Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Keperawatan yang semula dipersepsikan sebagai pekerjaan yang bersifat vokasional secara bertahap mulai diterima keberadaannya sebagai sebuah profesi dengan berbagai tingkat pemahaman. Keperawatan sebagai sebuah profesi didefinisikan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biopsiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Praktik klinik keperawatan merupakan hal yang sangat penting dalam menumbuhkan kemampuan profesional mahasiswa, karena pada saat praktik klinik keperawatan mahasiswa mengintegrasikan berbagai konsep, teori, prinsip yang didapat sebelumnya dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien secara komprehensif (Ekawati, 2006). Sifat pendidikan keperawatan Indonesia menekankan pemahaman tentang keprofesian. Keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat (Gaffar, 1999). Disiplin akademik lebih menekankan pada pengetahuan dan pada teori yang bersifat deskriptif sedangkan disiplin profesional diarahkan pada tujuan praktis, sehingga menghasilkan teori deskriptif (Gaffar, 1999). Disiplin profesi hanya akan didapat di lingkungan klinis atau lahan praktik karena lingkungan klinis merupakan lingkungan multiguna yang dinamik sebagai tempat pencapaian berbagai kompetensi praktik klinis di dalam kurikulum profesional. Lingkungan klinis memfasilitasi peserta didik untuk belajar menerapkan teori tindakan ke dalam masalah klinis yang nyata. Melalui praktik klinis mahasiswa diharapkan lebih aktif dalam setiap tindakan sehingga akan menjadi orang yang cekatan dalam menggunakan teori tindakan. Penyelenggaraan program pendidikan tinggi keperawatan merupakan salah satu upaya dalam mewujudkan profesionalisme keperawatan. Pendidikan tinggi keperawatan adalah pendidikan yang mampu menerapkan pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi yang dapat memberi landasan yang kokoh dan mantap. Menurut Nursalam (2007) program

pendidikan Ners atau S1 keperawatan bertujuan untuk menghasilkan perawat ilmuwan dan profesional dengan sikap, tingkah laku, dan kemampuan profesional serta akuntabel untuk melaksanakan asuhan keperawatan secara mandiri. Proses pendidikan pada program pendidikan Ners terdiri dari dua tahapan, yaitu tahap akademik dan tahap profesi. Proses pendidikan tahap profesi bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari di tahap akademik ke dalam situasi nyata secara komprehensif. Di tahap profesi, melalui berbagai mata ajar yang ada, peserta didik akan mendapatkan pengalaman belajar klinik dan pengalaman belajar lapangan yang berguna untuk meningkatkan dan membina kemampuan dan sikap keperawatan profesional. Fakultas Kedoketeran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman mulai menyelenggarakan program pendidikan tinggi atau Ners keperawatan pada tahun 2009. Kompetensi yang harus dicapai mahasiswa pada tahap profesi yaitu melaksanakan pelayanan dan asuhan keperawatan di unit-unit manajemen keperawatan, keperawatan medikal bedah (KMB), keperawatan anak, keperawatan maternitas, keperawatan gawat darurat, keperawatan jiwa, keperawatan keluarga, kebutuhan dasar manusia, keperawatan komunitas dan keperawatan gerontik. Mahasiswa ners angkatan IX Universitas Jenderal Soedirman saat ini sedang menjalani stase pertama yaitu stase kebutuhan dasar manusia. Praktek klinik keperawatan pertama yang sedang dijalani oleh angkatan IX saat ini menjadi pengalaman pertama sebelum menjalani stase selanjutnya. Menurut Robbins (2001), pengalaman merupakan salah satu faktor pemersepsi. Pengalaman ini kemudian akan mempengaruhi persepsi mahasiswa selama praktek klinik keperawatan di RSUD dr. R. Geoteng Taroenadibrata Purbalingga. Proses pembelajaran dalam pendidikan profesi, selalu membutuhkan suatu tatanan yang dapat mendukung peserta didik atau mahasiswa keperawatan untuk mencapai penguasaan ketrampilan profesional, termasuk ketrampilan intelektual, sikap dan psikomotor (PPNI Makassar, 2008). Pembelajaran klinik merupakan perwujudan dari penjabaran pelaksanaan kurikulum keperawatan guna membekali peserta didik/mahasiswa. Melalui proses pembelajaran klinik akan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama pembelajaran akademik secara terintegrasi ke dalam tatanan pelayanan keperawatan nyata, mengembangkan sikap-sikap dan ketrampilan sesuai lingkup praktek keperawatan. Kondisi tersebut harus disadari oleh pendidik/pembimbing klinik agar dapat memfasilitasi perserta didik dalam upaya mencapai kompetensi belajarnya (Hidayat, 2002).

