6.25
28.57
7.69
8.33
13.33
7.00
9.26
4.65
J
u
m
l
a
h
d
a
n
p
e
r
s
e
n
t
a
s
e
T
P
A
y
g
t
e
r
d
a
p
a
t
A
e
.
a
e
g
y
p
t
i
m
e
n
u
r
u
t
k
o
n
d
i
s
i
(
a
d
a
/
t
d
k
a
d
a
p
e
n
u
t
u
p
)
TPA tertutup
TPA terbuka
0
1
2
3
4
5
S
a
m
a
t
a
B
t
.
K
a
l
u
k
u
S
g
.
M
i
n
a
s
a
P
a
n
d
a
n
g
-
p
a
n
d
a
n
g
3.70
4.65
J
u
m
l
a
h
d
a
n
p
e
r
s
e
n
t
a
s
e
T
P
A
y
g
t
e
r
d
a
p
a
t
A
e
.
a
l
b
o
p
i
c
t
u
s
m
e
n
u
r
u
t
k
o
n
d
i
s
i
(
a
d
a
/
t
d
k
a
d
a
p
e
n
u
t
u
p
)
TPA tertutup
TPA Terbuka
6. Tempat Penampungan Air (TPA) yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus dan
Ae. albopictus Skuse menurut pencahayaan.
6.1. Tempat penampungan air (TPA) yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus menurut
pencahayaan disajikan pada histogram 6.1 sebagai berikut:
Histogram 6.1. Jumlah dan persentase TPA yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus
menurut pencahayaan
6.2. Tempat penampungan air (TPA) yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus menurut
pencahayaan disajikan pada histogram 6.2 sebagai berikut:
Histogram 6.2. Jumlah dan persentase TPA yang terdapat Ae. albopictus Skuse
menurut pencahayaan.
0
10
20
30
40
50
S
a
m
a
t
a
B
t
.
K
a
l
u
k
u
S
g
.
M
i
n
a
s
a
P
a
n
d
a
n
g
-
p
a
n
d
a
n
g
2.08
12.21
6.90
7.53
38.71
50.0
9.09
25
30
J
u
m
l
a
h
d
a
n
p
e
r
s
e
n
t
a
s
e
T
P
A
y
g
t
e
r
d
a
p
a
t
A
e
.
a
e
g
y
p
t
i
m
e
n
u
r
u
t
p
e
n
c
a
h
a
y
a
a
n
Terlindung
0
10
20
30
40
50
S
a
m
a
t
a
B
t
.
K
a
l
u
k
u
S
g
.
M
i
n
a
s
a
P
a
n
d
a
n
g
-
p
a
n
d
a
n
g
1.08 3.23
50
9.09
20
30
J
u
m
l
a
h
d
a
n
p
e
r
s
e
n
t
a
s
e
T
P
A
y
g
t
e
r
d
a
p
a
t
A
e
.
a
l
b
o
p
i
c
t
u
s
m
e
n
u
r
u
t
p
e
n
c
a
h
a
y
a
a
n
Terlindung
Tak terlindung
Semi terlindung
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kedua jenis nyamuk Aedes aegypti
Linnaeus dan Aedes albopictus Skuse di kelurahan Samata, Batangkaluku,
Sungguminasa, dan Pandang-pandang masing-masing memiliki perbedaan tempat
perkembangbiakan. Nyamuk Ae. aegypti Linnaeus lebih banyak ditemukan dalam
rumah (histogram 1.1) dibandingkan di luar rumah (histogram 2.1). Sedangkan
nyamuk Ae. albopictus Skuse hanya didapatkan di luar rumah (histogram 2.2).
Ae. aegypti Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse merupakan jenis nyamuk yang suka
mencari makan pada daerah pemukiman (Domestic biting) terutama pada daerah
perkotaan yang padat penduduknya dan dalam lingkungan pemukiman yang baik atau
buruk kondisinya.
66
Ae. aegypti Linnaeus meletakkan telurnya satu persatu di dinding tempat
penampungan air (TPA) 1-2 cm di atas permukaan air. Air di dalam tempat tersebut
adalah air jernih dan terlindung dari cahaya matahari langsung. Tempat air di dalam
rumah lebih disukai daripada luar rumah, tempat yang lebih dekat rumah lebih
disukai daripada yang lebih jauh dari rumah.
67
66
Soedarmo, S. P, Masalah Demam Berdarah Dengue di Indonesia dalam naskah lengkap :
Pelatihan Bagi Pelatih Dokter spesialis Anak dan Dokter spesialis Penyakit Dalam, dalam
Tatalaksana Kasus DBD, Hadinegoro, S. R. H., Satari, H. I,. (Eds.), (Jakarta: Balai Penerbit FKUI,
2004), h. 7.
67
M. Hasyimi, Enny W. Lestari, Supartman S, Kesenangan Bertelur Aedes sp. (Yogyakarta,
dibawakan pada kongres entomologi IV, 28-30 januari, 1992), h. 1.
