Anda di halaman 1dari 84

KARAKTERISTIK TEMPAT PERKEMBANGBIAKAN NYAMUK

Aedes aegypti Linnaeus DAN Aedes albopictus Skuse


DI KECAMATAN SOMBA OPU KABUPATEN GOWA







SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains
Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar


Oleh:


FITRIANI
NIM. 60300106014








FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2010

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa
skripsi ini adalah hasil karya penulis sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa
skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, dibuat atau dibantu orang lain secara
keseluruhan atau sebagian, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal
demi hukum.

Makassar, 31 Agustus 2010
Penulis


Fitriani
60300106014








HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul, Karakteristik Tempat Perkembangbiakan Nyamuk Aedes
aegypti Linnaeus dan Aedes albopictus Skuse di Kecamatan Somba Opu Kabupaten
Gowa yang disusun oleh Fitriani, Nim: 60300106014, mahasiswi jurusan Biologi
pada Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan
dipertahankan dalam sidang Munaqasyah yang diselenggarakan pada hari rabu,
tanggal 4 Agustus 2010 M, bertepatan dengan 23 Syaban 1431 H, dinyatakan telah
dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu
Sains dan Teknologi, Jurusan Biologi (dengan beberapa perbaikan).*
Makassar, 04 Agustus 2010 M
23 Syaban 1431 H
DEWAN PENGUJI
Ketua : Prof. Dr. H. Bahaking Rama, M. S. ()
Sekretaris : Fatmawati Nur, S.Si, M. Si ()
Munaqisy I : Dra. Hj. A. Asmawati Azis, M. Si ()
Munaqisy II : Hj. Rachmawati, S. Si, M. Si ()
Munaqisy III : Drs. M. Arif Alim M.Ag ()
Pembimbing I : Syahribulan, S. Si, M. Si ()
Pembimbing II : Sitti Saenab, S. Pd, M. Pd ()





Diketahui oleh:
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar

Prof. Dr. H. Bahaking Rama ,M. S.
NIP. 19520709 198103100. 1

KATA PENGANTAR



Alhamdulillah Segala puji bagi Allah SWT Pemilik Rahmat dan Hidayah bagi
seluruh alam, Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Rasulullah
SAW beserta keluarga dan sahabat beliau dan segenap pengikutnya hingga akhir
zaman. Atas izin dan kehendak Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Karakteristik Tempat Perkembangbiakan Nyamuk Aedes aegypti
Linnaeus dan Aedes albopictus Skuse Di Kecamatan Somba Opu Kabupaten
Gowa yang merupakan salah satu syarat dalam penyelesaian jenjang studi strata satu
(S1) pada Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
(UIN) Alauddin Makassar.
Terkhusus penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada kedua orang tua tercinta, terima kasih kepada Ettaku tercinta Andi
Muh. Anwar Basma yang telah memberiku kesempatan untuk melanjutkan studi
hingga penulis bisa seperti ini, terima kasih untuk Mamaku tersayang Niswah yang
telah banyak memberikan dukungan, cinta dan kasih sayang, kesabaran dan doa
tulus yang tak henti-hentinya, serta kakak dan adik-adikku atas dukungan, motivasi,
pengertian, dan perhatian, juga untuk segenap keluarga besar yang tidak dapat
penulis sebut satu persatu yang telah banyak membantu selama ini.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu Syahribulan, S. Si,
M. Si selaku pembimbing I dan ibu Sitti Saenab, S. Pd, M. Pd selaku pembimbing II
yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan dan arahan, nasehat
dan dorongan moril yang sangat terasa manfaatnya bagi penulis sendiri, sehingga
rangkaian penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih ditujukan pula kepada :
1. Bapak Prof. Azhar Arsyad, M.A selaku rektor UIN Alauddin Makassar.
2. Bapak Prof. Dr. H. Bahaking Rama, M. S selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar beserta staf
yang telah memberikan bantuan dan kemudahan dalam setiap pengurusan
akademik.
3. Ibu fatmawati Nur Khalik S. Si, M. Si dan Masriany, S. Si selaku ketua dan
sekretaris jurusan Biologi yang telah banyak membantu dan memberikan
bimbingan moril dan pengetahuan yang sangat besar manfaatnya.
4. Ibu Hafsan, S.Pd, M.Pd dan dosen-dosen biologi UIN alauddin yang telah
banyak memberikan arahan dan bimbingan.
5. Ibu Dra. Hj. Andi Asmawati Azis, M. Si, ibu Hj. Rachmawati, S.Si, M.Si, dan
Bapak M. Arif Alim, M. Ag selaku penguji yang banyak memberikan saran
yang sangat bermanfaat.
6. Teman-teman penelitian (Aedes Group) yang telah memberikan bantuan,
motivasi, kerjasama, hingga semuanya bisa terlewati meskipun banyak
rintangan, tantangan maupun suka dan duka selama penelitian.
7. Sahabat-sahabatku biologi angkatan 06 yang telah banyak memberikan
motivasi, saran, dukungan serta kenangan terindah yang sangat berharga,
terkhusus untuk saudariku tercinta Nizma, Ida, Lhiena, dan Ria.
8. Teman-teman pondokan di aspuri indah yang telah banyak memberikan
bantuan, kenangan dalam dalam suka dan duka, serta sifat kebersamaan dan
rasa persaudaraan.
9. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian hingga penyusunan
skripsi ini bisa terselesaikan yang tak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu saran dan kritikan yang membangun penulis sangat harapkan untuk
perbaikan penulisan selanjutnya.
Semoga skripsi ini bisa memberikan banyak manfaat terkhusus untuk penulis
sendiri dan masyarakat pada umumnya. Amin.

Makassar, Agustus 2010

Penulis,-





DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.. ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................ iii
KATA PENGANTAR.............................................................................. iv
ABSTRAK................................................................................................ vii
ABSTRACT............................................................................................. viii
DAFTAR ISI............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xiii
BAB. I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 4
C. Tujuan ...................................................................................... 5
D. Manfaat..................................................................................... 5
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 6
A. Tinjauan Umum Nyamuk.......................................................... 6
1. Aedes aegypti Linnaeus....................................................... 9
a. Morfologi...................................................................... 9
b. Kalsifikasi..................................................................... 11
c. Siklus hidup.................................................................. 11
d. Perilaku Aedes aegypti Linnaeus................................. 16
2. Aedes albopictus Skuse..................................................... 18
a. Morfologi..................................................................... 18
b. Klasifikasi.................................................................... 19
c. Siklus hidup................................................................. 20
d. Perilaku Aedes albopictus Skuse................................. 23
B. Karakteristik Tempat Perkembangbiakan Nyamuk................. 24
C. Pengaruh Lingkungan Terhadap
Kejadian Penyakit DBD.......................................................... 29
1. Lingkungan........................................................................ 29
2. Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangbiakan
Nyamuk Aedes................................................................. 31
D. Bioekologi Aedes aegypti Linnaeus
dan Aedes albopictus Skuse..................................................... 33

BAB. III METODE PENELITIAN........................................................ 35
A. Jenis Penelitian......................................................................... 35
B. Variabel Penelitian................................................................... 35
C. Defenisi Operasional................................................................ 35
D. Ruang Lingkup dab Batasan Penelitian.................................... 36
E. Alat dan Bahan......................................................................... 36
F. Cara Kerja................................................................................ 37
G. Pengumpulan Data Primer....................................................... 37
H. Analisis Data............................................................................ 38
BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................ 39
A. Hasil Penelitian......................................................................... 39
B. Pembahasan.............................................................................. 45
BAB. V PENUTUP.................................................................................. 57
A. Kesimpulan.............................................................................. 57
B. Saran........................................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 59




ABSTRAK
Nama : fitriani
Nim : 60300106014
Jurusan : Biologi
Fakultas : Sains dan Teknologi

Penelitian mengenai Karakteristik Tempat Perkembangbiakan Nyamuk
Aedes aegypti Linnaeus dan Aedes albopictus Skuse di Kecamatan Somba Opu
Kabupaten Gowa, bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan perbedaan tempat
perkembangbiakan yang digunakan oleh nyamuk Ae. aegypti Linnaeus dan
Ae. albopictus Skuse di Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Pengambilan
sampel dilakukan pada tiga kelurahan di Kecamatan Somba Opu yaitu Kelurahan
Samata, Batangkaluku, Sungguminasa dan Pandang-pandang pada bulan
Januari-Maret 2010.
Penelitian ini merupakan penelitian survei yang dilakukan dengan pengambilan
sampel jentik dan melakukan karakterisasi terbatas pada daerah yang merupakan
objek penelitian. Pengambilan sampel jentik dilakukan dengan cara single larva pada
setiap TPA (50 rumah). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nyamuk Ae. aegypti
Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse di Kec. Somba Opu Kab. Gowa terdapat
perbedaan tempat perkembangbiakan dimana Ae. aegypti Linnaeus banyak terdapat
pada tempat di dalam dan di luar rumah sedangkan Ae. albopictus Skuse banyak
terdapat pada tempat di luar rumah selain itu kedua jenis nyamuk ini juga banyak
ditemukan pada tempat penampungan air dengan tekstur yang kasar, terbuat dari
bahan tanah liat dan semen, berwarna gelap, terbuka dan tidak terkena sinar matahari
langsung dengan demikian untuk memilih tempat penampungan air yang dapat
membantu mencegah berkembangbiaknya nyamuk disarankan untuk memilih tempat
penampungan air yang berbahan dasar plastik, berwarna terang, dan tertutup.


Kata Kunci : Karakteristik, Jentik, Aedes






ABSTRACT

Name : Fitriani
Nim : 60300106014
Major : Biology
Faculty : Science and Technology

Research on "Characteristics of Breeding Places of Mosquitoes Aedes
aegypti Linnaeus and Aedes albopictus Skuse in District Somba Opu Gowa",
aims to understand the characteristics and differences that are used by breeding places
of Ae. aegypti Linnaeus and Ae. albopictus Skuse in Somba Opu Gowa District.
Samples were collected at three villages in the district namely Opu Somba Village
Samata, Batangkaluku, Sungguminasa and Pandang-pandang in the January-March
2010.
This study is a survey conducted by sampling larvae and perform
characterization is limited to areas that are the object of research. Larva sampling was
conducted by a single larva at each landfill (50 houses). The results showed that the
mosquito Ae. aegypti Linnaeus and Ae. albopictus Skuse in the district. Somba Opu
Kab. Gowa breeding places where there are differences of Ae. aegypti Linnaeus
widely available at places inside and outside the home while Ae. albopictus Skuse
widely available at places outside the house besides the two species of mosquitoes
were also found in many water reservoirs with a rough texture, made of clay and
cement, dark, open and not exposed to direct sunlight there by to select a place water
reservoir that can help prevent the proliferation of mosquitoes is advisable to choose
water reservoirs-based plastic, brightly colored, and covored.

Key word: Characteristic, larva, Aedes








DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman
1. Nyamuk Dewasa Aedes aegypti Linneaus..................................... 10
2. Siklus Hidup Aedes aegypti Linneaus........................................... 12
3. Siklus Hidup Aedes albopictus Skuse........................................... 20
4. Gambar histogram 1.1 Tempat Penampungan air (TPA)
dalam rumah yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus........................ 39

5. Gambar histogram 2.1 Tempat Penampungan air (TPA)
luar rumah yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus........................... 40

6. Gambar histogram 2.2. Tempat penampungan air (TPA)
luar rumah yang terdapat Ae. albopictus Skuse.......................... 40

7. Gambar histogram 3.1 Tempat penampungan air (TPA)
yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus menurut bahan.................. 42

8. Gambar histogram 3.2 Tempat penampungan air (TPA)
yang terdapat Ae. albopictus Skuse menurut bahan.................. 42

9. Gambar histogram 4.1 Tempat penampungan air (TPA)
yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus menurut warna................. 42

10. Gambar histogram 4.2 Tempat penampungan air (TPA)
yang terdapat Ae. albopictus Skuse menurut warna................. 43

11. Gambar histogram 5.1 Tempat penampungan air (TPA)
yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus
menurut ada/tidak ada penutup................................................ 43



12. Gambar histogram 5.2 Tempat penampungan air (TPA)
yang terdapat Ae. albopictus Skuse
menurut kondisi (ada/tidak ada penutup................................... 44

13. Gambar histogram 6.1 Tempat penampungan air (TPA)
yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus
menurut pencahayaan............................................................... 45

14. Gambar histogram 6.2 Tempat penampungan air (TPA)
yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus
menurut pencahayaan................................................................. 45

















DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Halaman
1. Hasil Uji Chi-Square terhadap habitat nyamuk
Aedes aegypti Linnaeus dan Aedes albopictus Skuse................... 62

2. Tabel hasil analisis data................................................................ 64
3. Foto Tempat Penampungan Air..................................................... 70
4. Tabel Tempat Perkembangbiakan
nyamuk Ae. aegypti Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse
yang ditemukan di Kec. Somba Opu Kab Gowa.......................... 71












BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderitanya seiring dengan
meningkatnya jumlah mobilitas dan kepadatan penduduk. Hal ini disebabkan jumlah
penduduk yang padat berarti pemukiman juga semakin padat sehingga tempat-tempat
yang bisa menjadi habitat nyamuk juga semakin besar.
1

Demam berdarah banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Asia
menempati urutan pertama dalam jumlah penderita demam berdarah di tiap tahunnya.
Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009 World Health
Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus demam
berdarah tertinggi di Asia Tenggara. Dari jumlah keseluruhan kasus tersebut, sekitar
95% terjadi pada anak di bawah 15 tahun.
2

Musim penularan penyakit DBD di Indonesia terjadi di musim penghujan.
Musim penghujan atau musim transisi merupakan masa yang paling rawan, biasanya


1
Soedarmo, S.P, Masalah Demam Berdarah Dengue di Indonesia dalam Naskah Lengkap :
Pelatihan bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak & Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam Tatalaksana
Kasus DBD, Hadinegoro, S.R.H., Satari, H.I., (Eds.), (Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2004), h. 7.


2
Magister epidomologi UNHAS dalam dinkes sulsel 2010.
http//datinkessulsel.wordpress.com. (01 februari 2010)

masa transisi ditandai dengan sedikit frekuensi hujan, sehingga terdapat genangan air
jernih cukup lama yang menjadi habitat pembawa virus dengue yaitu nyamuk
Ae. aegypti Linneaus dan Ae. albopictus Skuse.
3

Berdasarkan data Departemen Kesehatan, jumlah penderita demam berdarah
pada tahun 2005 sebanyak 95.279 pasien, dengan jumlah pasien meninggal 1.298
orang. Sedangkan tahun 2006 jumlah pasien bertambah menjadi 111.730 orang,
dengan 1.152 orang meninggal. Sepanjang Januari 2007, jumlah pasien sebanyak
8.019 orang, 144 orang diantaranya meninggal. Pada tahun 2008 jumlah kasus DBD
sebanyak 126.600 kasus dengan 1.084 kematian. Sedangkan jumlah kasus DBD
selama tahun 2009 sebanyak 137.600 kasus dengan 1.170 kematian.
4

Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dinyatakan
rawan DBD. Ada tiga daerah di Sulawesi Selatan dinyatakan rawan DBD yaitu kota
Makassar, Wajo, dan Gowa. Dinas kesehatan Gowa menetapkan delapan kecamatan
di Kabupaten Gowa yang termasuk wilayah endemis DBD yaitu Somba Opu,
Pallangga, Bajeng Barat, Bontomarannu, Bontonompo, Bontonompo Selatan, dan
Barombong. Penetapan ini didasarkan kondisi lingkungan daerah yang dinilai
berpotensi sebagai habitat nyamuk Ae. aegypti Linnaeus.
5


3
Soedomo, S.P, op. cit.h, 10.

4
Anonim, http://www. Tempo kompas. Dieniles. Com (20 Februari 2010)
5
Dinas Kesehatan Kab. Gowa, Laporan Bulanan Bidang Kesehatan Kabupaten Gowa
(Makassar: Dinas Kesehatan, 2008), h. 30.
Kabupaten Gowa terletak di bagian selatan kota Makassar yang beribukotakan
Sungguminasa, dengan luas wilayah adalah 1.883,33 km
2
dan merupakan salah satu
daerah yang tergolong padat penduduk (kurang lebih 594.423 jiwa). Penderita
penyakit DBD di Kec. Somba Opu yang terdiri dari 14 kelurahan yaitu Katangka,
Pandang-pandang, Sungguminasa, Bontobontoa, Paccinongang, Samata,
Romangpolong, Batangkaluku, Tompobalang, Tombolo, Tamarunang, Bontoramba,
Mawang dan Kalegowa yang jumlah penderitanya sekitar 360 orang, namun jumlah
kasus penyakit DBD khususnya di Kec. Somba Opu Kab. Gowa selama kurun waktu
2003-2008 ditemukan 823 kasus, tahun 2003 jumlah penderita sebanyak 82 orang,
tahun 2004 sebanyak 393 orang, tahun 2005 sebanyak 170 orang, tahun 2006
sebanyak 88 orang, tahun 2007 sebanyak 32 orang, dan tahun 2008 sebanyak 56
orang.
6

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk
Ae. aegypti Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse. Kedua jenis nyamuk ini mempunyai
habitat tersendiri, yaitu untuk Ae. aegypti Linnaeus hidupnya dominan pada tempat
penampungan air yang berada dalam rumah, misalnya: ember, bak mandi, vas bunga,
pakaian tergantung dan kelambu. Sedangkan nyamuk Ae. albopictus Skuse hidupnya
di luar rumah/sekitar rumah pada berbagai tempat/barang-barang bekas, misalnya:
potongan bambu, kaleng bekas, lubang batu, pelepah daun. Nyamuk Ae. aegypti


6
Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa. Gowa Dalam Angka 2008. 2008. h, 35.

Linnaeus memiliki kemampuan yang lebih besar untuk menjadi vektor DBD.
Nyamuk Ae. aegypti Linnaeus bersifat selektif karena hanya menggigit manusia saja
berbeda dengan Ae. albopictus Skuse yang lebih banyak menghisap darah pada
hewan seperti anjing, burung dll.
7

Penelitian tentang karakteristik tempat perkembangbiakan nyamuk
Ae. aegypti Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse di Kab. Gowa masih belum banyak
dilakukan, sementara survei awal yang telah dilakukan di Kec. Somba Opu
menemukan bahwa banyak tempat penampungan air yang ditempati oleh nyamuk
Aedes sebagai tempat perkembangbiakannya, seperti tempayan, ember, bak mandi,
ban bekas, bak tampung, dll. Hal inilah yang mendasari peneliti untuk melakukan
kajian penelitian tentang karakteristik tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti Linnaeus dan Aedes albopictus Skuse di Kecamatan Somba Opu Kabupaten
Gowa sebagai vektor penyakit DBD.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik tempat perkembangbiakan yang digunakan oleh nyamuk
Aedes aegypti Linneaus dan Aedes albopictus Skuse di Kec. Somba opu Kabupaten
Gowa?

7
Womack, M, Morfologi Aedes Aegypti.
http://garistepi.wordpress.com/2009/07/05/morfologi-nyamuk-aedes-aegypti. (15 november 2009)


2. Apakah ada perbedaan tempat perkembangbiakan antara nyamuk Aedes aegypti
Linnaeus dan Aedes albopictus Skuse di Kabupaten Gowa?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik tempat perkembangbiakan yang digunakan oleh
nyamuk Aedes aegypti Linnaeus dan Aedes albopictus Skuse di kec. Somba Opu Kab
Gowa.
2. Untuk mengetahui perbedaan tempat perkembangbiakan antara nyamuk Aedes
aegypti Linnaeus dan Aedes albopictus Skuse di Kabupaten Gowa.

D. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan informasi dan masukan yang
bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuan tentang karakteristik tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes sebagai vektor penyakit Demam Berdarah dan
diharapkan juga menjadi tambahan informasi bagi masyarakat untuk lebih selektif
dalam memilih tempat penampungan air. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat
memberi informasi yang bermanfaat bagi Dinas/Instansi terkait dalam melakukan
proses monitoring populasi nyamuk Aedes sebagai vektor DBD sehingga pelaksanaan
program pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD bisa berjalan lebih efektif.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Nyamuk
Dalam Al-Qur'an, Allah SWT memerintahkan manusia untuk mempelajari
alam dan menyaksikan ayat-ayat yang ada padanya. Semua makhluk hidup dan tak
hidup di jagat raya ini dijelaskan Allah SWT melalui ayat-ayat-Nya yang
menunjukkan bahwa alam semesta dan seisinya telah diciptakan (lihat footnote).
8

Di samping itu alam ini adalah pencerminan dari kemahakuasaan, Ilmu dan
kreasi penciptanya adalah wajib bagi manusia untuk memahami ayat-ayat ini melalui
akalnya, sehingga ia pun pada akhirnya menjadi hamba yang tunduk patuh di hadapan
Allah SWT. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam ayat Al-Quran, Allah SWT
memerintahkan manusia untuk memperhatikan alam dan melihat tanda-tanda di
dalamnya (lihat footnote).
9

Manusia bertanggung jawab untuk mengenali tanda-tanda ini dengan
menggunakan akal budinya, untuk memuliakan Allah SWT.
10


8
Surah Al-anaam: 101, Anbiyaa: 30, Adz-dzaariyat:47, Fushilat: 11.
9
Surah Ali imran : 191, Al-jatsiyah: 13, An-nuur: 41, dan Al-Anaam: 97.

10
Harun yahya, Menyikap Rahasia Alam Semesta, http://Menyikap.com (Diakses Tanggal
23 Februari 2009)
Walau semua makhluk hidup memiliki tanda-tanda ini, beberapa tanda dirujuk
Allah SWT secara khusus dalam Al-Quran. Nyamuk adalah salah satunya. Hal ini di
sebutkan dalam Q.S Al Baqarah/2: 26
| < ._> .`. , ,. :. !. .`- !. ! !.! _
`.., . l-, . _>l _. !. _ ` _l1, :!.
: < .. :. _.`, . ,: _., . ,. !. _.`, . |
_,1..l __
Terjemahnya:
"Sesungguhnya, Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau
yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka yakin
bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir
mengatakan, "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?"
Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan
perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada
yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.
11

Mungkin banyak di antara kita yang menganggap nyamuk sebagai serangga yang
biasa saja, atau bahkan menjengkelkan karena suka mengganggu orang tidur. Akan
tetapi pernyataan: "Sesungguhnya Allah SWT tiada segan membuat perumpamaan
berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu" semestinya mendorong kita untuk
memikirkan keajaiban binatang yang satu ini. Nyamuk sering dianggap sebagai



11
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: Yayasan Pentahsis dan
Penerjemah Al-Quran, 1990), h. 12-13.

makhluk hidup yang biasa dan tidak penting. Namun, ternyata nyamuk itu sangat
berarti untuk diteliti dan dipikirkan sebab di dalamnya terdapat tanda kebesaran Allah
SWT. Inilah sebabnya "Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk
atau yang lebih rendah dari itu".
12

Anggapan banyak orang bahwa nyamuk adalah penghisap dan pemakan darah
tidaklah sepenuhnya benar. Hanya nyamuk betina yang menghisap darah dan bukan
yang jantan. Di samping itu, nyamuk betina menghisap darah bukan untuk kebutuhan
makan mereka. Sebab baik nyamuk jantan maupun betina, keduanya hidup dengan
memakan nectar, yakni cairan manis yang disekresikan oleh bunga tanaman (sari
madu bunga). Satu-satunya alasan mengapa nyamuk betina, dan bukan jantan,
menghisap darah adalah karena darah mengandung protein yang dibutuhkan untuk
kematangan telur nyamuk. Dengan kata lain, nyamuk betina menghisap darah untuk
mempertahankan kelangsungan hidup spesiesnya.
13

Binatang yang sangat kecil yang dijadikan Allah SWT sebagai contoh ini
telah secara khusus diciptakan sebagaimana adanya. Hal ini mengantarkan umat
Islam untuk memikirkan ciptaan Allah SWT dan berpikir bahwa Allah SWT tidak
menciptakan semua ini sia-sia saja, namun agar supaya mereka taqwa kepada Allah
dan bertindak sesuai dengan kehendak-Nya.
14



12
Ibid,.


13
Harrys Pratama Teguh, Nyamuk dan Petualangannya. http://www.pewarta-
indonesia.com/nspirasi/Opini/nyamuk-dan-petualangannya.html. 2010. Di akses tgl 2 juli 2010.

14
Ibid,.
_ `. , < !.., :`- _ls ,`.`> ` ., _ _l>
,. ,.l _ !.`, !. 1l> ..> L., ,..>,. !.1 ,.s
!.l _
Terjemahnya :
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa
neraka (QS. 3 :191)

1. Aedes aegypti Linnaeus

a. Morfologi

Nyamuk ini dapat dikenali dengan warna tubuh gelap dan garis putih keperakan
yang tajam dengan bentuk lyre pada toraksnya serta terdapat gelang putih pada
bagian pangkal kaki.
15

Nyamuk Ae. aegypti Linneaus dewasa sebagai stadium akhir berlangsung di alam
bebas, memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan
tungkainya ditutupi sisik dengan garis putih keperakan. Di bagian punggung/dorsal
tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal atau lyre dibagian kiri dan kanan
yang menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk umumnya mudah



15
Rueda. L. M, Zootaxa : Key pictorial for the identification of mosquitoes (Diptera:
Culucidae) associated with dengue transmission (new zaeland: magnolia Press, 2005), h. 17.
rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua.
Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi, tergantung dari
kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan.
Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan
yang umumnya lebih kecil dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada
antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang.
16










Gambar 1: Nyamuk dewasa Ae. Aegypti Linnaeus.
17

Keterangan:
a. Proboscis f. Vein 1A
b. Antenna g. Femur
c. Foreleg h. Abdominal terga
d. Wing i. Midleg
e. Vein CU j. Hindleg



16
Womack, M, 0p. cit.

17
Rueda. L. M, Zootaxa, loc.cit.

a








c

g
e
h
i
j
b
d
f
b. Klasifikasi
Aedes aegypti Linnaeus diklasifikasikan sebagai berikut
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Culicidae
Subfamili : Culicinae
Genus : Aedes
Spesies : Aedes aegypti Linneaus
18


c. Siklus hidup
Nyamuk dalam daur hidupnya memiliki tingkatan-tingkatan tertentu yang
terkadang tingkatan itu satu dengan yang lainnya sangat berbeda. Semua nyamuk
mengalami metamorfosa sempurna (holometabola) mulai dari telur menjadi jentik
kemudian menjadi kepompong dan akhirnya menjadi dewasa. Jentik dan pupa hidup
di air sedangkan dewasa hidup di darat. Dengan demikian nyamuk dikenal memiliki 2


18
Borror, Pengenalan Pelajaran Serangga, Jilid 6 (Yogyakarta: Gadja Mada University
Press, 1992), h. 621.

macam alam kehidupan, yaitu kehidupan di dalam air dan kehidupan di luar air
(darat/udara).
19

Nyamuk termasuk serangga yang melangsungkan sebagian siklus hidupnya di
air. Kelangsungan hidup nyamuk akan terputus apabila tidak ada air. Nyamuk dewasa
akan meletakkan telurnya di permukaan air. Nyamuk mengeluarkan telur sebanyak
100-300 butir sekali dengan ukuran sekitar 5 mm.
20

Siklus hidup Aedes aegypti Linnaeus terdiri atas 4 tahapan yaitu: telur,
jentik/larva, pupa, dan nyamuk dewasa. Nyamuk dewasa biasanya menggigit pada
siang hari, puncak waktu gigitan adalah pukul 09.00-10.00 dan pukul 16.00-17.00.
Perkembangan dari telur sampai menjadi nyamuk dewasa 9-10 hari.
21





Gambar 2: Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti Linnaeus
22



19
Akhmadi, Daur Kehidupan Nyamuk, http://id. Wikipedia.org/wiki/Nyamuk. 2009 (23
mei 2010)

20
Ibid.

21
Clements, A.N. The Biology of Mosquitos, Vol. 2 (Sensory Reception and Behavior. CABI
Publishing, New York.1992), h. 125.