Praktik klinik merupakan bagian kurikulum yang tidak bisa dipisahkan dari teori karena peserta didik harus mengikuti pembelajaran langsung dengan klien di lahan praktik. Untuk memperoleh pengalaman klinik guna mencapai keterampilan keperawatan diperlukan bimbingan instruktur klinik. Program bimbingan praktik klinik sangat besar peranannya dalam pencapaian tujuan tersebut karena akan membantu peserta didik untuk menguasai kompetensi yang dipersyaratkan sesuai dengan kurikulum. Program bimbingan yang dilakukan untuk peserta didik bertujuan untuk menyiapkan individu dari status tidak terampil menjadi terampil yang dibina dengan sistem model berdasarkan konsep teori belajar, dimana pembimbing sebagai model peranan atau role model (Muchlias, 2009). Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa ners yang telah mengikuti praktek klinik di RSUD dr. R. Geoteng Taroenadibrata Purbalingga, sebagian besar mengatakan bahwa bimbingan klinik merupakan ujung tombak dalam keberhasilan pencapaian kompetensi yang harus dicapai mahasiswa ners. Praktek klinik keperawatan merupakan tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggung jawabnya (Nursalam,M.Nurs, 2002 : 81). Jadi praktek klinik keperawatan adalah tindakan mandiri yang dilakukan mahasiswa keperawatan di rumah sakit melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggung jawabnya. Kolaborasi mahasiswa dengan tenaga kesehatan lain yang dimaksud adalah pembimbing klinik. Pembimbing klinik sangat besar pengaruhnya terhadap mahasiswa dalam mendukung keberhasilan kompetensi yang harus dicapai mahasiswa. Pembimbing praktek klinik mempunyai kontribusi meningkatkan kualitas pembelajaran praktek klinik, karena memiliki berbagai peran mulai dari merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran praktek klinik. Pembimbing klinik memiliki peran yang cukup besar karena selama praktek klinik pembimbing klinik yang memiliki intensitas memberikan bimbingan lebih besar dibanding pembimbing akademik. Pembimbing akademik hanya berkunjung seminggu sekali untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi mahasiswa ners selama praktek dan memberikan pengarahan terhadap mahasiswa ners. Kegiatan praktek klinik akan dipersepsikan mahasiswa sebagai bentuk pengalaman yang dibutuhkan sesuai harapannya. Semakin besar pengalaman yang didapatkannya sesuai dengan yang diharapkan, maka akan menimbulkan kepuasan kerja selama praktek. Kepuasan

mahasiswa ners menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi praktek klinik. Pencapaian kompetensi mahasiswa dipengaruhi oleh Sebagaimana menurut Oliver (1980) dalam Supranto (2001) bahwa kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan hasil yang dirasakannya dengan harapannya.

B. Rumusan Masalah Praktek klinik keperawatan mahasiswa merupakan proses pembelajaran pengalaman klinik. Kegiatan ini di selenggarakan di ruang rawat inap dengan melibatkan sumberdaya keperawatan yang ada yaitu kepala ruangan, pembimbing praktek, staf ruangan, mahasiswa yang sedang praktek, alat-alat, tugas, kewenangan dan tanggung jawab. Walaupun kegiatan praktek klinik keperawatan mahasiswa di ruang rawat inap menjadi tanggung jawab kepala ruangan sebagai supervisor, dipimpin oleh pembimbing klinik melalui pendelegasian, terbagi dan terkoordinasi sebagai tim kerja dengan pembimbing akademik serta dalam lingkungan kerja yang tersedia. Sehingga berdasarkan paparan di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Adakah Pengaruh Persepsi Mahasiswa ners angkatan IX tentang Bimbingan Klinik terhadap Kepuasan praktek klinik keperawatan stase Kebutuhan Dasar Manusia Universitas Jenderal Soedirman di RSUD dr. R. Geoteng Taroenadibrata Purbalingga

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh persepsi mahasiswa tentang bimbingan klinik terhadap kepuasan mahasiswa Ners Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman stase kebutuhan dasar manusia di RSUD dr. R. Geoteng Taroenadibrata Purbalingga. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini untuk mengetahui :
a. Mengetahui gambaran kepuasan mahasiswa dalam praktek klinik keperawatan.