1. Tempat penampungan air (TPA) dalam rumah yang terdapat Ae. aegypti
Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse
Berdasarkan histogram 1.1 diketahui bahwa lingkungan yang paling banyak
terdapat Ae. aegypti Linnaeus yaitu lingkungan Batangkaluku dengan jenis TPA
adalah tempayan 9 buah ( 52,94%), ember 2 buah (3,23%), dan bak mandi 4 buah
(23,5%). dengan jumlah total TPA sebanyak 15 buah TPA (55,56%). Tempayan
paling banyak ditemukan di lingkungan batangkaluku sebagai tempat
perkembangbiakan Ae. aegypti Linnaeus karena pada umumnya masyarakat masih
banyak yang menggunakan tempayan sebagai tempat penampungan air untuk
kebutuhan sehari-harinya. Lingkungan Batangkaluku yang merupakan lingkungan
banyak ditemukan Ae. aegypti Linnaeus karena dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
yang agak kumuh yaitu tata ruang pembangunan rumah yang tidak teratur,
pembuangan sampah yang tidak terkontrol, kondisi seperti ini memberi peluang bagi
nyamuk untuk berkembangbiak.
Sungguminasa merupakan lingkungan kedua yang paling banyak terdapat
Ae. aegypti Linnaeus dengan jenis TPA yaitu tempayan 3 buah (17,65%), ember 2
buah (4,26%), dan bak mandi 2 buah (16,7%) dengan jumlah total TPA 7 (25,93%).
Banyaknya TPA yang ditemukan dalam rumah di lingkungan Sungguminasa karena
masyarakat dilingkungan tersebut pada umumnya menyimpan TPA dalam rumah, hal
ini disebabkan karena lingkungan Sungguminasa ini merupakan daerah perkotaan
yang padat penduduk, rumah yang berdempetan serta halaman yang sempit.
Pandang-pandang dengan jenis TPA yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus
berupa ember sebanyak 1 buah (2,13%), tempayan 1 buah (33,33%), dan bak mandi 2
(10,5%) dengan jumlah total TPA yang terinfeksi sebanyak 4 buah TPA (14,81%).
Lingkungan Samata dengan jenis TPA yang ditemukan adanya Ae. aegypti
Linnaeus yang letak TPA dalam rumah hanya ember 1 buah (2,13%), dimana
lingkungan Samata ini yang merupakan lingkungan paling sedikit ditemukan adanya
Ae. aegypti Linnaeus. Pada lingkungan Samata tidak ditemukan banyak tempat
penampungan air dalam rumah disebabkan karena masyarakat pada umumnya
menggunakan air langsung dari sumber mata air atau sumur yang letaknya dekat dari
rumah sehingga untuk keperluan sehari-hari masyarakat tidak perlu menampug air
dalam rumah. Sedangkan untuk jenis Ae. albopictus Skuse tidak ditemukan pada TPA
yang terdapat dalam rumah.
Ae. aegypti Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse mempunyai kebiasaan hidup
yang berbeda yaitu Ae. aegypti Linnaeus lebih menyukai tempat di dalam rumah
penduduk sementara Ae. albopictus Skuse lebih menyukai tempat di luar rumah yaitu
hidup di pohon atau kebun kawasan pinggir hutan. Ae. aegypti Linnaeus yang lebih
memilih habitat di dalam rumah sering hinggap pada pakaian yang digantung untuk
beristirahat dan bersembunyi menantikan saat tepat inang datang untuk mengisap
darah.
68
68
Supartha, I. W., Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah Dengue, Aedes
aegypti Linnaeus dan Aedes albopictus Skuse (Diptera: Culicidae), Disampaikan dalam pertemuan
Ilmiah pada Dies Natalis Universitas Udayana ke-45. 3-6 September 2008., h, 5.
2. Tempat Penampungan Air (TPA) luar rumah yang terdapat Ae. aegypti
Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse
Berdasarkan histogram 2.1 diketahui bahwa lingkungan yang paling banyak
terdapat Ae. aegypti Linnaeus dengan letak TPA di luar rumah yaitu lingkungan
Samata dengan jenis TPA yaitu tempayan 7 buah (88%), ember 2 buah (25%), ban
bekas dan drum 1 buah (50% dan 100%) dengan jumlah total 11 TPA (57,38%).
Kebiasaan masyarakat di lingkungan ini menyimpan tempayan di luar rumah dengan
kondisi yang tidak terpantau yang hanya digunakan sebagai penyimpanan air untuk
keperluan mencuci kaki atau untuk menyiram bunga menyebabkan adanya peluang
bagi nyamuk Ae. aegypti Linnaeus untuk meletakkan telurnya dan pada akhirnya
berkembang menjadi nyamuk dewasa.
Lingkungan pandang-pandang TPA yang terdapat jentik yaitu ember 3 (60%),
tempayan 1 buah (50%), dan ban bekas 3 buah (37,5%) dengan jumlah keseluruhan
TPA adalah 7 buah TPA (33,33%). Di lingkungan pandang-pandang ini lebih banyak
ditemukan ban bekas di luar rumah karena pada lingkungan ini terdapat
tempat-tempat penambal ban, dimana ban-ban bekas yang tidak dipergunakan lagi
ditumpuk atau dibiarkan begitu saja sehingga pada saat musim hujan akan terisi air
dan memungkinkan nyamuk-nyamuk dewasa untuk menjadikan ban tersebut sebagai
tempat berkembangbiakannya.
TPA yang ditemukan adanya Ae. aegypti Linnaeus di Batangkaluku yaitu ember
1 buah (16, 7%), dan ban bekas 1 buah (100%) dengan jumlah total TPA yang
terinfeksi 2 buah (9,52%).
Sungguminasa yang merupakan lingkungan paling sedikit ditemukan adanya
Ae. aegypti Linnaeus dengan jenis TPA yang ditemukan yaitu hanya pot bunga 1
buah (100%) dengan jumlah total 1 TPA (4,76%). Meskipun diketahui bahwa
nyamuk Ae. aegypti Linnaeus lebih memilih habitat di dalam rumah namun jenis
nyamuk ini masih ditemukan juga diluar rumah.
Ae. aegypti di India Linnaeus banyak ditemukan ditempat-tempat penampungan
air dalam rumah dan tempat penampungan air yang terbuat dari semen, tetapi selama
musim hujan banyak ditemukan pada barang bekas rumah tangga, vas bunga di
sekitar atau di pekarangan rumah.
69
Berdasarkan histogram 2.2 diketahui bahwa lingkungan yang terdapat
Ae. albopictus Skuse untuk TPA luar rumah adalah lingkungan Sungguminasa dan
Pandang-pandang, dengan jenis TPA yang terdapat yaitu ban bekas dan drum. Jumlah
ban bekas yang ditemukan ada Ae. aegypti Linnaeus di lingkungan Sungguminasa 2
buah (100%) dan Pandang-pandang 3 buah (37,5%). Lingkungan Samata dan
Batangkaluku juga ditemukan berbagai TPA baik berupa tempayan, ember, pot
bunga dan ban bekas namun tidak ditemukan adanya jentik Ae. albopictus Skuse.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Craven et al (1988) yang
juga menemukan larva Ae. albopictus Skuse yang berkembangbiak dalam ban-ban.
Penelitian yang dilakukan terhadap 79 kontainer yang dikirim melalui kapal yang
membawa 22,051 ban ditemukan 5,507 ban (25%) yang terisi air. Dari total ban yang
69
Hunt, M, 2001. Viral Zoonoses I-Arthropod borne-viruses, (on line)
(http://www.cdc.gov/ncidod/dvbid/arbor/arboinfo.htm, h, 2. (6 Februari 2005).
diperiksa ini ditemukan sebanyak 15 ban terisi larva Ae. albopictus Skuse. Selain ban
bekas drum juga terinfeksi Ae. albopictus Skuse yang ditemukan di lingkungan
Pandang-pandang sebanyak 1 buah (100%) dengan jumlah total TPA terinfeksi dari
kedua lingkungan tersebut sebanyak 4 buah TPA (66,67%).
3. Tempat Penampungan Air (TPA) yang terdapat Ae. Aegypti Linnaeus dan
Ae. albopictus Skuse menurut bahan
Tempat penampungan air menurut bahan terdiri dari TPA dengan berbahan besi,
plastik, semen, tanah liat, kaca, karet, dan porselin. Berdasarkan tabel 3.1 diketahui
bahwa jenis TPA yang bahannya dari tanah liat yang paling banyak ditemukan
adanya jentik Ae. aegypti Linnaeus dengan jumlah total dari keseluruhan TPA dari
empat kelurahan sebanyak 21 TPA, plastik 13 TPA, besi 3 TPA, karet 2 TPA dan
porselin 2 TPA. Jumlah total TPA yang ditemukan sebanyak 45 TPA. Jumlah
persentsae dari setiap kelurahan yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus adalah Kelurahan
Samata dengan jumlah total TPA sebanyak 14 TPA (31,1%), kelurahan Batangkaluku
sebanyak 16 TPA (35,6%), kelurahan Sungguminasa sebanyak 7 TPA (15,6%), dan
Pandang-pandang sebanyak 8 TPA (17,8%). TPA yang bahan dasarnya dari tanah liat
ini merupakan TPA yang memiliki tekstur yang kasar sehingga pada TPA ini banyak
ditemukan jentik Aedes.
Tempat yang paling disukai nyamuk Ae. aegypti Linnaeus untuk perindukannya
adalah TPA yang memiliki dinding yang kasar dan tidak licin karena memudahkan
bagi nyamuk untuk menempatkan telur-telurnya serta sebagai tempat berpijak bagi
nyamuk-nyamuk pada saat akan meletakkan telurnya dan kebanyakan pradewasa
Aedes ditemukan pada tempat-tempat buatan manusia misalnya tempayan.
70
Berdasarkan histogram 3.2 diketahui bahwa Ae. albopictus Skuse terdapat pada
TPA yang berasal dari bahan plastik dan karet hanya pada daerah sungguminasa dan
Pandang-pandang saja namun di daerah Samata dan Batangkaluku meskipun
ditemukan adanya berbagai TPA namun tiap TPA tersebut tidak ditemukan adanya
jentik. Di daerah Sungguminasa TPA dengan bahan karet terinfeksi 2 TPA (100%)
sedangkan Pandang-pandang TPA yang terinfeksi berasal dari bahan plastik dan karet
dengan masing-masing jumlah 2 dan 3 (2,632% dan 37,5%). TPA yang berasal dari
bahan karet ini berupa ban-ban bekas sedangkan TPA dari bahan plastik berupa
ember (lihat lampiran 2).
Peletakkan telur nyamuk dipengaruhi oleh tekstur bahan untuk memudahkan
peletakan telur agar mampu berkembang menjadi larva/jentik, pupa dan dewasa.
71
4. Tempat Penampungan air (TPA) yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus
menurut warna
Warna TPA terdiri dari warna putih, merah, hitam, cokelat, abu-abu, hijau,
kuning, dan biru. Berdasarkan histogram 4.1 diketahui bahwa Ae. aegypti Linnaeus
lebih banyak ditemukan pada TPA yang berwarna gelap untuk dijadikan sebagai
tempat perkembangbiakannya. Warna yang bisa digolongkan sebagai warna gelap
70
Sungkar, S. Pengaruh Jenis Tempat Penampungan Air Terhadap Perkembangan Larva,
Majalah Kedokteran Indonesia Volume 44, 2005, h. 217.
71
Madeira NG., dkk, Variation Of Oviposition Preferences Of Aedes aegypti in Function of
Substratum and Humidity. Rio de Janeiro Vol 97 (3), 2002, h. 415-420.
yaitu warna hitam dan cokelat. Dari keempat kelurahan TPA dengan warna cokelat
yang paling banyak ditemukan adanya jentik Ae. aegypti Linnaeus dengan jumlah
total 24 TPA, TPA dengan warna cokelat ini berupa tempayan. Selanjutnya warna
hitam yang berupa ember dengan jumlah total 9 TPA dan abu-abu berupa bak mandi
4 TPA. Sedangkan warna putih, merah, biru, kuning dan hijau hanya berkisar antara
1-3 TPA saja.
Tempat hinggap yang disenangi oleh nyamuk Ae. aegypti Linnaeus ialah benda-
benda yang tergantung, seperti: pakaian, kelambu, atau tumbuh-tumbuhan didekat
tempat berkembangbiaknya. Biasanya ditempat yang agak gelap dan lembab. Setelah
masa istirahat selesai, nyamuk itu akan meletakkan telurnya pada dinding bak
mandi/WC, tempayan, drum, dan ban bekas.
72
Ovitrap warna merah dan cokelat diperoleh jumlah telur lebih banyak.
Banyaknya telur yang ditemukan pada warna merah dan cokelat tersebut
kemungkinan disebabkan karena warna ini cenderung berwarna gelap dibandingkan
dengan warna lain sehingga preferensi nyamuk Aedes untuk melakukan oviposisi
lebih besar.
73
Menurut Anonim (2007), bahwa sel retina serangga memberi tanggapan
berbeda-beda terhadap cahaya. Sedangkan untuk warna cokelat juga banyak
72
WHO, Demam Berdarah Dengue : Diagnosis Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian,
Jakarta: Kedokteran EGC. 2002, h. 38.
73
Hasmarita, Respon Aedes aegypti Linnaeus dan Aedes albopictus Skuse Terhadap Warna
Bahan Ovitrap, (Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin,
2007), h. 22.
diperoleh karena warna cokelat cenderung mendekati warna alamiah tempat
perkembangbiakannya,
Berdasarkan histogram 4.2 diketahui bahwa jentik Ae. aegypti Linnaeus maupun
Ae. albopictus Skuse dapat ditemukan pada TPA dengan warna yang agak gelap.
Ae. albopictus Skuse hanya ditemukan pada TPA yang berwarna hitam yaitu pada
ban-ban bekas yang ditemukan di Sungguminasa dan Pandang-pandang dengan
jumlah TPA masing-masing 2 dan 3 TPA (8,33% dan 13%). Sedangkan untuk TPA
yang terdapat Ae. albopictus Skuse dengan warna gelap tidak ditemukan di Samata
dan Batangkaluku.
5. Tempat penampungan air (TPA) yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus dan
Ae. albopictus Skuse menurut kondisi (ada/tidak ada penutup)
Berdasarkan histogram 5.1 diketahui bahwa jentik Ae. aegypti Linnaeus banyak
ditemukan pada TPA yang tidak menggunakan penutup atau terbuka dengan jumlah
total dari ke empat lingkungan sebanyak 26 TPA, yaitu Samata 10 TPA (13,33%),
Batangkaluku 7 TPA (7,00%), Sungguminasa 5 TPA (9,26%), dan Pandang-pandang
4 TPA (4,65%). sedangkan TPA dengan menggunakan penutup yang terinfeksi
sebanyak 22 TPA yang terdiri dari Samata 3 TPA (6,25%), Batangkaluku 12 TPA
(28,57%), Sungguminasa 3 TPA (7,69%) dan Pandang-pandang 4 TPA (8,33%).
Berdasarkan histogram 5.2 diketahui bahwa jentik nyamuk Ae. albopictus Skuse
tidak ditemukan pada TPA yang tertutup melainkan hanya ditemukan pada TPA yang
terbuka yang letaknya di luar rumah yang hanya ditemukan di Sungguminasa dan
Pandang-pandang dengan jumlah TPA yang terdapat Aedes yaitu 6 TPA.
Sungguminasa 2 TPA (3,70%) dan Pandang-pandang 4 TPA (4,65%). Sedangkan
Samata dan Batangkaluku tidak ditemukan TPA terbuka ataupun tertutup yang
terdapat Ae. albopictus Skuse.
