadi stadia post larva. Post larva (PL) yang berumur 10 12 hari yaitu PL 10 PL 12 dikenal sebagai benur (benih urang atau benih udang), telah sampai di wilayah hutan bakau atau estuaria yang berair payau. 63
Udang dapat bertelur hampir sepanjang tahun tetapi puncaknya terjadi saat peralihan musim yaitu antara musim kemarau ke musim hujan dan dari musim hujan ke musim kemarau. Di wilayah Indonesia Barat, puncak musim benur jatuh pada bulan November hingga februari dan bulan maret sampe awal juni. Di Indonesia bagian timur, musim tersebut bergeser satu bulan lebih lambat. Perubahan iklim
63 Rachmatun Suyanto dan E. P. Takarina, op. cit., h. 14.
dengan perbedaan suhu, intensitas sinar matahari, dan kadar garam yang berubah secara spesifik menjadi perangsang bagi biota unruk berkembang biak di alam. 64
d. Toksisitas Logam pada Crustacea Jenis crustacea yang hidup di dalam air terdiri atas banyak spesies, diantaranya yaitu udang, yang biasanya hidup di dasar air. Jenis organisme ini pergerakannya relatif tidak secepat jenis ikan untuk dapat menghindar dari pengaruh polusi logam dalam air. Karena diketahui bahwa udang bergerak dan mencari makanannya di dasar air, sedangkan lokasi ini merupakan tempat endapan dari berbagai jenis limbah, maka jenis crustacea ini merupakan indikator yang baik untuk mengetahui terjadinya polusi lingkungan. 65
Logam masuk ke dalam tubuh crustacea melalui penetrasi membran (membrane phenomenon) untuk golongan klas logam A, dan melalui ikatan dengan protein (ligand binding) untuk logam klas B. Logam klas B biasanya masuk ke dalam tubuh crustacea berturut-turut paling banyak melalui insang, saluran pencernaan, dan kulit, sehingga insang dari jenis binatang beruas ini paling banyak menderita oleh pengaruh toksisitas logam berat. Karena hewan crustacea ditutupi oleh kutikula yang keras dari bahan kitin, penetrasi logam berat melalui kulit hanya sedikit sekali. Tetapi bilamana terjadi periode moulting, kutikula lama dilepas, maka toksisitas logam
64 Ibid
65 Choirul, Teknologi Tepat Guna Tentang Budidaya Udang Windu. http://choirul/how/ikan/udang windu.HTM) (17 Oktober 2009). h. 1.
menjadi lebih kuat sehingga timbul banyak kematian. Sebelum proses moulting terjadi, akan terlihat gejala erosi pada kutikula dan alat tambahan, seperti antena dan antenula, dan menyebabkan nekrosis pada bagian tersebut. 66
Aliran air yang mengandung logam dapat terakumulasi dalam sel insang dan sebagian masuk ke dalam tubuh jenis crustacea tersebut, dan didistribusikan dalam jaringan. Masuknya ion logam melalui jaringan insang akan mengakibatkan hewan air tersebut menjadi stress, sehingga terjadi perubahan konsumsi oksigen pada jaringan insang. 67
Di antara jenis logam yang diteliti ternyata kadmium merupakan logam yang penetrasinya dan akumulasinya dalam jaringan tidak terpengaruh terhadap hadirnya logam lain. Kadmium merupakan logam yang berpotensi tertimbun dalam jaringan crustacea air selain merkuri. 68
E. Tinjauan Umum Daerah Pertambakan Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan selama ini juga dikenal sebagai kabupaten pengahasil udang windu yang kesohor hingga ke berbagai daerah di Sulawesi selatan. Untuk produksi budidaya tambak khusus udang windu mencapai 941 ton, dengan luasan areal tambak mencapai 10.185,30 ha pada tahun 2005.
66 Darmono, op cit. h. 95-96.
67 Ibid
68 Ibid
Kecamatan yang mempunyai areal tambak yang terluas di kecamatan Labakkang dengan 2.569,63 ha dan Marang 2.457,37 ha serta Bungoro 1.054 ha. 69
Udang windu atau dalam bahasa Makassar disebut doang yang tersebar di pasar tradisional kota Makassar, berasal dari kabupaten Pangkajene Kepulauan. Pasalnya, potensi kedua hasil perikanan itu, hanya berkembang di daerah Pangkajene yang jaraknya 60 Km dari kota Makassar. Dengan potensi itu, berbagai kalangan menyebutkan bahwa Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan termasuk daerah penghasil udang windu di Sulawesi Selatan. Sektor perikanan termasuk sektor yang cukup memberikan konstribusi besar terhadap kegiatan pembangunan Kabupaten Pangkajene. Sektor itu makin dipacu menjadi sektor andalan, mengingat Kabupaten Pangkajene memiliki perikanan darat yang cukup luas yakni tambak. 70
Pangkajene adalah nama bagi kecamatan yang menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Pangkep (ibukota kabupaten). Kecamatan ini sebelah selatanya berbatasan dengan Kecamatan Balocci dan Minasatene, sebelah utaranya berbatasan dengan Kecamatan Bungoro, dan sebelah baratnya berbatasan dengan Kecamatan Liukang Tupabiring. Luas wilayah kecamatan ini adalah 45,339 km 2 , terdiri atas bentangan
69 Mengenal Kabupaten Pangkep. (http://pangkep.blogdrive.com/archive/1.html) (17 Oktober 2009). h. 1.
70 Ibid
kawasan pertanian, pertambakan dan wilayah pesisir yang menjadi mata pencaharian utama masyarakatnya sebagai petani, penambak, dan nelayan. 71
Kecamatan Pangkajene terbagi atas 7 kelurahan yaitu kelurahan Anrong Appaka, Bonto Perak, Tumampua, Mappasaile, Sibatua, jagong dan Tekolabbua. Udang windu adalah udang yang menjadi ciri khas daerah ini yang banyak digemari bukan hanya masyarakat setempat tetapi juga masyarakat yang berada di luar Sulawesi Selatan. Hal ini dsebabkan karena rasanya yang enak dan gurih, kandungan lemaknya hanya sedikit serta kandungan gizinya yang sangat tinggi diperkirakan. 72 .
71 Pangkajene. http://www.pangkep.go.id (Diakses 07 Oktober 2009). h. 1.
72 Ibid
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggambarkan kandungan logam berat kadmium (Cd) pada udang windu (Penaeus monodon) di pertambakan kecamatan Pangkajene. B. Variabel Penelitian Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel tunggal yaitu kandungan logam berat kadmium (Cd) pada udang windu (Penaeus monodon) yang dinyatakan dalam satuan part permillion (ppm). C. Defenisi Operasional Variabel Kandungan logam berat kadmium pada udang windu (Penaeus monodon) adalah ukuran kuantitas kadar kadmium (Cd) dalam satuan ppm yang terkandung dalam udang windu (Paneous monodon) yang diperoleh di pertambakan kecamatan Pangkajene. Kadar konsentrasi cemaran logam berat kadmium (Cd) pada udang windu (Paneous monodon) di pertambakan menurut Dirjen POM No. 03725/B/SK/VI/89 dan WHO ambang batasnya adalah 0,2 ppm. Diatas 0,2 ppm sudah bersifat toksik jika dikonsumsi oleh masyarakat
D. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian 1. Logam berat kadmium (Cd) adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak larut dalam basah, mudah bereaksi, serta menghasilkan kadmium oksida bila dipanaskan. Logam berat kadmium (Cd) merupakan salah satu logam non esensial yang dapat menyebabkan keracunan akut dan kronis karena sifat dari logam berat yang dapat terakumulasi dalam tubuh. 2. Udang windu (Penaeus monodon) atau biasa juga disebut tiger brawn adalah hewan air yang termasuk dalam kelas Crustaceae yang dibudidayakan di pertambakan kecamatan Pangkajene. Bagian-bagian tubuh dari udang windu (Penaeus monodon) yang diperiksa adalah bagian kulit, otot dan kepala. Dengan beratnya udang windu yakni 90 gram dan panjang 22,5 cm 3. Sampel udang windu (Penaeus monodon) diambil dari daerah pertambakan kecamatan Pangkajene yang terdiri dari dua kelurahan yaitu kelurahan I dan kelurahan II yang meliputi tiga titik pengambilan sampel yaitu pada tambak dengan lokasi dekat jalan raya, dekat sungai, dan dekat pemukiman penduduk yang dilaksanakan pada tanggal 06 Juni 2010. 4. Analisis kandungan kadmium (Cd) pada sampel udang windu (Penaeus monodon) dilakukan di Instalasi Kimia Kesehatan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar pada tanggal 07 30 Juni 2010.
E. Prosedur Penelitian 1. Alat Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu, kompor listrik, cawan porselin, cawan Petri, Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) tipe AA 6200, neraca analitik, botol, spoit, labu ukur, oven, furnance 1400, dan corong. 2. Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu, sampel udang windu (Penaeus monodon), larutan HNO 3 pekat, kertas Whatman 42, aquadest, dan aluminium foil. 3. Prosedur Kerja a. Uji Pendahuluan 1. Uji Sampel Sedimen Laut dan Sungai Sampel sedimen laut dan sedimen sungai diambil sebanyak 10 mg, kemudian di masukkan kedalam gelas kimia. Setelah itu, di tambahkan HNO 3 pekat sebanyak 10 ml kemudian di dekstruksi di atas hot plate. Setelah sampel dingin kemudian di tambahkan aquadest sebanyak 50 ml lalu di saring menggunakan kertas whatman -42. Hasil filtrat kemudian di masukkan kedalam botol lalu dianalisis menggunakan Spektrofotemer Serapan Atom (SSA) Tipe AA 6200.
2. Uji Sampel Air Laut dan Sungai Sampel air laut dan air sungai diambil sebanyak 50 ml, kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur. Setelah itu di tambahkan HNO 3 pekat sebanyak 5 ml dan H 2 SO 4 pekat sebanyak 2,5 ml, lalu di dekstruksi di ruang asam hingga volume sampel menjadi 15 ml. Sampel kemudian di dinginkan kemudian di tambahkan aquadest sebanyak 50 ml. Sampel disaring menggunakan kertas whatman -42, hasil filtrat di masukkan kedalam botol kaca lalu dianalisis menggunakan Spektrofotemer Serapan Atom (SSA) Tipe AA 6200. b. Uji Kadar Kadmium (Cd) pada Udang windu 1. Pengambilan Sampel Pengambilan sampel udang windu (Penaeus monodon) dilakukan secara purpose random sampling yang meliputi 2 kelurahan yaitu Kelurahan I dan Kelurahan II, dimana setiap kelurahan terdiri atas 3 titik pengambilan sampel yaitu daerah dekat jalan raya, dekat sungai dan daerah dekat pemukiman penduduk pada masing-masing lokasi penelitian dengan cara mengambil langsung di lokasi pertambakan. Setiap lokasi diambil sebanyak 5 ekor udang windu yang homogen menurut beratnya udang windu yakni 90 gram dengan panjang 22,5 cm dan dianggap satu sampel (dikompositkan).
2. Persiapan Analisis Kandungan Logam Kadmium Sampel yang di ambil terlebih dahulu di bersihkan dari kotoran yang melekat, lalu di bilas dengan aquadest. Setelah bersih, sampel tersebut di potong untuk memisahkan organ kulit, otot, dan kepala. Selanjutnya, masing masing organ sampel di masukkan kedalam cawan petri yang telah di beri label. Sampel kemudian di timbang menggunakan neraca analitik sebanyak 10 gr lalu di masukkan ke dalam cawan porselin. Sampel yang ada di dalam cawan porselin kemudian di masukkan ke dalam furnance tipe 1400 dan tipe 48000 untuk di abukan selama 2 jam. Setelah itu, sampel di dinginkan lalu di tambahkan HNO 3 pekat kemudian di dekstruksi di atas hot plate selama 1 jam. Sampel yang telah di dekstruksi kemudian di dinginkan, lalu di tambahkan 50 ml aquedest. Sampel di saring menggunakan kertas Whatman -42 dan hasil filtrat di tampung dalam botol kaca, 3. Pengukuran Konsentrasi Kadmium Pengukuran konsentrasi kadmium dengan menggunakan metode SSA (Spectofotometri Serapan Atom) dilakukan di Laboratorium pada Balai Besar Laboratorium Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan di Makassar. 4. Perhitungan Kadar Logam Kadmium (Cd) Tiap Sampel Kadar logam kadmium (Cd) pada sampel yang tertera pada tabel diperoleh dari perhitungan yang terdapat pada lampiran 2 dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :
Keterangan :
C : Kandungan logam dalam sampel (g/gr atau ppm) c : Konsentrasi larutan sampel (ppm) V : Volume penetapan/ pangencer (ml) a : Berat sampel basah (gram) Sumber : Pedoman perhitungan kadar logam berat sampel, Instalasi Kimia Kesehataan Laboratorium kesehatan Makassar.2010
F. Analisis Data Data yang diperoleh diolah secara deskriptif dalam bentuk tabel dan gambar dengan parameter yaitu kadar kadmium (Cd) pada bagian kulit, otot, dan kepala udang windu (Penaeus monodon).
c x V C = a
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Penelitian ini diawali dengan uji pendahuluan dengan menganalisa kadar kadmium pada sedimen laut dan sungai serta kadar kadmium pada air laut dan air sungai yang disajikan pada tabel 1 dan gambar 2 serta tabel 2 dan gambar 3. 1. Sampel Sedimen Laut dan Sungai Tabel 1. Kadar Logam Berat Kadmium (Cd) pada Sedimen Laut dan Sungai
No. Nama Sampel Kadar Cd (ppm)
1
2..
.
Sedimen Laut (SL)
Sedimen Sungai (SS)
0.2015
0.0670 Sumber : Hasil Analisa Instalasi Kimia Kesehatan Laboratorium kesehatan Makassar, 2010
Gambar 2. Histogram Kadar Logam Berat Kadmium (Cd) pada Sedimen Laut dan Sungai
2. Sampel Air Laut dan Air sungai Tabel 2. Kadar Logam Berat Kadmium (Cd) pada Air Laut dan Sungai No. Nama Sampel Kadar Cd (ppm)
1.
2.
Air Laut (AL)
Air Sungai (AS)
0.0015
0.0012 Sumber : Hasil Analisa Instalasi Kimia Kesehatan Laboratorium kesehatan Makassar, 2010
Gambar 3. Histogram Kadar Logam Berat Kadmium (Cd) pada Air Laut dan Sungai
Analisis kadar logam kadmium (Cd) yang dilakukan pada udang windu yang diperoleh dari daerah pertambakan di dua kelurahan yakni Kelurahan I dan Kelurahan II disajikan pada tabel 3 dan gambar 4 (sampel kulit), tabel 4 dan gambar 5 (sampel otot), tabel 5 dan gambar 6 (sampel kepala) seperti tampak berikut ini:
3. Sampel Kulit Tabel 3. Kadar Logam Berat Kadmium (Cd) pada Kulit Udang Windu
No. Kode Sampel
Kadar Cd (ppm)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
K1
K2
K3
K4
K5
K6
0.053
0.026
0.036
0.024
0.025
0.028 Sumber : Hasil Analisa Instalasi Kimia Kesehatan Laboratorium kesehatan Makassar, 2010
Keterangan :
K1 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat jalan raya K2 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat sungai
K3 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat pemukiman penduduk
K4 : Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat jalan raya
K5 : Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat sungai
K6
: Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat pemukiman penduduk
Gambar 4. Histogram Kadar Logam Berat Kadmium (Cd) pada Kulit Udang Windu 4. Sampel Otot Tabel 4. Kadar Logam Berat Kadmium (Cd) pada Otot Udang Windu No. Kode Sampel
Kadar Cd (ppm)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
O1
O2
O3
O4
O5
O6
0.042
0.029
0.018
0.034
0.019
0.024 Sumber : Hasil Analisa Instalasi Kimia Kesehatan Laboratorium kesehatan Makassar, 2010
Keterangan :
O1 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat jalan raya O2 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat sungai
O3 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat pemukiman penduduk
O4 : Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat jalan raya
O5 : Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat sungai
O6
: Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat pemukiman penduduk
Gambar 5. Histogram Kadar Logam Berat Kadmium (Cd) pada Otot Udang Windu
5. Sampel Kepala
Tabel 5. Kadar Logam Berat Kadmium (Cd) pada Kepala Udang Windu
No. Kode Sampel Kadar Cd (ppm)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
K1
K2
K3
K4
K5
K6
0.017
0.022
0.016
0.020
0.023
0.031
Sumber : Hasil Analisa Instalasi Kimia Kesehatan Laboratorium kesehatan Makassar, 2010 Keterangan :
K1 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat jalan raya K2 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat sungai
K3 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat pemukiman penduduk
K4 : Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat jalan raya
K5 : Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat sungai
K6
: Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat pemukiman penduduk
Gambar 6. Histogram Kadar Logam Berat Kadmium (Cd) pada Kepala Udang Windu
Rata-rata kadar logam berat kadmium (Cd) tiap organ (kulit, otot, dan kepala) ditampilkan pada tabel 6 dan gambar7 berikut : Tabel 6. Kadar Rata-rata Logam Berat Kadmium (Cd) pada Masing-masing Organ Udang Windu No.
Organ Kadar Rata-rata Cd (ppm)
1.
2.
3.
Kulit
Otot
Kepala
0.053
0.042
0.031
Sumber : Hasil Analisa Instalasi Kimia Kesehatan Laboratorium kesehatan Makassar, 2010
Gambar 7. Histogram Kadar Rata-rata Logam Berat Kadmium (Cd) pada Masing- masing Organ Udang Windu
Rata-rata kadar Cd pada kulit, otot, dan kepala berdasarkan lokasi pengambilan sampel ditampilkan pada tabel 7, 8, 9 dan gambar 8, 9, 10, sedangkan rata-rata kadar Cd pada lokasi pengambilan sampel ditampilkan pada tabel 10 dan gambar 11 berikut :
1. Kulit Udang Windu Tabel 7. Kadar Rata-rata Logam Berat Kadmium (Cd) pada Kulit Udang Windu Berdasarkan Lokasi Pengambilan Sampel
No. Lokasi Kadar Cd (ppm)
1.
2.
Kelurahan I
Kelurahan II
0.038
0.025 Sumber : Hasil Analisa Instalasi Kimia Kesehatan Laboratorium kesehatan Makassar, 2010
Gambar 8. Histogram Kadar Rata-rata Logam Berat Kadmium (Cd) pada Kulit Udang Windu Berdasarkan Lokasi Pengambilan Sampel
2. Otot Udang Windu
Tabel 8. Kadar Rata-rata Logam Berat Kadmium (Cd) pada Otot Udang Windu Berdasarkan Lokasi Pengambilan sampel
No. Lokasi Kadar Cd (ppm)
1.
2.
Kelurahan I
Kelurahan II
0.018
0.024 Sumber : Hasil Analisa Instalasi Kimia Kesehatan Laboratorium kesehatan Makassar, 2010
Gambar 9. Histogram Kadar Rata-rata Logam Berat Kadmium (Cd) pada Otot Udang Windu Berdasarkan Lokasi Pengambilan Sampel
3. Kepala Udang Windu
Tabel 9. Kadar Rata-rata Logam Berat Kadmium (Cd) pada Kepala Udang Windu Berdasarkan Lokasi Pengambilan Sampel
No. Lokasi Kadar Cd (ppm)
1.
2.
Kelurahan I
Kelurahan II
0.029
0.025 Sumber : Hasil Analisa Instalasi Kimia Kesehatan Laboratorium kesehatan Makassar, 2010
Gambar 10. Histogram Kadar Rata-rata Logam Berat Kadmium (Cd) pada Kepala Udang Windu Berdasarkan Lokasi Pengambilan Sampel
Tabel 10. Kadar Rata-rata Logam Berat Kadmium (Cd) pada Kedua Lokasi Pengambilan Sampel No. Lokasi Kadar Cd (ppm)
1.
2.
Kelurahan I
Kelurahan II
0.028
0.024 Sumber : Hasil Analisa Instalasi Kimia Kesehatan Laboratorium kesehatan Makassar, 2010
Gambar 11. Histogram Kadar Rata-rata Logam Berat Kadmium (Cd) pada Kedua Lokasi Pengambilan Sampel
B. Pembahasan
Berdasarkan data hasil pengamatan tabel 1 pada uji pendahuluan terlihat bahwa hasil analisis pada sampel sedimen laut dan sungai mengandung logam berat kadmium (Cd). Sampel sedimen laut mempunyai kadar Cd lebih tinggi yakni 0.2015 ppm dibanding sedimen sungai dengan kadar Cd 0.0670 ppm. Berdasarkan Reseau National d Observation dan Afrisal (2000) ambang batas sedimen laut dan sungai adalah 0.1 2 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa sedimen air laut melewati ambang batas sedangkan sediman air sungai masih di bawah ambang batas. Dimana kandungan logam dalam sedimen sangat berpengaruh terhadap bioakumulasi logam Cd, karena udang windu ini selalu bergerak di dasar laut. Sedangkan tabel 2 pada sampel air laut dan air sungai mangandung logam berat kadmium (Cd) 0.0015 ppm dan 0.0012 ppm. Dimana pada air laut telah melewati ambang batas yang ditetapkan oleh WHO sebesar 0.11 ppb/0.0001 ppm sedangkan air sungai masih dibawah ambang batas yang ditetapkan Peraturan Pemerintah R.I No. 82 tahun 2001 yakni sebesar 0.1 ppm. Kandungan logam Cd dalam air sangat tergantung pada asal sumber air (air laut dan air sungai). Air sungai di daerah hulu mungkin kandungan logamnya akan berbeda dengan air sungai dekat muara. Hal ini disebabkan dalam perjalanannya air tersebut mengalami beberapa kontaminasi, baik karena erosi maupun pencemaran dari sepanjang tepi sungai. Kandungan air laut juga berbeda-beda, seperti di daerah pantai, daerah dekat muara dan daerah laut lepas. Biasanya, daerah pantai memiliki kandungan logam lebih tinggi daripada daerah laut lepas. Pada air laut di lautan lepas
kontaminasi logam biasanya terjadi secara langsung dari atmosfer atau karena tumpahan minyak dan kapal sedangkan disekitar pantai kontaminasi logam kebanyakan berasal dari mulut sungai yang terkontaminasi oleh limbah buangan industri atau pertambangan. Pada air tawar yang biasanya mengalir ke sungai, logam yang terkandung didalamnya biasanya berasal dari buangan air limbah erosi, dan dari udara secara langsung. Air tawar yang mengalir ke sungai ini biasanya mengandung material anorganik dan organik yang mengambang lebih banyak. Material tersebut mempunyai kemampuan untuk mengabsorbsi logam, sehingga pencemaran logam pada air sungai lebih mudah terjadi. 73 Air laut dan air sungai ini yang dialirkan oleh para petani tambak ke tambak-tambak untuk digunakan sebagai sumber air untuk pembudidayaan udang windu. Nilai rata-rata kadar Cd yang diamati pada udang windu masih dibawah ambang batas yang ditetapkan Dirjen POM No. 03725/B/SK/VI/89 dan WHO yaitu sebesar 0.2 ppm. Seperti tampak pada tabel 3-5, terlihat bahwa semua sampel udang windu yang diperoleh di pertambakan yang berasal dari dua kelurahan yakni kelurahan I dan kelurahan II terdiri dari tiga titik pengambilan sampel yakni pada daerah didekat jalan raya, didekat sungai dan dekat pemukiman mengandung logam berat kadmium (Cd).
73 Darmono, Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup (Jakarta: Universitas Indonesia, 1995). h. 21-22.
Data yang diperoleh pada tabel 3 menunjukkan bahwa pada sampel kulit udang windu pada kelurahan I didekat jalan raya mempunyai kadar Cd paling tinggi dibanding yang lain yakni 0.053 ppm. Sedangkan yang mempunyai kadar Cd terendah yakni pada sampel kulit udang windu pada kelurahan II didekat jalan raya yakni 0.024 ppm. Pada tabel 4 terlihat bahwa otot udang windu yang berasal dari kelurahan I didekat jalan raya memiliki kadar yang paling tinggi mencapai 0.042 ppm dibanding sampel udang windu yang lain. Sedangkan pada tabel 5 terlihat bahwa pada sampel kepala udang windu yang berasal dari kelurahan II didekat pemukiman memiliki kadar yang lebih tinggi mencapai 0.031 ppm bila dibandingkan dengan sampel udang windu dari kelurahan I dekat pemukiman penduduk 0.016 ppm yang memiliki kadar logam kadmium yang terendah. Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 6, maka dapat terlihat bahwa udang windu yang paling banyak menyerap logam berat Cd yaitu pada bagian kulit sebesar 0.053 ppm dan yang paling sedikit menyerap logam berat Cd yaitu pada bagian kepala sebesar 0.031 ppm. Logam masuk ke dalam tubuh crustacea melalui penetrasi membran (membrane phenomenon) untuk golongan klas logam A, dan melalui ikatan dengan protein (ligand binding) untuk logam klas B. Logam klas B biasanya masuk ke dalam tubuh crustacea berturut-turut paling banyak melalui insang, saluran pencernaan, dan
kulit. Karena udang windu ditutupi oleh kutikula yang keras dari bahan kitin, maka penetrasi logam melalui kulit hanya sedikit. Tetapi bila kutikula lama dilepas, maka toksisitas logam menjadi lebih kuat melalui kulit sehingga dapat menimbulkan banyak kematian. 74
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 10, dapat terlihat bahwa rata-rata kadar Cd pada tiap lokasi yakni kelurahan I memiliki kadar Cd lebih tinggi yakni senilai 0.028 ppm dibandingkan dari kelurahan II senilai 0.024 ppm. Hal ini disebabkan karena kelurahan I merupakan kelurahan yang padat penduduknya, dan paling banyak dilalui oleh jalur trasportasi darat seperti motor dan mobil. Berdasarkan teori, diketahui bahwa emisi kendaraan bermotor yang berasal dari penggunaan bahan bakar minyak dan campuran logam lainnya serta pembuangan sampah rumah tangga yang dilakukan oleh penduduk setempat secara individual juga berpotensi meningkatkan kadar kontaminasi logam berat khususnya Kadmium (Cd). 75
Kadar logam kadmium yang diperoleh dari keseluruhan sampel bervariasi. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan asal sumber air, letak lokasi, proses pengolahan dan pembudidayaan udang windu khususnya di pertambakan kecamatan Pangkajene yang dapat mempengaruhi peningkatan dan penurunan kandungan logam kadmium (Cd) dalam tambak. Berdasarkan dengan teori telah diketahui bahwa
74 Darmono, Lingkungan Hidup dan Pencemaran (Jakarta : Universitas Indonesia, 1995). h. 96.
75 Suprihanto Notodarmojo. Pencemaran Tanah dan Air Tanah. (Bandung : Institut Teknologi Bandung, 2005) h. 144.
banyak penelitian mengenai pengaruh logam kadmium terhadap jenis krustasea yang derajat akumulasi logam kadmium ke dalam jaringan krustasea tersebut tergantung pada kondisi air lingkungan sekitarnya, yaitu sifat fisik dan kimia air, misalnya kadar garam, pH, dan temperatur. Akumulasi logam dalam jaringan krustasea juga sangat tergantung pada jenis logam dan spesies hewan. Pada udang Penaeus laju akumulasi Cd dalam otot, kulit, dan hepatopankreas terus naik sesuai dengan kenaikan konsentrasi Cd dalam air. Pada udang tersebut Cd terakumulasi paling besar dalam hepatopankreas, kemudian dalam kulit dan paling kecil dalam otot. Penelitian lain melaporkan juga bahwa 90% dari Cd di absorpsi dan tertimbun dalam hepatopankreas udang kecil Palaemon elegans, sehingga akumulasi dalam jaringan naik dengan nyata sesuai lama waktu ekspose dalam air yang tercemar. 76
Adanya kadar kadmium yang terkandung pada sampel udang windu tersebut meskipun pada kadar yang relatif rendah, selain bersumber dari kandungan alami tanah, diduga juga bersumber dari aktivitas rumah tangga (pemukiman penduduk). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Miller dalam Palar (1994) yang mengungkapkan bahwa presentase kandungan kadmium yang masuk ke teluk New York berasal dari limbah rumah tangga dan limbah cair industri.
76 Darmono, loc cit.
Rendahnya kandungan kadmium pada jaringan sampel udang windu tersebut bukan merupakan indikasi perbaikan kualitas lingkungan tempat dibudidayakannya udang windu tersebut. Walaupun kandungan logam berat kadmium dalam udang windu masih relatif rendah dan masih aman untuk dikonsumsi saat ini, namun perlu diwaspadai untuk di masa-masa mendatang karena logam kadmium akan terakumulasi secara terus-menerus sehingga akan terus meningkat kandungannya dalam jaringan tubuh seiring dengan lama hidup organisme tersebut sehingga kandungannya akan semakin tinggi dan diekskresikan dalam jumlah yang sangat sedikit. 77
Akumulasi tersebut dapat terus berlangsung melalui rantai makanan sehingga manusia sebagai konsumen sangat berpotensi mengakumulasi logam berat yang bersumber dari makanan, maupun dari berbagai aktivitas. Jika kandungan kadmium mencapai konsentrasi yang tinggi pada tubuh manusia akan menyebabkan gangguan kesehatan.
77 Darmono, Logam Dalam Sistem Biologi makhluk Hidup (Jakarta: Universitas Indonesia, 1995).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa udang windu yang diperoleh di pertambakan kecamatan Pangkajene mengandung logam berat kadmium (Cd). Masing-masing pada kulit 0.053 ppm, pada otot 0.042 ppm, dan pada kepala 0.031 ppm.
B. Saran 1. Disarankan kepada para peneliti selanjutnya agar lebih memahami prosedur kerja agar tidak terjadi kesalahan yang dapat membuat hasil pengujian tidak tepat. 2. Disarankan agar masyarakat lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi udang windu (Penaeus monodon) karena konsentrasi kadmium akan bertambah dan terakumulasi dalam tubuh manusia. 3. Untuk mengantisipasi peningkatan pencemaran lingkungan khususnya lingkungan pertambakan, sebaiknya para nelayan lebih memperhatikan cara pengolahan lahan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R. Kimia Lingkungan. Jakarta : Andi Yogyakarta, 2004. Ahsan, M. Analisis Kandungan Kadmium (Cd) Pada Ikan Mujair (Tillopia mossambica) Hasil Tangkapan Dari Muara Sungai Tallo Palopo. Skripsi Sarjana, FMIPA UNM, Makassar, 2001. Amri, K. Budidaya Udang Windu Secara Intensif. Jakarta : Agromedia, 2003. Bahaya Cemaran Logam Berat. http://pikiran rakyat cybermedia (Diakses pada tanggal 17 Oktober 2009). Bahaya Pencemaran Logam Berat Dalam Air. http://adinfobogor.blogspot.com/2008/1/Bahaya-pencemaran-logam-berat- dalam-air_31 html (Diakses pada tanggal 17 Oktober 2009). Brotowidjoyo. Zoologi Umum. Solo : Tiga Serangkai, 1989. Connel, D. W dan G. J. Miller. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemar. Penerjemah Yanti Koestoer dan Sahati. Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1995.
Choirul. Teknologi Tepat Guna Tentang Budidaya Udang Windu. http://choirul/how/ikan/udang windu.html (Diakses pada tanggal 17 Oktober 2009).
Darmono. Logam Dalam Sistem Biologi makhluk Hidup. Jakarta : Universitas Indonesia, 1995.
Darmono. Lingkungan Hidup dan P:encemaran. Jakarta : Universitas Indonesia, 2001.
Departemen Agama R.I., Al-Quran dan Terjemahannya.
Grant, C. A., Bailey, L. D., & Selles. F., Cadmium Accumulation In Crops, Journal Plant Of Science. 78(1), 1998.
Logam Berat. http://id.wikipedia.org/wiki/logam (Diakses pada tanggal 17 Oktober 2009).
Logam Berat. http://dbp.gov.my/Mab.2000/penerbit/Rampak/pdt (Diakses pada tanggal 17 Oktober 2009). Mengenal Kabupaten Pangkep.http://pangkep.blogdrive.com/archive/1.html (Diakses pada tanggal 17 Oktober 2009). Miller dan Conner, Kimia dan Ekotoksikologi Pencemar. Penerjemah Yanti Koestoer dan Sahati. Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1995.
Mursyidin H. Didin. Lingkungan. Banjar Baru : Unlam, 2008.
Notodarmojo, S. Pencemaran Tanah dan Air Tanah. Bandung : ITB, 2005.
Nursanti. Analisis Kandungan Logam Krom (Cr) dan ammonium di Perairan Pantai Losari dan PT. KIMA Palopo. Makassar, Jurusan Kimia Universitas Hasanuddin, 2004.
Palar, H. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Pandia Setiaty, Husin Amir, dan Masyithah Zuhrina. Kimia Lingkungan. Jakarta : Pembinaan dan Pengabdian Masyarakat, 1996.
Pangkajene. http://www.pangkep.go.id (Diakses 07 Oktober 2009).
Pencemaran. http://earth2.eco.tut.ac.jp/pub/member/asep/plo/(Diakses pada tanggal 17 Oktober 2009).
Pomalingo Nelson. Pengetahuan Lingkungan. Konsorsium Perguruan Tinggi Kawasan Timur Indonesia. 2007.
Profil Kabupaten Pangkep http://daerah1.ampl.or.id/index.php?id=53&option=com_content&task=view (Diakses pada tanggal 17 Oktober, 2009).
Suyanto, R. Budidaya Ikan Bandeng. Jakarta : Penebar Swadaya, 1981.
Suyanto, R. Panduan Budidaya Udang Windu. Jakarta : Penebar Swadaya, 2009. Soetomo, M. Teknik Budidaya Ikan Bandeng. Bandung : Sinar Baru Algensindo, 1988.
Widowati, Wahyu, A. Sastiono, dan R. Jusuf R. Efek Toksik Logam. Bandung : Adi Yogyakarta, 2008.
Lampiran 1 Tabel 10. Data Konsentrasi Larutan Standar Action Sample ID Absorban Conc. (ppm) 1 2 3 4 5 6 BLK STD STD STD STD STD
Pembuatan larutan baku induk Cd 50 ppm Larutan standar Cd murni 100 ppm dipipet 5 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml yang berisi aquadest.
Pembuatan deret larutan standar Konsentrasi larutan standar yang digunakan yakni 0.02; 0.04; 0.06; 0.08; dan 0.1 ppm yang diperoleh dari hasil perhitungan sebagai berikut: 2 ppm : 2 x 50 ml = 100 = 1 ml 100 100
4 ppm : 4 x 50 ml = 200 = 2 ml 100 100
6 ppm : 6 x 50 ml = 300 = 3 ml 100 100 8 ppm : 8 x 50 ml = 400 = 4 ml 100 100 10 ppm : 10 x 50 ml = 500 = 5 ml 100 100 Masing-masing dilarutkan ke dalam 50 ml aquadest dan ditambahkan larutan HNO 3
2 %.
Lampiran 2 Perhitungan Kadar Logam Berat Kadmium (Cd) pada Udang Windu Kadar logam berat Kadmium (Cd) pada sampel diperoleh dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut: C = c x V a Keterangan : C : Kadar logam dalam sampel (ppm) atau (g/g) c : Konsentrasi larutan sampel (ppm) atau (g/g) V : Volume penetapan/pengencer (ml) a : Berat sampel basah (g) 1. Uji Pendahuluan a. Air Laut dan Sungai 1). Air Laut Pembacaan I + Pembacaan II = 0.0016 ppm + 0.0015 ppm = 0.0015 ppm 2 2 2). Air Sungai Pembacaan I + Pembacaan II = 0.0012 ppm + 0.0012 ppm = 0.0012 ppm 2 2 b. Sedimen Laut Dan Sungai 1). Sedimen Laut Pembacaan I C = 0.0403 g/ml x 50 ml = 2.015g = 0.2015 g/g 10 g 10 g
Pembacaan II C = 0.0403 g/ml x 50 ml = 2.015g = 0.2015 g/g 10 g 10 g Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah : C = C1 + C2 2 C = 0.2105 g/g + 0.2105 g/g = 0.2105 g/g 2 2). Sedimen Sungai Pembacaan I C = 0.0133 g/ml x 50 ml = 0.665g = 0.0665 g/g 10 g 10 g Pembacaan II C = 0.0135 g/ml x 50 ml = 0.675g = 0.0675 g/g 10 g 10 g Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah : C = C1 + C2 2 C = 0.0665 g/g + 0.0675 g/g = 0.0670 g/g 2
2. Sampel Udang Windu a. Kulit 1). KI Pembacaan I C = 0.0064 g/ml x 50 ml = 0.32 g = 0.059 g/g 5.41g 5.41g Pembacaan II C = 0.0051 g/ml x 50 ml = 0,0825 g = 0.047 g/g 5.41 g 5.41 g Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah : C = C1 + C2 2 C = 0.059 g/g + 0.047 g/g = 0.053 g/g 2 2). K2 Pembacaan I C = 0.0043 g/ml x 50 ml = 0.215 g = 0.029 g/g 7.18 g 7.18 g Pembacaan II C = 0.0034 g/ml x 50 ml = 0.17 g = 0.023 g/g 7.18 g 7.18 g Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah : C = C1 + C2 2
C = 0.029 g/g + 0.023 g/g = 0.026 g/g 2 3). K3 Pembacaan I C = 0.0075 g/ml x 25 ml = 0.186 g = 0.048 g/g 3.93 g 3.93 g Pembacaan II C = 0.0038 g/ml x 25 ml = 0.095 g = 0.024g/g 3.93 g 3.93g Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah : C = C1 + C2 2 C = 0.048 g/g + 0.024 g/g = 0.036 g/g 2 4). K4 Pembacaan I C = 0.0031 g/ml x 25 ml = 0.077 g = 0.021 g/g 3.60 g 3.60 g Pembacaan II C = 0.0039 g/ml x 25 ml = 0.017 g = 0.027 g/g 3.60 g 3.60 g Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah : C = C1 + C2 2
C = 0.021 g/g + 0.027 g/g = 0.024 g/g 2 5). K5 Pembacaan I C = 0.0030 g/ml x 25 ml = 0.075 g = 0.017 g/g 4.41 g 4.41 g Pembacaan II C = 0.0059 g/ml x 25 ml = 0,0475 g = 0.033 g/g 4.41 g 4.41 g Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah : C = C1 + C2 2 C = 0.017 g/g + 0.033 g/g = 0.025 g/g 2 6). K6 Pembacaan I C = 0.0024 g/ml x 50 ml = 0.12 g = 0.017 g/g 7.05 g 7.05 g Pembacaan II C = 0.0055 g/ml x 50 ml = 0.275 g = 0.039 g/g 7.05 g 7.05 g Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah : C = C1 + C2 2
C = 0.017 g/g + 0.039 g/g = 0.028 g/g 2 b. Otot 1). O1 Pembacaan I C = 0.0075 g/ml x 50 ml = 0.375 g = 0.037 g/g 10.07 g 10.07 g Pembacaan II C = 0.0096 g/ml x 50 ml = 0.48 g = 0.047 g/g 10.07 g 10.07 g Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah : C = C1 + C2 2 C = 0.0037 g/g + 0.0047 g/g = 0.042 g/g 2 2). O2 Pembacaan I C = 0.0058 g/ml x 50 ml = 0.29 g = 0.028 g/g 10.03 g 10.03 g Pembacaan II C = 0.0064 g/ml x 50 ml = 0.32 g = 0.031 g/g 10.03 g 10.03 g Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah : C = C1 + C2 2
C = 0.028 g/g + 0.031 g/g = 0.029 g/g 2 3). O3 Pembacaan I C = 0.0043 g/ml x 50 ml = 0.215 g = 0.020 g/g 10.25 g 10.25 g Pembacaan II C = 0.0034 g/ml x 50 ml = 0.17 g = 0.016 g/g 10.25 g 10.25 g Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah : C = C1 + C2 2 C = 0.020 g/g + 0.016 g/g = 0.018 g/g 2 4). O4 Pembacaan I C = 0.0076 g/ml x 50 ml = 0.38 g = 0.037 g/g 10.07 g 10.07 g Pembacaan II C = 0.0065 g/ml x 50 ml = 0.325 g = 0.032 g/g 10.07 g 10.07 g Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah : C = C1 + C2 2
C = 0.037 g/g + 0.032 g/g = 0.034 g/g 2 5). O5 Pembacaan I C = 0.0029 g/ml x 50 ml = 0.145 g = 0.014 g/g 10.26 g 10.26 g Pembacaan II C = 0.0052 g/ml x 50 ml = 0.26 g = 0.025 g/g 10.26 g 10.26 g Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah : C = C1 + C2 2 C = 0.014 g/g + 0.025 g/g = 0.019 g/g 2 6). O6 Pembacaan I C = 0.0062 g/ml x 50 ml = 0.31 g = 0.030 g/g 10.31 g 10.31g Pembacaan II C = 0.038 g/ml x 50 ml = 0.19 g = 0.018 g/g 10.31 g 10.31g Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah : C = C1 + C2 2
C = 0.030 g/g + 0.018 g/g = 0.024 g/g 2 c. Kepala 1). K1 Pembacaan I C = 0.0021 g/ml x 50 ml = 0.105 g = 0.012 g/g 8.17 g 8.17 g Pembacaan II C = 0.0036 g/ml x 50 ml = 0.18 g = 0.022 g/g 8.17 g 8.17 g Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah : C = C1 + C2 2 C = 0.012 g/g + 0.022 g/g = 0.0017 g/g 2 2). K2 Pembacaan I C = 0.0049 g/ml x 50 ml = 0.245 g = 0.025 g/g 9.80 g 9.80 g Pembacaan II C = 0.0039 g/ml x 50 ml = 0.195 g = 0.019 g/g 9.80 g 9.80 g Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah : C = C1 + C2 2
C = 0.025 g/g + 0.019 g/g = 0.022 g/g 2 3). K3 Pembacaan I C = 0.0030 g/ml x 50 ml = 0.15 g = 0.014 g/g 10.30 g 10.30 g Pembacaan II C = 0.0041 g/ml x 50 ml = 0.205 g = 0.019 g/g 10.30 g 10.30 g Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah : C = C1 + C2 2 C = 0.014 g/g + 0.019 g/g = 0.016 g/g 2 4). K4 Pembacaan I C = 0.0030 g/ml x 50 ml = 0.15 g = 0.014 g/g 10.35 g 10.35 g Pembacaan II C = 0.0056 g/ml x 50 ml = 0.28 g = 0.027 g/g 10.35 g 10.35 g Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah : C = C1 + C2 2
C = 0.014 g/g + 0.027 g/g = 0.020 g/g 2 5). K5 Pembacaan I C = 0.0058 g/ml x 50 ml = 0.29 g = 0.028 g/g 10.11g 10.11 g Pembacaan II C = 0.0040 g/ml x 50 ml = 0,605 g = 0.019 g/g 10.11g 10.11 g Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah : C = C1 + C2 2 C = 0.028 g/g + 0.019 g/g = 0.023 g/g 2 6). K6 Pembacaan I C = 0.0048 g/ml x 50 ml = 0.24 g = 0.036 g/g 6.52 g 6.52 g Pembacaan II C = 0.0038 g/ml x 50 ml = 0.17 g = 0.026 g/g 6.52g 6.52 g Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah : C = C1 + C2 2
C = 0.036 g/g + 0.026 g/g = 0.031 g/g 2 Keterangan : K1 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat jalan raya K2 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat sungai
K3 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat pemukiman penduduk
K4 : Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat jalan raya
K5 : Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat sungai
K6
: Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat pemukiman penduduk O1 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat jalan raya O2 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat sungai
O3 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat pemukiman penduduk
O4 : Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat jalan raya
O5 : Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat sungai
O6
: Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat pemukiman penduduk K1 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat jalan raya K2 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat sungai
K3 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat pemukiman penduduk
K4 : Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat jalan raya
K5 : Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat sungai
K6
: Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat pemukiman penduduk
Lampiran 3
12 (a) 12 (b)
12 (c) 12 (d)
12 (e) Gambar 12 (a, b, c, d, e). Proses Pengambilan Sampel Udang Windu
Lampiran 4
13 (a) 13 (b)
13 ( c ) 13 (d) Gambar 13 (a, b, c, d). Pemisahan dan Penghalusan Sampel Udang Windu
Lampiran 5
14 (a) 14 (b)
14 ( c ) 14 (d) Gambar 14 (a, b, c, d). Penimbangan Sampel Udang Windu
Lampiran 6
15 (a) 15 (b)
15 ( c ) 15(d) Gambar 15 (a, b, c, d). Proses Destruksi Sampel Udang Windu
Lampiran 7
16(a)
16 (b) Gambar 16 (a, b). Penyaringan Larutan Sampel
Lampiran 8
17 (a)
17 (b) Gambar 17 (a, b). Analisis Kadar Logam Kadmium (Cd) pada Sampel Udang Windu dengan Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom Tipe AA 6200
RIWAYAT HIDUP
Novlyanti Alja, S.Si, lahir di Desa Tarau Kecamatan Yapen Selatan Kota Serui pada tanggal 07 November 1988, anak pertama dari 4 bersaudara dari pasangan M. Ali Jami, SE dengan Nurhayati. Penulis menempuh Pendidikan Formal pada tahun 1995-2000 di SD Negeri 1 Serui. Pada tahun 2000-2003 penulis menempuh pendidikan di SMP Negeri 2 Serui, kemudian pada tahun 2003-2006 penulis menempuh pendidikan yang lebih tinggi di SMU Negeri 1 Serui. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan Pendidikan di Perguruan tinggi melalui jalur ujian UML di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dan diterima dijurusan Biologi Sains. Selama menjalani kehidupan sebagai mahasiswa, pada tahun 2008 penulis pernah menjabat sebagai Bendahara Umum HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) Biologi. Dan pernah menjabat sebagai asisten Laboratorium Biologi Sains pada beberapa mata kuliah praktikum. Penulis menyelesaikan rangkaian tugas akhir, yaitu mengikuti Kerja Praktek (KP) di BPOM Makassar, dan KKN di Desa Bonto Bahari Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros. Berkat rahmat Allah SWT dan diiringi doa dari kedua orang tua, perjuangan panjang penulis dalam mengikuti pendidikan di perguruan tinggi dapat berhasil dan dalam waktu 4 tahun, penulis memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) dengan predikat Yudisium Cum Laude. Semoga segala ilmu yang telah diperoleh dan dimiliki dapat bermanfaat bagi bangsa dan agama serta dapat dilanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Amin.. Ya Rabbal Alamin.