b. Menganalisa hubungan persepsi mahasiswa tentang kepemimpinan pembimbing klinik

dengan kepuasan mahasiswa Ners angkatan IX Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman stase kebutuhan dasar manusia dalam praktek klinik keperawatan di RSUD dr. R. Geoteng Taroenadibrata Purbalingga.
c. Menganalisa hubungan persepsi mahasiswa tentang supervisi kepala ruangan dengan

kepuasan mahasiswa Ners angkatan IX Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman stase kebutuhan dasar manusia dalam praktek klinik keperawatan di RSUD dr. R. Geoteng Taroenadibrata Purbalingga.
d. Menganalisa hubungan persepsi mahasiswa tentang koordinasi antar pembimbing

praktek dengan kepuasan mahasiswa Ners angkatan IX Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman stase kebutuhan dasar manusia dalam praktek klinik keperawatan di RSUD dr. R. Geoteng Taroenadibrata Purbalingga.
e. Mengetahui

pengaruh

secara

bersama-sama

persepsi

mahasiswa

tentang

kepemimpinan pembimbing klinik, supervisi, dan koordinasi antar pembimbing praktek dan mahasiswa Ners angkatan IX Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman stase kebutuhan dasar manusia dalam praktek klinik keperawatan di RSUD dr. R. Geoteng Taroenadibrata Purbalingga. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi institusi pendidikan keperawatan dalam membuat serta menetapkan kebijakan, khususnya untuk hal-hal yang berkaitan dengan bimbingan klinik dalam pendidikan tahap profesi. Sebagai upaya analisis kegiatan perkuliahan sehingga pihak jurusan dapat melakukan perbaikan menuju arah yang lebih baik dengan cara peningkatan mutu pendidikan profesi. Mengembangkan kerjasama keperawatan

melalui praktek klinik keperawatan yang memungkinkan faktor-faktor yang terkait di dalamnya dapat berfungsi secara optimal. 2. Bagi Rumah Sakit Pendidikan Dapat digunakan sebagai pengetahuan dan pertimbangan dalam mendukung pencapaian kompetensi peserta didik di lahan praktek agar optimal. Membuat kebijakan maupun strategi dalam pengelolaan ruang rawat inap sehingga meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan praktek klinik keperawatan. 3. Bagi pembimbing klinik serta pembimbing akademik Sebagai bahan pengkajian dan pertimbangan dalam pengelolaan atau penataan pendidikan di tahap profesi. 4. Bagi peneliti Dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan peneliti dan menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya yang terkait dengan proses pendidikan tahap profesi. 5. Bagi ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam upaya memperkaya dan memperluas ilmu pengetahuan terutama dalam pengembangan pendidikan keperawatan.

E. Keaslian Penelitian Penelitian dengan judul Pengaruh persepsi mahasiswa tentang bimbingan klinik keperawatan terhadap kepuasan mahasiswa Ners angkatan IX Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman stase kebutuhan dasar manusia di RSUD dr. R. Geoteng Taroenadibrata Purbalingga belum pernah dilakukan oleh peneliti lain di wilayah tersebut. Adapun penelitian lain yang berhubungan dengan pencapaian kompetensi yang pernah dialakukan adalah :
1. Astuti (2004) melakukan penelitian berjudul Persepsi Mahasiswa Tahap Profesi

PSIK-B Terhadap Hasil Pencapaian Kompetensi Pada Praktek Klinik Keperawatan Maternitas Di Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cross sectional. Instrumen penelitian dengan teknik kuesioner terbuka dan melihat buku pencapaian kompetensi mahasiswa serta sampel 36

mahasiswa. Kesimpulan dari penelitian Astuti yaitu pencapaian kompetensi mahasiswa secara kuantitas kurang tetapi secara kualitas sudah cukup baik.
2. Tajmiati (2000), meneliti tentang persepsi mahasiswa PSIK (B) FK UGM terhadap

proses pembelajaran pada tahap profesi. Penelitian ini bersifat deskriptif non analitik dengan metode survei. Sampel adalah mahasiswa angkatan pertama yang sedang melaksanakan proses pembelajaran tahap profesi dengan sub variabel : kepentingan kontak, frekuensi kontak, tujuan pengajaran, nilai potensial dan nilai aktual aktivitas pengajaran, rencana karir, orientasi belajar, orientasi sosial dan tugas keperawatan. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada metode penelitian, peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif dan data diperoleh dari kuesioner. Subjek penelitian adalah mahasiswa keperawatan program regular S1 semester IV yang sedang melaksanakan praktek klinik keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai