Anda di halaman 1dari 97

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) PADA UDANG

WINDU (Penaeus monodon) DI PERTAMBAKAN KECAMATAN


PANGKAJENE








SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sains (S.Si)
Jurusan Biologi pada Fakultas Sains dan TeknologiUIN Alauddin Makassar


Oleh :


NOVLYANTI ALJA
NIM : 60300106033



FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR
2010






MOTTO

Pelajarilah ilmu, barangsiapa mempelajarinya karena Allah itu taqwa.
Menuntutnya merupakan ibadah, mengulang-ngulangnya merupakan
tasbih, pembahasannya merupakan jihad, mengajarkan kepada yang
belum mengetahuinya merupakan sodaqoh dan menyerahkannya kepada
ahli merupakan pendekatan diri kepada Allah.
(H.R. Ibn. Abdil - Barr)

Sesungguhnya ilmu itu dipenuhi dengan cara memperdalam dan barang
siapa Allah kehendaki pada dirinya kebaikan, maka dia jadikan orang
paham terhadap Dia.
(H.R. At - Thabarany)

Persembahan
Setetes Peluh & segoresan tinta ini ku persembahkan untuk :

Bapak dan Ibu tercinta terima kasih atas
kasih sayang, keikhlasan limpahan doa dukungan
dan pengorbananya untuk ananda.
Adik-adikku (Ikha, Maya, & Auliya)
yang selalu kusayang.
Kanda Hasrul yang menyemangati dan
selalu menemani perjuanganku.
Thanks for all buat Teman-teman Bio 06





PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, penulis yang bertanda tangan di bawah ini
menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika di
kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, atau dibuat
orang lain, sebagaian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh
karenanya batal demi hukum.



Makassar, Agustus 2010
Penulis



( Novlyanti Alja)
NIM : 60 300 106033








KATA PENGANTAR



Alhamdulillahi Rabbil Alamin, adalah sebuah ucapan yang patut penulis
lafadzkan setelah menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dan puji syukur kehadirat
Allah SWT dengan berkat Rahmat dan hidayah-Nyalah, sehingga penulisan skripsi
ini dapat selesai meskipun dalam bentuk sederhana,. Dan tak lupa kita kirimkan
salawat dan salam atas junjungan Nabiullah Muhammad saw beserta para sahabatnya,
Nabi yang telah membawa Islam sebagai jalan keselamatan bagi umat manusia.
Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan penulis alami, akan
tetapi berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga semuanya dapat
diatasi.
Penulis menyadari adalah diluar kekuatan dan kehendak, jika dalam penulisan
tugas akhir ini masih terdapat kekurangan disebabkan keterbatasan penulis. Olehnya
itu, saran dan kritik akan terasa indah jika diberikan dalam nuansa keindahan pula
sangat penulis harapkan.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya tidak lupa penulis sampaikan
kepada :
1. Ayahanda M. Ali Jami, SE dan Ibunda Nurhayati tercinta yang telah melahirkan,
merawat dan membesarkan penulis dengan penuh pengorbanan mulai dari buaian
hingga saat ini dengan penuh kasih sayang dan kelembutan serta penuh kesabaran
dan berdoa yang tak henti-hentinya demi keberhasilan penulis. Salam hormat dan
maaf bila anada belum mampu memberikan yang terbaik.




2. Prof. Dr. H. Ashar Arsyad, M.A selaku Rektor UIN Alauddin Makassar beserta
para Pembantu Rektor.
3. Prof. Dr. Bahaking Rama, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
4. Fatmawati Nur, S.Si., M.Si. dan Masriany, S.Si., selaku Ketua Jurusan dan
Sekretaris Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Biologi UIN Alauddin Makassar.
5. Muhiddin P, S.Pd., M.Pd dan Fatmawati Nur, S.Si., M.Si selaku pembimbing I
dan pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membantu
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Bapak / Ibu Dosen khususnya Ibu Hafsan S.Si,. M.Pd dan para Staf Fakultas Sain
dan Teknologi yang senantiasa membimbing dan mendidik di Fakultas Sains dan
Teknologi khususnya pada Jurusan Biologi.
7. Kak Ina dan para pegawai di LABKES sebagai asisten Instalasi Kimia yang telah
memberikan fasilitas dan telah meluangkan waktunya dalam membantu
pelaksanaan penelitian.
8. Para Keluarga dan Adik-adik penulis (Ikha, Maya dan Auliya) yang senantiasa
mangiringi langkah penulis dengan doa dan motivasinya.
9. Kanda Hasrul yang selama ini selalu menyemangati dan menemani perjuangan
penulis, thanks for all.
10. Teman-teman yang telah memberikan inspirasi, motivasi, bantuan dan kerjasama
yang baik, khususnya dalam penyusunan tugas akhir ini. Special For The big
family Bio Science 06 : Iznha, Rheea, Fingki, Chykoe Smile, Ekha Jabe, Echy,
Cim2a, Buyung, Eqy, Na3, Melhaa, Doel, Rain Ray, Nai, Nely, Lienha, V3, Ida,
Nida, Inna, Fera, Nondy, Irna, Chedak, Budy, Jihad, Ary, Agil, Anto, dan Arfan.
Thanks atas segala kenangan indah yang kalian berikan selama perkuliahan, serta
senantiasa mengadakan simbiosis mutualisme dalam memberikan dukungan dan
doanya dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.




11. Para teman-teman Pondok 109 serta saudara-saudaraku di lokasi KKN yang
selalu menghibur dan memberi motivasi meskipun sering menjengkelkan.
Terima kasih atas kebersamaannya selama ini.
Kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu, yang
telah membantu dan berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Dengan segala
keterbatasan, penulis hanya bisa berdoa kepada Allah SWT agar rahmat dan
hidayah-Nya senantiasa terlimpah atas mereka.
Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis serahkan segalanya, semoga
segala bantuan yang diberikan kepada penulis baik berupa moril maupun materi
mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amien.

Billahi Taufiq Wal Hidayah
Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

Makassar, Agustus 2010
Penulis


Novlyanti Alja
NIM. 60 300 106033







DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
DAFTAR ISI.... ii
ABSTRAK ... iii
BAB I PENDAHULUAN . 1 - 5
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah .. 5
C. Tujuan Penelitian. 5
D. Manfaat Penelitian.. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 6 - 16
A. Tinjauan Umum Pencemaran Lingkungan . 6
B. Tinjauan Umum Logam Berat. 12
C. Tinjauan Umum Logam Kadmium . 16
D. Tinjauan Umum Udang Windu (Penaeus monodon)..
E. Tinjauan Umum Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 26- 35
A. Jenis Penelitian...................... 25
B. Variabel Penelitian .. 26
C. Definisi Operasional Penelitian................. 26
D. Ruang Lingkup Penelitian..... 26




E. Prosedur Penelitian
a. Alat...
b. Bahan
F. Prosedur Kerja 27
1. Pengambilan Sampel.
2. Persiapan Sampel..
3. Pengukuran Konsentrasi Kadmium
G. Teknik Analisis Data.. 35
DAFTAR PUSTAKA 36 - 37















ABSTRAK

Nama Penyusun : Novlyanti Alja
NIM : 60300106033
Judul Skripsi : Analisis Kandungan Logam Berat Kadmium (Cd) pada
Udang Windu (Penaeus monodon) Di Pertambakan
Kecamatan Pangkajene.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan logam berat kadmium
(Cd) pada udang windu (Penaeus monodon) di pertambakan kecamatan Pangkajene
meliputi 2 lokasi yakni Kelurahan I dan Kelurahan II. Analisis sampel dilakukan
dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) yang dipaparkan dalam
bentuk tabel dan gambar. Hasil penelitian menunjukkan kandungan kadmium (Cd)
pada kulit 0.053 ppm, pada otot 0.042 ppm, dan pada kepala 0.031 ppm. Kandungan
kadmium pada udang windu (Penaeus monodon) yang diperoleh dari pertambakan
kecamatan Pangkajene masih relatif rendah dan masih di bawah ambang batas yang
ditetapkan oleh Dirjen POM No. 03725/B/SK/VI/89 dan WHO yakni 0,2 ppm.




Kata kunci : Kadmium (Cd), udang windu (Penaeus monodon).










ABSTRACT

Compiler Nama : Novlyanti Alja
Nim : 60300106033
Title Skripsi : Analysis of Heavy Cadmium Metal Content to Prawn
Windu (Penaeus monodon) in the Mining Of Pangkajene
Subdistrich.

This research aim to find out the heavy Cadmium Metal to Prawn Windu
(Penaeus monodon) in the Mining Of Pangkajene Subdistrich that two location there
were I chief of village and II chief of village. Analysis of sample to make with used
Atom Absorb Spektrofotometer (SSA) which explained in a picture and table. The
result of this research of content Cadmium Metal (Cd) in skin was 0.053 ppm, in
muscle was 0.042 ppm, and in head was 0.031 ppm. Content of Cadmium Metal (Cd)
at Prawn Windu (Penaeus monodon) which gotten from mining of Pangkajene
subdistrich was still relative low and was still under limited still wich specified by
Dirjen POM No. 03725/B/SK/VI/89 and WHO was 0.2 ppm.


Keyword : Cadmium (Cd), Prawn Windu (Penaeus monodon).







BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pesatnya perkembangan industri dan transportasi di perkotaan memunculkan
berbagai masalah lingkungan. Kecenderungan pencemaran, terutama sejak perang
dunia II mengarah pada pembuangan senyawa-senyawa kimia tertentu yang makin
meningkat akibat kegiatan industri, transportasi dan akibat penggunaan berbagai
produk kimia.
Di Indonesia pencemaran logam berat cenderung meningkat seiring dengan
meningkatnya proses industrialisasi. Pencemaran logam berat dalam lingkungan bisa
menimbulkan bahaya bagi kesehatan, baik pada manusia, hewan, tanaman maupun
lingkungan. Logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan
manusia, tergantung pada bagaimana logam berat tersebut terikat dalam tubuh serta
besarnya dosis paparan. Efek toksik dari logam berat mampu menghalangi kerja
enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi, bersifat
mutagen, teratogen, atau karsinogen bagi manusia maupun hewan.
1




1
Wahyu Widowati, A. Sastiono, dan R. Jusuf R, Efek Toksik Logam (Bandung : Andi
Yogyakarta, 2008), h. 2.





Pencemaran terhadap lingkungan oleh logam berat merupakan suatu proses
yang erat hubungannnya dengan penggunaan logam berat oleh manusia. Tipe logam
penting yang menjadi perhatian bagi setiap lingkungan seperti Cd, Pb, Hg dan
sebagainya, misalkan masuk kedalam sel hewan biasanya selalu proporsional dengan
tingkat konsentrasi logam dalam air sekitarnya. Logam-logam ini dan bentuk
persenyawaannya diperjualbelikan untuk industri, seperti pertambangan batu bara,
pemurnian minyak, pembangkit tenaga listrik dengan energi minyak dan pengecoran
logam sehingga tanda-tanda pencemaran lingkungan mulai bermunculan.
2

Islam mengajarkan agar umat manusia senantiasa menjaga lingkungan dengan
tidak menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat merusak lingkungan.
Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Q.S Ar-Ruum / 30 : 41 yang
berbunyi:
L :!.l _ l `>,l !., ,. _., _!.l 1,.`,l _-, _ l.- l-l `->,
_
Terjemahnya :
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
3




2
Darmono, Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup (Jakarta: Universitas Indonesia,
1995). h. 9.


3
Departemen Agama R.I., Al-Quran dan Terjemahannya. h. 647.




Ayat ini menjelaskan tentang terjadinya kerusakan lingkungan yang
diakibatkan oleh perbuatan manusia. Allah menciptakan alam semesta beserta isinya
untuk kepentingan dan kesejahteraan semua makhluk-Nya, khususnya manusia bukan
untuk dirusak tetapi untuk dimanfaatkan, dikelolah dan dipelihara. Sesungguhnya
kerusakan lingkungan baik didarat maupun dilaut adalah mata rantai dari kerusakan
lingkungan akibat perbuatan manusia. Keserakahan dan perlakuan buruk sebagian
manusia terhadap alam dapat menyengsarakan manusia itu sendiri.
Salah satu logam berat yang dapat menyebabkan pencemaran adalah logam
kadmium. Kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena
elemen ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah. Kadmium berpengaruh terhadap
manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh khususnya
hati dan ginjal. Secara prinsipal pada konsentrasi rendah berefek terhadap gangguan
pada paru-paru, emphysema dan renal turbular disease yang kronis. Logam berat ini
bergabung bersama timbal dan merkuri sebagai the big three heavy metal yang
memiliki tingkat bahaya tertinggi pada kesehatan manusia. Bagi manusia, Cd
sebenarnya merupakan logam asing, tubuh sama sekali tidak memerlukannya dalam
proses metabolisme. Karenanya Cd sangat beracun bagi manusia dan dapat diabsorbsi
tubuh dalam jumlah yang tidak terbatas, karena tidak adanya mekanisme tubuh yang
dapat membatasinya.
4



4
Kadmium. (http ://himdikafkipuntan.blogspot.com (17 Oktober 2009). h. 1.





Hasil penelitian laboratorium pada ayam broiler yang diberi pakan
mengandung Cd dalam dosis tinggi, terlihat adanya hambatan pertumbuhan pada
ayam tersebut. Hal ini disebabkan terjadinya inefisiensi penggunaan unsur nutrisi
dalam pakan karena pengaruh toksisitas Cd. Dari hasil penelitian sebelumnya,
dilaporkan pula bahwa 90 % dari Cd diabsorpsi dan tertimbun dalam hepatopankreas
udang kecil Palaemon elegans, sehingga akumulasi dalam jaringan naik dengan nyata
sesuai lama waktu ekspose dalam air yang tercemar.
5

Logam berat kadmium (Cd) dapat masuk pada perairan (laut, sungai, danau,
pertambakan, dan lain-lain) disebabkan karena adanya aktivitas manusia yang ada
disekitar areal perairan seperti pembuangan limbah industri dan pembuangan cairan
limbah industri rumah tangga, misalnya sampah sampah metabolik.
Selain dari perairan, aktivitas disekitar pertambakan itu sendiri seperti limbah
buangan industri atau pertambangan dan limbah rumah tangga yang berupa bahan
pencemar organik seperti minyak, plastik, dan larutan pembersih dapat merupakan
penyumbang pencemaran yang kemungkinan mengandung unsur logam kadmium
(Cd). Sumber air pada areal pertambakan berasal dari perairan alami (laut dan sungai)
yang kemungkinan telah tercemari logam kadmium (Cd).