22
Syahribulan, Hasil Penelitian. Gowa. 2010. (Belum dipublikasikan)
larva
pupa
Telur

Dewasa
Pupa
Dewasa
1) Telur
Telur Aedes aegypti Linnaeus berwarna hitam dengan ukuran 0, 80 mm. Telur ini
di tempat yang kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan. Telur akan menetas
menjadi jentik yang halus seperti jarum dalam waktu lebih kurang 2 hari setelah
terendam air. Telur diletakkan satu persatu pada permukaan yang basah tepat di atas
batas permukaan air. Sebagian besar nyamuk Ae. aegypti Linneaus betina meletakkan
telurnya di beberapa sarang selama satu kali siklus gonotropik. Perkembangan embrio
biasanya selesai dalam 48 jam di lingkungan yang hangat dan lembab (WHO, 2001 :
60). Begitu proses embrionasi selesai, telur akan menjalani masa pengeringan yang
lama (lebih dari satu tahun). Telur akan menetas pada saat penampungan air penuh,
tetapi tidak semua telur akan menetas pada waktu yang sama. Kapasitas telur untuk
menjalani masa pengeringan akan membantu mempertahankan kelangsungan spesies
ini selama kondisi iklim buruk. Nyamuk betina dewasa setiap kali bertelur dapat
menghasilkan telur sebanyak 100 butir.
23

Telur Ae. aegypti Linnaeus berbentuk lonjong seperti torpedo, panjang kurang
lebih 0,6 0.8 mm dan beratnya 0,0113 mg. Telur diletakkan satu persatu di dinding
tempat penampungan air (TPA) 1-2 cm di atas permukaan air. Air di dalam tempat
tersebut adalah jernih dan terlindung dari cahaya matahari langsung. Tempat air di
dalam rumah lebih disukai dari pada di luar rumah, dan tempat yang lebih dekat


23
M. Hasyimi, Enny W. Lestari, Supartman S, Kesenangan Bertelur Aedes sp. (Yogyakarta,
dibawakan pada kongres entomologi IV, 28-30 januari, 1992), h. 1.

rumah lebih disukai daripada yang lebih jauh dari rumah. Telur dapat bertahan
sampai 6 bulan.
24

Pada saat telur dikeluarkan berwarna putih dan selang 30 menit kemudian
berangsur-angsur berubah menjadi hitam pekat. 70 jam kemudian setelah kontak
dengan air pada suhu 25C-30C telur akan menetas menjadi larva. Telur tersebut
dapat bertahan pada tempat yang kering (tanpa air) sampai berbulan-bulan pada suhu
22C-42C, namun bila tempat tersebut tergenang air atau kelembaban tinggi maka
dapat menetas dengan cepat, suhu lingkungan sangat berpengaruh pada daya tahan
telur untuk menetas menjadi larva.
25

2) Jentik / Larva
Jentik nyamuk Ae. aegypti Linnaeus berukuran panjang 0,5-1 cm saat baru
menetas. Jentik tersebut bergerak aktif dalam air. Gerakannya berulang-ulang dari
bawah keatas permukaan air untuk bernafas (mengambil udara) kemudian turun,
kembali ke bawah dan seterusnya. Selama periode jentik/larva dalam
pertumbuhannya akan menjalani 4 tahapan perkembangan, lamanya perkembanagan
larva akan bergantung pada suhu, ketersediaan makanan,dan kepadatan larva. Pada
kondisi optimum, waktu yang dibutuhkan mulai dari penetasan sampai kemunculan
nyamuk dewasa akan berlangsung sedikitnya selama 7 hari, termasuk 2 hari menjadi

24
Ibid.


25
Yotopranoto, Dinamika Populasi Vektor Pada Lokasi Dengan Kasus Demam Berdarah
Dengue yang Tinggi di Kotamadya Surabaya, majalah Kedokteran Tropis Indonesia, Vol 9 : N0. 1-2.
1998, h. 3.
pupa. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air.
Biasanya berada di sekitar dinding tempat penampungan air.
26

3) Pupa
Pada stadium ini bentuk pupa Aedes jauh berbeda dengan bentuk larvanya. Pupa
berbentuk gemuk, bulat serta tajam seperti koma, pupa tidak memerlukan makanan,
tetapi memerlukan oksigen dan pengambilan oksigen melalui terompetnya. Biasanya
stadium ini berlangsung 1-5 hari pada temperatur air.
27

Pupa merupakan tingkatan (stadium) istirahat dan tidak makan. Pada stadium ini
terjadi proses pembentukan alat-alat tubuh nyamuk dewasa seperti alat kelamin,
sayap, dan kaki. Tingkatan ini memerlukan waktu 1-2 hari. Setelah cukup waktu,
pupa akan berubah menjadi nyamuk dewasa yang telah dapat dibedakan antara jantan
dan betina dari alat kelaminnya. Pupa nyamuk Ae. aegypti Linnaeus berbentuk
seperti koma, geraknya lamban, sering berada di permukaan air, setelah 1-2 hari akan
menjadi nyamuk baru.
28

4) Nyamuk Dewasa
Nyamuk dewasa akan kawin dan nyamuk betina yang sudah dibuahi akan
menghisap darah dalam 24-36 jam. Nyamuk dewasa sebagai stadium akhir
berlangsung di alam bebas. Nyamuk yang baru keluar akan terbang dan mencari
darah untuk makanannya. Umur nyamuk relatif pendek dimana nyamuk jantan


26
Clements, loc. cit.

27
Ibid.
28
Ibid.
umumnya berumur kurang dari seminggu, sedangkan nyamuk betina umurnya lebih
panjang sekitar rata-rata 1-2 bulan. Nyamuk jantan akan terbang di sekitar tempat
perkembangbiakannya dan makan cairan tumbuhan yang ada di sekitarnya. Nyamuk
betina hanya kawin satu kali untuk seumur hidupnya. Perkawinan biasanya terjadi
24-48 jam setelah keluar dari kepompong. Makanan nyamuk betina yaitu darah, yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan telurnya. Untuk mengetahui jenis kelamin dapat
dilihat pada antenanya, nyamuk dewasa jantan mempunyai bulu yang lebat pada
antenanya sedangkan pada nyamuk dewasa betina mempunyai bulu yang jarang pada
antenanya. Ciri-ciri nyamuk dewasa sebagai berikut:
a) Berukuran kecil dan belang-belang putih, putihnya mengkilat seperti perak.
b) Proboscis bersisik hitam tanpa dilengkapi gelang-gelang
c) Palpi pendek dengan ujung hitam bersisik putih perak
d) Pada bagian badannya dihiasi kumpulan sisik putih yang disebut lyre yang
berbentuk khas.
29


d. Perilaku Aedes aegypti Linnaeus
Nyamuk Ae. aegypti Linnaeus lebih suka menghisap darah manusia
(anthropophilic) dibandingkan darah hewan dan lebih suka menggigit pada bagian
lengan dan kaki dibandingkan bagian muka. Nyamuk ini dapat menyembunyikan
dirinya dengan berbagai cara di lingkungan dan juga dapat meredam suara getaran


29
Ibid., h. 128.

sayapnya saat terbang sehingga kehadirannya disekitar manusia susah dideteksi
sehingga ahli menyebutnya sebagai nyamuk cerdas.
30

Waktu menggigit nyamuk Ae. aegypti adalah pukul 08.00-12.00 siang dan
15.00-17.00 sore. Nyamuk ini lebih banyak menggigit dalam rumah (endofagik)
daripada di luar rumah (eksofagik) dan dapat menggigit beberapa orang secara
bergantian dalam waktu singkat (multiple bitter). Perilaku yang demikian sangat
membantu dalam memindahkan virus dengue ke beberapa orang sekaligus. Setelah
menggigit dan selama menunggu kematangan telur, nyamuk Ae. aegypti Linnaeus
beristirahat di tempat gelap dan sedikit angin.
31

Nyamuk Ae. aegypti Linnaeus betina biasanya meletakkan telur di atas
permukaan air dan akan menetas bila tergenang/terendam air. Populasi biasanya
berkurang pada musim kemarau dan musim dingin. Telur bertahan terhadap
kekeringan selama musim kemarau/kering dan larva yang bertahan akan hidup pada
musim hujan, hal ini menjadi salah satu penyebab epidemi dengue.
32

Nyamuk Ae. aegypti Linnaeus mempunyai perilaku makan dengan cara
mengisap nektar tanaman sebagai sumber energinya. Selain energi nyamuk betina
juga membutuhkan pasokan protein untuk keperluan produksi (anautogenous) dan
proses pematangan telurnya. Pasokan protein tersebut diperoleh dari cairan darah

30
Bliss, A.R., Gill, J.M. The Effect of freezing on the larvae of Aedes aegypti, Am. J. Trop.
Med. S1-13(6), 1933, hal. 583-588.

31
Clements, op. cit., h. 130.

32
Halstead, S.B. (eds.), Dengue: Tropical medicine Science and Practice, vol. 5, (Imperial
College Press,2008), h. 75.

inang. Di dalam proses memenuhi kebutuhan protein untuk proses pematangan
telurnya ditentukan oleh frekuensi kontak antara vektor dengan inang. Ada perbedaan
perilaku makan darah antara nyamuk yang belum dan sudah terinfeksi virus DBD.
Perbedaan itu berimplikasi terhadap frekuensi kontak nyamuk dengan inang. Imago
betina terinfeksi lebih sering kontak dengan inang untuk mendapatkan cairan darah
untuk produksi dan proses pematangan telurnya. Kejadian itu meningkatkan frekuensi
kontaknya dengan inang sehingga peluang penularan virus DBD semakin cepat dan
singkat. Meningkatnya frekuensi kontak antara vektor dengan inang tersebut dapat
dipengaruhi juga oleh kisaran dan frefensinya terhadap inang.
33


2. Aedes albopictus Skuse
a. Morfologi
Ciri nyamuk Ae. albopictus Skuse mirip dengan Ae. aegypti Linnaeus kecuali
adanya satu garis warna putih yang memanjang pada bagian tengah toraks. Panjang
tubuh 2-10 mm dengan garis putih pada bagian median toraks. Variasi ukuran tubuh
dewasa tergantung pada kepadatan populasi larva dan ketersediaan makanan dalam
air tempat hidupnya. Panjang abdomen rata-rata 2.63 mm, panjang sayap 2.7 mm,
proboscis 1.88 mm.
34

Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil, jika dibandingkan dengan rata-rata
nyamuk yang lain. Mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada

33
Merrit, RW. & KW.Cummins (Eds). An Inroduction to The Aquatic Insects of North
America (Kendall/Hunt Publishing Company, 1978), h. 441
34
Ibid.
bagian badan dan kaki, terdapat strip putih yang terdapat pada bagian skutumnya.
Skutum Ae. albopictus Skuse berwarna hitam yang hanya berisi satu garis putih tebal
dibagian dorsalnya. Jenis kelamin dari nyamuk dapat ditentukan dengan mudah oleh
bentuk antenanya. Antena dari yang jantan sangat plumose (lebat), sedangkan pada
yang betina pilose (jarang). Palpus maksila (di samping probosis) sangat pendek pada
yang betina, tetapi lebih panjang daripada probosis pada yang jantan.
35


b. Klasifikasi Aedes albopictus Skuse
Aedes albopictus Skuse diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Culicidae
Subfamili : Culicinae
Genus : Aedes
Spesies : Aedes albopictus Skuse
36





35
Anna, Morfologi Aedes albopictus, http://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti, 2008 (15
desember 2009)

36
Borror. loc. cit.
c. Siklus hidup nyamuk Ae. albopictus Skuse




Gambar 2: Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti Linnaeus
37


1) Telur
Telur Aedes berwarna hitam dengan ukuran 0,80 mm. Telur berbentuk oval
yang mengapung satu-persatu pada permukaan air yang jernih dan menempel pada
dinding tempat penampung air. Jumlah telur (sekali bertelur) sekitar 100-300 butir,
rata-rata 150 butir. Frekuensi nyamuk betina bertelur yaitu 2-3 hari sekali. Dalam
kondisi kering, telur dapat bertahan selama dua sampai 3 bulan. Namun dapat segera
menetas jika telur terkena air dalam waktu satu sampai dua hari.
38

2) Jentik
Larva Aedes hidup di dalam air. Ada empat tingkatan (instar) larva yang sesuai
dengan pertumbuhan larva tersebut. Larva instar I berukuran kecil, yaitu 1-2 mm dan
berumur 1 hari. Larva instar II berukuran 2,5-3,8 mm dan berumur 1-2 hari. Larva

37
Syahribulan, Hasil Penelitian. Gowa. 2010. (Belum dipublikasikan)

38
Division Entomology, The Insect Of Australia A Textbook For Student and Research
Workers. (Vol. II ; New York : Cornell University Press, 1991), h. 743.

larva
pupa
Telur

Dewasa
Pupa
Dewasa
instar III sedikit lebih besar dari larva instar II dan berumur 2 hari. Larva instar IV
berukuran paling besar yaitu 5 mm dan berumur 2-3 hari. Larva bernapas melalui satu
buluh pernapasan pada ujung posterior tubuh yang dinamakan siphon. Pada larva
belum ada perbedaan antara jantan dan betina. Pada pergantian kulit terakhir larva
akan berubah menjadi pupa. Umur rata-rata pertumbuhan mulai dari larva sampai
pupa berkisar antara 6-8 hari. Jentik/larva membuat pusaran air kecil dalam air dengan
menggunakan bagian ujung dari tubuh mereka yang ditumbuhi bulu sehingga mirip kipas.
Kisaran air tersebut menyebabkan bakteri dan mikroorganisme lainnya tersedot dan masuk ke
dalam mulut larva nyamuk
39

3) Pupa
Pupa Aedes berbentuk seperti koma. Bentuknya lebih besar dan ramping
dibanding larvanya. Pupa Aedes berukuran lebih kecil, jika dibandingkan dengan
rata-rata pupa nyamuk lainnya. Habitatnya berada di dalam air, bergerak sangat aktif
dan sensitif terhadap gangguan air. Jika air tersentuh dan bergoyang, dengan cepat ia
akan menyelam lebih dalam ke dasar air dan setelah menunggu beberapa saat setelah
air tenang kembali ia akan muncul kembali kepermukaan dengan gerakan yang lebih
lamban.
40

Pada tingkatan ini tidak memerlukan makanan, tetapi memerlukan udara untuk
hidupnya. Mereka bernafas pada permukaan air melalui sepasang struktur seperti
terompet yang terletak dibagian dorsal cephalothoraksnya. Pada masa ini sudah dapat


39
Ibid.,


40
Ibid.

dibedakan jenis kelaminnya. Berdasarkan ukuran, pupa betina memiliki ukuran yang
lebih besar daripada pupa jantan. Pupa dapat berubah menjadi nyamuk kira-kira
dalam waktu 1-2 hari. Pada umumnya nyamuk jantan muncul lebih dahulu
dibandingkan dengan nyamuk betina. Berdasarkan penelitian Shannon dan Putnam
(1934), waktu yang dibutuhkan pupa jantan untuk menjadi nyamuk dewasa sekitar 45
jam, sedangkan pupa betina membutuhkan waktu sekitar 60 jam pada suhu 23-
27
o
C.
41

4) Nyamuk Dewasa
Umur nyamuk jantan lebih singkat daripada nyamuk betina ( 1 minggu),
makanannya berupa cairan tumbuhan atau nektar, sedangkan umur nyamuk betina
berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan atau rata-rata 1
1
/
2
bulan, tergantung dari
suhu kelembaban udara sekelilingnya. Makanan nyamuk betina adalah darah mamalia
terutama darah manusia (antropofilik) yang digunakan untuk pematangan telurnya.
Nyamuk dewasa biasanya aktif selama siang hari. Puncak aktivitas terjadi pada pukul
08.00-10.00 dan pukul 15.00-17.00. Hal ini dikarenakan perilakunya yang diurnal
dan kebanyakan dari nyamuk menggunakan waktu siang harinya untuk beristirahat.
Umur nyamuk betina berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan.
42