Berdasarkan pengamatan saat survey ditemukan bahwa pada umumnya
masyarakat menyimpan tempat penampungan air dalam keadaan terbuka, dengan
demikian nyamuk dewasa lebih mudah meletakkan telurnya pada TPA tersebut, hal
lain yang mendukung yaitu TPA yang jarang dkuras menyebabkan telur-telur
nyamuk dapat melangsungkan siklus hidupnya hingga menjadi nyamuk dewasa.
6. Tempat Penampungan Air (TPA) yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus dan
Ae. albopictus Skuse menurut pencahayaan
Menurut pencahayaan terdiri dari tiga bagian yaitu terlindung, tak terlindung dan
semi terlindung. Berdasarkan histogram 6.1 TPA yang terlindung lebih banyak
terdapat Ae. aegypti Linnaeus di lingkungan Batangkaluku dengan jumlah TPA 16
buah (12,21%), Pandang-pandang 7 buah (7,53%), Sungguminasa 6 buah (6,90%)
dan Samata 2 buah (2,08%). Sedangkan TPA yang tak terlindung paling banyak
terinfeksi di lingkungan Samata dengan jumlah TPA 12 buah (38,71%),
Sungguminasa dan Pandang-pandang masing-masing 1 buah (50% dan 9,09%), dan
di lingkungan Batangkaluku tidak ditemukan adanya jentik pada TPA yang tak
terlindung. Untuk TPA dengan pencahayaan semi terlindung paling banyak terinfeksi
pada lingkungan Pandang-pandang dengan jumlah TPA 3 buah (30%), Batangkaluku
dengan jumlah TPA 2 buah (25%) sedangkan Samata dan Sungguminasa tidak
ditemukan adanya jentik pada pencahayaan semi terlindung.
Berdasarkan histogram 6.2 diketahui bahwa jentik nyamuk Ae. albopictus
Skuse ditemukan pada TPA dengan pencahayaan terlindung, tak terlindung dan semi
terlindung. Untuk pencahayaan terlindung ditemukan jentik Ae. albopictus Skuse di
lingkungan Pandang-pandang dengan jumlah TPA 1 buah (1,075%). TPA dengan
pencahayaan tak terlindung ditemukan pada lingkungan Samata, Sungguminasa dan
Pandang-pandang dengan jumlah TPA masing-masing 1 buah (3,23%, 50% dan
9,90%), sedangkan untuk TPA dengan pencahayaan semi terlindung ditemukan pada
lingkungan Sungguminasa dengan jumlah TPA masing-masing 1 dan 3 TPA (20 dan
30%).
Habitat nyamuk Ae. aegypti Linnaeus berupa genangan-genangan air yang
tertampung disuatu wadah yang biasa disebut dengan kontainer yang bukan pada
genangan-genangan air tanah. Untuk meletakkan telurnya, nyamuk betina tertarik
pada kontainer yang berair dengan warna yang gelap, terbuka, dan terutama yang
terletak pada tempat-tempat terlindung dari sinar matahari.
74
Berdasarkan hasil analisis data (Tabel 1.1 2.2) dilakukan uji Chi-square (x
2
)
terhadap tempat perkembangbiakan nyamuk Ae. aegypti Linnaeus dan Ae. albopictus
Skuse baik yang ditemukan di dalam rumah maupun luar rumah. Berdasarkan hasil
uji Chi-square (x
2
) (lampiran 1) diperoleh nilai = 0,000 untuk uji perbedaan tempat
perkembangbiakan dalam rumah, hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
tempat perkembangbiakan antara Ae. aegypti Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse
74
Departemen Kesehatan, Pedoman Survei Entomologi Demam Berdarah Dengue, Cet II,
Jakarta: Bakti Husada, 2002, h. 9.
dalam rumah. Sedangkan hasil analisis x
2
terhadap tempat perkembangbiakan Ae.
aegypti Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse luar rumah memperoleh nilai = 0,5 yang
berarti bahwa tidak terdapat perbedaan tempat perkembangbiakan antara Ae. aegypti
Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Karakteristik tempat perkembangbiakan yang digunakan oleh nyamuk
Ae. aegypti Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse di Kecamatan Somba Opu Kab.
Gowa yaitu nyamuk Ae. aegypti .Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse adalah TPA
yang berbahan dasar tanah liat dan plastik, kondisi terbuka, tidak terkena cahaya
matahari langsung, dan berwarna gelap.
2. Terdapat perbedaan tempat perkembangbiakan antara nyamuk Ae. aegypti
Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse di Kelurahan Samata, Batangkaluku,
Sungguminasa dan Pandang-pandang dimana Ae. aegypti Linnaeus banyak terdapat
pada tempat di dalam dan di luar rumah sedangkan Ae. albopictus Skuse banyak
terdapat pada tempat di luar rumah.
B. Saran
1. Untuk mencegah berkembangbiaknya nyamuk Ae. aegypti Linnaeus dan
Ae. albopictus Skuse di lingkungan/rumah disarankan memilih tempat penampungan
air yang berbahan dasar plastik, berwarna terang, dan ditutup.
57
2. Untuk penelitian lanjutan diharapkan bisa melakukan pengamatan tentang ukuran
sampel, bentuk tempat penampungan air dan volume wadah yang bisa menjadi
tempat perkembangbiakan nyamuk.
DAFTAR PUSTAKA
Anna, Morfologi Aedes albopictus. http://id.wikipedia.org/wiki/Aedes
Albopictus,2008. (15 Desember 2009).
Akhmadi, Daur Kehidupan Nyamuk, http://id. Wikipedia.org/wiki/Nyamuk. 2009
(23 mei 2010).
Anonim. Hidup Bersih Menurut Islam. http://old.nabble.com/-sastra-pembebasan--
Hidup-Bersih-Menurut-Islam.-td14615387.html . (01 maret 2010)
Borror, Pengenalan Pelajaran Serangga, Jilid 6. Yogyakarta: Gadja Mada University
Press, 1992.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa. Gowa Dalam Angka 2008, Gowa, 2008.
Clements, A.N. The Biology of Mosquitos, Vol. 2 : Sensory Reception and Behavior.
CABI Publishing, New York.1992.
Chahaya indra, Pemberantasan Vektor Demam Berdarah Di Indonesia Bagian
Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Sumatera Utara, 2003.
Bliss, A.R, Gill, J.M. The Effect of freezing on the larvae of Aedes aegypti, Am. J.
Trop. Med. S1-13(6), 1933.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya. Jakarta: Yayasan Pentahsis dan
Penerjemah Al-Quran, 1990.
Departemen Kesehatan, Pedoman Survei Entomologi Demam Berdarah Dengue. Cet
II, Jakarta: Bakti Husada, 2002.
Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa, Laporan Bulanan Bidang Kesehatan Kabupaten
Gowa, 2008.
Division Entomology, The Insect Of Australia A Textbook For Student and Research
Workers.Vol. II ; New York : Cornell University Press, 1991.
59
Halstead, S.B. (eds.), Dengue : Tropical medicine Science and Practice, vol. 5.
Hasmarita, Respon Aedes aegypti Linnaeus dan Aedes albopictus Skuse Terhadap
Warna Bahan Ovitrap, (Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Hasanuddin,2007.
Judarwanto Widodo, Profil Nyamuk Aedes dan Pembasmiannya,
http://hama.pc3news.com, (17 januari 2010).
Khasnis dan Nettlemen, Global Warming and Infectious Disease, Archives of
Medical Research 36 (2005).
Kovats, dkk. Early effects of climate change: do they include changes in vector-borne
disease? Phil. Trans. R. Soc. Land. B (2001).
Levi silalahi, Demam Berdarah. http://www.pdat.co.id (25 Desember 2009)
Merrit, RW. & KW.Cummins (Eds). An Inroduction to The Aquatic Insects of North
America. Kendall/Hunt Publishing Company, 1978.
Muslimah Zhelfina Ummi, Karakteristik Vektor Demam Berdarah Dengue (Spasies,
Distribusi, Lingkungan) Di Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa
(Skripsi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Hasanuddin,2007 ).
Madeira NG., dkk, Variation Of Oviposition Preferences Of Aedes aegypti in
Function of Substratum and Humidity. Rio de Janeiro Vol 97 (3), 2002
Rueda , L.M.. Zootaxa : Key pictorial for identification of mosquitoes (Diptera
Culicidae) associated with Dengue Virus Transmission: New
zaeland,Magnolia Press, 2005.
Soemirat, J, Epidemiologi Lingkungan. UGM Press, Yogyakarta.2002.
Supartha, I.W, Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah Dengue,
Aedes aegypti Linnaeus dan Aedes albopictus Skuse (Diptera: Culicidae),
Disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah pada Dies Natalis Universitas
Udayana Ke-45. 3-6 September 2008.
Sungkar, S. Pengaruh Jenis Tempat Penampungan Air Terhadap Perkembangan
Larva, Majalah Kedokteran Indonesia Volume 44, 2005.
Teguh Harrys Pratama, Nyamuk dan Petualangannya. http://www.pewarta-
indonesia.com/nspirasi/Opini/nyamuk-dan-petualangannya.html. 2010. Di
akses tgl 2 juli 2010
Womack,M,MorfologiAedesAegypti.http://garistepi.wordpress.com/2009/07/05/morf
ologi-nyamuk-aedes-aegypti. (15 november 2009).
WHO, Demam Berdarah Dengue : Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan
Pengendalian, Jakarta : Kedokteran EGC, 2001.
WHO, Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam
Berdarah Dengue, Jakarta: EGC, 2004.
William, hawley, The Biology Of Aedes Albopictus, vol. IV; Notre Dame: University
of Nutre Dame, 1998.
Yahya, harun, Menyikap Rahasia Alam Semesta, http://Menyikap.com (Diakses
Tanggal 23 Februari 2009).
Lampiran 1. Hasil uji Chi-Square terhadap habitat nyamuk Aedes aegypti
Linnaeus dan Aedes albopictus Skuse
Frequencies
Kodeling
Observed N Expected N Residual
1.00 1 1.0 .0
2.00 1 1.0 .0
3.00 1 1.0 .0
4.00 1 1.0 .0
Tota
l
4
PersnAeDr
Observed N
Expected
N Residual
1.00 1 1.0 .0
4.00 1 1.0 .0
7.00 1 1.0 .0
15.00 1 1.0 .0
Total 4
PersnAlbLr
Observed N
Expected
N Residual
1.00 1 1.0 .0
2.00 1 1.0 .0
7.00 1 1.0 .0
11.00 1 1.0 .0
Total 4
Test Statistics
Kodelin
g PersnAeDr
PersnAeL
r PersnAlbLr
Chi-
Square(a,
b)
.000 .000 .500 .000
Df 3 3 2 3
Asymp.