5
Darmono, Lingkungan Hidup dan Pencemaran (Jakarta : Universitas Indonesia, 2001). h.
101.





Di kecamatan Pangkajene terdapat banyak areal pertambakan tempat
pembudidayaan udang windu. Udang windu ini merupakan salah satu makanan
favorit masyarakat terutama masyarakat yang berada di kecamatan Pangkajene karena
rasanya yang enak dan gurih, kandungan lemaknya hanya sedikit serta kandungan
gizinya yang sangat tinggi diperkirakan mengandung 90 % protein, sehingga udang
windu ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Dimana Cd mungkin terakumulasi
dalam tubuh udang windu yang dikonsumsi masyarakat.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dilakukan penelitian kandungan
kadmium (Cd) pada udang windu (Penaeus monodon) di pertambakan kecamatan
Pangkajene.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang dikaji pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
Berapa kadar logam berat kadmium (Cd) yang terkandung pada udang windu
(Penaeus monodon) di pertambakan kecamatan Pangkajene.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar logam berat kadmium
(Cd) yang terkandung pada udang windu (Penaeus monodon) di pertambakan
kecamatan Pangkajene.






D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu :
1. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat yang merupakan konsumen udang windu
(Penaeus monodon) tentang ada tidaknya logam berat kadmium yang terkandung
pada udang windu yang berada di pertambakan kecamatan Pangkajene.
2. Sebagai acuan dan bahan pembanding untuk penelitian lain yang relevan.
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Pencemaran Lingkungan
Masalah lingkungan yang dihadapi sekarang pada hakikatnya adalah masalah
ekologi manusia. Masalah itu timbul karena aktivitas manusia yang menyebabkan
lingkungan tidak atau kurang sesuai lagi untuk mendukung kehidupan manusia.
Terutama terjadinya pencemaran oleh limbah industri, pertambangan dan pestisida.
Suatu zat dinamakan sebagai zat pencemar (polutan) apabila kadarnya melebihi kadar
normal. Berada pada tempat yang tidak semestinya dan berada pada waktu yang tidak
tepat.
6

Permasalahan pencemaran lingkungan yang harus segera diatasi bersama
diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran udara dan
sebagainya. Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, tentunya kita
harus mengetahui sumber pencemar, bagaimana proses pencemaran itu terjadi, dan
bagaimana langkah penyelesaian pencemaran lingkungan itu sendiri.
7


Proses pencemaran dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung yaitu bahan pencemar tersebut langsung berdampak meracuni tubuh


6
Nelson Pomalingo, Pengetahuan Lingkungan (Konsorsium Perguruan Tinggi Kawasan
Timur Indonesia, 2007). h. 1.


7
Pencemaran . (http://earth2.eco.tut.ac.jp/pub/member/asep/plo/) (17 Oktober 2009). h. 1.




sehingga mengganggu kesehatan manusia, hewan, tumbuhan atau mengganggu
keseimbangan ekologis baik air, udara maupun tanah. Proses tidak langsung, yaitu
beberapa zat kimia bereaksi di udara, air maupun tanah, sehingga menyebabkan
pencemaran. Pencemaran ada yang langsung terasa dampaknya, misalnya berupa
gangguan kesehatan langsung (penyakit akut), atau akan dirasakan setelah jangka
waktu tertentu (penyakit kronis). Sebenarnya alam memiliki kemampuan sendiri
untuk mengatasi pencemaran, namun alam memiliki keterbatasan. Setelah batas itu
terlampaui, maka pencemar akan berada di alam secara tetap atau terakumulasi dan
kemudian berdampak pada manusia, material, hewan, tumbuhan dan ekosistem.
8

Pencemaran logam berat merupakan permasalahan yang sangat serius untuk
ditangani, karena merugikan lingkungan dan ekosistem secara umum. Sejak kasus
merkuri di Minamata Jepang pada tahun 1953, pencemaran logam berat sering terjadi
dan semakin banyak dilaporkan. Agen Lingkungan Amerika Serikat (EPA)
melaporkan, terdapat 13 elemen logam berat yang diketahui berbahaya bagi
lingkungan. Diantaranya arsenik (As), timbal (Pb), merkuri (Hg), dan kadmium
(Cd).
9

Lingkungan hidup menyediakan berbagai sumber daya alam yang menjadi
daya dukung bagi kehidupan manusia dan komponen lainnya. Kelangsungan hidup
manusia tergantung dari keutuhan lingkungannya, sebaliknya keutuhan lingkungan
tergantung bagaimana kearifan manusia dalam mengelolanya. Masalah lingkungan


8
Ibid.


9
Dindin H. Mursyidin. Lingkungan (Banjar Baru : Unlam, 2008), h.1.




hidup dapat muncul karena adanya pemanfaatan sumber daya alam dan jasa-jasa
lingkungan yang berlebihan sehingga meningkatkan berbagai tekanan terhadap
lingkungan hidup, baik dalam bentuk kelangkaan sumber daya dan pencemaran
maupun kerusakan lingkungan lainnya.
Allah SWT berfirman dalam Q.S Al Araf/7 : 56
... _ .-, !>.l.| :`s: ! > !-.L | .- < ', _.
_,..`>.l __

Terjemahnya :
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima)
dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik.
10


Ayat tersebut menerangkan kepada manusia untuk bersikap ramah terhadap
lingkungan dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi ini. Informasi tersebut
memberikan sinyalamen bahwa manusia harus selalu menjaga dan melestarikan
lingkungan agar tidak menjadi rusak, tercemar bahkan menjadi punah, sebab apa
yang Allah berikan kepada manusia semata-mata merupakan suatu amanah.
B. Tinjauan Umum Logam Berat
Logam berat (heavy metal) adalah logam dengan massa jenis lima atau lebih,
dengan nomor atom 22 sampai dengan 92. Logam berat dianggap berbahaya bagi

10
Departemen Agama R.I., Al-Quran dan Terjemahannya. h. 230.





kesehatan bila terakumulasi secara berlebihan di dalam tubuh. Beberapa diantaranya
bersifat menyebabkan kanker (karsinogen). Demikian pula dengan bahan pangan
dengan kandungan logam berat tinggi dianggap tidak layak konsumsi.
11

Logam berat merupakan komponen alami tanah. Elemen ini tidak dapat
didegradasi maupun dihancurkan. Logam berat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui makanan, air minum atau udara. Logam berat seperti tembaga, selenium, atau
seng dibutuhkan tubuh manusia untuk membantu kinerja metabolisme tubuh. Akan
tetapi, dapat berpotensi menjadi racun jika konsentrasi dalam tubuh berlebih. Logam
berat menjadi berbahaya disebabkan sistem bioakumulasi, yaitu peningkatan
konsentrasi unsur kimia di dalam tubuh makhluk hidup.
12

Logam berat, seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd),
kromium (Cr), seng (Zn), dan nikel (Ni), merupakan salah satu bentuk materi
anorganik yang sering menimbulkan berbagai permasalahan yang cukup serius pada
perairan. Penyebab terjadinya pencemaran logam berat pada perairan biasanya
berasal dari masukan air yang terkontaminasi oleh limbah buangan industri dan
pertambangan. Logam berat memiliki densitas yang lebih dari 5 gram/cm
3
dan logam
berat bersifat tahan urai. Sifat tahan urai inilah yang menyebabkan logam berat
semakin terakumulasi di dalam perairan. Logam berat yang berada di dalam air dapat


11
Logam Berat. (http://id.wikipedia.org/wiki/logam) (17 Oktober 2009). h. 1.


12
Bahaya Pencemaran Logam Berat Dalam Air.
(http://adinfobogor.blogspot.com/2008/01/bahaya-pencemaran-logam-berat-dalam-air_31.html) (17
Oktober 2009). h. 1.





masuk ke dalam tubuh manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Logam
berat di dalam air dapat masuk secara langsung ke dalam tubuh manusia apabila air
yang mengandung logam berat diminum, sedangkan secara tidak langsung apabila
memakan bahan makanan yang berasal dari air tersebut. Di dalam tubuh manusia,
logam berat juga dapat terakumulasi dan menimbulkan berbagai bahaya terhadap
kesehatan.
13

Logam berasal dari kerak bumi yang berupa bahan-bahan murni, organik dan
anorganik. Logam mula-mula diambil dari pertambangan di bawah tanah (kerak
bumi), yang kemudian dicairkan dan dimurnikan dalam pabrik menjadi logam-logam
murni. Dalam proses pemurnian logam tersebut yaitu dari pencairan sampai menjadi
logam, sebagian darinya terbuang ke dalam lingkungan.
14

Logam berat berbahaya karena umumnya memiliki rapat massa tinggi dan
sejumlah konsentrasi kecil dapat bersifat racun dan berbahaya. Logam berat dapat
ditemui pada alat-alat rumah tangga, misalnya; baterai, rokok, alat-alat elektronik,
pipa air, bensin, udara, keramik, serta material lainnya. Konsentrasi logam berat pada
barang tersebut kecil dan tidak berbahaya. Namun menjadi berbahaya bila


13
Ibid.


14
Darmono, Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup (Jakarta : Universitas Indonesia,
1995). h. 1.





terakumulasi dalam tubuh sehingga mengakibatkan keracunan, bahkan lebih fatal
hingga berakibat kematian.
15

Beberapa logam berat yang mempunyai efek toksik terhadap organisme
akuatik seperti Hg, Pb, Cd, As dan Zn, pada dasarnya logam berat berguna tetapi
akan sangat berbahaya apabila berada dalam konsentrasi yang tinggi. Logam-logam
berat tersebut diketahui dapat terakumulasi di dalam tubuh suatu organisme, dan tetap
tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi.
16

Semua logam berat dapat menyebabkan pengaruh negatif terhadap organisme
air pada batas konsentrasi tertentu. Pengaruh tersebut bervariasi menurut jenis
logamnya, spesies hewan, daya permeabilitas organisme dan mekanisme
detoksikasi.
17

Logam berat pada umumnya dibutuhkan oleh organisme air. Logam berat
masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam-
logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini
berikatan dan atau masuk ke dalam tubuh organisme hidup. Misalnya bila unsur
logam Fe masuk ke dalam tubuh organisme air, meski dalam jumlah agak berlebihan
biasanya tidaklah menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap tubuh karena


15
Bahaya Cemaran Logam Berat. (http//pikiran rakyat cyber media) (17 Oktober 2009). h. 1.


16
Miller dan D. W. Conner, Kimia dan Ekotoksikologi Pencemar. Penerjemah Yanti Koestoer
dan Sahati (Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1995). h. 56.


17
Darmono. op cit. h. 2.





dibutuhkan darah untuk mengikat oksigen. Sedangkan unsur logam berat baik itu
logam berat beracun yang dipentingkan seperti tembaga (Cu), bila masuk ke dalam
tubuh dalam jumlah yang berlebihan akan menimbulkan pengaruh-pengaruh buruk
terhadap fungsi fisiologis tubuh.
18

Logam-logam berat yang terlarut dalam badan perairan pada konsentrasi
tertentu dapat berubah fungsi menjadi sumber racun bagi kehidupan perairan.
Meskipun daya racun yang ditimbulkan oleh satu jenis logam berat terhadap semua
biota perairan tidak sama, namun kehancuran dari suatu kelompok dapat menjadikan
terputusnya satu mata rantai kehidupan. Pada tingkat lanjutnya, keadaan tersebut
tentu saja dapat menghancurkan satu tatanan ekosistem perairan.
19

C. Tinjauan Umum Logam Kadmium
a. Uraian Umum Logam Kadmium
Kadmium (Cd) adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak
larut dalam basah, mudah bereaksi, serta menghasilkan kadmium oksida bila
dipanaskan. Cd umumnya terdapat dalam kombinasi dengan klor (Cd klorida) atau
belerang (Cd sulfit). Kadmium bisa membentuk ion Cd
+2
yang bersifat tidak stabil.
Kadmium terletak pada golongan IIB, periode ke 5 dalam sistem periodik, memiliki
nomor atom 40, berat atom 112,4 gr/mol; titik leleh 321
o
C, dan titik didih 767
o
C.


18
Heryando Palar, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat (Cet. 4; Jakarta : Rineka Cipta,
2008), h. 23-24.


19
Ibid., h. 37.





Kadmium bersifat lentur, tahan terhadap tekanan, serta dapat dimanfaatkan sebagai
pencampur logam lain seperti nikel (Ni), emas (Au), kuprum (Cu), dan besi (Fe).
20

Cd terutama terdapat dalam kerak bumi bersama dengan seng (Zn). Terdapat
1 jenis mineral Cd di alam, yaitu green ockite (CdS) yang ditemukan bersama mineral
spalerite (ZnS). Kadmium atau Cd yang terdapat di dalam lingkungan pada kadar
yang rendah berasal dari kegiatan penambangan seng (Zn), timbal (Pb), kobalt (Co)
serta kuprum (Cu). Sementara dalam kadar tinggi kadmium berasal dari emisi
industri, antara lain dari hasil sampingan penambangan, peleburan seng (Zn) dan
timbal (Pb). Cd dari hasil sampingan peleburan bijih Zn rata-rata memiliki kadar Cd
sebesar 0,2 - 0,3%. Sumber lain adalah dari penggunaan sisa lumpur kotor sebagai
pupuk tanaman kemudian terbawa oleh aliran angin dan air.
21

Sumber pencemaran dan paparan Cd berasal dari polusi udara, keramik
berglazur, rokok, air sumur, sumber makanan yang tumbuh di daerah pertanian yang
tercemar Cd, fungisida, pupuk serta cat.
22

Logam kadmium (Cd) merupakan logam berasal dari kerak bumi yang berupa
bahan-bahan murni, organik dan anorganik. Secara sederhana dapat diketahui bahwa
kandungan logam Cd akan dapat dijumpai di daerah-daerah penimbunan sampah dan

20
Wahyu Widowati, A. Sastiono, dan R. Jusuf R, Efek Toksik Logam (Bandung : Andi
Yogyakarta, 2008), h.63.


21
Ibid; h. 63-64.


22
Ibid.





aliran air hujan, selain dalam air buangan. Kadmium berada pada larutan tanah dalam
bentuk ion ataupun dalam senyawa kompleks dengan zat organik. Logam Cd
merupakan salah satu dari logam berat utama yang sangat berbahaya bagi mahluk
hidup selain logam Hg dan Pb.
23

Logam kadmium selalu dikeluarkan dalam suatu proses peleburan dan
pemurnian logam timah, besi, tembaga maupun emas. Suatu pabrik yang
memproduksi logam sulfida selalu menimbulkan pencemaran kadmium di alam
lingkungannya. Daya penguapan kadmium di daerah industri logam dapat menaikkan
pencemaran logam yang bersangkutan, tidak hanya udara bahkan tanah dan
tanamanpun dapat tercemar.
24

Logam kadmium sangat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari
manusia. Prinsip dasar atau prinsip utama dalam penggunaan kadmium adalah
sebagai bahan stabilisasi sebagai bahan pewarna dalam industri plastik dan pada
elektroplating. Namum sebagian dari substansi logam kadmium ini juga digunakan
untuk solder dan alloy-alloynya digunakan pula pada baterai. Umumnya logam
kadmium (Cd) senyawa oksida dari kadmium (CdO), hidrat (CdH
2
), dan Khloridanya
paling banyak digunakan dalam industri elektroplating. Selain itu banyak digunakan
dalam industri-industri ringan, seperti pada proses pengolahan roti, pengolahan ikan,
pengolahan minuman, industri tekstil dan lain-lain, banyak dilibatkan senyawa-

23
Palar, H. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h. 40


24
Darmono, op cit. h. 6.





senyawa yang dibentuk dengan logam Cd, meskipun penggunaannya hanyalah
dengan konsentrasi yang sangat rendah.
25

Perlu dipahami bahwa banyak dari akibat psikologi, kadmium berasal dari
kemiripan sifat kimianya dengan seng. Terutama kadmium dapat menggantikan seng
dalam beberapa enzim kadmium dan seng biasa terdapat dalam bahan pencemar air
dan sedimen di pelabuhan yang dikelilingi instalasi-instalasi industri, konsentrasinya
bisa mencapai 130 ppm.
26

b. Logam Kadmium dalam Lingkungan
Logam berat kadmium dapat ditemukan pada daerah atau lingkungan yang
bermacam-macam dan ini dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu udara, tanah dan air.
1. Logam kadmium di udara
Kadmium dan senyawa oksidanya merupakan bentuk senyawa Cd yang paling
banyak ditemukan di udara. Bentuk senyawa kadmium dan oksidanya tersebut
merupakan senyawa kadmium yang paling toksik, begitu juga bentuk kloridanya
(CdCl
2
) yang biasanya dibebasakan dari pembakaran sampah.
27





25
Heryando Palar, op.cit., h. 117.


26
R. Achmad, Kimia Lingkungan (Jakarta : Andi Yogyakarta, 2004). h. 21.


27
Darmono. op. cit., h. 80.






2. Logam kadmium di tanah/daratan
Pada umumnya kandungan logam berat secara alamiah sangat rendah di
dalam tanah, kecuali tanah tersebut merupakan daerah pertambangan atau tanah
tersebut sudah tercemar.
28

Pada daerah yang tercemar Cd, logam tersebut terserap oleh tanaman dalam
bentuk ion dari dalam tanah melalui akarnya dan didistribusikan dalam bagian
tanaman. Jumlah ion Cd yang diserap oleh tanaman dipengaruhi oleh faktor pH tanah,
kandungan mineral lain, pemupukan. Jika tanaman tersebut dikonsumsi oleh manusia,
maka ion kadmium tersebut akan masuk ke dalam tubuh manusia.
29

3. Logam kadmium di air
Kadmium yang terdapat dalam air kebanyakan juga berbentuk ion. Kadmium
dalam air laut berbentuk senyawa klorida (CdCl
2
), sedangkan dalam air tawar
berbentuk karbonat (CdCO
3
). Pada air payau, yang biasanya terdapat dimuara sungai,
kedua senyawa tersebut jumlahnya berimbang.
Logam kadmium diserap oleh hewan air melalui insang dan saluran
pencernaan. Karena sifatnya yang toksik, logam ini dapat mematikan. Jika hewan air


28
Ibid


29
M. Ahsan. Analisis Kandungan Kadmium (Cd) Pada Ikan Mujair (Tillopia mosambica)
Hasil Tangkapan Dari Muara Sungai Tallo Palopo (Makassar : FMIPA, 2001). h. 7.





tersebut tahan terhadap kandungan logam yang tinggi, maka logam kadmium dapat
tertimbun di dalam jaringannya, terutama hari dan ginjal. Logam kadmium berikatan
dengan protein sehingga disebut metalotionin yang bersifat agak permanen dan
mempunyai waktu paruh cukup lama.
30

Logam berat kadmium melalui persenyawaannya dapat masuk ke lingkungan
perairan karena adanya kegiatan manusia, diantaranya :
1) Kegiatan pertambangan logam
Eksploitasi timbunan bijih membongkar permukaan batuan dan sejumlah
besar sisa-sisa batuan atau tanah untuk mempercepat kondisi pelapukan. Kegiatan
proses pangambilan bijih, peleburan dan penyulingan minyak dapat menyebabkan
hamburan dan penimbunan sejumlah besar logam runutan seperti Cd, Hg, Pb dan As
ke saluran pembuangan disekitarnya atau pengeluaran langsung ke dalam lingkungan
perairan.
2) Limbah rumah tangga yang mengandung persenyawaan kadmium
Jumlah logam berat kadmium yang cukup besar disumbangkan dari cairan
limbah rumah tangga oleh sampah-sampah metabolik, kondisi pipa-pipa air dan
produk-produk konsumen lainnya.


30
Darmono, op cit. h. 78.





Komposisi logam kadmium pada aliran air kota tergantung pada banyak
faktor seperti rencana perkotaan, keadaan lahan-kritis, konstruksi jalan, penggunaan
tanah dan ciri-ciri fisik atau klimatologi batang air.
31

c. Pencemaran dan Akumulasi Kadmium
Zat atau bahan pencemaran (pollution) menurut UU RI No 23 Thn 2009
tentang pengelolaan lingkungan menyatakan bahwa pencemaran adalah masuknya
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan oleh aktivitas manusia yang menyebabkan kualitas lingkungan turun
sampai ketingkat tertentu sehingga tidak dapat berfungsi sesuai peruntukannya.
32

Islam mewajibkan agar manusia menjadi pelaku aktif dalam
mengolah lingkungan serta melestarikannya. Pelestarian alam dan lingkungan hidup
ini tidak terlepas dari peran manusia, sebagai khalifah di muka bumi dan sebagai
wakil Allah dalam memelihara bumi (mengelola lingkungan hidup). Sebagaimana
yang disebut dalam Q.S Al Baqarah 2/30 :
:| _! , >.l.ll _.| _sl> _ _ ,l> l! `_-> !, _. ..`, !, ,`.
,!. _> _,.. ..> '_.1. ,l _! _.| `ls ! . .l-. _


31
Miller dan D. W. Connel, loc.cit.

32
Undang-Undang Lingkungan Hidup dan Amdal, Edisi Revisi (Jakarta : Permata Press,
2009)





Terjemahnya :
Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat :
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka
berkata : Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan
berfirman : Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui..
33


Manusia sebagai khalifah Allah di bumi telah diberikan amanah untuk
mengelola lingkungan hidup dan memanfaatkannya untuk memenuhi berbagai
kebutuhan. Setiap bagian dari alam dan lingkungan yang diciptakan tidak ada yang
percuma. Semuanya telah didesain dan diciptakan lengkap dengan manfaatnya
masing-masing dan menjadi kewajiban manusia untuk mencari rahasia manfaat dan
memanfaatkan tiap ciptaan-Nya. Arti khalifah adalah seseorang yang diberi
kedudukan oleh Allah untuk mengelola suatu wilayah atau lingkungan hidup
disekitarnya.
Logam kadmium akan mengalami proses biotransformasi dan bioakumulasi
dalam organisme hidup (tumbuhan, hewan dan manusia). Logam ini masuk ke dalam
tubuh bersama makanan yang dikonsumsi, tetapi makanan tersebut telah
terkontaminasi oleh logam Cd dan atau persenyawaannya. Dalam tubuh biota
perairan jumlah logam yang terakumulasi akan terus mengalami peningkatan. Di
samping itu, tingkatan biota dalam sistem rantai makanan turut menentukan jumlah


33
Departemen Agama R.I., Al-Quran dan Terjemahannya. h. 6.






Cd yang terakumulasi. Di mana pada biota yang lebih tinggi stratanya akan
ditemukan akumulasi Cd yang lebih banyak, sedangkan pada biota top level
merupakan tempat akumulasi paling besar. Bila jumlah Cd yang masuk tersebut
melebihi ambang maka biota dari suatu level atau strata tersebut akan mengalami
kematian dan bahkan kemusnahan.
34

Jumlah aliran limbah cair yang berasal dari industri sangat bevariasi
tergantung dari jenis dan besar kecilnya industri, pengawasan pada proses industri,
derajat penggunaan air, dan derajat pengolahan limbah cair yang ada.
35

Logam berat kadmium (Cd) melalui pembuangan limbah industri dan limbah
rumah tangga dapat masuk ke dalam laut melalui sungai-sungai dan saluran-saluran
pembuangan. Limbah industri dan limbah rumah tangga pada mulanya akan
diencerkan dan kekuatan pencemarannya secara perlahan-lahan akan diperlemah
sehingga menjadi tidak berbahaya, namun bila buangan tersebut semakin banyak dan
melampaui daya dukung lingkungan, maka bahan buangan tersebut secara perlahan-
lahan akan menumpuk menyebabkan pencemaran yang serius terhadap lingkungan
laut misalnya air laut itu sendiri atau sedimen laut.
36



34
Heryando Palar, op. cit., h. 121-122.


35
Setiaty Pandia, Husin Amir, dan M. Zuhrina, Kimia Lingkungan (Jakarta: Pembinaan dan
Pengabdian Pada Masyarakat, 1996). h. 21.


36
Nursanti, Analisis Kandungan Logam Krom (Cr) dan Amonium di Perairan Pantai losari
dan PT. Kima Palopo (Jurusan Kimia, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2004). h. 1.





Sehubungan dengan beranekaragamnya penggunaan logam Cd, maka
pelepasan Cd dari limbah industri ditambah Cd yang berasal dari alam akan
menimbulkan pencemaran lingkungan yang meluas mengingat Cd merupakan
substansi persisten di dalam lingkungan. Kadmium (Cd) bisa berada di atmosfer,
tanah, dan perairan.
37

Kadmium di atmosfer berasal dari penambangan atau pengolahan bahan
tambang, peleburan, galvanisasi, pabrik pewarna, pabrik baterai, dan electroplating.
Kadmium di tanah berasal dari endapan atmosfer, debu, air limbah tambang, pupuk
limbah lumpur, pupuk fosfat, dan pestisida, sedangkan kadmium di perairan berasal
dari endapan atmosfer, debu, air limbah tambang, air prosesing limbah, dan limbah
cair industri.
38

Kegiatan industri seperti pertambangan batu bara, pemurnian minyak,
pembangkit tenaga listrik dan energi minyak, pengecoran logam, banyak
mengeluarkan limbah pencemaran, terutama pada logam-logam yang relatif mudah
menguap dan larut dalam air, seperti As, Cd, Pb dan Hg. Peristiwa yang menonjol
dan dipublikasikan secara meluas adalah peristiwa pencemaran kadmium (Cd) yang
menyebabkan penyakit serius pada orang di sekitar daerah pencemaran.
39



37
Wahyu Widowati, A. Sastiono, dan R. Jususf R, op. cit., h. 65.


38
Ibid.


39
Ibid.





Kasus-kasus pencemaran lingkungan menyebabkan banyak bahan pangan
yang mengandung logam berat berlebihan. Kasus yang populer adalah sindrom
minamata, sebagai akibat akumulasi raksa (Hg) dalam tubuh ikan konsumsi. Di
Indonesia, pernah dilaporkan bahwa ikan-ikan diteluk Jakarta juga memiliki
kandungan raksa yang tinggi. Udang dari tambak Sidoarjo pernah ditolak importer
dari Jepang karena dinilai memiliki kadmium (Cd) dan timbal (Pb) yang melebihi
ambang batas. Diduga logam-logam ini merupakan dampak buangan limbah industri
disekitarnya
40

d. Toksisitas Logam Kadmium (Cd)
Toksikologi adalah semua substansi yang digunakan, dibuat atau hasil dari
suatu formulasi dan produk sampingan dari industri yang masuk ke lingkungan dan
mempunyai kemampuan untuk menimbulkan pengaruh-pengaruh negatif bagi
manusia.
41

Kadmium merupakan salah satu logam non esensial yang tingkat
ketoksisitasnya sangat tinggi. Logam ini ada dalam tanah secara alami melalui proses
antrapogenik.
42



40
Logam Berat. Loc cit.


41
Heryando Palar, op. cit., h. 4.

42
C. A. Grant, dkk. Cadmium Accumulation In Crops, (Journal Plant Of Science, 1998) h.
78.





Kadmium (Cd) belum diketahui fungsinya secara biologis dan di pandang
sebagai xenobiotik dengan toksisitas yang tinggi dan merupakan unsur lingkungan
yang persisten. Efek toksik Cd akan menunjukkan gejala yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu tingkat dan lamanya paparan, bentuk kimia dari logam berat
Cd, faktor penjamu Cd seperti halnya toksikan lainnya, dan faktor-faktor diet.
43

Kasus toksisitas kadmium dilaporkan tahun 1980-an dan kasus tersebut
semakin meningkat sejalan dengan perkembangan ilmu kimia di akhir abad 20-an.
Sampai sekarang diketahui bahwa Cd merupakan logam berat yang paling banyak
menimbulkan toksisitas pada makhluk hidup.
44

Toksisitas kronis Cd bisa merusak sistem fisiologis tubuh, antara lain sistem
urinaria (ren), sistem respirasi (paru-paru), sistem sirkulasi (darah), dan jantung,
kerusakan sistem reproduksi, sistem saraf, bahkan dapat mengakibatkan kerapuhan
tulang. Toksisitas kronis Cd, baik melalui inhalasi maupun oral, bisa menyebabkan
kerusakan tubulus renalis, kerusakan ginjal yang ditunjukkan oleh ekskresi
berlebihan, protein berat molekul rendah, gagal ginjal, gangguan sistem
kardiovaskuler, gangguan sistem skeletal, menurunkan fungsi pulmo, empisema,
kehilangan mineral tulang yang disebabkan oleh disfungsi nefron ginjal,


43
Wahyu Widowati, A. Sastiono, dan R. Jusuf R, op. cit., h. 71-72.


44
Ibid.





berkurangnya reabsorbsi Ca, dan terjadinya peningkatan ekskresi Ca yang
berpengaruh terhadap tulang.
45

Ion kadmium dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua jalan yaitu
saluran pencernaan dan saluran pernapasan. Namun, absorbsi kadmium melalui
saluran pencernaan biasanya relatif kecil, yaitu sekitar (3-8) % dari total ion
kadmium yang dimakan, dibandingkan dengan absorbsi ion kadmium melalui saluran
pernapasan yang mencapai sekitar (25-50) %.
46

Kadmium dapat menyebabkan pengubahan struktur tulang dan sakit sendi
tulang, penyakit prostate pada lelaki, muntah, kejang otot, kerusakan hati, disfungsi
ginjal dalam bentuk proteinuria dan glikosuria telah didapati di kalangan penduduk
yang berumur 60 tahun ke atas dalam kawasan yang dicemari oleh kadmium.
47

Kasus keracunan akut kadmium kebanyakan dari mengisap debu dan asap
kadmium, terutama kadmium oksida (CdO). Kadmium dapat menyebabkan
nefrotoksisitas (toksik ginjal), gangguan kardiovaskuler dan hipertensi. Keracunan
kronis Cd ini dilaporkan di daerah Toyama, sepanjang sungai Jinzu di Jepang, yang
menyebabkan penyakit itai-itai pada penduduk wanita berumur 40 tahun atau lebih.
48



45
Ibid., h. 73.


46
M. Ahsan, loc. cit.


47
Logam Berat. loc cit.


48
Darmono, Lingkungan Hidup dan Pencemaran (Jakarta : Universitas Indonesia, 2001). h.
76.




Penelitian terkini menyebutkan bahwa logam beracun kadmium dapat dibawa
ke dalam tubuh oleh seng yang terikat dalam protein (dalam hal ini adalah struktur
protein yang mengandung rantai seng). Seng dan kadmium berada dalam satu grup
dalam susunan unsur berkala, mempunyai bilangan oksidasi yang sama (+2), jika
terionisasi akan membentuk partikel ion yang berukuran hampir sama. Dari banyak
kesamaan tersebut, maka kadmium dapat menggantikan rantai seng dalam banyak
sistem biologi (organik). Ikatan kadmium dalam zat organik mempunyai kekuatan 10
kali lebih besar dibandingkan dengan seng jika terikat dalam zat organik. Sebagai
tambahan, kadmium juga dapat menggantikan magnesium dan kalsium dalam
ikatannya dengan struktur zat organik.
D. Tinjauan Umum Udang Windu (Penaeus monodon)
a. Uraian Umum Udang Windu (Penaeus monodon)
Udang yang hidup di pertambakan air payau ada beberapa jenis. Secara alami,
benih udang masuk ke dalam tambak bersama air pasang dari laut sehingga populer
disebut udang laut. Berbagai udang (golongan krustasea) yang datang dari laut
terutama berasal dari keluarga Penaeidae.
49

Udang windu adalah nama populer yang dikenal diseluruh wilayah Indonesia.
Sedangkan nama-nama lokal dari jenis udang ini adalah udang pancet, udang bago,
udang sotong atau lotong, udang baratan, dan udang tepus hanya dikenal di daerah



49
S. Rachmatun Suyanto dan E. P. Takarina, Panduan Budidaya Udang Windu (Cet. 1.,
Jakarta : Penebar Swadaya, 2009), h. 5.





tertentu saja. Sedangkan nama Internasional dan nama dagang udang windu adalah
tiger prawn lantaran berukuran besar dan warna tubuhnya bergaris-garis hitam-putih
melintang seperti harimau. Terkadang ada juga yang menyebutnya jumbo tiger prawn
untuk udang windu Yang umurnya ekstra besar, yakni mencapai 50 gram sampai
lebih dari 100 gram. Bahkan, induk-induk udang windu yang ditangkap di laut dalam
dapat mencapai berat badan 270 300 gr/ekor.
50

Beberapa daerah yang merupakan daerah penyebaran udang windu (P.
monodon), antara lain Sulawesi Selatan, Pantai Utara Jawa Tengah (Lasem sampai
Tuban), Jawa Timur, (Banyuwangi, Situbondo, Tuban dan Madura), DI Aceh, Nusa
Tenggara Barat dan Kalimantan Timur.
51

Habitat udang windu muda adalah wilayah pantai berair payau pada daerah
hutan bakau yang berlumpur dengan campuran pasir subur. Menjelang dewasa, udang
akan berpindah ke arah laut dalam , tempat udang tumbuh dewasa dan melakukan
perkawinan untuk selanjutnya bertelur di kedalaman laut 10 40 meter. Jumlah
telurnya dapat mencapai 500.000 1.000.000 butir, tergantung berat badan sang
induk.
52



50
S. Rachmatun Suyanto dan E. P. Takarina, op. cit., h. 13.


51
Ibid., h. 27.


52
Ibid., h. 14.





Tubuh udang terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang.
Bagian depan disebut bagian kepala, yang sebenarnya terdiri dari bagian kepala dan
dada yang menyatu. Oleh karena itu dinamakan kepala-dada (cephalothorax). Bagian
perut (abdomen) terdapat ekor di bagian belakangnya.
53

Kepala dada tertutup oleh kepala atau cangkang kepala (carapace) yang
berbentuk memanjang ke arah depan dan runcing yang bagian pinggirnya bergigi-gigi
yang disebut rostrum.
54

Seluruh tubuhnya terdiri dari ruas-ruas (segmen) yang terbungkus oleh
kerangka luar (exoskeleton) yang terbuat dari bahan semacam zat tanduk (chitin)
yang diperkeras oleh bahan kapur (kalsium karbonat), kecuali pada bagian
sambungan ruas tubuh yang berdekatan. Dengan demikian udang dapat bergerak
dengan leluasa dan lincah. Kepala dadanya terdiri dari 13 ruas, yaitu kepalanya
sendiri 5 ruas dan dada 8 ruas, sedangkan bagian perut terdiri dari 6 ruas. Tiap ruas
badannya mempunyai sepasang anggota badan beruas-ruas pula.
55

Di bawah cucuk kepalanya terdapat sepasang mata majemuk (mata faset)
yang bertangkai sehingga mata dapat digerak-gerakkan. Udang windu memiliki
sepasang insang terletak di kanan kiri sisi dalam kepala dan memiliki rambut-rambut


53
R. Suyanto, Budidaya Udang (Jakarta : Penebar Swadaya, 1981). h. 30.


54
Ibid


55
M. Soetomo, Teknik Budidaya Udang Windu (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 1988). h.
15.





halus yang terdapat pada ruas pertama kaki jalan yang dapat mengambil oksigen dari
udara bebas dan oksigen larut dari dalam air payau.
56

Udang windu memiliki sifat kanibalisme, yaitu apabila lapar dan makanan di
sekitarnya tidak tersedia ia cenderung memangsa sesama jenisnya, lebih-lebih pada
udang yang sedang ganti kulit. Biasanya udang yang sedang berganti kulit mencari
tempat untuk bersembunyi sehingga tidak diketahui oleh udang yang sedang
kelaparan atau predator. Untuk itu tambak perlu diberi rumpon sebagai pelindung.
57

Dalam keadaan airnya kurang bagus dan kurang makanan, tubuh udang akan
menjadi lunak dan gembos karena itu daging udang hanya berisi air. Demikian pula
gerak-geriknya tidak lagi lincah. Udang windu bersifat nokturnal, aktif mencari
makanan pada malam hari, sedangkan pada siang hari sering hanya menempelkan diri
pada rumpon yang terdapat dalam air tambak atau membenamkan diri di dalam
lumpur. Sebaliknya, bila pada siang hari udang kelihatan gelisah, meloncat-loncat ini
berarti kehidupannya terganggu karena lingkungannya tidak lagi memenuhi
seleranya.
58

Secara alami udang windu menyukai Molusca, kepiting-kepiting kecil, ikan-
ikan kecil sebagai makanannya (omnivora). Udang windu sangat sensitif terhadap


56
Ibid


57
Ibid


58
Ibid





pengaruh kebocoran tanggul. Apabila tanggul yang bocor, mereka berkumpul di situ
yang kemudian hanyut bersama air mengalir. Disamping itu, pada daerah yang bocor,
oksigen terlarut memenuhi kebutuhan hidup udang sehingga sangat disenanginya.
Udang windu bersifat euryhalin, yaitu sangat tahan terhadap perubahan kadar garam.
Udang windu juga bersifat eurythernal, yaitu tahan terhadap perubahan suhu malam
dan siang. Hanya masalahnya, bila suhu terlalu panas, kulit udang menjadi merah dan
tebal sehingga tidak menarik.
59


Gambar 1. Morfologi Udang Windu (Penaeus monodon)
Gambar di atas merupakan salah satu contoh hewan air yang terdapat di bumi
ini, selain itu di bumi ini juga terdapat beratus, beribu bahkan berjuta macam tumbuh-
tumbuhan dan berbagai jenis binatang yang hidup didarat, di laut (air) dan diangkasa


59
M. Soetomo, loc. cit.





yang kesemuanya itu lengkap dengan anggota tubuh yang diperlukan masing-masing
pada proporsi (tempat) hidup dan kehidupannya.
Firman Allah SWT dalam Q.S Al Baqarah / 2 : 164.
| _ _l> ,...l _ .l.> _,l !.l ,ll _.l _> _ `>,l !., _.,
_!.l !. _. < _. ,!..l _. ,!. !,>! , _ .-, !:. , !, _. _ `,:
,`.. _.,l ,!>.l >..l _,, ,!..l _ ., ,1l l1-, __

Terjemahnya :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam
dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia,
dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan
bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan,
dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
60


Allah SWT telah menjadikan (menciptakan) manusia sebagai makhluk yang
paling mulia, sedangkan bumi dan seisinya atau alam sekitar itu diciptakan Tuhan
untuk kepentingan manusia. Karena itu segala apa yang ada didalam bumi ini
hendaklah diolah, diatur (bukan di rusak) dan dipelihara oleh manusia dengan sebaik-
baiknya untuk kesejahteraan dan kebahagiaan hidup manusia. Seperti misalnya apa
yang terpendam dalam bumi maupun yang tumbuh dan berada diatasnya, demikian

60
Departemen Agama R.I., Al-Quran dan Terjemahannya. h. 40.





juga segala apa yang terdapat dalam lautan, baik yang berupa tumbuh-tumbuhan
ataupun binatang, dimanfaatkan untuk kepentingan manusia.
b. Taksonomi Udang Windu (Penaeus monodon)
Udang windu dikenal juga sebagai udang bago, udang lotong, udang pancet,
udang liling, udang baratan, udang tepus, udang palaspas, udang userwedi. Dalam
dunia perdagangan ia menyandang beberapa nama seperti tiger prawn. Istilah tiger ini
munculnya karena corak tubuhnya berupa garis-garis loreng mirip harimau, tetapi
warnanya hijau kebiruan.
61

Kedudukan taksonomi udang windu menurut Brotowidjoyo (1989), adalah
sebagai berikut :
Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili : Penaedae
Genus : Penaeus
Species : Penaeus monodon
62



61
K. Amri, Budidaya Udang Windu Secara Intensif (Jakarta : Agromedia : 2003). h. 35.


62
Brotowidjoyo, Zoologi Umum (Solo : Tiga Serangkai). 1989.




c. Siklus Hidup Udang Windu
Udang windu yang diperoleh di laut, dipelihara menjadi induk pada panti-
panti pembenihan menjelang dewasa udang akan berpindah ke arah laut dalam,
tempat udang tumbuh dewasa dan melakukan perkawinan untuk selanjutnya bertelur
dimana telurnya dapat mencapai 500.000 1.000.000. Selanjutnya telur-telur
tersebut akan mengambang menuju permukaan laut selama proses perkembangan
embrio. Akhirnya, embrio menetas di lingkungan dekat permukaaan laut. Embrio
udang windu yang baru menetas menjadi larva stadia nauplius, kemudian akan
terbawa oleh ombak ke arah pantai sambil bermetamorfosa menjadi stadia zoea, lalu
menjadi mysis yang memerlukan waktu sekitar 10 hari untuk berkembang.
Selanjutnya, mysis berubah menjadi stadia post larva. Post larva (PL) yang berumur
10 12 hari yaitu PL 10 PL 12 dikenal sebagai benur (benih urang atau benih
udang), telah sampai di wilayah hutan bakau atau estuaria yang berair payau.
63

Udang dapat bertelur hampir sepanjang tahun tetapi puncaknya terjadi saat
peralihan musim yaitu antara musim kemarau ke musim hujan dan dari musim hujan
ke musim kemarau. Di wilayah Indonesia Barat, puncak musim benur jatuh pada
bulan November hingga februari dan bulan maret sampe awal juni. Di Indonesia
bagian timur, musim tersebut bergeser satu bulan lebih lambat. Perubahan iklim


63
Rachmatun Suyanto dan E. P. Takarina, op. cit., h. 14.





dengan perbedaan suhu, intensitas sinar matahari, dan kadar garam yang berubah
secara spesifik menjadi perangsang bagi biota unruk berkembang biak di alam.
64

d. Toksisitas Logam pada Crustacea
Jenis crustacea yang hidup di dalam air terdiri atas banyak spesies,
diantaranya yaitu udang, yang biasanya hidup di dasar air. Jenis organisme ini
pergerakannya relatif tidak secepat jenis ikan untuk dapat menghindar dari pengaruh
polusi logam dalam air. Karena diketahui bahwa udang bergerak dan mencari
makanannya di dasar air, sedangkan lokasi ini merupakan tempat endapan dari
berbagai jenis limbah, maka jenis crustacea ini merupakan indikator yang baik untuk
mengetahui terjadinya polusi lingkungan.
65

Logam masuk ke dalam tubuh crustacea melalui penetrasi membran
(membrane phenomenon) untuk golongan klas logam A, dan melalui ikatan dengan
protein (ligand binding) untuk logam klas B. Logam klas B biasanya masuk ke dalam
tubuh crustacea berturut-turut paling banyak melalui insang, saluran pencernaan, dan
kulit, sehingga insang dari jenis binatang beruas ini paling banyak menderita oleh
pengaruh toksisitas logam berat. Karena hewan crustacea ditutupi oleh kutikula yang
keras dari bahan kitin, penetrasi logam berat melalui kulit hanya sedikit sekali. Tetapi
bilamana terjadi periode moulting, kutikula lama dilepas, maka toksisitas logam


64
Ibid


65
Choirul, Teknologi Tepat Guna Tentang Budidaya Udang Windu.
http://choirul/how/ikan/udang windu.HTM) (17 Oktober 2009). h. 1.





menjadi lebih kuat sehingga timbul banyak kematian. Sebelum proses moulting
terjadi, akan terlihat gejala erosi pada kutikula dan alat tambahan, seperti antena dan
antenula, dan menyebabkan nekrosis pada bagian tersebut.
66

Aliran air yang mengandung logam dapat terakumulasi dalam sel insang dan
sebagian masuk ke dalam tubuh jenis crustacea tersebut, dan didistribusikan dalam
jaringan. Masuknya ion logam melalui jaringan insang akan mengakibatkan hewan
air tersebut menjadi stress, sehingga terjadi perubahan konsumsi oksigen pada
jaringan insang.
67

Di antara jenis logam yang diteliti ternyata kadmium merupakan logam yang
penetrasinya dan akumulasinya dalam jaringan tidak terpengaruh terhadap hadirnya
logam lain. Kadmium merupakan logam yang berpotensi tertimbun dalam jaringan
crustacea air selain merkuri.
68

E. Tinjauan Umum Daerah Pertambakan Kecamatan Pangkajene
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan selama ini juga dikenal sebagai
kabupaten pengahasil udang windu yang kesohor hingga ke berbagai daerah di
Sulawesi selatan. Untuk produksi budidaya tambak khusus udang windu mencapai
941 ton, dengan luasan areal tambak mencapai 10.185,30 ha pada tahun 2005.


66
Darmono, op cit. h. 95-96.


67
Ibid


68
Ibid





Kecamatan yang mempunyai areal tambak yang terluas di kecamatan Labakkang
dengan 2.569,63 ha dan Marang 2.457,37 ha serta Bungoro 1.054 ha.
69

Udang windu atau dalam bahasa Makassar disebut doang yang tersebar di
pasar tradisional kota Makassar, berasal dari kabupaten Pangkajene Kepulauan.
Pasalnya, potensi kedua hasil perikanan itu, hanya berkembang di daerah Pangkajene
yang jaraknya 60 Km dari kota Makassar. Dengan potensi itu, berbagai kalangan
menyebutkan bahwa Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan termasuk daerah
penghasil udang windu di Sulawesi Selatan. Sektor perikanan termasuk sektor yang
cukup memberikan konstribusi besar terhadap kegiatan pembangunan Kabupaten
Pangkajene. Sektor itu makin dipacu menjadi sektor andalan, mengingat Kabupaten
Pangkajene memiliki perikanan darat yang cukup luas yakni tambak.
70

Pangkajene adalah nama bagi kecamatan yang menjadi pusat pemerintahan
Kabupaten Pangkep (ibukota kabupaten). Kecamatan ini sebelah selatanya berbatasan
dengan Kecamatan Balocci dan Minasatene, sebelah utaranya berbatasan dengan
Kecamatan Bungoro, dan sebelah baratnya berbatasan dengan Kecamatan Liukang
Tupabiring. Luas wilayah kecamatan ini adalah 45,339 km
2
, terdiri atas bentangan


69
Mengenal Kabupaten Pangkep. (http://pangkep.blogdrive.com/archive/1.html) (17 Oktober
2009). h. 1.




70
Ibid




kawasan pertanian, pertambakan dan wilayah pesisir yang menjadi mata pencaharian
utama masyarakatnya sebagai petani, penambak, dan nelayan.
71

Kecamatan Pangkajene terbagi atas 7 kelurahan yaitu kelurahan Anrong
Appaka, Bonto Perak, Tumampua, Mappasaile, Sibatua, jagong dan Tekolabbua.
Udang windu adalah udang yang menjadi ciri khas daerah ini yang banyak digemari
bukan hanya masyarakat setempat tetapi juga masyarakat yang berada di luar
Sulawesi Selatan. Hal ini dsebabkan karena rasanya yang enak dan gurih, kandungan
lemaknya hanya sedikit serta kandungan gizinya yang sangat tinggi diperkirakan.
72
.










71
Pangkajene. http://www.pangkep.go.id (Diakses 07 Oktober 2009). h. 1.

72
Ibid




BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggambarkan
kandungan logam berat kadmium (Cd) pada udang windu (Penaeus monodon) di
pertambakan kecamatan Pangkajene.
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel tunggal yaitu kandungan
logam berat kadmium (Cd) pada udang windu (Penaeus monodon) yang dinyatakan
dalam satuan part permillion (ppm).
C. Defenisi Operasional Variabel
Kandungan logam berat kadmium pada udang windu (Penaeus monodon)
adalah ukuran kuantitas kadar kadmium (Cd) dalam satuan ppm yang terkandung
dalam udang windu (Paneous monodon) yang diperoleh di pertambakan kecamatan
Pangkajene. Kadar konsentrasi cemaran logam berat kadmium (Cd) pada udang
windu (Paneous monodon) di pertambakan menurut Dirjen POM No.
03725/B/SK/VI/89 dan WHO ambang batasnya adalah 0,2 ppm. Diatas 0,2 ppm
sudah bersifat toksik jika dikonsumsi oleh masyarakat





D. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
1. Logam berat kadmium (Cd) adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap,
tidak larut dalam basah, mudah bereaksi, serta menghasilkan kadmium oksida bila
dipanaskan. Logam berat kadmium (Cd) merupakan salah satu logam non esensial
yang dapat menyebabkan keracunan akut dan kronis karena sifat dari logam berat
yang dapat terakumulasi dalam tubuh.
2. Udang windu (Penaeus monodon) atau biasa juga disebut tiger brawn adalah
hewan air yang termasuk dalam kelas Crustaceae yang dibudidayakan di
pertambakan kecamatan Pangkajene. Bagian-bagian tubuh dari udang windu
(Penaeus monodon) yang diperiksa adalah bagian kulit, otot dan kepala. Dengan
beratnya udang windu yakni 90 gram dan panjang 22,5 cm
3. Sampel udang windu (Penaeus monodon) diambil dari daerah pertambakan
kecamatan Pangkajene yang terdiri dari dua kelurahan yaitu kelurahan I dan
kelurahan II yang meliputi tiga titik pengambilan sampel yaitu pada tambak
dengan lokasi dekat jalan raya, dekat sungai, dan dekat pemukiman penduduk
yang dilaksanakan pada tanggal 06 Juni 2010.
4. Analisis kandungan kadmium (Cd) pada sampel udang windu (Penaeus monodon)
dilakukan di Instalasi Kimia Kesehatan Balai Besar Laboratorium Kesehatan
Makassar pada tanggal 07 30 Juni 2010.




E. Prosedur Penelitian
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu, kompor listrik, cawan
porselin, cawan Petri, Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) tipe AA 6200, neraca
analitik, botol, spoit, labu ukur, oven, furnance 1400, dan corong.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu, sampel udang windu
(Penaeus monodon), larutan HNO
3
pekat, kertas Whatman 42, aquadest, dan
aluminium foil.
3. Prosedur Kerja
a. Uji Pendahuluan
1. Uji Sampel Sedimen Laut dan Sungai
Sampel sedimen laut dan sedimen sungai diambil sebanyak 10 mg, kemudian
di masukkan kedalam gelas kimia. Setelah itu, di tambahkan HNO
3
pekat sebanyak
10 ml kemudian di dekstruksi di atas hot plate. Setelah sampel dingin kemudian di
tambahkan aquadest sebanyak 50 ml lalu di saring menggunakan kertas whatman -42.
Hasil filtrat kemudian di masukkan kedalam botol lalu dianalisis menggunakan
Spektrofotemer Serapan Atom (SSA) Tipe AA 6200.






2. Uji Sampel Air Laut dan Sungai
Sampel air laut dan air sungai diambil sebanyak 50 ml, kemudian dimasukkan
kedalam gelas ukur. Setelah itu di tambahkan HNO
3
pekat sebanyak 5 ml dan H
2
SO
4
pekat sebanyak 2,5 ml, lalu di dekstruksi di ruang asam hingga volume sampel
menjadi 15 ml. Sampel kemudian di dinginkan kemudian di tambahkan aquadest
sebanyak 50 ml. Sampel disaring menggunakan kertas whatman -42, hasil filtrat di
masukkan kedalam botol kaca lalu dianalisis menggunakan Spektrofotemer Serapan
Atom (SSA) Tipe AA 6200.
b. Uji Kadar Kadmium (Cd) pada Udang windu
1. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel udang windu (Penaeus monodon) dilakukan secara
purpose random sampling yang meliputi 2 kelurahan yaitu Kelurahan I dan Kelurahan
II, dimana setiap kelurahan terdiri atas 3 titik pengambilan sampel yaitu daerah dekat
jalan raya, dekat sungai dan daerah dekat pemukiman penduduk pada masing-masing
lokasi penelitian dengan cara mengambil langsung di lokasi pertambakan. Setiap
lokasi diambil sebanyak 5 ekor udang windu yang homogen menurut beratnya udang
windu yakni 90 gram dengan panjang 22,5 cm dan dianggap satu sampel
(dikompositkan).






2. Persiapan Analisis Kandungan Logam Kadmium
Sampel yang di ambil terlebih dahulu di bersihkan dari kotoran yang melekat,
lalu di bilas dengan aquadest. Setelah bersih, sampel tersebut di potong untuk
memisahkan organ kulit, otot, dan kepala. Selanjutnya, masing masing organ
sampel di masukkan kedalam cawan petri yang telah di beri label. Sampel kemudian
di timbang menggunakan neraca analitik sebanyak 10 gr lalu di masukkan ke dalam
cawan porselin. Sampel yang ada di dalam cawan porselin kemudian di masukkan ke
dalam furnance tipe 1400 dan tipe 48000 untuk di abukan selama 2 jam. Setelah itu,
sampel di dinginkan lalu di tambahkan HNO
3
pekat kemudian di dekstruksi di atas
hot plate selama 1 jam. Sampel yang telah di dekstruksi kemudian di dinginkan, lalu
di tambahkan 50 ml aquedest. Sampel di saring menggunakan kertas Whatman -42
dan hasil filtrat di tampung dalam botol kaca,
3. Pengukuran Konsentrasi Kadmium
Pengukuran konsentrasi kadmium dengan menggunakan metode SSA
(Spectofotometri Serapan Atom) dilakukan di Laboratorium pada Balai Besar
Laboratorium Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan di Makassar.
4. Perhitungan Kadar Logam Kadmium (Cd) Tiap Sampel
Kadar logam kadmium (Cd) pada sampel yang tertera pada tabel diperoleh
dari perhitungan yang terdapat pada lampiran 2 dengan menggunakan rumus
perhitungan sebagai berikut :







Keterangan :

C : Kandungan logam dalam sampel (g/gr atau ppm)
c : Konsentrasi larutan sampel (ppm)
V : Volume penetapan/ pangencer (ml)
a : Berat sampel basah (gram)
Sumber : Pedoman perhitungan kadar logam berat sampel, Instalasi Kimia
Kesehataan Laboratorium kesehatan Makassar.2010

F. Analisis Data
Data yang diperoleh diolah secara deskriptif dalam bentuk tabel dan gambar
dengan parameter yaitu kadar kadmium (Cd) pada bagian kulit, otot, dan kepala
udang windu (Penaeus monodon).




c x V
C =
a






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini diawali dengan uji pendahuluan dengan menganalisa kadar
kadmium pada sedimen laut dan sungai serta kadar kadmium pada air laut dan air
sungai yang disajikan pada tabel 1 dan gambar 2 serta tabel 2 dan gambar 3.
1. Sampel Sedimen Laut dan Sungai
Tabel 1. Kadar Logam Berat Kadmium (Cd) pada Sedimen Laut dan Sungai

No. Nama Sampel Kadar Cd (ppm)

1

2..

.

Sedimen Laut (SL)

Sedimen Sungai (SS)



0.2015

0.0670
Sumber : Hasil Analisa Instalasi Kimia Kesehatan Laboratorium kesehatan
Makassar, 2010






Gambar 2. Histogram Kadar Logam Berat Kadmium (Cd) pada Sedimen Laut dan
Sungai

2. Sampel Air Laut dan Air sungai
Tabel 2. Kadar Logam Berat Kadmium (Cd) pada Air Laut dan Sungai
No. Nama Sampel Kadar Cd (ppm)

1.

2.

Air Laut (AL)

Air Sungai (AS)


0.0015

0.0012
Sumber : Hasil Analisa Instalasi Kimia Kesehatan Laboratorium kesehatan
Makassar, 2010






Gambar 3. Histogram Kadar Logam Berat Kadmium (Cd) pada Air Laut dan Sungai

Analisis kadar logam kadmium (Cd) yang dilakukan pada udang windu yang
diperoleh dari daerah pertambakan di dua kelurahan yakni Kelurahan I dan Kelurahan
II disajikan pada tabel 3 dan gambar 4 (sampel kulit), tabel 4 dan gambar 5 (sampel
otot), tabel 5 dan gambar 6 (sampel kepala) seperti tampak berikut ini:









3. Sampel Kulit
Tabel 3. Kadar Logam Berat Kadmium (Cd) pada Kulit Udang Windu

No. Kode Sampel

Kadar Cd (ppm)


1.

2.

3.

4.

5.

6.


K1

K2

K3

K4

K5

K6

0.053

0.026

0.036

0.024

0.025

0.028
Sumber : Hasil Analisa Instalasi Kimia Kesehatan Laboratorium kesehatan
Makassar, 2010

Keterangan :

K1 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat jalan raya
K2 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat sungai

K3 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat pemukiman penduduk

K4 : Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat jalan raya

K5 : Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat sungai

K6

: Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat pemukiman penduduk





Gambar 4. Histogram Kadar Logam Berat Kadmium (Cd) pada Kulit Udang Windu
4. Sampel Otot
Tabel 4. Kadar Logam Berat Kadmium (Cd) pada Otot Udang Windu
No. Kode Sampel

Kadar Cd (ppm)


1.

2.

3.

4.

5.

6.


O1

O2

O3

O4

O5

O6

0.042

0.029

0.018

0.034

0.019

0.024
Sumber : Hasil Analisa Instalasi Kimia Kesehatan Laboratorium kesehatan
Makassar, 2010




Keterangan :

O1 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat jalan raya
O2 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat sungai

O3 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat pemukiman penduduk

O4 : Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat jalan raya

O5 : Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat sungai

O6

: Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat pemukiman penduduk


Gambar 5. Histogram Kadar Logam Berat Kadmium (Cd) pada Otot Udang Windu






5. Sampel Kepala

Tabel 5. Kadar Logam Berat Kadmium (Cd) pada Kepala Udang Windu

No. Kode Sampel Kadar Cd (ppm)


1.

2.

3.

4.

5.

6.

K1

K2

K3

K4

K5

K6

0.017

0.022

0.016

0.020

0.023

0.031

Sumber : Hasil Analisa Instalasi Kimia Kesehatan Laboratorium kesehatan
Makassar, 2010
Keterangan :

K1 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat jalan raya
K2 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat sungai

K3 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat pemukiman penduduk

K4 : Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat jalan raya

K5 : Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat sungai

K6

: Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat pemukiman penduduk





Gambar 6. Histogram Kadar Logam Berat Kadmium (Cd) pada Kepala Udang Windu

Rata-rata kadar logam berat kadmium (Cd) tiap organ (kulit, otot, dan kepala)
ditampilkan pada tabel 6 dan gambar7 berikut :
Tabel 6. Kadar Rata-rata Logam Berat Kadmium (Cd) pada Masing-masing Organ
Udang Windu
No.

Organ Kadar Rata-rata Cd (ppm)

1.

2.

3.

Kulit

Otot

Kepala

0.053

0.042

0.031

Sumber : Hasil Analisa Instalasi Kimia Kesehatan Laboratorium kesehatan
Makassar, 2010






Gambar 7. Histogram Kadar Rata-rata Logam Berat Kadmium (Cd) pada Masing-
masing Organ Udang Windu

Rata-rata kadar Cd pada kulit, otot, dan kepala berdasarkan lokasi
pengambilan sampel ditampilkan pada tabel 7, 8, 9 dan gambar 8, 9, 10, sedangkan
rata-rata kadar Cd pada lokasi pengambilan sampel ditampilkan pada tabel 10 dan
gambar 11 berikut :








1. Kulit Udang Windu
Tabel 7. Kadar Rata-rata Logam Berat Kadmium (Cd) pada Kulit Udang Windu
Berdasarkan Lokasi Pengambilan Sampel

No. Lokasi Kadar Cd (ppm)

1.

2.


Kelurahan I

Kelurahan II

0.038

0.025
Sumber : Hasil Analisa Instalasi Kimia Kesehatan Laboratorium kesehatan
Makassar, 2010

Gambar 8. Histogram Kadar Rata-rata Logam Berat Kadmium (Cd) pada Kulit
Udang Windu Berdasarkan Lokasi Pengambilan Sampel






2. Otot Udang Windu

Tabel 8. Kadar Rata-rata Logam Berat Kadmium (Cd) pada Otot Udang Windu
Berdasarkan Lokasi Pengambilan sampel

No. Lokasi Kadar Cd (ppm)

1.

2.


Kelurahan I

Kelurahan II

0.018

0.024
Sumber : Hasil Analisa Instalasi Kimia Kesehatan Laboratorium kesehatan
Makassar, 2010


Gambar 9. Histogram Kadar Rata-rata Logam Berat Kadmium (Cd) pada Otot
Udang Windu Berdasarkan Lokasi Pengambilan Sampel





3. Kepala Udang Windu

Tabel 9. Kadar Rata-rata Logam Berat Kadmium (Cd) pada Kepala Udang Windu
Berdasarkan Lokasi Pengambilan Sampel

No. Lokasi Kadar Cd (ppm)

1.

2.


Kelurahan I

Kelurahan II

0.029

0.025
Sumber : Hasil Analisa Instalasi Kimia Kesehatan Laboratorium kesehatan
Makassar, 2010

Gambar 10. Histogram Kadar Rata-rata Logam Berat Kadmium (Cd) pada Kepala
Udang Windu Berdasarkan Lokasi Pengambilan Sampel




Tabel 10. Kadar Rata-rata Logam Berat Kadmium (Cd) pada Kedua Lokasi
Pengambilan Sampel
No. Lokasi Kadar Cd (ppm)

1.

2.


Kelurahan I

Kelurahan II

0.028

0.024
Sumber : Hasil Analisa Instalasi Kimia Kesehatan Laboratorium kesehatan
Makassar, 2010


Gambar 11. Histogram Kadar Rata-rata Logam Berat Kadmium (Cd) pada Kedua
Lokasi Pengambilan Sampel

B. Pembahasan





Berdasarkan data hasil pengamatan tabel 1 pada uji pendahuluan terlihat
bahwa hasil analisis pada sampel sedimen laut dan sungai mengandung logam berat
kadmium (Cd). Sampel sedimen laut mempunyai kadar Cd lebih tinggi yakni 0.2015
ppm dibanding sedimen sungai dengan kadar Cd 0.0670 ppm. Berdasarkan Reseau
National d Observation dan Afrisal (2000) ambang batas sedimen laut dan sungai
adalah 0.1 2 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa sedimen air laut melewati ambang
batas sedangkan sediman air sungai masih di bawah ambang batas. Dimana
kandungan logam dalam sedimen sangat berpengaruh terhadap bioakumulasi logam
Cd, karena udang windu ini selalu bergerak di dasar laut.
Sedangkan tabel 2 pada sampel air laut dan air sungai mangandung logam
berat kadmium (Cd) 0.0015 ppm dan 0.0012 ppm. Dimana pada air laut telah
melewati ambang batas yang ditetapkan oleh WHO sebesar 0.11 ppb/0.0001 ppm
sedangkan air sungai masih dibawah ambang batas yang ditetapkan Peraturan
Pemerintah R.I No. 82 tahun 2001 yakni sebesar 0.1 ppm.
Kandungan logam Cd dalam air sangat tergantung pada asal sumber air (air
laut dan air sungai). Air sungai di daerah hulu mungkin kandungan logamnya akan
berbeda dengan air sungai dekat muara. Hal ini disebabkan dalam perjalanannya air
tersebut mengalami beberapa kontaminasi, baik karena erosi maupun pencemaran
dari sepanjang tepi sungai. Kandungan air laut juga berbeda-beda, seperti di daerah
pantai, daerah dekat muara dan daerah laut lepas. Biasanya, daerah pantai memiliki
kandungan logam lebih tinggi daripada daerah laut lepas. Pada air laut di lautan lepas




kontaminasi logam biasanya terjadi secara langsung dari atmosfer atau karena
tumpahan minyak dan kapal sedangkan disekitar pantai kontaminasi logam
kebanyakan berasal dari mulut sungai yang terkontaminasi oleh limbah buangan
industri atau pertambangan. Pada air tawar yang biasanya mengalir ke sungai, logam
yang terkandung didalamnya biasanya berasal dari buangan air limbah erosi, dan dari
udara secara langsung. Air tawar yang mengalir ke sungai ini biasanya mengandung
material anorganik dan organik yang mengambang lebih banyak. Material tersebut
mempunyai kemampuan untuk mengabsorbsi logam, sehingga pencemaran logam
pada air sungai lebih mudah terjadi.
73
Air laut dan air sungai ini yang dialirkan oleh
para petani tambak ke tambak-tambak untuk digunakan sebagai sumber air untuk
pembudidayaan udang windu.
Nilai rata-rata kadar Cd yang diamati pada udang windu masih dibawah
ambang batas yang ditetapkan Dirjen POM No. 03725/B/SK/VI/89 dan WHO yaitu
sebesar 0.2 ppm. Seperti tampak pada tabel 3-5, terlihat bahwa semua sampel udang
windu yang diperoleh di pertambakan yang berasal dari dua kelurahan yakni
kelurahan I dan kelurahan II terdiri dari tiga titik pengambilan sampel yakni pada
daerah didekat jalan raya, didekat sungai dan dekat pemukiman mengandung logam
berat kadmium (Cd).

73
Darmono, Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup (Jakarta: Universitas Indonesia,
1995). h. 21-22.





Data yang diperoleh pada tabel 3 menunjukkan bahwa pada sampel kulit
udang windu pada kelurahan I didekat jalan raya mempunyai kadar Cd paling tinggi
dibanding yang lain yakni 0.053 ppm. Sedangkan yang mempunyai kadar Cd
terendah yakni pada sampel kulit udang windu pada kelurahan II didekat jalan raya
yakni 0.024 ppm.
Pada tabel 4 terlihat bahwa otot udang windu yang berasal dari kelurahan I
didekat jalan raya memiliki kadar yang paling tinggi mencapai 0.042 ppm dibanding
sampel udang windu yang lain. Sedangkan pada tabel 5 terlihat bahwa pada sampel
kepala udang windu yang berasal dari kelurahan II didekat pemukiman memiliki
kadar yang lebih tinggi mencapai 0.031 ppm bila dibandingkan dengan sampel udang
windu dari kelurahan I dekat pemukiman penduduk 0.016 ppm yang memiliki kadar
logam kadmium yang terendah.
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 6, maka dapat terlihat bahwa udang
windu yang paling banyak menyerap logam berat Cd yaitu pada bagian kulit sebesar
0.053 ppm dan yang paling sedikit menyerap logam berat Cd yaitu pada bagian
kepala sebesar 0.031 ppm.
Logam masuk ke dalam tubuh crustacea melalui penetrasi membran
(membrane phenomenon) untuk golongan klas logam A, dan melalui ikatan dengan
protein (ligand binding) untuk logam klas B. Logam klas B biasanya masuk ke dalam
tubuh crustacea berturut-turut paling banyak melalui insang, saluran pencernaan, dan




kulit. Karena udang windu ditutupi oleh kutikula yang keras dari bahan kitin, maka
penetrasi logam melalui kulit hanya sedikit. Tetapi bila kutikula lama dilepas, maka
toksisitas logam menjadi lebih kuat melalui kulit sehingga dapat menimbulkan
banyak kematian.
74

Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 10, dapat terlihat bahwa rata-rata
kadar Cd pada tiap lokasi yakni kelurahan I memiliki kadar Cd lebih tinggi yakni
senilai 0.028 ppm dibandingkan dari kelurahan II senilai 0.024 ppm. Hal ini
disebabkan karena kelurahan I merupakan kelurahan yang padat penduduknya, dan
paling banyak dilalui oleh jalur trasportasi darat seperti motor dan mobil.
Berdasarkan teori, diketahui bahwa emisi kendaraan bermotor yang berasal dari
penggunaan bahan bakar minyak dan campuran logam lainnya serta pembuangan
sampah rumah tangga yang dilakukan oleh penduduk setempat secara individual juga
berpotensi meningkatkan kadar kontaminasi logam berat khususnya Kadmium (Cd).
75

Kadar logam kadmium yang diperoleh dari keseluruhan sampel bervariasi.
Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan asal sumber air, letak lokasi, proses
pengolahan dan pembudidayaan udang windu khususnya di pertambakan kecamatan
Pangkajene yang dapat mempengaruhi peningkatan dan penurunan kandungan logam
kadmium (Cd) dalam tambak. Berdasarkan dengan teori telah diketahui bahwa

74
Darmono, Lingkungan Hidup dan Pencemaran (Jakarta : Universitas Indonesia, 1995). h.
96.

75
Suprihanto Notodarmojo. Pencemaran Tanah dan Air Tanah. (Bandung : Institut Teknologi
Bandung, 2005) h. 144.





banyak penelitian mengenai pengaruh logam kadmium terhadap jenis krustasea yang
derajat akumulasi logam kadmium ke dalam jaringan krustasea tersebut tergantung
pada kondisi air lingkungan sekitarnya, yaitu sifat fisik dan kimia air, misalnya kadar
garam, pH, dan temperatur.
Akumulasi logam dalam jaringan krustasea juga sangat tergantung pada jenis
logam dan spesies hewan. Pada udang Penaeus laju akumulasi Cd dalam otot, kulit,
dan hepatopankreas terus naik sesuai dengan kenaikan konsentrasi Cd dalam air. Pada
udang tersebut Cd terakumulasi paling besar dalam hepatopankreas, kemudian dalam
kulit dan paling kecil dalam otot. Penelitian lain melaporkan juga bahwa 90% dari Cd
di absorpsi dan tertimbun dalam hepatopankreas udang kecil Palaemon elegans,
sehingga akumulasi dalam jaringan naik dengan nyata sesuai lama waktu ekspose
dalam air yang tercemar.
76

Adanya kadar kadmium yang terkandung pada sampel udang windu tersebut
meskipun pada kadar yang relatif rendah, selain bersumber dari kandungan alami
tanah, diduga juga bersumber dari aktivitas rumah tangga (pemukiman penduduk).
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Miller dalam Palar (1994) yang
mengungkapkan bahwa presentase kandungan kadmium yang masuk ke teluk New
York berasal dari limbah rumah tangga dan limbah cair industri.

76
Darmono, loc cit.





Rendahnya kandungan kadmium pada jaringan sampel udang windu tersebut
bukan merupakan indikasi perbaikan kualitas lingkungan tempat dibudidayakannya
udang windu tersebut. Walaupun kandungan logam berat kadmium dalam udang
windu masih relatif rendah dan masih aman untuk dikonsumsi saat ini, namun perlu
diwaspadai untuk di masa-masa mendatang karena logam kadmium akan
terakumulasi secara terus-menerus sehingga akan terus meningkat kandungannya
dalam jaringan tubuh seiring dengan lama hidup organisme tersebut sehingga
kandungannya akan semakin tinggi dan diekskresikan dalam jumlah yang sangat
sedikit.
77

Akumulasi tersebut dapat terus berlangsung melalui rantai makanan sehingga
manusia sebagai konsumen sangat berpotensi mengakumulasi logam berat yang
bersumber dari makanan, maupun dari berbagai aktivitas. Jika kandungan kadmium
mencapai konsentrasi yang tinggi pada tubuh manusia akan menyebabkan gangguan
kesehatan.


77
Darmono, Logam Dalam Sistem Biologi makhluk Hidup (Jakarta: Universitas Indonesia,
1995).






BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan yang telah dikemukakan maka
dapat disimpulkan bahwa udang windu yang diperoleh di pertambakan kecamatan
Pangkajene mengandung logam berat kadmium (Cd). Masing-masing pada kulit
0.053 ppm, pada otot 0.042 ppm, dan pada kepala 0.031 ppm.

B. Saran
1. Disarankan kepada para peneliti selanjutnya agar lebih memahami prosedur kerja
agar tidak terjadi kesalahan yang dapat membuat hasil pengujian tidak tepat.
2. Disarankan agar masyarakat lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi udang windu
(Penaeus monodon) karena konsentrasi kadmium akan bertambah dan
terakumulasi dalam tubuh manusia.
3. Untuk mengantisipasi peningkatan pencemaran lingkungan khususnya lingkungan
pertambakan, sebaiknya para nelayan lebih memperhatikan cara pengolahan lahan
yang baik.







DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. Kimia Lingkungan. Jakarta : Andi Yogyakarta, 2004.
Ahsan, M. Analisis Kandungan Kadmium (Cd) Pada Ikan Mujair (Tillopia
mossambica) Hasil Tangkapan Dari Muara Sungai Tallo Palopo. Skripsi
Sarjana, FMIPA UNM, Makassar, 2001.
Amri, K. Budidaya Udang Windu Secara Intensif. Jakarta : Agromedia, 2003.
Bahaya Cemaran Logam Berat. http://pikiran rakyat cybermedia (Diakses pada
tanggal 17 Oktober 2009).
Bahaya Pencemaran Logam Berat Dalam Air.
http://adinfobogor.blogspot.com/2008/1/Bahaya-pencemaran-logam-berat-
dalam-air_31 html (Diakses pada tanggal 17 Oktober 2009).
Brotowidjoyo. Zoologi Umum. Solo : Tiga Serangkai, 1989.
Connel, D. W dan G. J. Miller. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemar. Penerjemah
Yanti Koestoer dan Sahati. Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1995.

Choirul. Teknologi Tepat Guna Tentang Budidaya Udang Windu.
http://choirul/how/ikan/udang windu.html (Diakses pada tanggal 17 Oktober
2009).

Darmono. Logam Dalam Sistem Biologi makhluk Hidup. Jakarta : Universitas
Indonesia, 1995.

Darmono. Lingkungan Hidup dan P:encemaran. Jakarta : Universitas Indonesia,
2001.

Departemen Agama R.I., Al-Quran dan Terjemahannya.





Grant, C. A., Bailey, L. D., & Selles. F., Cadmium Accumulation In Crops, Journal
Plant Of Science. 78(1), 1998.

Logam Berat. http://id.wikipedia.org/wiki/logam (Diakses pada tanggal 17
Oktober 2009).

Logam Berat. http://dbp.gov.my/Mab.2000/penerbit/Rampak/pdt (Diakses pada
tanggal 17 Oktober 2009).
Mengenal Kabupaten Pangkep.http://pangkep.blogdrive.com/archive/1.html
(Diakses pada tanggal 17 Oktober 2009).
Miller dan Conner, Kimia dan Ekotoksikologi Pencemar. Penerjemah Yanti Koestoer
dan Sahati. Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1995.

Mursyidin H. Didin. Lingkungan. Banjar Baru : Unlam, 2008.

Notodarmojo, S. Pencemaran Tanah dan Air Tanah. Bandung : ITB, 2005.

Nursanti. Analisis Kandungan Logam Krom (Cr) dan ammonium di Perairan Pantai
Losari dan PT. KIMA Palopo. Makassar, Jurusan Kimia Universitas
Hasanuddin, 2004.

Palar, H. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Pandia Setiaty, Husin Amir, dan Masyithah Zuhrina. Kimia Lingkungan. Jakarta :
Pembinaan dan Pengabdian Masyarakat, 1996.

Pangkajene. http://www.pangkep.go.id (Diakses 07 Oktober 2009).

Pencemaran. http://earth2.eco.tut.ac.jp/pub/member/asep/plo/(Diakses pada tanggal
17 Oktober 2009).

Pomalingo Nelson. Pengetahuan Lingkungan. Konsorsium Perguruan Tinggi
Kawasan Timur Indonesia. 2007.

Profil Kabupaten Pangkep
http://daerah1.ampl.or.id/index.php?id=53&option=com_content&task=view
(Diakses pada tanggal 17 Oktober, 2009).

Suyanto, R. Budidaya Ikan Bandeng. Jakarta : Penebar Swadaya, 1981.




Suyanto, R. Panduan Budidaya Udang Windu. Jakarta : Penebar Swadaya, 2009.
Soetomo, M. Teknik Budidaya Ikan Bandeng. Bandung : Sinar Baru Algensindo,
1988.

Widowati, Wahyu, A. Sastiono, dan R. Jusuf R. Efek Toksik Logam. Bandung : Adi
Yogyakarta, 2008.



















Lampiran 1
Tabel 10. Data Konsentrasi Larutan Standar
Action Sample ID Absorban Conc. (ppm)
1
2
3
4
5
6
BLK
STD
STD
STD
STD
STD

2.0000 ppm
4.0000 ppm
6.0000 ppm
8.0000 ppm
10.0000 ppm
0.0024
0.3474
0.6473
0.9542
1.1034
1.6541

2.0000
4.0000
6.0000
8.0000
10.0000

Pembuatan larutan baku induk Cd 50 ppm
Larutan standar Cd murni 100 ppm dipipet 5 ml dan dimasukkan ke dalam
labu ukur 50 ml yang berisi aquadest.

Pembuatan deret larutan standar
Konsentrasi larutan standar yang digunakan yakni 0.02; 0.04; 0.06; 0.08; dan
0.1 ppm yang diperoleh dari hasil perhitungan sebagai berikut:
2 ppm : 2 x 50 ml = 100 = 1 ml
100 100




4 ppm : 4 x 50 ml = 200 = 2 ml
100 100

6 ppm : 6 x 50 ml = 300 = 3 ml
100 100
8 ppm : 8 x 50 ml = 400 = 4 ml
100 100
10 ppm : 10 x 50 ml = 500 = 5 ml
100 100
Masing-masing dilarutkan ke dalam 50 ml aquadest dan ditambahkan larutan HNO
3

2 %.












Lampiran 2
Perhitungan Kadar Logam Berat Kadmium (Cd) pada Udang Windu
Kadar logam berat Kadmium (Cd) pada sampel diperoleh dengan
menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut:
C = c x V
a
Keterangan : C : Kadar logam dalam sampel (ppm) atau (g/g)
c : Konsentrasi larutan sampel (ppm) atau (g/g)
V : Volume penetapan/pengencer (ml)
a : Berat sampel basah (g)
1. Uji Pendahuluan
a. Air Laut dan Sungai
1). Air Laut
Pembacaan I + Pembacaan II = 0.0016 ppm + 0.0015 ppm = 0.0015 ppm
2 2
2). Air Sungai
Pembacaan I + Pembacaan II = 0.0012 ppm + 0.0012 ppm = 0.0012 ppm
2 2
b. Sedimen Laut Dan Sungai
1). Sedimen Laut
Pembacaan I
C = 0.0403 g/ml x 50 ml = 2.015g = 0.2015 g/g
10 g 10 g




Pembacaan II
C = 0.0403 g/ml x 50 ml = 2.015g = 0.2015 g/g
10 g 10 g
Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah :
C = C1 + C2
2
C = 0.2105 g/g + 0.2105 g/g = 0.2105 g/g
2
2). Sedimen Sungai
Pembacaan I
C = 0.0133 g/ml x 50 ml = 0.665g = 0.0665 g/g
10 g 10 g
Pembacaan II
C = 0.0135 g/ml x 50 ml = 0.675g = 0.0675 g/g
10 g 10 g
Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah :
C = C1 + C2
2
C = 0.0665 g/g + 0.0675 g/g = 0.0670 g/g
2









2. Sampel Udang Windu
a. Kulit
1). KI
Pembacaan I
C = 0.0064 g/ml x 50 ml = 0.32 g = 0.059 g/g
5.41g 5.41g
Pembacaan II
C = 0.0051 g/ml x 50 ml = 0,0825 g = 0.047 g/g
5.41 g 5.41 g
Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah :
C = C1 + C2
2
C = 0.059 g/g + 0.047 g/g = 0.053 g/g
2
2). K2
Pembacaan I
C = 0.0043 g/ml x 50 ml = 0.215 g = 0.029 g/g
7.18 g 7.18 g
Pembacaan II
C = 0.0034 g/ml x 50 ml = 0.17 g = 0.023 g/g
7.18 g 7.18 g
Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah :
C = C1 + C2
2





C = 0.029 g/g + 0.023 g/g = 0.026 g/g
2
3). K3
Pembacaan I
C = 0.0075 g/ml x 25 ml = 0.186 g = 0.048 g/g
3.93 g 3.93 g
Pembacaan II
C = 0.0038 g/ml x 25 ml = 0.095 g = 0.024g/g
3.93 g 3.93g
Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah :
C = C1 + C2
2
C = 0.048 g/g + 0.024 g/g = 0.036 g/g
2
4). K4
Pembacaan I
C = 0.0031 g/ml x 25 ml = 0.077 g = 0.021 g/g
3.60 g 3.60 g
Pembacaan II
C = 0.0039 g/ml x 25 ml = 0.017 g = 0.027 g/g
3.60 g 3.60 g
Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah :
C = C1 + C2
2





C = 0.021 g/g + 0.027 g/g = 0.024 g/g
2
5). K5
Pembacaan I
C = 0.0030 g/ml x 25 ml = 0.075 g = 0.017 g/g
4.41 g 4.41 g
Pembacaan II
C = 0.0059 g/ml x 25 ml = 0,0475 g = 0.033 g/g
4.41 g 4.41 g
Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah :
C = C1 + C2
2
C = 0.017 g/g + 0.033 g/g = 0.025 g/g
2
6). K6
Pembacaan I
C = 0.0024 g/ml x 50 ml = 0.12 g = 0.017 g/g
7.05 g 7.05 g
Pembacaan II
C = 0.0055 g/ml x 50 ml = 0.275 g = 0.039 g/g
7.05 g 7.05 g
Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah :
C = C1 + C2
2





C = 0.017 g/g + 0.039 g/g = 0.028 g/g
2
b. Otot
1). O1
Pembacaan I
C = 0.0075 g/ml x 50 ml = 0.375 g = 0.037 g/g
10.07 g 10.07 g
Pembacaan II
C = 0.0096 g/ml x 50 ml = 0.48 g = 0.047 g/g
10.07 g 10.07 g
Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah :
C = C1 + C2
2
C = 0.0037 g/g + 0.0047 g/g = 0.042 g/g
2
2). O2
Pembacaan I
C = 0.0058 g/ml x 50 ml = 0.29 g = 0.028 g/g
10.03 g 10.03 g
Pembacaan II
C = 0.0064 g/ml x 50 ml = 0.32 g = 0.031 g/g
10.03 g 10.03 g
Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah :
C = C1 + C2
2




C = 0.028 g/g + 0.031 g/g = 0.029 g/g
2
3). O3
Pembacaan I
C = 0.0043 g/ml x 50 ml = 0.215 g = 0.020 g/g
10.25 g 10.25 g
Pembacaan II
C = 0.0034 g/ml x 50 ml = 0.17 g = 0.016 g/g
10.25 g 10.25 g
Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah :
C = C1 + C2
2
C = 0.020 g/g + 0.016 g/g = 0.018 g/g
2
4). O4
Pembacaan I
C = 0.0076 g/ml x 50 ml = 0.38 g = 0.037 g/g
10.07 g 10.07 g
Pembacaan II
C = 0.0065 g/ml x 50 ml = 0.325 g = 0.032 g/g
10.07 g 10.07 g
Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah :
C = C1 + C2
2





C = 0.037 g/g + 0.032 g/g = 0.034 g/g
2
5). O5
Pembacaan I
C = 0.0029 g/ml x 50 ml = 0.145 g = 0.014 g/g
10.26 g 10.26 g
Pembacaan II
C = 0.0052 g/ml x 50 ml = 0.26 g = 0.025 g/g
10.26 g 10.26 g
Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah :
C = C1 + C2
2
C = 0.014 g/g + 0.025 g/g = 0.019 g/g
2
6). O6
Pembacaan I
C = 0.0062 g/ml x 50 ml = 0.31 g = 0.030 g/g
10.31 g 10.31g
Pembacaan II
C = 0.038 g/ml x 50 ml = 0.19 g = 0.018 g/g
10.31 g 10.31g
Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah :
C = C1 + C2
2





C = 0.030 g/g + 0.018 g/g = 0.024 g/g
2
c. Kepala
1). K1
Pembacaan I
C = 0.0021 g/ml x 50 ml = 0.105 g = 0.012 g/g
8.17 g 8.17 g
Pembacaan II
C = 0.0036 g/ml x 50 ml = 0.18 g = 0.022 g/g
8.17 g 8.17 g
Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah :
C = C1 + C2
2
C = 0.012 g/g + 0.022 g/g = 0.0017 g/g
2
2). K2
Pembacaan I
C = 0.0049 g/ml x 50 ml = 0.245 g = 0.025 g/g
9.80 g 9.80 g
Pembacaan II
C = 0.0039 g/ml x 50 ml = 0.195 g = 0.019 g/g
9.80 g 9.80 g
Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah :
C = C1 + C2
2




C = 0.025 g/g + 0.019 g/g = 0.022 g/g
2
3). K3
Pembacaan I
C = 0.0030 g/ml x 50 ml = 0.15 g = 0.014 g/g
10.30 g 10.30 g
Pembacaan II
C = 0.0041 g/ml x 50 ml = 0.205 g = 0.019 g/g
10.30 g 10.30 g
Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah :
C = C1 + C2
2
C = 0.014 g/g + 0.019 g/g = 0.016 g/g
2
4). K4
Pembacaan I
C = 0.0030 g/ml x 50 ml = 0.15 g = 0.014 g/g
10.35 g 10.35 g
Pembacaan II
C = 0.0056 g/ml x 50 ml = 0.28 g = 0.027 g/g
10.35 g 10.35 g
Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah :
C = C1 + C2
2





C = 0.014 g/g + 0.027 g/g = 0.020 g/g
2
5). K5
Pembacaan I
C = 0.0058 g/ml x 50 ml = 0.29 g = 0.028 g/g
10.11g 10.11 g
Pembacaan II
C = 0.0040 g/ml x 50 ml = 0,605 g = 0.019 g/g
10.11g 10.11 g
Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah :
C = C1 + C2
2
C = 0.028 g/g + 0.019 g/g = 0.023 g/g
2
6). K6
Pembacaan I
C = 0.0048 g/ml x 50 ml = 0.24 g = 0.036 g/g
6.52 g 6.52 g
Pembacaan II
C = 0.0038 g/ml x 50 ml = 0.17 g = 0.026 g/g
6.52g 6.52 g
Kadar rata-rata kandungan logam kadmium (Cd) adalah :
C = C1 + C2
2





C = 0.036 g/g + 0.026 g/g = 0.031 g/g
2
Keterangan :
K1 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat jalan raya
K2 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat sungai

K3 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat pemukiman penduduk

K4 : Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat jalan raya

K5 : Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat sungai

K6

: Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat pemukiman penduduk
O1 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat jalan raya
O2 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat sungai

O3 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat pemukiman penduduk

O4 : Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat jalan raya

O5 : Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat sungai

O6

: Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat pemukiman penduduk
K1 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat jalan raya
K2 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat sungai

K3 : Udang windu yang diambil dari kelurahan I dekat pemukiman penduduk

K4 : Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat jalan raya

K5 : Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat sungai

K6

: Udang windu yang diambil dari kelurahan II dekat pemukiman penduduk





Lampiran 3

12 (a) 12 (b)

12 (c) 12 (d)

12 (e)
Gambar 12 (a, b, c, d, e). Proses Pengambilan Sampel Udang Windu




Lampiran 4

13 (a) 13 (b)

13 ( c ) 13 (d)
Gambar 13 (a, b, c, d). Pemisahan dan Penghalusan Sampel Udang Windu




Lampiran 5

14 (a) 14 (b)

14 ( c ) 14 (d)
Gambar 14 (a, b, c, d). Penimbangan Sampel Udang Windu





Lampiran 6

15 (a) 15 (b)

15 ( c ) 15(d)
Gambar 15 (a, b, c, d). Proses Destruksi Sampel Udang Windu




Lampiran 7

16(a)

16 (b)
Gambar 16 (a, b). Penyaringan Larutan Sampel





Lampiran 8

17 (a)

17 (b)
Gambar 17 (a, b). Analisis Kadar Logam Kadmium (Cd) pada Sampel Udang Windu
dengan Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom Tipe AA 6200





RIWAYAT HIDUP

Novlyanti Alja, S.Si, lahir di Desa Tarau Kecamatan Yapen
Selatan Kota Serui pada tanggal 07 November 1988, anak
pertama dari 4 bersaudara dari pasangan M. Ali Jami, SE
dengan Nurhayati. Penulis menempuh Pendidikan Formal pada
tahun 1995-2000 di SD Negeri 1 Serui. Pada tahun 2000-2003
penulis menempuh pendidikan di SMP Negeri 2 Serui,
kemudian pada tahun 2003-2006 penulis menempuh
pendidikan yang lebih tinggi di SMU Negeri 1 Serui. Pada tahun 2006 penulis
melanjutkan Pendidikan di Perguruan tinggi melalui jalur ujian UML di Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar dan diterima dijurusan Biologi Sains.
Selama menjalani kehidupan sebagai mahasiswa, pada tahun 2008 penulis
pernah menjabat sebagai Bendahara Umum HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan)
Biologi. Dan pernah menjabat sebagai asisten Laboratorium Biologi Sains pada
beberapa mata kuliah praktikum. Penulis menyelesaikan rangkaian tugas akhir, yaitu
mengikuti Kerja Praktek (KP) di BPOM Makassar, dan KKN di Desa Bonto Bahari
Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros.
Berkat rahmat Allah SWT dan diiringi doa dari kedua orang tua, perjuangan
panjang penulis dalam mengikuti pendidikan di perguruan tinggi dapat berhasil dan
dalam waktu 4 tahun, penulis memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) dengan predikat
Yudisium Cum Laude. Semoga segala ilmu yang telah diperoleh dan dimiliki dapat
bermanfaat bagi bangsa dan agama serta dapat dilanjutkan kejenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Amin.. Ya Rabbal Alamin.

Anda mungkin juga menyukai

  • Sri Aslia Buyung
    Sri Aslia Buyung
    Dokumen79 halaman
    Sri Aslia Buyung
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Zulkarnain
    Zulkarnain
    Dokumen26 halaman
    Zulkarnain
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Rabanai
    Rabanai
    Dokumen110 halaman
    Rabanai
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Sarnidayani
    Sarnidayani
    Dokumen33 halaman
    Sarnidayani
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Ruhmanto
    Ruhmanto
    Dokumen82 halaman
    Ruhmanto
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Nurwahidah
    Nurwahidah
    Dokumen84 halaman
    Nurwahidah
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Nur Mutmainna
    Nur Mutmainna
    Dokumen83 halaman
    Nur Mutmainna
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Muh. Jihad
    Muh. Jihad
    Dokumen96 halaman
    Muh. Jihad
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Karneli
    Karneli
    Dokumen89 halaman
    Karneli
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Lisdawati
    Lisdawati
    Dokumen96 halaman
    Lisdawati
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Fitriani
    Fitriani
    Dokumen84 halaman
    Fitriani
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Nona Syahdan
    Nona Syahdan
    Dokumen89 halaman
    Nona Syahdan
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Ernawati
    Ernawati
    Dokumen97 halaman
    Ernawati
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Fingki Fitriani
    Fingki Fitriani
    Dokumen93 halaman
    Fingki Fitriani
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • A.st - Normalasari Ilyas
    A.st - Normalasari Ilyas
    Dokumen75 halaman
    A.st - Normalasari Ilyas
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Esi BAyu Agriani
    Esi BAyu Agriani
    Dokumen100 halaman
    Esi BAyu Agriani
    cHykoe
    Belum ada peringkat