41
Ibid., h. 144.

42
Ibid.

d. Perilaku Aedes albopictus Skuse
Aedes albopictus Skuse lebih menyukai tempat di luar rumah yaitu hidup
dipohon atau kebun atau kawasan pinggir hutan. Oleh karena itu, Ae. albopictus
Skuse sering disebut nyamuk kebun. Ae. albopictus Skuse mempunyai perilaku
makan yaitu mengisap nectar dan jus tanaman sebagai sumber energinya. Selain
energi, imago betina juga membutuhkan pasokan protein untuk keperluan produksi
(anautogenous) dan proses pematangan telurnya.
43

B. Karakteristik Tempat Perkembangbiakan Nyamuk
Nyamuk Ae. aegypti merupakan vektor utama penyakit DBD di daerah tropik.
Nyamuk ini semula berasal dari Afrika kemudian menyebar melalui sarana
transportasi ke negara lain di Asia dan Amerika. Di Asia Ae. aegypti Linnaeus
merupakan satu-satunya vektor yang efektif menularkan DBD, karena tempat
perkembangbiakannya berada di sekitar rumah dan hidupnya tergantung pada darah
manusia. Daerah di mana penduduknya jarang, Ae. aegypti Linnaeus masih memiliki
kemampuan penularan yang tinggi karena kebiasaan nyamuk tersebut menghisap
darah manusia berulang-ulang pada siang hari. Oleh karena itu kebiasaan hidup
Ae. Aegypti Linnaeus dan tempat perkembangbiakannya merupakan faktor yang
penting menjadi sasaran pencegahan dan pemberantasan DBD.
44


43
Merrit, RW. & KW.Cummins, loc cit.

44
Ibid, h, 443.
Tempat perkembangbiakan Ae. aegypti Linnaeus di negara asalnya berbeda
dengan di Asia. Di Afrika nyamuk hidup di hutan dan tempat perkembangbiakan
pada genangan air di pohon. Di Asia nyamuk hidup di daerah pemukiman, dan
tempat perkembangbiakannya pada genangan air bersih buatan manusia (man made
breeding places) di daerah pemukiman. Tempat perkembangbiakan Ae. aegypti
Linnaeus dapat dibedakan atas tempat perkembangbiakan sementara, permanen dan
alamiah. Tempat perkembangbiakan sementara terdiri dari berbagai macam tempat
penampungan air (TPA) termasuk kaleng bekas, ban mobil bekas, pecahan botol,
pecahan gelas, talang air, vas bunga, dan tempat yang dapat menampung air bersih.
Tempat perkembangbiakan permanen adalah TPA untuk keperluan rumah tangga
seperti: bak penampungan air, bak mandi, tempayan, dan bak mandi. Tempat
perkembangbiakan alamiah berupa genangan air pada pohon seperti pohon pisang,
pohon kelapa, pohon aren, potongan bambu, dan lubang pohon.
45

Nyamuk Aedes aegypti Linnaeus biasanya hidup di pemukiman padat
penduduk, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Nyamuk ini menjadikan bak
mandi, drum air, tempayan, ember, kaleng bekas, vas bunga, botol bekas, lubang
pohon, pelepah daun, tempurung kelapa dan lubang-lubang yang berisi air jernih
sebagai tempat bertelur/breeding site.
46


45
Ibid., h,445.
46
Hunt, M, 2001. Viral zoonoses IArthropod borne-viruses, (on line)
(Http://www.cdc.gov/ncidod/dvbid/arbor/arboinfo.htm,h, 2. ( 6 Februari 2005).

Hasil penelitian Zhelfina (2007) di Kab. Gowa menunjukkan bahwa nyamuk
Ae. aegypti Linnaeus ditemukan baik di dalam maupun di luar rumah pada berbagai
tempat penampungan air, misalnya tempayan, ember, bak mandi, dan drum.
Sedangkan nyamuk Ae. albopictus Skuse lebih banyak ditemukan di luar rumah pada
berbagai tempat/wadah yang dijadikan sebagai tempat perkembangbiakannya.
Umumnya tempat/wadah tersebut adalah barang bekas/sampah hasil aktivitas
manusia, misalnya kaleng, botol, ban bekas dan ember. Selebihnya berupa tempayan,
drum dan bak mandi yang dipakai sebagai tempat penampungan air.
47

Ae. aegypti Linnaeus di India banyak ditemukan di tempat-tempat
penampungan air dalam rumah dan tempat penampungan air yang terbuat dari semen,
tetapi selama musim hujan banyak ditemukan pada barang bekas rumah tangga, vas
bunga di sekitar atau di pekarangan rumah.
48

Nyamuk dewasa akan kawin dan nyamuk betina yang sudah dibuahi akan
menghisap darah dalam 24- 36 jam. Tempat hinggap yang disenangi ialah
benda-benda yang tergantung, seperti: pakaian, kelambu, atau tumbuh-tumbuhan
didekat tempat berkembangbiaknya. Biasanya ditempat yang agak gelap dan lembab.
Setelah masa istirahat selesai, nyamuk itu akan meletakkan telurnya pada dinding bak
mandi/WC, tempayan, drum, kaleng, ban bekas, dll. Biasanya sedikit diatas


47
Zhelfina Ummi Muslimah, Karakteristik Vektor Demam Berdarah Dengue (Spasies,
Distribusi, Lingkungan) Di Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa (Skripsi Sarjana Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,2007 )hal,23.

48
Hunt, M, op. Cit, h, 3.
permukaan air. Selanjutnya nyamuk akan mencari mangsanya (menghisap darah)
lagi.
49

Nyamuk Ae. albopictus Skuse yang juga berperan dalam penularan penyakit
DBD, merupakan nyamuk luar rumah dan jauh dari pemukiman penduduk, misalnya
di kebun, hutan dan daerah pinggiran kota, walaupun demikian peranannya dalam
penularan penyakit DBD perlu diwaspadai.
50

Nyamuk Ae. albopictus Skuse tersebar luas di wilayah Asia Tenggara seperti
halnya Ae. aegypti Linnaeus. Nyamuk ini dapat ditemukan di berbagai tempat,
misalnya: di perkotaan, daerah pertanian, atau di hutan dan utamanya
berkembangbiak di lubang-lubang pohon, pelepah daun, potongan bambu. Nyamuk
ini juga dapat hidup dan berkembangbiak bersama dengan Ae. aegypti Linnaeus di
dalam kaleng, drum dan barang-barang domestik lainnya.
51

Penduduk Asia biasanya menyimpan air di tempat penampungan air yang
berbeda-beda dan dibuat dari bermacam-macam bahan seperti semen, plastik, tanah,
kaleng, seng, besi, dan keramik. Di Indonesia diperkirakan setiap rumah memiliki


49
WHO, Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah
Dengue, Jakarta: EGC, 2004, h, 38.
50
Ibid.
51
William, hawley, The Biology Of Aedes Albopictus (vol. IV; Notre Dame: University of
Nutre Dame, 1998), h. 2.

TPA antara 5-6 buah. Perilaku penyimpanan air ini sangat tergantung pada kultur
setempat dan kebutuhan air.
52

Pertambahan penduduk dan urbanisasi mengakibatkan kebutuhan air
meningkat, sehingga mengakibatkan upaya menampung air meningkat pula. Begitu
juga berkembangnya pembangunan dan perindustrian mengakibatkan barang industri
seperti mobil dan barang-barang keperluan rumah tangga seperti plastik maupun
gelas bertambah. Bertambah tingginya produksi barang-barang tersebut,
mengakibatkan bertambahnya barang-barang buangan seperti ban bekas, kaleng,
pecahan gelas, dan plastik. Barang bekas tersebut semuanya memberi peluang
bertambahnya perindukan nyamuk Aedes.
53

Survei entomologi yang dilakukan di Chungho, Taipei terhadap kontainer
penyimpan air di daerah pemukiman dan daerah terbuka menemukan Ae. albopictus
Skuse paling mendominasi (18.49%) dalam kontainer tersebut. Spesies nyamuk lain
0.02-0.16% dari total jumlah kontainer yang diperiksa. Dari semua kontainer yang
diperiksa (7 kontainer), sebanyak 97.33% didiami oleh larva Ae. albopictus (24.50%),
C. bicornutus (2.17), C. quinquefasciatus (1.48), and C. pallidothorax (1.08%).
54



52
Ibid.
53
Ibid.
54
Ibid.

Larva Ae. albopictus Skuse juga ditemukan hidup dalam ban-ban. Penelitian
yang dilakukan oleh Craven et al. (1988) terhadap 79 kontainer yang dikirim melalui
kapal yang membawa 22,051 ban ditemukan 5,507 ban (25%) yang terisi air. Dari
total ban yang diperiksa ini ditemukan sebanyak 15 ban terisi larva Ae. albopictus
Skuse.
55

Tempat perkembangbiakan nyamuk berupa genangan-genangan air yang
tertampung di suatu wadah yang biasa disebut kontainer dan bukan pada genangan-
genangan air di tanah. Kontainer ini dibedakan sebagai:
a. Tempat Penampungan Air (TPA), yaitu tempat-tempat untuk menampung air guna
keperluan sehari-hari seperti: Drum, tempayan, bak mandi, bak WC, ember dan lain-
lain.
b. Bukan tempat penampungan air (Non TPA), yaitu tempat-tempat yang bisa
menampung air tetapi bukan keperluan sehari-hari, seperti: Tempat minum hewan
piaraan (ayam,burung,dll), barang bekas (Kaleng, ban, botol, pecahan gelas, dll), vas
kembang, perangkap semut, penampung air dispenser dan sebagainya.
c. Tempat penampungan air buatan alam (alamiah/natural) seperti: lubang pohon,
lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang,
potongan bambu, dll.

55
Ibid., h. 3.

d. Kontainer ini pada umunya ditemukan di dalam rumah, di sekitar rumah, dan tidak
jauh dari rumah.
56


C. Pengaruh Lingkungan Terhadap Kejadian Penyakit DBD
1. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri baik berupa benda mati,
benda hidup, nyata ataupun abstrak, termasuk manusia lainnya, seperti suasana yang
terbentuk akibat interaksi semua elemen-elemen tersebut, termasuk host yang
lainnya.
57

Menurut Indra Chahaya (2003), lingkungan biologik yang mempengaruhi
penularan penyakit DBD ialah banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan,
yang mempengaruhi kelembaban dan pencahayaan di dalam rumah dan halamannya.
Bila banyak tanaman hias dan tanaman pekarangan berarti akan menambah tempat
yang disenangi nyamuk untuk hinggap, istirahat dan juga menambah umur nyamuk.
58

Menurut Donusaputra (1993), lingkungan adalah semua benda dan kondisi
termasuk di dalamnya manusia dan tingkah laku perbuatannya yang terdapat dalam
ruangan dimana, manusia, benda berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta

56
Departemen Kesehatan, Pedoman Survei Entomologi Demam Berdarah Dengue (Cet. II;
Jakarta: Bakti Husada, 2002), h. 8
57
Soemirat, J., Epidemiologi Lingkungan. UGM Press, Yogyakarta.1999
58
Indra Chahaya, Pemberantasan Vektor Demam Berdarah Di Indonesia (Bagian
Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, 2003), h, 3.
kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya. Secara spesifik lingkungan
berhubungan dengan kesehatan yang meliputi:
a. Lingkungan fisik adalah lingkungan yang komponennya terdiri atas sinar matahari,
udara, air, dan pemukiman. Lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi penularan
penyakit demam berdarah dengue yaitu:
1) Keadaan lingkungan
Keadaan lingkungan yang banyak ditemukan sampah seperti kaleng, botol, ban
bekas, kaca atau barang/benda yang dapat menampung air yang tidak bersentuhan
langsung dengan tanah.
2) Kondisi fasilitas tempat penampungan air
Fasilitas tempat penampungan air yaitu keadaan tempat-tempat penampungan
air yang dimiliki masyarakat. Dalam hal ini tempat penampungan air yang dikuras
lebih dari satu minggu sekali dan tidak ditutup serta pencahayaan yang tidak cukup
akan menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes.
b. Lingkungan biologis adalah lingkungan yang komponennya meliputi kuman
penyakit, reservoir, vektor, tumbuh-tumbuhan. Lingkungan biologis yang
mempengaruhi penularan penyakit DBD terutama adalah banyaknya tanaman hias
dan tanaman pekarangan yang mempengaruhi kelembaban dan pencahayaan dalam
rumah dan halamannya sehingga menambah tempat yang disenangi nyamuk untuk
hinggap beristirahat.



2. Pengaruh Lingkungan Terhadap perkembangbiakan nyamuk Aedes
Kondisi lingkungan, yakni perubahan lingkungan dari musim penghujan ke
musim kemarau, suhu udara 24
o
C-28
o
C merupakan kondisi yang tepat untuk
berkembangbiak bagi nyamuk Aedes. Apabila terjadi hujan secara terus-menerus,
hingga menyebabkan banjir, maka virus nyamuk Aedes dapat mati. Namun, dengan
kondisi hujan yang turun hanya sebentar, setelah beberapa hari kemudian terjadi
hujan lagi. Pada saat tenggang hujan tidak turun itu, virus dapat berkembangbiak
menjadi nyamuk pra-dewasa, kemudian menjadi nyamuk dewasa yang siap menggigit
manusia. Dengan demikian, faktor lingkungan yang perlu dikelola adalah suhu, dan
tempat-tempat yang menjadi perkembangbiakan virus, nyamuk pra-dewasa, dan
nyamuk dewasa.
59

Perubahan iklim secara global akan mempengaruhi vektor penyakit yang pada
akhirnya dapat merubah pola penyakit yang dibawa oleh vektor tersebut. Vektor yang
sangat umum adalah hewan Arthropoda yang merupakan kelompok hewan berdarah
dingin dimana suhu internalnya sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Kejadian
penyakit yang dibawa oleh vektor akan tergantung baik pada faktor vektor maupun
pada inang. Iklim dapat mempengaruhi semua faktor ini dalam beberapa hal akan
tetapi berpengaruh langsung terhadap ukuran populasi vektor.
60


59
Ibid.
60
Khasnis dan Nettlemen, Global Warming and Infectious Disease, Archives of Medical
Research 36 (2005), h. 689-696.
Bukti lapangan dan laboratorium mengenai kepekaan patogen dan vektor
terhadap kondisi lingkungan menunjukkan bahwa perubahan iklim utamanya tren
pemanasan suhu secara global tampaknya berperan baik pada kedua organisme
tersebut. Dalam hubungannya dengan transmisi penyakit, perubahan yang terjadi
berikut ini akan menjadi sangat penting: (i) laju survival dan reproduksi vektor pada
akhirnya menentukan distribusi dan kelimpahan; (ii) intensitas dan pola temporal
aktivitas vektor (utamanya laju menggigit) sepanjang tahun; dan (iii) laju
perkembangan survival dan reproduksi patogen dan vektor.
61

Hujan dapat meningkatkan atau bahkan menurunkan laju kejadian dengue.
Kontak dengan vektor manusia dapat meningkat selama periode hujan lebat (Gubler,
1994) karena nyamuk menjadi kurang aktif. Nyamuk lebih suka tinggal dalam rumah
dimana kemungkinan survivalnya lebih tinggi sehingga kontak dengan manusia
menjadi lebih besar. Banyak peneliti menemukan adanya hubungan timbal balik
antara laju kejadian dengue dan curah hujan. Soper (1938) di Brazil menemukan
bahwa air hujan yang tersimpan dalam kontainer dalam rumah mengakibatkan
banyak nyamuk Ae. aegypti Linnaeus ditemukan pada daerah pemukiman.

D. Bioekologi Aedes aegypti Linnaeus dan Aedes albopictus Skuse
Secara bioekologis kedua spesies nyamuk tersebut mempunyai dua habitat yaitu
aquatic (perairan) untuk fase pradewasanya (telur, jentik, dan pupa), dan daratan atau

61
Kovats, dkk. Early effects of climate change: do they include changes in vector-borne
disease Phil. Trans. R. Soc. Land. B (2001), h. 356.
udara untuk serangga dewasa. Walaupun habitat imago di daratan atau udara, namun
juga mencari tempat di dekat permukaan air untuk meletakkan telurnya. Bila telur
yang diletakkan itu tidak mendapat sentuhan air atau kering masih mampu bertahan
hidup antara 3 sampai satu tahun. Masa hibernasi telur-telur itu akan berakhir atau
menetas bila sudah mendapatkan lingkungan yang cocok pada musim hujan untuk
menetas. Telur itu akan menetas 3-4 jam setelah mendapat genangan air untuk
menjadi larva. Habitat larva yang keluar dari telur tersebut hidup mengapung di
bawah permukaan air. Perilaku hidup larva tersebut berhubungan dengan upayanya
menjulurkan alat pernapasan yang disebut sifon menjangkau permukaan air guna
mendapatkan oksigen untuk bernafas. Tempat perkembangbiakan seluruh masa
pradewasanya dari telur, jentik dan pupa hidup di dalam air walaupun kondisi airnya
sangat terbatas.
62

Berbeda dengan tempat perkembangbiakan nyamuk dewasanya yaitu hidup
bebas di daratan (terrestrial) atau udara (aborial). Walaupun demikian,
masing-masing dari spesies itu mempunyai kebiasaan hidup yang berbeda yaitu
nyamuk Ae. aegypti Linnaeus lebih menyukai tempat di dalam rumah penduduk
sementara Ae. albopictus Skuse lebih menyukai tempat di luar rumah yaitu hidup di
pohon atau kebun kawasan pinggir hutan. Oleh karena itu, Ae. albopictus Skuse
sering disebut nyamuk kebun. Sementara Ae. aegypti Linnaeus yang lebih memilih

62
Supartha, I.W., Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah Dengue, Aedes
aegypti Linnaeus dan Aedes albopictus Skuse (Diptera: Culicidae), Disampaikan dalam Pertemuan
Ilmiah pada Dies Natalis Universitas Udayana Ke-45. 3-6 September 2008., h, 5.
habitat di dalam rumah sering hinggap pada pakaian yang digantung untuk
beristirahat dan bersembunyi menantikan saat tepat inang datang untuk mengisap
darah. Informasi tentang tempat perkembangbiakan dan kebiasaan hidup nyamuk
tersebut sangat penting untuk mempelajari dan memetakan keberadaan populasinya
untuk tujuan pengendaliannya baik secara fisik-mekanik, biologis maupun kimiawi.
63

Tempat perkembangbiakan dan kebiasaan hidup nyamuk Ae. aegypti Linnaeus
dapat berkembangbiak di tempat penampungan air bersih seperti bak mandi,
tempayan, tempat air minum burung dan barang-barang bekas yang di buang
sembarangan yang pada waktu hujan terisi air. Sementara Ae. albopictus Skuse dapat
berkembangbiak di habitat perkebunan terutama pada lubang pohon atau pangkal
bambu yang sudah dipotong yang biasanya jarang terpantau.
64










63
Ibid.
64
Ibid., h, 6.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei yang dilakukan dengan
pengambilan sampel jentik dan melakukan karakterisasi terbatas pada daerah yang
merupakan objek penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran
tentang karakteristik habitat yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk
Ae. aegypti Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse khususnya di Kecamatan Somba Opu
Kab. Gowa.

B. Variabel penelitian
Variabel penelitian ini terdiri atas satu variabel yaitu karakteristik tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti Linnaeus dan Aedes albopictus Skuse.

C. Defenisi operasional
1. Karakteristik tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti Linnaeus dan
Aedes albopictus Skuse adalah ciri khas tempat perkembangbiakan Nyamuk Ae.
aegypti Linneaus dan Ae. albopictus Skuse ditinjau dari letak, bahan, warna,
tertutup/tidak, dan pencahayaan yang digunakan untuk berkembangbiak dan
mendapatkan makanan dalam hal ini bakteri dan mikroorganisme yang terdapat
dalam TPA agar mampu bertahan hidup.
2. Tempat Penampungan Air (TPA) yaitu tempat-tempat untuk menampung air
guna keperluan sehari-hari seperti: Tempayan, drum, bak mandi, bak WC, ember, dll.
3. Bukan Tempat Penampungan Air (non TPA) yaitu tempat-tempat yang bisa
menampung air bukan keperluan sehari-hari seperti: Tempat minum hewan piaraan
(ayam, burung, dll), barang bekas (kaleng dan botol, pecahan gelas dan dll), vas
bunga, penampungan air, dispenser, dsb.
4. Tempat Penampungan Air (TPA) alami seperti lubang pohon, lubang batu,
pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, potongan bambu, dll.

D. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
a. Pengambilan sampel dilakukan pada berbagai tempat penampungan air di rumah-
rumah penduduk yang terpilih di Kec. Somba Opu Kab. Gowa.
b. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2010.
2. Batasan Penelitian
Pengambilan sampel jentik dilakukan sekali dalam sebulan selama 3 bulan
pada bulan Jauari-Maret 2010.

E. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan adalah: Mikroskop Dyno lite AM-450, ependorf,
pipet plastik dan senter.

2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah sampel jentik nyamuk dan alkohol 70%.

F. Cara Kerja
1. Menentukan lokasi penelitian di setiap kelurahan kec. Somba Opu.
2. Melakukan survei jentik di rumah-rumah penduduk yang dipilih secara acak di
setiap kelurahan yang terdiri dari 4 kelurahan. Jumlah rumah yang disurvei adalah
200 unit (50 rumah/kel.). Sampling jentik dilakukan pada berbagai tempat
penampungan air/TPA baik TPA alami maupun buatan dan non TPA.
3. Mengambil sampel jentik nyamuk dengan menggunakan pipet dan selanjutnya di
simpan dalam ependorf yang berisi alkohol 70% dan dibawa ke laboratorium untuk
diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop Dyno lite AM-450 dan CD penuntun
identifikasi nyamuk.
65

4. Melakukan pengamatan/pencatatan terhadap letak, bahan, warna, ada/tidak ada
penutup dan pencahayaan pada tempat penampungan air.
5. Menganalisis data.

G. Pengumpulan data primer
Data diperoleh dengan cara melakukan pengambilan sampel jentik nyamuk di
setiap TPA pada masing-masing rumah penduduk di Kelurahan Batangkaluku,
Sungguminasa, Pandang-pandang, dan Samata.

65
Armend Forced Pest Management Board, 2009
H. Analisis Data
Data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan program excel dan SPSS
versi 15 dan disajikan dalam bentuk histogram.




















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis data diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Tempat penampungan air (TPA) dalam rumah yang terdapat Ae. aegypti
Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse

1.1 Tempat Penampungan air (TPA) dalam rumah yang terdapat Ae. aegypti
Linnaeus disajikan pada histogram 1.1 sebagai berikut :

Histogram 1.1 Jumlah dan persentase TPA dalam rumah yang yang terdapat Ae.
aegypti Linnaeus




0
10
20
30
40
50
60
S
a
m
a
t
a
B
t
.

k
a
l
u
k
u
S
g
.

M
i
a
n
a
s
a
P
a
n
d
a
n
g
-
p
a
n
d
a
n
g
2.13
3.23
4.26
2.13
52.94
17.65
33.33
23.5
16.7
10.5
J
u
m
l
a
h

d
a
n

p
e
r
s
e
n
t
a
s
e

T
P
A

D
R

y
g

t
e
r
d
a
p
a
t

A
e
.

a
e
g
y
p
t
i

L
i
n
n
ember
baskom
tempayan
bak mandi
Drum

2. Tempat Penampungan Air (TPA) luar rumah yang terdapat Ae. aegypti
Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse.

2.1 Tempat Penampungan air (TPA) luar rumah yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus
disajikan pada histogram 2.1 sebagai berikut :


Histogram 2.1. Jumlah dan persentase TPA luar rumah yang terdapat Ae. aegypti
Linnaeus.

2.2. Tempat penampungan air (TPA) luar rumah yang terdapat Ae. albopictus Skuse
disajikan pada histogram 2.2 sebagai berikut

Histogram 2.2. Jumlah dan Persentase TPA luar rumah yang terdapat Ae. albopictus
Skuse
0
20
40
60
80
100
S
a
m
a
t
a
B
t
.

K
a
l
u
k
u
S
g
.
M
i
n
a
s
a
p
a
n
d
a
n
g
-
p
a
n
d
a
n
g
25
16.7
60
88
50
100
50
100
37.5
100
J
u
m
l
a
h

d
a
n

p
e
r
s
e
n
t
a
s
e

T
P
A

L
R

y
g

t
e
r
d
a
p
a
t

A
e
.

a
e
g
y
p
t
i
ember
tempayan
pot
bunga
0
20
40
60
80
100
S
a
m
a
t
a
B
t
.

K
a
l
u
k
u
S
g
.

M
i
n
a
s
a
P
a
n
d
a
n
g
-
p
a
n
d
a
n
g
100
37.5
100
J
u
m
l
a
h

d
a
n

p
e
r
s
e
n
t
a
s
e

L
R

y
g

t
e
r
d
a
p
a
t

A
e
.

a
e
g
y
p
t
i
Baskom
Tempayan
Pot bunga
Ban bekas
Drum


3. Tempat Penampungan Air (TPA) yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus dan
Ae. albopictus Skuse menurut bahan

3.1. Tempat penampungan air (TPA) yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus menurut
bahan disajikan pada histogram 3.1 sebagai berikut:

Histogram 3.1. Jumlah dan persentase TPA yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus
menurut bahan.

3.2. Tempat penampungan air (TPA) yang terdapat Ae. albopictus Skuse menurut
bahan disajikan pada histogram 3.2 sebagai berikut :

Histogram 3.2. Jumlah dan persentase TPA yang terdapat Ae. albopictus Skuse
menurut bahan
0
20
40
60
80
S
a
m
a
t
a
B
t
.

K
a
l
u
k
u
S
g
.

M
i
n
a
s
a
P
a
n
d
a
n
g
-
p
a
n
d
a
n
g
75
1.15
4.85
4.55
5.26
14.3
33.3
14.3
29
44.4
15.4
50 50
50
6.3
11
J
u
m
l
a
h

d
a
n

p
e
r
s
e
n
t
a
s
e

T
P
A

y
g

t
e
r
d
a
p
a
t

A
e
.

a
e
g
y
p
t
i

m
e
n
u
r
u
t

b
a
h
a
n
Besi
Plastik
Semen
Tanah liat
Kaca
Karet
Porselin
0
50
100
S
a
m
a
t
a
B
t
.

K
a
l
u
k
u
S
g
.

M
i
n
a
s
a
P
a
n
d
a
n
g
-
p
a
n
d
a
n
g
2.63
100
37.5
J
u
m
l
a
h

d
a
n

p
e
r
s
e
n
t
a
s
e

T
P
A

y
g

t
e
r
a
p
a
t

A
e
.

a
l
b
o
p
i
c
t
u
s
m
e
n
u
r
u
t

b
a
h
a
n
Besi
Plastik
Semen
Tanah
liat



4. Tempat Penampungan air (TPA) yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus dan
Ae. albopictus Skuse menurut warna.

4.1. Tempat penampungan air (TPA) yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus menurut
warna disajikan pada Histogram 4.1 sebagai berikut:

Histogram 4.1. Jumlah dan persentase TPA yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus
menurut warna


4.2. Tempat penampungan air (TPA) yang terdapat Ae. albopictus Skuse menurut
warna disajikan pada histogram 4.2 sebagai berikut:

Histogram 4.2. Jumlah dan persentase TPA yang terdapat Ae. albopictus Skuse
menurut warna
0
20
40
60
80
100
S
a
m
a
t
a
B
t
.

K
a
l
u
k
u
S
g
.

M
i
n
a
s
a
P
a
n
d
a
n
g
-
p
a
n
d
a
n
g
4.1
5.56
16.67
4.76
33.3 33.3
7.14
2.08
6.12
8.33
13
33.3
50
23.1
28.6
50
100
22
17
11
100
J
u
m
l
a
h

d
a
n

p
e
r
s
e
n
t
a
s
e

T
P
A

y
g

t
e
r
d
a
p
a
t

A
e
.

a
e
g
y
p
t
i

m
e
n
u
r
u
t

w
a
r
n
a
Putih
Merah
Biru
Hitam
Cokelat
Kuning
Abu2
Hijau
0
5
10
15
S
a
m
a
t
a
B
t
.

K
a
l
u
k
u
S
g
.

M
i
n
a
s
a
P
a
n
d
a
n
g
-
p
a
n
d
a
n
g
8.33
13
J
u
m
l
a
h

d
a
n

p
e
r
s
e
n
t
a
s
e

T
P
A

y
g

t
e
r
d
a
p
a
t

A
e
.

a
l
b
o
p
i
c
t
u
s

m
e
n
u
r
u
t

w
a
r
n
a
Putih
Merah
Biru
Hitam

5. Tempat penampungan air (TPA) yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus dan
Ae. albopictus Skuse menurut ada/tdk ada penutup.

5.1. Tempat penampungan air (TPA) yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus menurut
Kondisi (ada/tidak ada penutup) disajikan pada histogram 5.1 sebagai berikut:

Histogram 5.1. Jumlah dan persentase TPA yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus
menurut kondisi (ada/tdk ada penutup)

5.2. Tempat penampungan air (TPA) yang terdapat Ae. albopictus Skuse menurut
kondisi (ada/tidak ada penutup) disajikan pada histogram 5.2 sebagai berikut:

Histogram 5.2. Jumlah dan persentase TPA yang terdapat Ae. Albopictus Skuse
menurut kondisi (ada/tidak ada penutup)
0
5
10
15
20
25
30
S
a
m
a
t
a
B
t
.

k
a
l
u
k
u
S
g
.

M
i
n
a
s
a
P
a
n
d
a
n
g
-

6.25
28.57
7.69
8.33
13.33
7.00
9.26
4.65
J
u
m
l
a
h

d
a
n

p
e
r
s
e
n
t
a
s
e

T
P
A

y
g

t
e
r
d
a
p
a
t

A
e
.

a
e
g
y
p
t
i

m
e
n
u
r
u
t

k
o
n
d
i
s
i

(
a
d
a
/
t
d
k

a
d
a

p
e
n
u
t
u
p
)
TPA tertutup
TPA terbuka
0
1
2
3
4
5
S
a
m
a
t
a
B
t
.

K
a
l
u
k
u
S
g
.

M
i
n
a
s
a
P
a
n
d
a
n
g
-
p
a
n
d
a
n
g
3.70
4.65
J
u
m
l
a
h

d
a
n

p
e
r
s
e
n
t
a
s
e

T
P
A

y
g

t
e
r
d
a
p
a
t

A
e
.

a
l
b
o
p
i
c
t
u
s

m
e
n
u
r
u
t

k
o
n
d
i
s
i

(
a
d
a
/
t
d
k

a
d
a

p
e
n
u
t
u
p
)
TPA tertutup
TPA Terbuka

6. Tempat Penampungan Air (TPA) yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus dan
Ae. albopictus Skuse menurut pencahayaan.

6.1. Tempat penampungan air (TPA) yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus menurut
pencahayaan disajikan pada histogram 6.1 sebagai berikut:

Histogram 6.1. Jumlah dan persentase TPA yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus
menurut pencahayaan

6.2. Tempat penampungan air (TPA) yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus menurut
pencahayaan disajikan pada histogram 6.2 sebagai berikut:

Histogram 6.2. Jumlah dan persentase TPA yang terdapat Ae. albopictus Skuse
menurut pencahayaan.

0
10
20
30
40
50
S
a
m
a
t
a
B
t
.

K
a
l
u
k
u
S
g
.

M
i
n
a
s
a
P
a
n
d
a
n
g
-
p
a
n
d
a
n
g
2.08
12.21
6.90
7.53
38.71
50.0
9.09
25
30
J
u
m
l
a
h

d
a
n

p
e
r
s
e
n
t
a
s
e

T
P
A

y
g

t
e
r
d
a
p
a
t

A
e
.

a
e
g
y
p
t
i

m
e
n
u
r
u
t

p
e
n
c
a
h
a
y
a
a
n
Terlindung
0
10
20
30
40
50
S
a
m
a
t
a
B
t
.

K
a
l
u
k
u
S
g
.

M
i
n
a
s
a
P
a
n
d
a
n
g
-
p
a
n
d
a
n
g
1.08 3.23
50
9.09
20
30
J
u
m
l
a
h

d
a
n

p
e
r
s
e
n
t
a
s
e

T
P
A

y
g

t
e
r
d
a
p
a
t

A
e
.

a
l
b
o
p
i
c
t
u
s

m
e
n
u
r
u
t

p
e
n
c
a
h
a
y
a
a
n
Terlindung
Tak terlindung
Semi terlindung
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kedua jenis nyamuk Aedes aegypti
Linnaeus dan Aedes albopictus Skuse di kelurahan Samata, Batangkaluku,
Sungguminasa, dan Pandang-pandang masing-masing memiliki perbedaan tempat
perkembangbiakan. Nyamuk Ae. aegypti Linnaeus lebih banyak ditemukan dalam
rumah (histogram 1.1) dibandingkan di luar rumah (histogram 2.1). Sedangkan
nyamuk Ae. albopictus Skuse hanya didapatkan di luar rumah (histogram 2.2).
Ae. aegypti Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse merupakan jenis nyamuk yang suka
mencari makan pada daerah pemukiman (Domestic biting) terutama pada daerah
perkotaan yang padat penduduknya dan dalam lingkungan pemukiman yang baik atau
buruk kondisinya.
66

Ae. aegypti Linnaeus meletakkan telurnya satu persatu di dinding tempat
penampungan air (TPA) 1-2 cm di atas permukaan air. Air di dalam tempat tersebut
adalah air jernih dan terlindung dari cahaya matahari langsung. Tempat air di dalam
rumah lebih disukai daripada luar rumah, tempat yang lebih dekat rumah lebih
disukai daripada yang lebih jauh dari rumah.
67



66
Soedarmo, S. P, Masalah Demam Berdarah Dengue di Indonesia dalam naskah lengkap :
Pelatihan Bagi Pelatih Dokter spesialis Anak dan Dokter spesialis Penyakit Dalam, dalam
Tatalaksana Kasus DBD, Hadinegoro, S. R. H., Satari, H. I,. (Eds.), (Jakarta: Balai Penerbit FKUI,
2004), h. 7.
67
M. Hasyimi, Enny W. Lestari, Supartman S, Kesenangan Bertelur Aedes sp. (Yogyakarta,
dibawakan pada kongres entomologi IV, 28-30 januari, 1992), h. 1.
1. Tempat penampungan air (TPA) dalam rumah yang terdapat Ae. aegypti
Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse

Berdasarkan histogram 1.1 diketahui bahwa lingkungan yang paling banyak
terdapat Ae. aegypti Linnaeus yaitu lingkungan Batangkaluku dengan jenis TPA
adalah tempayan 9 buah ( 52,94%), ember 2 buah (3,23%), dan bak mandi 4 buah
(23,5%). dengan jumlah total TPA sebanyak 15 buah TPA (55,56%). Tempayan
paling banyak ditemukan di lingkungan batangkaluku sebagai tempat
perkembangbiakan Ae. aegypti Linnaeus karena pada umumnya masyarakat masih
banyak yang menggunakan tempayan sebagai tempat penampungan air untuk
kebutuhan sehari-harinya. Lingkungan Batangkaluku yang merupakan lingkungan
banyak ditemukan Ae. aegypti Linnaeus karena dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
yang agak kumuh yaitu tata ruang pembangunan rumah yang tidak teratur,
pembuangan sampah yang tidak terkontrol, kondisi seperti ini memberi peluang bagi
nyamuk untuk berkembangbiak.
Sungguminasa merupakan lingkungan kedua yang paling banyak terdapat
Ae. aegypti Linnaeus dengan jenis TPA yaitu tempayan 3 buah (17,65%), ember 2
buah (4,26%), dan bak mandi 2 buah (16,7%) dengan jumlah total TPA 7 (25,93%).
Banyaknya TPA yang ditemukan dalam rumah di lingkungan Sungguminasa karena
masyarakat dilingkungan tersebut pada umumnya menyimpan TPA dalam rumah, hal
ini disebabkan karena lingkungan Sungguminasa ini merupakan daerah perkotaan
yang padat penduduk, rumah yang berdempetan serta halaman yang sempit.
Pandang-pandang dengan jenis TPA yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus
berupa ember sebanyak 1 buah (2,13%), tempayan 1 buah (33,33%), dan bak mandi 2
(10,5%) dengan jumlah total TPA yang terinfeksi sebanyak 4 buah TPA (14,81%).
Lingkungan Samata dengan jenis TPA yang ditemukan adanya Ae. aegypti
Linnaeus yang letak TPA dalam rumah hanya ember 1 buah (2,13%), dimana
lingkungan Samata ini yang merupakan lingkungan paling sedikit ditemukan adanya
Ae. aegypti Linnaeus. Pada lingkungan Samata tidak ditemukan banyak tempat
penampungan air dalam rumah disebabkan karena masyarakat pada umumnya
menggunakan air langsung dari sumber mata air atau sumur yang letaknya dekat dari
rumah sehingga untuk keperluan sehari-hari masyarakat tidak perlu menampug air
dalam rumah. Sedangkan untuk jenis Ae. albopictus Skuse tidak ditemukan pada TPA
yang terdapat dalam rumah.
Ae. aegypti Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse mempunyai kebiasaan hidup
yang berbeda yaitu Ae. aegypti Linnaeus lebih menyukai tempat di dalam rumah
penduduk sementara Ae. albopictus Skuse lebih menyukai tempat di luar rumah yaitu
hidup di pohon atau kebun kawasan pinggir hutan. Ae. aegypti Linnaeus yang lebih
memilih habitat di dalam rumah sering hinggap pada pakaian yang digantung untuk
beristirahat dan bersembunyi menantikan saat tepat inang datang untuk mengisap
darah.
68


68
Supartha, I. W., Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah Dengue, Aedes
aegypti Linnaeus dan Aedes albopictus Skuse (Diptera: Culicidae), Disampaikan dalam pertemuan
Ilmiah pada Dies Natalis Universitas Udayana ke-45. 3-6 September 2008., h, 5.
2. Tempat Penampungan Air (TPA) luar rumah yang terdapat Ae. aegypti
Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse

Berdasarkan histogram 2.1 diketahui bahwa lingkungan yang paling banyak
terdapat Ae. aegypti Linnaeus dengan letak TPA di luar rumah yaitu lingkungan
Samata dengan jenis TPA yaitu tempayan 7 buah (88%), ember 2 buah (25%), ban
bekas dan drum 1 buah (50% dan 100%) dengan jumlah total 11 TPA (57,38%).
Kebiasaan masyarakat di lingkungan ini menyimpan tempayan di luar rumah dengan
kondisi yang tidak terpantau yang hanya digunakan sebagai penyimpanan air untuk
keperluan mencuci kaki atau untuk menyiram bunga menyebabkan adanya peluang
bagi nyamuk Ae. aegypti Linnaeus untuk meletakkan telurnya dan pada akhirnya
berkembang menjadi nyamuk dewasa.
Lingkungan pandang-pandang TPA yang terdapat jentik yaitu ember 3 (60%),
tempayan 1 buah (50%), dan ban bekas 3 buah (37,5%) dengan jumlah keseluruhan
TPA adalah 7 buah TPA (33,33%). Di lingkungan pandang-pandang ini lebih banyak
ditemukan ban bekas di luar rumah karena pada lingkungan ini terdapat
tempat-tempat penambal ban, dimana ban-ban bekas yang tidak dipergunakan lagi
ditumpuk atau dibiarkan begitu saja sehingga pada saat musim hujan akan terisi air
dan memungkinkan nyamuk-nyamuk dewasa untuk menjadikan ban tersebut sebagai
tempat berkembangbiakannya.
TPA yang ditemukan adanya Ae. aegypti Linnaeus di Batangkaluku yaitu ember
1 buah (16, 7%), dan ban bekas 1 buah (100%) dengan jumlah total TPA yang
terinfeksi 2 buah (9,52%).
Sungguminasa yang merupakan lingkungan paling sedikit ditemukan adanya
Ae. aegypti Linnaeus dengan jenis TPA yang ditemukan yaitu hanya pot bunga 1
buah (100%) dengan jumlah total 1 TPA (4,76%). Meskipun diketahui bahwa
nyamuk Ae. aegypti Linnaeus lebih memilih habitat di dalam rumah namun jenis
nyamuk ini masih ditemukan juga diluar rumah.
Ae. aegypti di India Linnaeus banyak ditemukan ditempat-tempat penampungan
air dalam rumah dan tempat penampungan air yang terbuat dari semen, tetapi selama
musim hujan banyak ditemukan pada barang bekas rumah tangga, vas bunga di
sekitar atau di pekarangan rumah.
69

Berdasarkan histogram 2.2 diketahui bahwa lingkungan yang terdapat
Ae. albopictus Skuse untuk TPA luar rumah adalah lingkungan Sungguminasa dan
Pandang-pandang, dengan jenis TPA yang terdapat yaitu ban bekas dan drum. Jumlah
ban bekas yang ditemukan ada Ae. aegypti Linnaeus di lingkungan Sungguminasa 2
buah (100%) dan Pandang-pandang 3 buah (37,5%). Lingkungan Samata dan
Batangkaluku juga ditemukan berbagai TPA baik berupa tempayan, ember, pot
bunga dan ban bekas namun tidak ditemukan adanya jentik Ae. albopictus Skuse.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Craven et al (1988) yang
juga menemukan larva Ae. albopictus Skuse yang berkembangbiak dalam ban-ban.
Penelitian yang dilakukan terhadap 79 kontainer yang dikirim melalui kapal yang
membawa 22,051 ban ditemukan 5,507 ban (25%) yang terisi air. Dari total ban yang

69
Hunt, M, 2001. Viral Zoonoses I-Arthropod borne-viruses, (on line)
(http://www.cdc.gov/ncidod/dvbid/arbor/arboinfo.htm, h, 2. (6 Februari 2005).
diperiksa ini ditemukan sebanyak 15 ban terisi larva Ae. albopictus Skuse. Selain ban
bekas drum juga terinfeksi Ae. albopictus Skuse yang ditemukan di lingkungan
Pandang-pandang sebanyak 1 buah (100%) dengan jumlah total TPA terinfeksi dari
kedua lingkungan tersebut sebanyak 4 buah TPA (66,67%).
3. Tempat Penampungan Air (TPA) yang terdapat Ae. Aegypti Linnaeus dan
Ae. albopictus Skuse menurut bahan

Tempat penampungan air menurut bahan terdiri dari TPA dengan berbahan besi,
plastik, semen, tanah liat, kaca, karet, dan porselin. Berdasarkan tabel 3.1 diketahui
bahwa jenis TPA yang bahannya dari tanah liat yang paling banyak ditemukan
adanya jentik Ae. aegypti Linnaeus dengan jumlah total dari keseluruhan TPA dari
empat kelurahan sebanyak 21 TPA, plastik 13 TPA, besi 3 TPA, karet 2 TPA dan
porselin 2 TPA. Jumlah total TPA yang ditemukan sebanyak 45 TPA. Jumlah
persentsae dari setiap kelurahan yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus adalah Kelurahan
Samata dengan jumlah total TPA sebanyak 14 TPA (31,1%), kelurahan Batangkaluku
sebanyak 16 TPA (35,6%), kelurahan Sungguminasa sebanyak 7 TPA (15,6%), dan
Pandang-pandang sebanyak 8 TPA (17,8%). TPA yang bahan dasarnya dari tanah liat
ini merupakan TPA yang memiliki tekstur yang kasar sehingga pada TPA ini banyak
ditemukan jentik Aedes.
Tempat yang paling disukai nyamuk Ae. aegypti Linnaeus untuk perindukannya
adalah TPA yang memiliki dinding yang kasar dan tidak licin karena memudahkan
bagi nyamuk untuk menempatkan telur-telurnya serta sebagai tempat berpijak bagi
nyamuk-nyamuk pada saat akan meletakkan telurnya dan kebanyakan pradewasa
Aedes ditemukan pada tempat-tempat buatan manusia misalnya tempayan.
70

Berdasarkan histogram 3.2 diketahui bahwa Ae. albopictus Skuse terdapat pada
TPA yang berasal dari bahan plastik dan karet hanya pada daerah sungguminasa dan
Pandang-pandang saja namun di daerah Samata dan Batangkaluku meskipun
ditemukan adanya berbagai TPA namun tiap TPA tersebut tidak ditemukan adanya
jentik. Di daerah Sungguminasa TPA dengan bahan karet terinfeksi 2 TPA (100%)
sedangkan Pandang-pandang TPA yang terinfeksi berasal dari bahan plastik dan karet
dengan masing-masing jumlah 2 dan 3 (2,632% dan 37,5%). TPA yang berasal dari
bahan karet ini berupa ban-ban bekas sedangkan TPA dari bahan plastik berupa
ember (lihat lampiran 2).
Peletakkan telur nyamuk dipengaruhi oleh tekstur bahan untuk memudahkan
peletakan telur agar mampu berkembang menjadi larva/jentik, pupa dan dewasa.
71

4. Tempat Penampungan air (TPA) yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus
menurut warna

Warna TPA terdiri dari warna putih, merah, hitam, cokelat, abu-abu, hijau,
kuning, dan biru. Berdasarkan histogram 4.1 diketahui bahwa Ae. aegypti Linnaeus
lebih banyak ditemukan pada TPA yang berwarna gelap untuk dijadikan sebagai
tempat perkembangbiakannya. Warna yang bisa digolongkan sebagai warna gelap

70
Sungkar, S. Pengaruh Jenis Tempat Penampungan Air Terhadap Perkembangan Larva,
Majalah Kedokteran Indonesia Volume 44, 2005, h. 217.
71
Madeira NG., dkk, Variation Of Oviposition Preferences Of Aedes aegypti in Function of
Substratum and Humidity. Rio de Janeiro Vol 97 (3), 2002, h. 415-420.
yaitu warna hitam dan cokelat. Dari keempat kelurahan TPA dengan warna cokelat
yang paling banyak ditemukan adanya jentik Ae. aegypti Linnaeus dengan jumlah
total 24 TPA, TPA dengan warna cokelat ini berupa tempayan. Selanjutnya warna
hitam yang berupa ember dengan jumlah total 9 TPA dan abu-abu berupa bak mandi
4 TPA. Sedangkan warna putih, merah, biru, kuning dan hijau hanya berkisar antara
1-3 TPA saja.
Tempat hinggap yang disenangi oleh nyamuk Ae. aegypti Linnaeus ialah benda-
benda yang tergantung, seperti: pakaian, kelambu, atau tumbuh-tumbuhan didekat
tempat berkembangbiaknya. Biasanya ditempat yang agak gelap dan lembab. Setelah
masa istirahat selesai, nyamuk itu akan meletakkan telurnya pada dinding bak
mandi/WC, tempayan, drum, dan ban bekas.
72

Ovitrap warna merah dan cokelat diperoleh jumlah telur lebih banyak.
Banyaknya telur yang ditemukan pada warna merah dan cokelat tersebut
kemungkinan disebabkan karena warna ini cenderung berwarna gelap dibandingkan
dengan warna lain sehingga preferensi nyamuk Aedes untuk melakukan oviposisi
lebih besar.
73

Menurut Anonim (2007), bahwa sel retina serangga memberi tanggapan
berbeda-beda terhadap cahaya. Sedangkan untuk warna cokelat juga banyak

72
WHO, Demam Berdarah Dengue : Diagnosis Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian,
Jakarta: Kedokteran EGC. 2002, h. 38.
73
Hasmarita, Respon Aedes aegypti Linnaeus dan Aedes albopictus Skuse Terhadap Warna
Bahan Ovitrap, (Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin,
2007), h. 22.
diperoleh karena warna cokelat cenderung mendekati warna alamiah tempat
perkembangbiakannya,
Berdasarkan histogram 4.2 diketahui bahwa jentik Ae. aegypti Linnaeus maupun
Ae. albopictus Skuse dapat ditemukan pada TPA dengan warna yang agak gelap.
Ae. albopictus Skuse hanya ditemukan pada TPA yang berwarna hitam yaitu pada
ban-ban bekas yang ditemukan di Sungguminasa dan Pandang-pandang dengan
jumlah TPA masing-masing 2 dan 3 TPA (8,33% dan 13%). Sedangkan untuk TPA
yang terdapat Ae. albopictus Skuse dengan warna gelap tidak ditemukan di Samata
dan Batangkaluku.
5. Tempat penampungan air (TPA) yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus dan
Ae. albopictus Skuse menurut kondisi (ada/tidak ada penutup)

Berdasarkan histogram 5.1 diketahui bahwa jentik Ae. aegypti Linnaeus banyak
ditemukan pada TPA yang tidak menggunakan penutup atau terbuka dengan jumlah
total dari ke empat lingkungan sebanyak 26 TPA, yaitu Samata 10 TPA (13,33%),
Batangkaluku 7 TPA (7,00%), Sungguminasa 5 TPA (9,26%), dan Pandang-pandang
4 TPA (4,65%). sedangkan TPA dengan menggunakan penutup yang terinfeksi
sebanyak 22 TPA yang terdiri dari Samata 3 TPA (6,25%), Batangkaluku 12 TPA
(28,57%), Sungguminasa 3 TPA (7,69%) dan Pandang-pandang 4 TPA (8,33%).
Berdasarkan histogram 5.2 diketahui bahwa jentik nyamuk Ae. albopictus Skuse
tidak ditemukan pada TPA yang tertutup melainkan hanya ditemukan pada TPA yang
terbuka yang letaknya di luar rumah yang hanya ditemukan di Sungguminasa dan
Pandang-pandang dengan jumlah TPA yang terdapat Aedes yaitu 6 TPA.
Sungguminasa 2 TPA (3,70%) dan Pandang-pandang 4 TPA (4,65%). Sedangkan
Samata dan Batangkaluku tidak ditemukan TPA terbuka ataupun tertutup yang
terdapat Ae. albopictus Skuse.
Berdasarkan pengamatan saat survey ditemukan bahwa pada umumnya
masyarakat menyimpan tempat penampungan air dalam keadaan terbuka, dengan
demikian nyamuk dewasa lebih mudah meletakkan telurnya pada TPA tersebut, hal
lain yang mendukung yaitu TPA yang jarang dkuras menyebabkan telur-telur
nyamuk dapat melangsungkan siklus hidupnya hingga menjadi nyamuk dewasa.
6. Tempat Penampungan Air (TPA) yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus dan
Ae. albopictus Skuse menurut pencahayaan

Menurut pencahayaan terdiri dari tiga bagian yaitu terlindung, tak terlindung dan
semi terlindung. Berdasarkan histogram 6.1 TPA yang terlindung lebih banyak
terdapat Ae. aegypti Linnaeus di lingkungan Batangkaluku dengan jumlah TPA 16
buah (12,21%), Pandang-pandang 7 buah (7,53%), Sungguminasa 6 buah (6,90%)
dan Samata 2 buah (2,08%). Sedangkan TPA yang tak terlindung paling banyak
terinfeksi di lingkungan Samata dengan jumlah TPA 12 buah (38,71%),
Sungguminasa dan Pandang-pandang masing-masing 1 buah (50% dan 9,09%), dan
di lingkungan Batangkaluku tidak ditemukan adanya jentik pada TPA yang tak
terlindung. Untuk TPA dengan pencahayaan semi terlindung paling banyak terinfeksi
pada lingkungan Pandang-pandang dengan jumlah TPA 3 buah (30%), Batangkaluku
dengan jumlah TPA 2 buah (25%) sedangkan Samata dan Sungguminasa tidak
ditemukan adanya jentik pada pencahayaan semi terlindung.
Berdasarkan histogram 6.2 diketahui bahwa jentik nyamuk Ae. albopictus
Skuse ditemukan pada TPA dengan pencahayaan terlindung, tak terlindung dan semi
terlindung. Untuk pencahayaan terlindung ditemukan jentik Ae. albopictus Skuse di
lingkungan Pandang-pandang dengan jumlah TPA 1 buah (1,075%). TPA dengan
pencahayaan tak terlindung ditemukan pada lingkungan Samata, Sungguminasa dan
Pandang-pandang dengan jumlah TPA masing-masing 1 buah (3,23%, 50% dan
9,90%), sedangkan untuk TPA dengan pencahayaan semi terlindung ditemukan pada
lingkungan Sungguminasa dengan jumlah TPA masing-masing 1 dan 3 TPA (20 dan
30%).
Habitat nyamuk Ae. aegypti Linnaeus berupa genangan-genangan air yang
tertampung disuatu wadah yang biasa disebut dengan kontainer yang bukan pada
genangan-genangan air tanah. Untuk meletakkan telurnya, nyamuk betina tertarik
pada kontainer yang berair dengan warna yang gelap, terbuka, dan terutama yang
terletak pada tempat-tempat terlindung dari sinar matahari.
74

Berdasarkan hasil analisis data (Tabel 1.1 2.2) dilakukan uji Chi-square (x
2
)
terhadap tempat perkembangbiakan nyamuk Ae. aegypti Linnaeus dan Ae. albopictus
Skuse baik yang ditemukan di dalam rumah maupun luar rumah. Berdasarkan hasil
uji Chi-square (x
2
) (lampiran 1) diperoleh nilai = 0,000 untuk uji perbedaan tempat
perkembangbiakan dalam rumah, hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
tempat perkembangbiakan antara Ae. aegypti Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse

74
Departemen Kesehatan, Pedoman Survei Entomologi Demam Berdarah Dengue, Cet II,
Jakarta: Bakti Husada, 2002, h. 9.
dalam rumah. Sedangkan hasil analisis x
2
terhadap tempat perkembangbiakan Ae.
aegypti Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse luar rumah memperoleh nilai = 0,5 yang
berarti bahwa tidak terdapat perbedaan tempat perkembangbiakan antara Ae. aegypti
Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse.














BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Karakteristik tempat perkembangbiakan yang digunakan oleh nyamuk
Ae. aegypti Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse di Kecamatan Somba Opu Kab.
Gowa yaitu nyamuk Ae. aegypti .Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse adalah TPA
yang berbahan dasar tanah liat dan plastik, kondisi terbuka, tidak terkena cahaya
matahari langsung, dan berwarna gelap.
2. Terdapat perbedaan tempat perkembangbiakan antara nyamuk Ae. aegypti
Linnaeus dan Ae. albopictus Skuse di Kelurahan Samata, Batangkaluku,
Sungguminasa dan Pandang-pandang dimana Ae. aegypti Linnaeus banyak terdapat
pada tempat di dalam dan di luar rumah sedangkan Ae. albopictus Skuse banyak
terdapat pada tempat di luar rumah.

B. Saran
1. Untuk mencegah berkembangbiaknya nyamuk Ae. aegypti Linnaeus dan
Ae. albopictus Skuse di lingkungan/rumah disarankan memilih tempat penampungan
air yang berbahan dasar plastik, berwarna terang, dan ditutup.
57
2. Untuk penelitian lanjutan diharapkan bisa melakukan pengamatan tentang ukuran
sampel, bentuk tempat penampungan air dan volume wadah yang bisa menjadi
tempat perkembangbiakan nyamuk.

















DAFTAR PUSTAKA

Anna, Morfologi Aedes albopictus. http://id.wikipedia.org/wiki/Aedes
Albopictus,2008. (15 Desember 2009).
Akhmadi, Daur Kehidupan Nyamuk, http://id. Wikipedia.org/wiki/Nyamuk. 2009
(23 mei 2010).
Anonim. Hidup Bersih Menurut Islam. http://old.nabble.com/-sastra-pembebasan--
Hidup-Bersih-Menurut-Islam.-td14615387.html . (01 maret 2010)
Borror, Pengenalan Pelajaran Serangga, Jilid 6. Yogyakarta: Gadja Mada University
Press, 1992.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa. Gowa Dalam Angka 2008, Gowa, 2008.
Clements, A.N. The Biology of Mosquitos, Vol. 2 : Sensory Reception and Behavior.
CABI Publishing, New York.1992.

Chahaya indra, Pemberantasan Vektor Demam Berdarah Di Indonesia Bagian
Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Sumatera Utara, 2003.

Bliss, A.R, Gill, J.M. The Effect of freezing on the larvae of Aedes aegypti, Am. J.
Trop. Med. S1-13(6), 1933.

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya. Jakarta: Yayasan Pentahsis dan
Penerjemah Al-Quran, 1990.

Departemen Kesehatan, Pedoman Survei Entomologi Demam Berdarah Dengue. Cet
II, Jakarta: Bakti Husada, 2002.
Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa, Laporan Bulanan Bidang Kesehatan Kabupaten
Gowa, 2008.
Division Entomology, The Insect Of Australia A Textbook For Student and Research
Workers.Vol. II ; New York : Cornell University Press, 1991.
59
Halstead, S.B. (eds.), Dengue : Tropical medicine Science and Practice, vol. 5.
Hasmarita, Respon Aedes aegypti Linnaeus dan Aedes albopictus Skuse Terhadap
Warna Bahan Ovitrap, (Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Hasanuddin,2007.
Judarwanto Widodo, Profil Nyamuk Aedes dan Pembasmiannya,
http://hama.pc3news.com, (17 januari 2010).
Khasnis dan Nettlemen, Global Warming and Infectious Disease, Archives of
Medical Research 36 (2005).
Kovats, dkk. Early effects of climate change: do they include changes in vector-borne
disease? Phil. Trans. R. Soc. Land. B (2001).
Levi silalahi, Demam Berdarah. http://www.pdat.co.id (25 Desember 2009)
Merrit, RW. & KW.Cummins (Eds). An Inroduction to The Aquatic Insects of North
America. Kendall/Hunt Publishing Company, 1978.

Muslimah Zhelfina Ummi, Karakteristik Vektor Demam Berdarah Dengue (Spasies,
Distribusi, Lingkungan) Di Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa
(Skripsi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Hasanuddin,2007 ).
Madeira NG., dkk, Variation Of Oviposition Preferences Of Aedes aegypti in
Function of Substratum and Humidity. Rio de Janeiro Vol 97 (3), 2002
Rueda , L.M.. Zootaxa : Key pictorial for identification of mosquitoes (Diptera
Culicidae) associated with Dengue Virus Transmission: New
zaeland,Magnolia Press, 2005.
Soemirat, J, Epidemiologi Lingkungan. UGM Press, Yogyakarta.2002.
Supartha, I.W, Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah Dengue,
Aedes aegypti Linnaeus dan Aedes albopictus Skuse (Diptera: Culicidae),
Disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah pada Dies Natalis Universitas
Udayana Ke-45. 3-6 September 2008.
Sungkar, S. Pengaruh Jenis Tempat Penampungan Air Terhadap Perkembangan
Larva, Majalah Kedokteran Indonesia Volume 44, 2005.
Teguh Harrys Pratama, Nyamuk dan Petualangannya. http://www.pewarta-
indonesia.com/nspirasi/Opini/nyamuk-dan-petualangannya.html. 2010. Di
akses tgl 2 juli 2010
Womack,M,MorfologiAedesAegypti.http://garistepi.wordpress.com/2009/07/05/morf
ologi-nyamuk-aedes-aegypti. (15 november 2009).
WHO, Demam Berdarah Dengue : Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan
Pengendalian, Jakarta : Kedokteran EGC, 2001.
WHO, Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam
Berdarah Dengue, Jakarta: EGC, 2004.
William, hawley, The Biology Of Aedes Albopictus, vol. IV; Notre Dame: University
of Nutre Dame, 1998.
Yahya, harun, Menyikap Rahasia Alam Semesta, http://Menyikap.com (Diakses
Tanggal 23 Februari 2009).













Lampiran 1. Hasil uji Chi-Square terhadap habitat nyamuk Aedes aegypti
Linnaeus dan Aedes albopictus Skuse

Frequencies


Kodeling

Observed N Expected N Residual
1.00 1 1.0 .0
2.00 1 1.0 .0
3.00 1 1.0 .0
4.00 1 1.0 .0
Tota
l
4

PersnAeDr

Observed N
Expected
N Residual
1.00 1 1.0 .0
4.00 1 1.0 .0
7.00 1 1.0 .0
15.00 1 1.0 .0
Total 4

PersnAlbLr

Observed N
Expected
N Residual
1.00 1 1.0 .0
2.00 1 1.0 .0
7.00 1 1.0 .0
11.00 1 1.0 .0
Total 4







Test Statistics


Kodelin
g PersnAeDr
PersnAeL
r PersnAlbLr
Chi-
Square(a,
b)
.000 .000 .500 .000
Df 3 3 2 3
Asymp.
Sig.
1.000 1.000 .779 1.000
a 4 cells (100.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected
cell frequency is 1.0.
b 3 cells (100.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected
cell frequency is 1.3



























Lampiran 2: Tabel Hasil Analisis Data
Tabel 1.1. Jumlah dan prosentase TPA dalam rumah yang terdapat Ae. aegypti
Linnaeus

Kode
Lokasi
Jumlah dan persentase TPA DR yang terdapat jentik Ae.
aegypti Linnaeus
Jumlah Ember Baskom tempayan
Bak
mandi Drum
n % n % n % N % n % n %
1 1 2.13 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3.704
2 2 3.23 0 0 9 52.94 4 23.5 0 0 15 55.56
3 2 4.26 0 0 3 17.65 2 16.7 0 0 7 25.93
4 1 2.13 0 0 1 33.33 2 10.5 0 0 4 14.81
Total 6 11.7 0 0 13 103.9 8 50.7 0 0 27 100
Ket: Kode lokasi
1= Samata 3= Sungguminasa
2= Batangkaluku 4= Pandang-pandang n=Jumlah


Tabel 2.1. Jumlah dan prosentase TPA luar rumah yang terdapat Ae. aegypti
Linnaeus
Kode
Lokasi
Jumlah dan persentase TPA LR yang terdapat jentik
Ae. aegypti Linnaeus
Jumlah Ember Tempayan
Pot
bunga
Ban
bekas Drum
n % n % n % n % n % n %
1 2 25 7 88 0 0 1 50 1 100 11 52.38
2 1 16.7 0 0 0 0 1 100 0 0 2 9.52
2 0 0 0 0 1 100 0 0 0 0 1 4.76
2 3 60 1 50 0 0 3 37.5 0 0 7 33.33
Total 6 102 8 138 1 100 5 188 1 100 21 100.00
Ket: Kode lokasi
1= Samata 3= Sungguminasa
2= Batangkaluku 4= Pandang-pandang n=Jumlah





Tabel 2.2. Jumlah dan prosentase TPA luar rumah yang terdapat Ae. albopictus
Skuse

Kode
Lokasi
Jumlah dan persentase TPA LR yang terdapat jentik
Ae. albopictus Skuse
Jumlah Ember tempayan
Pot
bunga Ban bekas Drum
n % n % n % n % n % n %
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 2 100 0 0 2 33.33
4 0 0 0 0 0 0 3 37.5 1 100 4 66.67
Total 0 0 0 0 0 0 5 138 1 100 6 100

Ket: Kode lokasi
1= Samata 3= Sungguminasa
2= Batangkaluku 4= Pandang-pandang n=Jumlah


Tabel 3.1 Jumlah dan prosentase TPA yang terdapat Ae. Aegypti Linn. Menurut
bahan

Kode
Lokai
Jumlah dan persentase TPA yang terdapat Ae. aegypti Linn. Menurut
bahan
Jumlah besi Plastik Semen
Tanah
liat Kaca Karet Porselin
n % n % n % n % N % n % n % N %
1 3 75 1 1.149 0 0 9 29 0 0 1 50 0 0 14 31.1
2 0 0 5 4.854 2 14.3 8 44.4 0 0 1 50 0 0 16 35.6
3 0 0 3 4.545 1 33.3 2 15.4 0 0 0 0 1 6.3 7 15.6
4 0 0 4 5.263 1 14.3 2 50 0 0 0 0 1 11 8 17.8
Total 3 75 13 15.81 4 61.9 21 139 0 0 2 100 2 17 45 100


Ket: Kode lokasi
1= Samata 3= Sungguminasa
2= Batangkaluku 4= Pandang-pandang n=Jumlah
Tabel 3.2 Jumlah dan prosentase TPA yang tedapat Ae. Albopictus Skuse Menurut
bahan


Kode
Lokasi
Jumlah dan persentase TPA yang tedapat Ae. albopictus Skuse
Menurut bahan
Jumlah besi Plastik Semen
Tanah
liat Kaca Karet Porselin
n % n % n % n % n % n % n % n %
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 100 0 0 2 28.6
4 0 0 2 2.632 0 0 0 0 0 0 3 37.5 0 0 5 71.4
Total 0 0 2 2.632 0 0 0 0 0 0 5 138 0 0 7 100


Ket: Kode lokasi
1= Samata 3= Sungguminasa
2= Batangkaluku 4= Pandang-pandang n=Jumlah


Tabel 4.1. Jumlah dan porsentase TPA yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus menurut
warna
Kode
Lokasi
Jumlah dan persentase TPA yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus menurut
warna
Jumlah
putih merah Biru Hitam Cokelat Kuning
Abu-
abu Hijau
n % n % n % n % n % N % n % n % n %
1 0 0 1 5.556 0 0 1 2.08 10 33.3 1 50 0 0 0 0 13 27
2 2 4.1 1 16.67 1 33.3 3 6.12 9 50 0 0 2 22 0 0 18 38
3 0 0 0 0 1 33.3 2 8.33 3 23.1 0 0 1 17 1 100 8 17
4 0 0 1 4.762 1 7.14 3 13 2 28.6 1 100 1 11 0 0 9 19
Total 2 4.1 3 26.98 3 73.8 9 29.6 24 135 2 150 4 50 1 100 48 100
Ket: Kode lokasi
1= Samata 3= Sungguminasa
2= Batangkaluku 4= Pandang-pandang n=Jumlah








Tabel4.2. Jumlah dan porsentase TPA yang terdapat Ae. albopictus Skuse menurut
warna
Kode
Lokasi
Jumlah dan persentase TPA yang terdapat Ae. albopictus Skuse
menurut warna
Jumlah
putih merah Biru Hitam Cokelat Kuning
Abu-
abu Hijau
n % n % n % n % n % n % n % n % N %
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 2 8.33 0 0 0 0 0 0 0 0 2 40
4 0 0 0 0 0 0 3 13 0 0 0 0 0 0 0 3 60
Total 0 0 0 0 0 0 5 21.4 0 0 0 0 0 0 0 0 5 100
Ket: Kode lokasi
1= Samata 3=Sungguminasa
2= Batang kaluku 4= Pandang-pandang n=Jumlah

Tabel 5.1. Jumlah dan porsentase TPA yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus menurut
kondisi (ada/tdk ada penutup)
Kode Lokasi
Jumlah dan persentase TPA yang
terdapat Ae. aegypti Menurut
kondisi (ada/tdk ada penutup) Jumlah
TPA tertutup
TPA terbuka

n % n % N %
1 3 6.25 10 13.33 13 27.08
2 12 28.57 7 7.00 19 39.58
3 3 7.69 5 9.26 8 16.67
4 4 8.33 4 4.65 8 16.67
Jumlah Total 22 50.85 26 34.24 48 100.00
Ket : Kode lokasi
1= Samata 3= Sungguminasa
2= Batangkaluku 4= Pandang-pandang n=Jumlah








Tabel 5.2. Jumlah dan porsentase TPA yang terdapat Ae. albopictus Skuse menurut
kondisi (ada/tidak ada penutup)

Kode Lokasi
Jumlah dan persentase TPA yang
terdapat Ae. albopictus Menurut
Kondisi (ada/tdk ada penutup) Jumlah
TPA tertutup
TPA Terbuka

n % n % N %
1 0 0.00 0 0.00 0 0.00
2 0 0.00 0 0.00 0 0.00
3 0 0.00 2 3.70 2 33.33
4 0 0.00 4 4.65 4 66.67
Jumlah Total 0 0 6 8.35 6 100.00


Ket: Kode lokasi
1= Samata 2= Batang kaluku 3= Sungguminasa 4= Pandang-pandang n= Jumlah

Tabel 6.1. Jumlah dan porsentase TPA yang terdapat Ae. aegypti Linnaeus menurut
pencahayaan
Kode lokasi
Jumlah dan porsentase TPA yang terdapat Ae.
aegypti Linnaeus menurut pencahayaan
Jumlah total
Terlindung Tak terlindung
Semi
terlindung
n % n % n % n %
1 2 2.08 12 38.71 0 0 14 28
2 16 12.21 0 0.00 2 25 18 36
3 6 6.90 1 50.00 0 0 7 14
4 7 7.53 1 9.09 3 30 11 22
Jumlah Total 31 28.72 14 97.80 5 55 50 100
Ket: Kode lokasi
1= Samata 3= Sungguminasa
2= Batangkaluku 4= Pandang-pandang n=Jumlah






Tabel 6.2. Jumlah dan porsentase TPA yang terdapat Ae. albopictus Skuse menurut
pencahayaan.
Kode lokasi
Jumlah dan porsentase TPA yang terdapat Ae.
albopictus Skuse menurut pencahayaan
Jumlah total
Terlindung Tak terlindung
Semi
terlindung
n % n % n % n %
1 0 0 1 3.23 0 0 1 12.5
2 0 0 0 0.00 0 0 0 0
3 0 0 1 50.00 1 20 2 25
4 1 1.0753 1 9.09 3 30 5 62.5
JumlahTotal 1 1.0753 3 4 50 8 100
Ket: Kode lokasi
1= Samata 3= Sungguminasa
2= Batang kaluku 4= Pandang-pandang n= Jumlah















Lampiran 3. Foto TPA


(a) (b) (c)

(d) (e) (f)
Ket:
a. Tempayan (tanah liat) e. Drum (besi)
b. Bak mandi (Porselin) f. Ban bekas (karet)
c. Bak mandi (Semen)
d. Ember (plastik)

RIWAYAT HIDUP

FITRIANI, lahir di Desa Saotengnga Kecamatan Sinjai
Tengah Kabupaten Sinjai pada tanggal 07 Juli 1988,
merupakan buah hati dari pasangan Niswah dan Andi
Muh. Anwar Basma.
Penulis menempuh pendidikan formal pada tahun 1994-2000 di
SD Negeri 63 Tombolo Kabupaten Sinjai dan melanjutkan pendidikan di
SMP Negeri 1 Sinjai Tengah pada tahun 2000 - 2003. Pada tahun 2003
penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Sinjai Timur dan tamat pada
tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan di
Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar melalui ujian SPMB
dan di terima di Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi. Selama
menjalani kehidupan dengan status mahasiswi penulis pernah menjabat
sebagai asisten di laboratorium Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar.

Anda mungkin juga menyukai

  • Ruhmanto
    Ruhmanto
    Dokumen82 halaman
    Ruhmanto
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Sri Aslia Buyung
    Sri Aslia Buyung
    Dokumen79 halaman
    Sri Aslia Buyung
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Sarnidayani
    Sarnidayani
    Dokumen33 halaman
    Sarnidayani
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Zulkarnain
    Zulkarnain
    Dokumen26 halaman
    Zulkarnain
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Rabanai
    Rabanai
    Dokumen110 halaman
    Rabanai
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Nona Syahdan
    Nona Syahdan
    Dokumen89 halaman
    Nona Syahdan
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Nur Mutmainna
    Nur Mutmainna
    Dokumen83 halaman
    Nur Mutmainna
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Nurwahidah
    Nurwahidah
    Dokumen84 halaman
    Nurwahidah
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Muh. Jihad
    Muh. Jihad
    Dokumen96 halaman
    Muh. Jihad
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Fingki Fitriani
    Fingki Fitriani
    Dokumen93 halaman
    Fingki Fitriani
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Lisdawati
    Lisdawati
    Dokumen96 halaman
    Lisdawati
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Karneli
    Karneli
    Dokumen89 halaman
    Karneli
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Ernawati
    Ernawati
    Dokumen97 halaman
    Ernawati
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Esi BAyu Agriani
    Esi BAyu Agriani
    Dokumen100 halaman
    Esi BAyu Agriani
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • Novlyanti Alja
    Novlyanti Alja
    Dokumen97 halaman
    Novlyanti Alja
    cHykoe
    Belum ada peringkat
  • A.st - Normalasari Ilyas
    A.st - Normalasari Ilyas
    Dokumen75 halaman
    A.st - Normalasari Ilyas
    cHykoe
    Belum ada peringkat