Sig.
1.000 1.000 .779 1.000
a 4 cells (100.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected
cell frequency is 1.0.
b 3 cells (100.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected
cell frequency is 1.3
Lampiran 2: Tabel Hasil Analisis Data
Tabel 1.1. Jumlah dan prosentase TPA dalam rumah yang terdapat Ae. aegypti
Linnaeus
Kode
Lokasi
Jumlah dan persentase TPA DR yang terdapat jentik Ae.
aegypti Linnaeus
Jumlah Ember Baskom tempayan
Bak
mandi Drum
n % n % n % N % n % n %
1 1 2.13 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3.704
2 2 3.23 0 0 9 52.94 4 23.5 0 0 15 55.56
3 2 4.26 0 0 3 17.65 2 16.7 0 0 7 25.93
4 1 2.13 0 0 1 33.33 2 10.5 0 0 4 14.81
Total 6 11.7 0 0 13 103.9 8 50.7 0 0 27 100
Ket: Kode lokasi
1= Samata 3= Sungguminasa
2= Batangkaluku 4= Pandang-pandang n=Jumlah
Tabel 2.1. Jumlah dan prosentase TPA luar rumah yang terdapat Ae. aegypti
Linnaeus
Kode
Lokasi
Jumlah dan persentase TPA LR yang terdapat jentik
Ae. aegypti Linnaeus
Jumlah Ember Tempayan
Pot
bunga
Ban
bekas Drum
n % n % n % n % n % n %
1 2 25 7 88 0 0 1 50 1 100 11 52.38
2 1 16.7 0 0 0 0 1 100 0 0 2 9.52
2 0 0 0 0 1 100 0 0 0 0 1 4.76
2 3 60 1 50 0 0 3 37.5 0 0 7 33.33
Total 6 102 8 138 1 100 5 188 1 100 21 100.00
Ket: Kode lokasi
1= Samata 3= Sungguminasa
2= Batangkaluku 4= Pandang-pandang n=Jumlah
Tabel 2.2. Jumlah dan prosentase TPA luar rumah yang terdapat Ae. albopictus
Skuse
Kode
Lokasi
Jumlah dan persentase TPA LR yang terdapat jentik
Ae. albopictus Skuse
Jumlah Ember tempayan
Pot
bunga Ban bekas Drum
n % n % n % n % n % n %
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 2 100 0 0 2 33.33
4 0 0 0 0 0 0 3 37.5 1 100 4 66.67
Total 0 0 0 0 0 0 5 138 1 100 6 100
Ket: Kode lokasi
1= Samata 3= Sungguminasa
2= Batangkaluku 4= Pandang-pandang n=Jumlah
Tabel 3.1 Jumlah dan prosentase TPA yang terdapat Ae. Aegypti Linn. Menurut
bahan
Kode
Lokai
Jumlah dan persentase TPA yang terdapat Ae. aegypti Linn. Menurut
bahan
Jumlah besi Plastik Semen
Tanah
liat Kaca Karet Porselin
n % n % n % n % N % n % n % N %
1 3 75 1 1.149 0 0 9 29 0 0 1 50 0 0 14 31.1
2 0 0 5 4.854 2 14.3 8 44.4 0 0 1 50 0 0 16 35.6
3 0 0 3 4.545 1 33.3 2 15.4 0 0 0 0 1 6.3 7 15.6
4 0 0 4 5.263 1 14.3 2 50 0 0 0 0 1 11 8 17.8
Total 3 75 13 15.81 4 61.9 21 139 0 0 2 100 2 17 45 100
Ket: Kode lokasi
1= Samata 3= Sungguminasa
2= Batangkaluku 4= Pandang-pandang n=Jumlah
Tabel 3.2 Jumlah dan prosentase TPA yang tedapat Ae. Albopictus Skuse Menurut
bahan
Kode
Lokasi
Jumlah dan persentase TPA yang tedapat Ae. albopictus Skuse
Menurut bahan
Jumlah besi Plastik Semen
Tanah
liat Kaca Karet Porselin
n % n % n % n % n % n % n % n %
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 100 0 0 2 28.6
4 0 0 2 2.632 0 0 0 0 0 0 3 37.5 0 0 5 71.4
Total 0 0 2 2.632 0 0 0 0 0 0 5 138 0 0 7 100
Ket: Kode lokasi
1= Samata 3= Sungguminasa
2= Batangkaluku 4= Pandang-pandang n=Jumlah
Tabel 4.1. Jumlah dan porsentase TPA yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus menurut
warna
Kode
Lokasi
Jumlah dan persentase TPA yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus menurut
warna
Jumlah
putih merah Biru Hitam Cokelat Kuning
Abu-
abu Hijau
n % n % n % n % n % N % n % n % n %
1 0 0 1 5.556 0 0 1 2.08 10 33.3 1 50 0 0 0 0 13 27
2 2 4.1 1 16.67 1 33.3 3 6.12 9 50 0 0 2 22 0 0 18 38
3 0 0 0 0 1 33.3 2 8.33 3 23.1 0 0 1 17 1 100 8 17
4 0 0 1 4.762 1 7.14 3 13 2 28.6 1 100 1 11 0 0 9 19
Total 2 4.1 3 26.98 3 73.8 9 29.6 24 135 2 150 4 50 1 100 48 100
Ket: Kode lokasi
1= Samata 3= Sungguminasa
2= Batangkaluku 4= Pandang-pandang n=Jumlah
Tabel4.2. Jumlah dan porsentase TPA yang terdapat Ae. albopictus Skuse menurut
warna
Kode
Lokasi
Jumlah dan persentase TPA yang terdapat Ae. albopictus Skuse
menurut warna
Jumlah
putih merah Biru Hitam Cokelat Kuning
Abu-
abu Hijau
n % n % n % n % n % n % n % n % N %
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 2 8.33 0 0 0 0 0 0 0 0 2 40
4 0 0 0 0 0 0 3 13 0 0 0 0 0 0 0 3 60
Total 0 0 0 0 0 0 5 21.4 0 0 0 0 0 0 0 0 5 100
Ket: Kode lokasi
1= Samata 3=Sungguminasa
2= Batang kaluku 4= Pandang-pandang n=Jumlah
Tabel 5.1. Jumlah dan porsentase TPA yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus menurut
kondisi (ada/tdk ada penutup)
Kode Lokasi
Jumlah dan persentase TPA yang
terdapat Ae. aegypti Menurut
kondisi (ada/tdk ada penutup) Jumlah
TPA tertutup
TPA terbuka
n % n % N %
1 3 6.25 10 13.33 13 27.08
2 12 28.57 7 7.00 19 39.58
3 3 7.69 5 9.26 8 16.67
4 4 8.33 4 4.65 8 16.67
Jumlah Total 22 50.85 26 34.24 48 100.00
Ket : Kode lokasi
1= Samata 3= Sungguminasa
2= Batangkaluku 4= Pandang-pandang n=Jumlah
Tabel 5.2. Jumlah dan porsentase TPA yang terdapat Ae. albopictus Skuse menurut
kondisi (ada/tidak ada penutup)
Kode Lokasi
Jumlah dan persentase TPA yang
terdapat Ae. albopictus Menurut
Kondisi (ada/tdk ada penutup) Jumlah
TPA tertutup
TPA Terbuka
n % n % N %
1 0 0.00 0 0.00 0 0.00
2 0 0.00 0 0.00 0 0.00
3 0 0.00 2 3.70 2 33.33
4 0 0.00 4 4.65 4 66.67
Jumlah Total 0 0 6 8.35 6 100.00
Ket: Kode lokasi
1= Samata 2= Batang kaluku 3= Sungguminasa 4= Pandang-pandang n= Jumlah
Tabel 6.1. Jumlah dan porsentase TPA yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus menurut
pencahayaan
Kode lokasi
Jumlah dan porsentase TPA yang terdapat Ae.
aegypti Linnaeus menurut pencahayaan
Jumlah total
Terlindung Tak terlindung
Semi
terlindung
n % n % n % n %
1 2 2.08 12 38.71 0 0 14 28
2 16 12.21 0 0.00 2 25 18 36
3 6 6.90 1 50.00 0 0 7 14
4 7 7.53 1 9.09 3 30 11 22
Jumlah Total 31 28.72 14 97.80 5 55 50 100
Ket: Kode lokasi
1= Samata 3= Sungguminasa
2= Batangkaluku 4= Pandang-pandang n=Jumlah
Tabel 6.2. Jumlah dan porsentase TPA yang terdapat Ae. albopictus Skuse menurut
pencahayaan.
Kode lokasi
Jumlah dan porsentase TPA yang terdapat Ae.
albopictus Skuse menurut pencahayaan
Jumlah total
Terlindung Tak terlindung
Semi
terlindung
n % n % n % n %
1 0 0 1 3.23 0 0 1 12.5
2 0 0 0 0.00 0 0 0 0
3 0 0 1 50.00 1 20 2 25
4 1 1.0753 1 9.09 3 30 5 62.5
JumlahTotal 1 1.0753 3 4 50 8 100
Ket: Kode lokasi
1= Samata 3= Sungguminasa
2= Batang kaluku 4= Pandang-pandang n= Jumlah
Lampiran 3. Foto TPA
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
Ket:
a. Tempayan (tanah liat) e. Drum (besi)
b. Bak mandi (Porselin) f. Ban bekas (karet)
c. Bak mandi (Semen)
d. Ember (plastik)
RIWAYAT HIDUP
FITRIANI, lahir di Desa Saotengnga Kecamatan Sinjai
Tengah Kabupaten Sinjai pada tanggal 07 Juli 1988,
merupakan buah hati dari pasangan Niswah dan Andi
Muh. Anwar Basma.
Penulis menempuh pendidikan formal pada tahun 1994-2000 di
SD Negeri 63 Tombolo Kabupaten Sinjai dan melanjutkan pendidikan di
SMP Negeri 1 Sinjai Tengah pada tahun 2000 - 2003. Pada tahun 2003
penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Sinjai Timur dan tamat pada
tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan di
Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar melalui ujian SPMB
dan di terima di Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi. Selama
menjalani kehidupan dengan status mahasiswi penulis pernah menjabat
sebagai asisten di laboratorium Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar.