Anda di halaman 1dari 33

BNO-IVP

BNO IVP (blaas nier oversight) atau KUB (Kidney Ureter Bladder) IVU (Intra Venous Urography) Adalah suatu tindakan untuk memvisualisasikan anatomi, dan fungsi ginjal ureter dan kandung kencing. Termasuk didalamnya fungsi pengisian dan pengosongan buli. Pemeriksaan ini diindikasikan untuk: Kecurigaan adanya batu disaluran kencing. Kecurigaan tumor/keganasan traktus urinarius. Gross hematuria. - Infeksi traktus urinarius yang berulang setelah terapi antibiotik yang adekuat. Pasca trauma deselerasi dengan hematuria yang bermakna. - Trauma dengan jejas di flank dengan riwayat shock, dan shok telah stabil. - Menilai/evaluasi/follow up tindakan urologis sebelumnya. Untuk trauma traktus urinarius gold standard adalah CT scan dengan kontras. Dilakukan BNOIVP jika tidak dapat dilaksanakan CT scan (biaya, tidak adanya fasilitas). Untuk usia anak anak, jika terdapat hematuria berapapun (any degree of hematuria) telah masuk indikasi BNO IVP, meskipun tidak terdapat riwayat shock. Tindakan ini dikontraindikasikan bagi: Pasien - Kehamilan yang alergi terhadap Mengkonsumsi komponen kontras (iodine). metformin.

Untuk pasien yang mengkonsumsi metformin tidak diperkenankan BNO-IVP oleh karena dapat terjadi asidosis metabolik. Untuk pemeriksaan BNO-IVP pasien yang mengkonsumsi metformin harus stop minum metformin minimal 48 jam sebelum BNO-IVP dan minum metformin lagi setelah 72 jam. Syarat BNO-IVP adalah keatinin kurang dari 2 mg/dl. Jika kadar kreatinin lebih dari 2 mg/dL maka dilakukan BNO-USG dan renogram. Pesiapan BNO-IVP, seumpama foto dilakukan pukul 08.00 WIB, persiapan hari sebelumnya: - Diit rendah gas dan rendah residu minimal 24 jam sebelum foto. Biasa diberikan bubur kecap. Stop makan pukul 20.00 WIB. Berikan garam Inggris pukul 22.00. minum terakhir pukul 22.00. - Lavement dengan gliserin 125 cc pada pukul 05.00 WIB hari tindakan. - Foto BNO-IVP 08.00 WIB dengan didahului skin test kontras. Perlu diperhatikan, pasien harus puasa bicara sejak 1 hari sebelum tindakan.

Persiapan BNO IVP


Persiapan BNO-IVP yang baik akan menghasilkan foto BNO-IVP yang baik dan dapat memberikan data yang akurat. Persiapan yang dilakukan minimal 1 hari sebelum rntgen. Persiapan yang perlu dilakukan berupa puasa bicara, dan berhenti merokok minimal 24 jam sebelum rntgen. Perlu diperhatikan pada penderita diabetes mellitus yang mengkonsumsi metformin. Pada pasien yang mengkonsumsi metformin harus dihentikan minimal 224 jam sebelum tindakan. Untuk sementara waktu obat anti hiperglikemik digantikan dengan obat jenis yang lain. Pemberian metformin bersama dengan kontras iodine (contohnya urografin, iopamiro) dapat menyebabkan asidosis laktat. Persiapan yang dilakukan berupa pemberian diit rendah serat dan gas. Idealnya adalah sebagai berikut: Pukul 07.00 09.00 11.00 13.00 15.00 17.00 19.00 Jenis diit Sereal dan juice orange 300cc Juice avocado 300 cc Juice orange 300 cc Sereal dan juice orange 300 cc Juice orange 300cc Juice avocado 300 cc Cereal dan juice orange 300 cc Untuk juice orange dapat diganti juice buah lainnya.

Hal ini sulit dilaksanakan di Indonesia oleh karena budaya yang kurang sesuai. Pemberian diit disesuaikan dengan lidah Indonesia berupa bubur kecap encer sebanyak 4 kali, satu piring tiap pemberian. Untuk minum dapat diberikan susu, teh, juice ataupun air putih. Pada pukul 20.00 merupakan makan dan minum terakhir. Pada pukul 22.00 diberikan 20 gram garam inggris yang dicampurkan dalan 300 cc air putih. Pada pukul 04.00 hari BNO-IVP pasien dilakukan lavemen dan dulcolax supp 2. Lavemen dilakukan dengan cara memasukkan gliserin 125 cc dengan NaCl 0,9% 250 cc kedalam anus. ditunggu 1 jam dan kemudian pasien disarankan BAB. setelah BAB Baru di masukkan dulcolak supp 2 tadi. Pada pukul 08.00 pasien dikirim ke departemen radiologi. Dilakukan skin test di antebrachii dengan kontras yang akan digunakan sebanyak 0,1cc. jika terdapat tanda alergi berupa kemerahan, gatal, bengkak dan sebagainya maka disarankan untuk tidak dilakukan BNO IVP dan diganti dengan modalitas diagnostic lainnya misalnya MRI. Perlu diperhatikan: pasien harus dalam kondisi hidrasi yang cukup. Seandainya pasien dalam kondisi under hidrasi maka kerja ginjal untuk mengekskresi kontras akan lebih berat dan dapat terjadi gangguan fungsi ginjal. Disarankan dipasang infus untuk menjamin hidrasi. Hal ini sedikit berbeda dari buku terdahulu (lebih tua dari 2004) yang menyarankan slight dehidration (dehidrasi ringan).

Membaca BNO IVP


Membaca suatu foto radiologis memang gampang-gampang susah. Akan terasa mudah bagi yang memiliki dasar radiologis yang kuat dan sering melakukan pembacaan foto jenis tersebut. Untuk memudahkan membaca BNO-IVP akan saya berikan dasar foto. Pada foto BNO-IVP perlu diperhatikan : 1. bayangan dengan kepadatan yang tinggi akan tampak sebagai bayangan radioopak (berwarna lebih putih). Sedangkan bayanngan dengan kepadatan rendah akan berwarna hitam (radiolusen). Selain kepadatan, opasitas sangat dipengaruhi berat molekul (khusus hal ini kurang bermakna bagi jaringan tubuh manusia, hal ini berguna pada logam yang berbeda contohnya, logam alumunium akan berwarna sedikit kehitaman dibanding timbal untuk ketebalan yang sama). 2. Persiapan yang buruk akan menghasilkan foto yang buruk pula. Persiapan pada hari sebelumnya seperti diit rendah gas dan rendah residu jika tidak dijalankan dengan baik akan mengakibatkan banyaknya artefak foto sehingga menyulitkan pembacaan. Misalnya kita melihat bayangan opak dikira batu saluran kencing ternyata feses. 3. Perhitungkan dan gunakan alat rontgen yang baik, kilovolt dan miliampere harus sesuai. Hal ini akan sangat berpengaruh pada kualitas foto. 4. hindarkan benda di daerah eksposure. seperti kancing celana dan kancing BH akan mengganggu foto, sebaiknya disingkirkan. Foto BNO-IVP meliputi foto BNO, 5, 15, 30 dan 45 menit (full blaas) pasca penyuntikan kontras dan pengosongan buli. Dalam setyiap foto harus diperhatikan identitas foto dan waktu pelaksanaan foto. Foto BNO Foto BNO bukanlah foto polos abdomen. perbadaan mendasar antara foto BNO dan foto polos abdomen antara lain: 1. foto BNO diawali dengan persiapan (baca artikel sebelumnya mengenai persiapan BNOIVP) sedangkan foto polos abdomen dapat dilakukan tanpa persiapan. Bahkan seringkali dilakukan tanpa persiapan, contohnya pada ileus obstruktif maka pasien difoto tanpa persiapan, bahkan sebelum dipasang NGT. 2. oleh karena foto BNO berusaha untuk menampilkan traktus urinarius dari ginjal hingga kandung kencing, maka luas eksposure harus mencakup itu semua. oleh Karena saluran kencing radiolusen dan tidak tampak dalam foto polos (setelah disuntikkan kontras akan tampak), maka digunakan tulang sebagai skeletopi ( penanda). Dalam foto BNO harus tampak/ dibatasi bidang: batas sisi atas adalah setinggi vertebra thorax X, batas sisi lateral adalah kedua alae ossis ilii harus tervisualisasi sempurna dan batas bawah adalah 2 cm dibawah simfisis pubis. Sedangkan foto polos abdomen tidak perlu seluas itu. 3. sesuaikan kilovolt dan miliamper. Foto BNO sebaiknya dapat membedakan antara jaringan keras (tulang), jaringan lunak (otot dan kulit), serta udara. Ketiga hal tersebut harus dapat dibedakan.

4. oleh karena foto rontgen adalah foto 2 dimensi maka pengetahuan anatomi haruslah baik. Jaringan sisi depan akan tumpang tindih dengan jaringan sisi belakang. Contohnya batu kandung empedu mungkin dikira sebagai batu ginjal, oleh karena jika dilihat dengan sinar AP (dari depan ke belakang) batu kandung empedu berada di proyeksi ginjal. Seandainya ditemukan hal tersebut, sebaiknya dilakukan foto oblik atau lateral sehingga akan jelas di anterior atau posterior.

Dalam pembacaan foto BNO perlu dijawab beberapa pertanyaan berikut: 1. apakah identitas foto BNO dan foto lainnya sesuai dengan identitas pasien? 2. kapankan dilakukan foto BNO dan foto lainnya, apakah berurutan? 3. bagaimanakan kilovolt dan miliamper mesin rontgen apakah sudah sesuai? Dikatakan sesuai jika foto dapat membedakan antara jaringan keras (tulang) jaringan lunak dan udara. Ketiga hal tersebut harus tampak sebagai gradasi. seandainya foto terlalu keras ( kilovolt) berlebih maka foto akan tampak lebih hitam, sehingga sistem tulang akan tampak nyata tetapi jaringan lunak tidak tervisualisasi dengan baik. Seandainya terlalu lunak foto akan tampak putih sehingga tidak dapat dibaca. 4. Apakah persiapan cukup ataukah kurang? Dikatakan persiapan cukup jika udara usus dan feses sangat sedikit. Dengan persiapan yang tidak baik maka foto akan sulit dibaca. 5. apakah sistema tulang intak? Dalam hal ini perlu diperhatikan kontinuitas tulang, adakah old fracture, union fracture, malunion ataupun non union fracture serta alignment tulang. Seandainya terdapat kelainan agar dikonsulkan dengan bagian terkait (bagian orthopedi). Gambaran tulang yang porotik harus menimbulkan kecurigaan adanya gangguan metabolisme tulang. Hal ini akan memperjelas kecurigaan kelainan metabolik pada pasien batu saluran kencing. Ditemukanya gibbus, bamboo spine dan abnormalitas sacroiliac joint mungkin menerangkan adanya nyeri pinggang yang bukan karena kelainan saluran kencing. Perhatikan pula adakah spina bifida (gambaran prosesus spinosus yang terbelah/terbagi menjadi 2) biasanya di daerah sakrum ataupun lumbal 4,5. 6. perhatikan bayangan musculus iliopsoas. M. ilioopsoas normal akan tervisualisasi, membentang secara oblik dari cranio media menuju laterokaudal. Terutama perhatikan tepin otot. Pengkaburan bayangan otot seandainya hal hal yang disebutkan diatas telah dilakukan dengan baik dapat dikarenakan oleh inflamasi otot, inflamasi retroperitoneal, ascites, ataupun peritonitis. 7. perhatikan preperitoneal fat. Preperitoneal fat normal akan tampak sebagai gambaran lebih lusen disisi lateral dinding perut. Pengkaburan atau tidak tampaknya preperitoneal fat suggestif peritonitis. 8. perhatikan dan ukur kontur ginjal. pada foto polos kontur ginjal sering tidak tervisualisasi. 9. Adakah bayangan radioopak yang tampak dalam foto? Seandainya ada ukur dan perhatikan letak. Untuk mempermudah menentukan letak gunakanlah tulang sebagai penanda (perhatikan skeletopinya). Foto 5 menit Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menilai foto 5 menit antara lain

1. apakah kontras telah mengisi kedua sistem pelvikokaliks? Normal kedua ginjal akan tampak dan sistem pelvikokaliks telah terisi kontras. Pada menit 1 hingga 3 pasca penyuntikan kontras, kontras telah mengisi korteks ginjal, pada saat ini akan dapat dilihat kontur atau bayangan tepi ginjal. Coba perhatikan antara bayangan kontur ginjal pada BNO dibanding dengan 5 menit, jika masih sama berarti kontras belum memasuki korteks, seandainya kontras telah berada di korteks maka bayangan ginjal akan lebih tampak jelas. 2. apakah bentuk kaliks ginjal normal atau terdistorsi? jika terdapat gambaran seperti labalaba memeluk telur maka dicurigai terdapat kista ginjal. 3. Seandainya pada BNO terdapat bayangan radioopak, pada foto inidapat disimpulkan letak batu tersebut, apakah di kaliks superior, medius ataupun kaliks inferior ataupun di pyelum. 4. Seandainya terdapat satu bagian atau polus yang tidak terisi kontras tetapi bagian lain terisi dengan baik, kita harus mencurigai adanya tumor ginjal. 5. ukurlah panjang dan lebar tiap leher kaliks. Foto 15 menit Pada foto 15 menit, sebelum melihat lebih jauh, perhatikan diatas allae ossis ilii. Terdapat 2 aliran besar pada tehnik foto 15 menit. Aliran teori pertama adalah melakukan pembendungan ureter yang dilakukan dengan menekankan 2 buah separuh bola tenis di sekitar lumbal 5. Pada foto akan tampak sebagai 2 buah bayangan radioopak. Tindakan ini dimaksudkan agar ureter dan sistema pelvikokalis terisi kontras yang akan memudahkan identifikasi jika terdapat stenosis atau batu kecil. Tetapi pada tindakan ini sistem pelvikokalis akan tampak hidronefrosis, sehingga kesimpulan hidronefrosis tidak boleh diambil pada foto ini. Aliran kedua, adalah aliran yang tidak melakukan pembendungan ureter. Pada foto 15 menit kita akan menilai pasase ureter, bentuk ureter dan adanya stenosis serta batu di ureter. Jika pada BNO terdapat bayangan radioopak di sekitar proyeksi ureter maka pada foto ini carilah bayangan tadi. Apakah bayangan opak tadi di ureter taupun tidak. Foto 30 menit Pada foto ini perhatikanlah: 1. apakah terdapat hidronefrosis pada kedua ginjal? 2. pada ureter distal saat akan memasuki kandung kencing. Jika terdapat gambaran Fish hook appearance (seperti mata kail) maka hal ini sangat khas pada pembesaran prostat. JIka terdapat Cobra Head appearance kita akan mencurigai adanya divertikel ureter. Foto 45 menit /full bladder/buli penuh Pada foto ini: 1. Apakah dinding buli reguler? adakah additional shadow (divertikel) ataupun filling defect (masa tumor) dan indentasi prostat? 2. gambaran dinding yang menebal ireguler dicurigai adanya sistitis kronis.

3. bentuk buli terkadang membantu penegakan diagnosis neurologis. gambaran buli yang bulat dan besar sangat mungkin menderita neurogenik bladder tipe flaksid. Gambaran buli yang kecil dengan divertikel yang banyak (divertikulosis) dengan bentuk christmas tree appearance patognomonik pada neurogenik bladder tipe spastik. Foto Pengosongan Buli Kita harus menilai apakah setelah pasien berkemih kontras di buli minimal? Seandainya terdapat sisa yang banyak kita dapat mengasumsikan apakah terdapat sumbatan di distal buli ataupun otot kandung kencing yang lemah. Setelah Membaca tiap tiap tahap BNO-IVP maka harus disimpulkan:

bagaimanakah fungsi kedua ginjal? bagaimanakah kondisi anatomik ginjal dan ureter, adakah hidronefrosis, kingkin ureter? bagaimanakah kondisi buli? adakah tumor buli? bagaimanakah fungsi pengosongan buli? adakah vesikoureteral refluks.

DJ Stent
Dj stent merupakan singkatan dari double J stent. Alat ini sering digunakan urolog dengan bentuk seperti 2 buah huruf J. Alat ini dipasang di ureter, satu ekornya berada di sistem pelvikokaliks ginjal dan satu lagi di kandung kemih.

Fungsi dari benda ini adalah untuk mempermudah aliran kencing dari ginjal ke kandung kencing, juga memudahkan terbawanya serpihan batu saluran kencing. Ketika ujung DJ stent berada di sistema pelvikokaliks maka peristaltik ureter terhenti sehingga seluruh ureter dilatasi. (Sumber peristaltik berada di kaliks minoris ginjal). Urine dari ginjal mengalir di dalam lubang DJ stent dan juga antara DJ stent dengan ureter. DJ stent dipasang ketika (indikasi pemasangan DJ stent): 1. menyambung ureter yang terputus. 2. jika saat tindakan URS lapisan dalam ureter terluka. 3. setelah operasi URS batu ureter distal, karena dikhawatirkan muara ureter bengkak sehingga urine tidak dapat keluar. 4. stenosis atau penyempitan ureter. DJ stent berfungsi agar setelah dipasang penyempitan tersebut menjadi longgar. 5. setelah URS dengan batu ureter tertanam, sehingga saat selesai URS lapisan dalam ureter kurang baik. 6. operasi batu ginjal yang jumlahnya banyak dan terdapat kemungkinan batu sisa. Jika tidak dipasang dapat terjadi bocor urine berkepanjangan. 7. batu ginjal yang besar dan direncanakan ESWL. Seandainya tidak dipasang maka serpihan batu dapat menimbulkan rasa nyeri. 8. untuk mengamankan saluran kencing pada pasien kanker cervix. 9. untuk mengamankan ginjal saat kedua ginjal/ureter tersumbat dan baru dapat diterapi pada 1 sisi saja. Maka sisi yang lain dipasang DJ stent. 10. pada pasien gagal ginjal karena sumbatan kencing, (tidak dapat dilakukan nefrostomi karena hidronefrosis kecil). Resiko pemasangan DJ stent: 1. berlubangnya saluran kencing. 2. urosepsis yaitu kuman saluran kencing beredar di aliran darah. 3. munculnya batu di DJ stent, oleh karena itu DJ stent diangkat/diganti setelah suatu waktu tertentu. Lama usia DJ stent bervariasi, umumnya 2 bulan dan terdapat yang dapat berusia 1 tahun. Jika tidak diberikan keterangan, biasanya DJ stent berusia 2 bulan. Disarankan DJ stent dicabut atau diganti setelah 2 bulan.

4. DJ stent tak dapat ditarik. Seandainya hal ini terjadi maka diperlukan operasi terbuka.

Electrolyte Corrections ; Koreksi Elektrolit


A. Hypocalcemia

Normal Values: Total 8.5-10.5 mg/dl.

(Ionized 4.5-5.3 mg/dl. Use Ionized Calcium Levels before treating or Calculate Albumin Levels)

Inj: Calcium Chloride, Calcium Gluconate PO: Calcium Carbonate, Calcium Gluconate
Dosing:

1. Ionized Ca. 4.0-4.4 give 0.5-1 g Ca-Gluc, IVP over 5-10 min. Repeat 8-12 hr. prn. 2. Ionized Ca. 3.5-3.9 give 1-2 g Ca-Gluc. IVP/IVPB over 15-30 min. Repeat a4-8 hr. prn. 3. Ionized Ca < 3.5 or symptomatic, give 1-2 gm Ca-Gluc. IVP/IVPB over 5-10 min. Repeat q1-2 hr.prn.

WARNING: Correct Hypomagnesia and Hyperphosphatemia. Wait min. of 30 min. before rechecking.

B. HypoMagnesia

Normal Values: 1.8-2.3 mg/dl


Inj: MgS04 PO: MgS04/Mg02. Dosing:

1. If between 1.0-1.8 give 1-2 gm MgSo4 IVPB over 1 hr. Repeat q 6-12 hr. prn 2. If <1.0 give 4 gm MgS04 over 2 hrs. then 2 gm MgS04 IVPB over 1 hr q 2 hrs.

WARNING:

1. Hypomagnesia may cause hypokalemia and hypocalcemia. 2. Rapid Infusion may cause hypotension and flushing. 1 gm= 8.12 meq C. Hypokalemia (potassium)

Normal Values: 3.5-5.4 mEq/L


Inj. KCL, K-phos, PO: KCL, (K-Lyte, K-Dur, liquid KCL) Dosing:

1. If 3.0-3.5 give 40mEq/L over 1 hr. (40mEq/250 ml over 2 hr.) 2. If <3.0, give 40mEq/100 ml IVPB q2-4 hr until depletion is corrected.

WARNING: Infuse through central line with continuous EKG monitoring. Dont give more than 80 mEq before rechecking levels. Correct Concurrent Hypocalcemia

D. Hyperkalemia (potassium)

Normal Values: 3.5-5.4 mEq/L Dosing:


If K >5.5, consider 15gm PO qd-qid levels. Stop K- IV fluids. of Kayexalate (mix in water or sorbitol) to decrease

1. 2.

E. Hypophosphatemia (Phosphorus)

Normal Values: 2.0-4.6 mg/dl


Inj: K-Phos, Na-Phos: PO: Phospho-soda (20.8 mmol/5ml) dosing:

1. If between 1.5-1.9 give 0.125 mmol/kg IVPB over 4 hrs. ( max 15 mmol) or Phospho-soda 5 ml PO bid-tid. 2. If between 1.0-1.4 give 0.25 mmol/kg (IVPB over 4 hrs. (max 25 mmol). If <1.0, give 0.375-0.5 mmol/kg (max dose 40 mmol)

WARNING: Avoid use of phosphate in severe hypocalcemia.. Wait 30 minutes before rechecking.

Trauma Testis dan Kulit Genital (terjemah bebas)


Meskipun testis relatif dilindungi oleh mobilitas skrotum, cremasteric refleks kontraksi otot, dan tangguh tunika fibrosa albuginea, cedera tumpul (biasanya akibat dari serangan, peristiwaperistiwa yang berhubungan dengan olahraga, dan kecelakaan kendaraan bermotor) dapat mengakibatkan pecahnya tunika albuginea, memar, hematoma, dislokasi, atau torsi testis. Cedera testis hasil dari trauma tumpul di sekitar 75% kasus (McAninch et al, 1984; Cass dan Luxenberg, 1991). Luka tembus akibat senjata api, ledakan, dan luka-luka penyulaan mewakili sisanya Sedangkan hanya 1,5% dari cedera testis tumpul melibatkan kedua gonad, sekitar 30% dari hasil trauma skrotum menembus bilateral cedera (Cass dan Luxenberg, 1988, 1991 [14] [15]). Sebagian besar trauma skrotum penetrasi (72% hingga 83%) berhubungan dengan cedera nongenitourinary termasuk paha, penis, perineum, uretra, atau femoralis kapal (Gomez et al, 1993; Cline et al, 1998). Dalam konflik militer kontemporer, luka genital rekening untuk persentase yang lebih besar urologic cedera karena senjata peledak kuat terlibat dan pengaruh pelindung body armor (Thompson et al, 1998). Diagnosis Pecah testis harus dipertimbangkan dalam semua kasus trauma tumpul skrotum. Kebanyakan

pasien mengeluhkan rasa sakit skrotum indah dan mual. Pembengkakan dan ecchymosis adalah variabel, dan derajat hematoma tidak berhubungan dengan testis keparahan cedera; ketiadaan tidak sepenuhnya mengesampingkan testis pecah, dan luka memar tanpa fraktur dapat hadir dengan pendarahan yang signifikan. Skrotum pendarahan dan hematocele bersama dengan kelembutan untuk palpasi sering membatasi pemeriksaan fisik lengkap. Seiring cedera uretra harus dicurigai dan dievaluasi ketika mengungkapkan pemeriksaan darah di meatus atau jika mekanisme cedera atau hematuria menunjukkan kemungkinan. Mandat luka tembus pemeriksaan hati-hati struktur sekitarnya, terutama pembuluh femoralis.

USG dapat membantu untuk menilai integritas dan vascularity dari testis. Ultrasonography cepat, mudah tersedia, dan non-invasif. Karena mungkin sonografi tergantung pada operator, falsepositif dan negatif palsu studi berkisar antara 56% hingga 94% (Fournier et al, 1989; Corrales et al, 1993; Herbener, 1996; Dreitlein et al, 2001). Temuan USG testis sugestif dari fraktur meliputi inhomogeneity dari parenkim testis tekstur dan gangguan dari tunika albuginea (Micallef et al, 2001) (Gambar 83-3). Normal atau samar studi USG seharusnya tidak menunda pembedahan eksplorasi ketika temuan pemeriksaan fisik sugestif dari kerusakan testis; diagnosis sering dibuat dalam ruang operasi. Meskipun Magnetic Resonance Imaging testis dapat secara efektif menunjukkan integritas, yang digunakan secara luas bukanlah norma karena biaya, ketersediaan terbatas, dan potensi keterlambatan dalam bedah definitif perawatan pasien (Serra et al, 1998; Muglia et al, 2002).

Gambar pemeriksaan USG menunjukkan daerah hypoechoic intratesticular testis pecah konsisten dengan ditopang oleh trauma tumpul. Skrotum eksplorasi mengungkapkan hematocele besar dan terbuka tubulus seminiferus. Diferensial diagnosis fraktur meliputi testis hematocele tanpa pecah, torsi testis atau tambahan, reaktif hidrokel, hematom dari epididimis atau spermatika tali, dan intratesticular hematom. Sebuah nonpalpable testis dalam trauma pasien harus meningkatkan kemungkinan dislokasi di luar skrotum. Entitas ini biasanya terjadi setelah kecelakaan sepeda motor, di mana kekuatan-

kekuatan ekstrem di mengusir skrotum testis ke jaringan sekitarnya, seperti kantong inguinalis superfisialis (50%) atau ke kemaluan, penis, panggul, perut, atau lokasi perineum (Schwartz dan Faerber, 1994 ; Bromberg, 2003). Bilateral dislokasi setelah trauma telah dilaporkan (Bromberg et al, 2003; OBrien et al, 2004). Manual atau pengurangan operasi testis yang dipindahkan ditunjukkan. Akhirnya, sekitar 5% dari tali spermatika torsions diyakini dipicu oleh trauma; torsi harus dipertimbangkan dalam semua kasus yang signifikan nyeri skrotum tanpa tanda-tanda atau gejala trauma skrotum besar (Elsaharty et al, 1984; Manson, 1989; Lrhorfi et al , 2002). Manajemen Awal eksplorasi dan perbaikan cedera testis dikaitkan dengan peningkatan testis penyelamatan, pemulihan dan mengurangi kecacatan, lebih cepat kembali ke kegiatan normal, dan pelestarian kesuburan dan fungsi hormonal (Kukadia et al, 1996). Skrotum cedera ringan tanpa kerusakan testis dapat dikelola dengan es, elevasi, analgesik, dan irigasi dan penutupan dalam beberapa keadaan. Tujuan bedah eksplorasi dan perbaikan adalah testis penyelamatan, pencegahan infeksi, mengontrol perdarahan, dan mengurangi masa pemulihan. Insisi skrotum adalah lebih baik dalam banyak kasus. Albuginea tunika harus ditutup dengan jahitan diserap kecil setelah penghapusan nekrotik dan diekstrusi tubulus seminiferus. Bahkan kerusakan kecil pada tunika albuginea harus ditutup, karena progresif pembengkakan dan tekanan intratesticular dapat terus mengusir tubulus seminiferus. Setiap upaya untuk menyelamatkan testis harus dilakukan; hilangnya jaringan kapsul mungkin memerlukan penghapusan parenchyma tambahan untuk memungkinkan penutupan tunika yang tersisa albuginea (Gambar 83-4). Intratesticular signifikan hematoma harus dieksplorasi dan ditiriskan bahkan dalam ketiadaan testis pecah untuk mencegah tekanan progresif nekrosis dan atrofi, tertunda eksplorasi (40%), dan orchiectomy (15%) (Cass dan Luxenberg, 1988). Hematoceles signifikan juga harus dieksplorasi, terlepas dari studi pencitraan, karena sampai 80% adalah karena testis pecah (Vaccaro et al, 1986).

Gambar A, dbrided tubulus seminiferus. B, Tunica albuginea direkonstruksi. (Photo courtesy of Dr Jack McAninch.) Penetrasi skrotum pembedahan cedera harus dieksplorasi untuk memeriksa untuk vaskular dan vasal cedera. Vas deferens terluka dalam 7% sampai 9% dari skrotum luka tembak (Gomez et al, 1993; Brandes, et al, 1995). Vas yang terluka harus nonabsorbable diligasi dengan jahitan dan menunda rekonstruksi dilakukan jika diperlukan. Kira-kira 30% dari luka tembak melukai kedua testis; mempertimbangkan eksplorasi testis kontralateral, tergantung pada temuan pemeriksaan fisik dan lintasan peluru. Hasil dan Komplikasi Pengelolaan Nonoperative testis pecah seringkali rumit oleh infeksi, atrofi, nekrosis, dan orchiectomy tertunda. Menyelamatkan testis tarif melebihi 90% dengan eksplorasi dan perbaikan dalam waktu 3 hari dari cedera (Del Villar et al, 1973; Schuster, 1982; Fournier et al, 1989; Cass dan Luxenberg, 1991), tiga kali lipat dibandingkan dengan tingkat orchiectomy untuk delapan kali lipat lebih tinggi dengan pengelolaan konservatif dan menunda pembedahan (Cass dan Luxenberg, 1991). Menyelamatkan testis tingkat dengan pengelolaan konservatif serendah 33%, dengan tingkat orchiectomy tertunda antara 21% dan 55% (Schuster, 1982; Cass dan Luxenberg, 1991; McAleer dan Kaplan, 1995). Sekitar 45% dari pasien awalnya dikelola secara konservatif pada akhirnya akan menjalani pembedahan eksplorasi untuk rasa sakit, infeksi, dan gigih hematom (Del Villar et al, 1973; Cass dan Luxenberg, 1991). Pemulihan dan waktu kembali ke kegiatan normal secara signifikan berkurang setelah pembedahan awal perbaikan. Tidak seperti tumpul testis pecah, untuk menyelamatkan tingkat yang tinggi, trauma testis penetrasi dikaitkan dengan menyelamatkan gonad hanya 32% hingga 65% kasus (Bickel et al, 1990; Gomez et al, 1993; Brandes et al, 1995; Cline et al, 1998). Serupa nonsalvage dan tingkat orchiectomy telah dilaporkan dengan luka tembus dalam serangkaian konflik militer baru-baru ini (Hudolin dan Hudolin, 2003). Mayoritas pasien bedah telah memadai pelestarian fungsi hormonal dan kesuburan (Kukadia et al, 1996). Produksi sperma telah didokumentasikan dalam pria dengan tepat diperbaiki bilateral testis pecah dan bilateral luka tembus (Pohl et al, 1968; Brandes, et al, 1995). Urolog dapat berkonsultasi untuk pendapat dan bimbingan yang berkaitan dengan anak laki-laki dengan testis menyendiri bermain olahraga kontak. Untungnya, cedera testis sangat jarang terjadi pada anak laki-laki yang terlibat dalam kontak perorangan atau tim olahraga dan kegiatan rekreasi (McAleer et al, 2002; Wan 2003a, 2003b [90] [91]). Orangtua harus tepat menasihati dan perangkat cangkir pelindung dianjurkan. American Academy of Pediatrics Committee on Sports Medicine and Fitness (2001) merekomendasikan bahwa banyak faktor yang harus dipertimbangkan mengenai apakah akan memperbolehkan anak yang soliter testis untuk bermain olahraga; rekomendasi mereka adalah seorang yang tidak memenuhi syarat ya dalam keadaan ini. Kulit genital Rugi

Etiologi Gangrene fasiitis polymicrobial akibat infeksi di area genital, atau Fourniers gangren, adalah yang paling umum yang menyebabkan hilangnya luas kulit kelamin (McAninch et al, 1984). Kerugian iatrogenik, yang disebabkan oleh keharusan untuk akut nekrotik dbridement bahu dari kulit kelamin ketika pasien terlihat awalnya. Kulit penis kehilangan traksi dapat disebabkan oleh perangkat mekanis, seperti mesin pertanian atau industri, atau oleh alat pengisap, seperti penyedot debu. Karena jaringan penis yang longgar areolar jaringan, sering sobek bebas tanpa kerusakan struktur yang mendasari. Kulit skrotum kerugian yang signifikan akibat dari trauma penetrasi biasa. Penis luka bakar, meskipun jarang, sering penuh ketebalan karena kulit penis begitu tipis (Horton, 1990). Konstriksi band ditempatkan pada penis jarang dapat mengakibatkan kerugian kulit signifikan, meskipun cedera yang lebih umum melibatkan nekrosis tekanan langsung di bawah band, yang biasanya menyembuhkan baik dengan penghapusan perangkat sendirian. Diagnosis dan Initial Manajemen Meskipun kedua selulitis dan Fourniers gangren yang umumnya terkait dengan kelamin signifikan edema dan eritema, kulit iskemia adalah ciri khas Fourniers gangren. USG skrotum (Kane et al, 1996) dan computed tomography (CT) dapat mengungkapkan subkutan udara, indikator yang bermanfaat fasiitis infeksi (Gambar 83-5).

Gambar 83-5 A, Large erythematous skrotum dengan nekrosis sentral fasiitis sugestif dari infeksi. B, CT subkutan menunjukkan udara di skrotum sekunder untuk Fourniers gangren. Dalam kasus Fourniers gangren, beberapa dbridements diperlukan selama beberapa minggu sampai infeksi aktif dikontrol. Kulit signifikan kerugian harus diperlakukan dengan basah-untukkering saus sampai cakupan utama direncanakan. Inspeksi setidaknya setiap hari oleh tim bedah merupakan suatu keharusan. Kencing suprapubik pengalihan harus benar-benar dipertimbangkan untuk luas luka cedera untuk menyederhanakan perawatan dan untuk mencegah komplikasi uretra yang berhubungan dengan kateterisasi berkepanjangan. Terapi oksigen hiperbarik telah menganjurkan ukuran sebagai ajuvan untuk mempromosikan penyembuhan luka. Bakar genital sebagian besar diperlakukan seperti luka bakar lainnya, dengan reseksi dini luka bakar eschar dan cakupan dengan ketebalan kulit split-grafts bila memungkinkan. Parsialketebalan kulit kelamin kerugian atau luka bakar dapat diobati dengan krim sulfadiazin perak.

Penis Rekonstruksi Dalam disunat dipilih pasien, mobilisasi kulup berlebihan dapat mengizinkan penutupan primer tengah untuk kulit penis distal badan (Horton, 1990). Skrotum flap rotasi dapat digunakan untuk lebih proksimal cacat jika kehilangan kulit terbatas, tapi rambut-sifat bantalan kulit skrotum risiko hasil kosmetik yang tidak dapat diterima. Lokal flaps, seperti dari perut dan paha, juga dapat digunakan tetapi lebih rendah cosmetically untuk membagi-ketebalan kulit cangkokancangkokan. Cakupan avulsed kulit dengan kulit harus dihindari karena sering menjadi nekrotik. Thick (0,010-ke 0,015 inci), nonmeshed, split-ketebalan kulit grafts McAninch et al, 1984) lebih disukai untuk rekonstruksi penis luas. Meshed grafts dapat digunakan tetapi memiliki kecenderungan ke arah contracture dan cosmetically kurang dapat diterima daripada grafts unmeshed. Grafts biasanya dipanen dari anterior paha dengan dermatom pneumatik. Jika grafts harus digunakan, perawatan harus diambil untuk menghilangkan kulit yang tersisa setelah subcoronal dbridement bahu. Obstruksi limfatik distal ini kulup, jika tidak dipotong, akan mengakibatkan sirkumferensial lymphedema. Kulit cangkokan-cangkokan diletakkan di batang penis tidak pernah kembali normal, sensasi (Horton, 1990), walaupun fungsi seksual sering diawetkan utuh karena sensasi pada kulit kelenjar. Skrotum Rekonstruksi Kehilangan kulit skrotum cacat hingga 50% sering dapat ditutup secara langsung. Untuk cedera ekstensif, testis mungkin ditempatkan dalam kantung paha atau diolah dengan dressing basah sampai beberapa minggu sampai rekonstruksi (Cummings dan Boullier, 2000; Gomes et al, 2001). Pertama, flap kulit lokal harus digunakan untuk menutup sebanyak cacat jaringan mungkin. Split-ketebalan Meshed cangkokan-cangkokan kulit yang kemudian dipekerjakan untuk skrotum rekonstruksi. Selain memberikan hasil kosmetik yang sangat baik, eksudat meshing memungkinkan untuk melepaskan diri dari celah, sehingga meningkatkan cangkok ambil. The spermatika tali yang dijahit bersama sebelum mencangkok untuk mencegah terpecah dua belah neoscrotum. The neoscrotum mungkin pada awalnya muncul wajar ketat, tapi setelah 6 sampai 12 bulan, testis berfungsi sebagai jaringan alam dan akhirnya menempati expanders yang lebih alami, tergantung posisi. Lipatan paha dapat digunakan untuk merekonstruksi skrotum ketika testis telah dikuburkan di paha setelah skrotum traumatis atau operasi penghapusan (Morey dan McAninch, 1999). Fibrin sealant telah terbukti bermanfaat sebagai lem jaringan untuk mempromosikan penyembuhan dan mengurangi kelamin drainase selama rekonstruksi kasus yang rumit (DeCastro dan Morey, 2002).

Trauma Penis (terjemah bebas)

Pendahuluan Trauma yang mencederai penis dapat berupa trauma tumpul, trauma tajam, terkena mesin pabrik, ruptur tunika albuguinea, atau strangulasi penis. Pada trauma tumpul atau terkena mesin, jika tidak terjadi amputasi total, penis cukup dibersihkan dan dilakukan penjahitan primer. Jika terjadi amputasi penis total) dan bagian distal dapat diidentifikasi, dianjurkan dicuci dengan larutan garam fisiologis kemudian disimpan di dalam kantung es, dan dikirim ke pusat rujukan. Jika masih mungkin dilakukan replantasi (penyambungan) secara mikroskopik. Fraktur Penis Fraktur penis adalah ruptura tunika albuginea korpus kavernosum penis yang terjadi pada saat penis dalam keadaan ereksi. Ruptura ini dapat disebabkan karena dibengkokkan sendiri oleh pasien pada saat masturbasi, dibengkokkan oleh pasangannya, atau tertekuk secara tidak sengaja pada saat hubungan seksual. Akibat tertekuk ini, penis menjadi bengkok (angulasi) dan timbul hematoma pada penis dengan disertai rasa nyeri. Untuk mengetahui letak ruptura, pasien perlu menjalani pemeriksaan foto kavernosografi yaitu memasukkan kontras ke dalam korpus kavernosum dan kemudian diperhatikan adanya ekstravasasi kontras keluar dari tunika albuginea. Tindakan Eksplorasi ruptura dengan sayatan sirkuminsisi, kemudian dilakukan evakuasi hematoma. Selanjutnya dilakukan penjahitan pada robekan tunika albuginea. Robekan yang cukup lebar jika tidak dilakukan evakuasi hematom dan penjahitan, dapat menyebabkan terbentuknya jaringan ikat pada tunika yang menimbulkan perasaan nyeri pada penis dan bengkok sewaktu ereksi. Strangulasi Penis

Strangulasi penis adalah jeratan pada pangkal penis yang menyebabkan gangguan aliran darah pada penis. Gangguan aliran darah ini mengakibatkan penis menjadi iskemia dan edema yang jika dibiarkan akan menjadi nekrosis. Jeratan ini dapat terjadi pada orang dewasa maupun pada anak-anak. Pada orang dewasa penjeratnya berupa logam, tutup botol, atau karet yang biasanya dipasang pada batang penis untuk memperlama ereksi. Pada anak kecil biasanya jeratan pada penis dipasang oleh ibunya untuk mencegah ngompol (enuresis) atau bahkan secara tidak sengaja terjadi pada bayi yang

terjerat tali popok atau rambut ibunya. Jeratan pada penis harus segera ditanggulangi dengan melepaskan cincin atau penjerat yang melingkar pada penis. Karena edema yang begitu hebat, jeratan oleh cincin logam sulit untuk dilepaskan. Beberapa cara untuk melepaskan cincin yang menjerat batang penis adalah: (1) memotong logam itu dengan gerinda atau gergaji listrik, tetapi dalam hal ini energi panas yang ditimbulkan dapat merusak jaringan penis, (2) melingkarkan tali pada penis pada sebelah distal logam dan kemudian melepaskannya perlahan-lahan seperti pada Gambar 6-7, atau (3) melakukan insisi pada penis yang telah mengalami edema dengan tujuan membuang cairan (edema) sehingga logam dapat dikeluarkan.

Cara melepaskan logam yang melingkar pada penis, a. Cincin logam melingkar di pangkal penis, b. Seutas tali dimasukkan di antara penis dan cincin, c. Bagian tali yang berada di sebelah distal penis dilingkarkan pada batang penis sehingga d. diameter penis di sebelah distal cincin lebih kecil daripada diameter lumen cincin, e. Perlahan-lahan cincin dapat ditarik ke luar dengan tetap menambah lingkaran tali pada penis, f. Cincin dapat dikeluarkan dari penis. Trauma luka pada alat kelamin jarang terjadi, sebagian karena mobilitas penis dan skrotum. Tahap phalik luka trauma tumpul biasanya menjadi perhatian hanya dengan penis tegak, ketika fraktur albuginea tunika dapat menghasilkan. Secara umum, mendorong bedah rekonstruksi dari kebanyakan penis biasanya menyebabkan cedera yang cukup dan dapat diterima kosmetik dan hasil fungsional.

Fracture Penis

Etiology

Fraktur penis adalah gangguan dari tunika albuginea dengan pecahnya corpus cavernosum. Patah tulang kuat biasanya terjadi selama hubungan seksual, ketika penis yang kaku slip keluar dari vagina dan perineum pemogokan atau tulang kemaluan (kecerobohan du coit), mempertahankan kelukan cedera. Tunika albuginea adalah struktur bilaminar (dalam lingkaran, luar longitudinal) terdiri dari kolagen dan elastin. Lapisan luar menentukan kekuatan dan ketebalan tunika, yang bervariasi di lokasi yang berbeda sepanjang poros (Hsu et al, 1994; Brock et al, 1997). Kekuatan tarik albuginea tunika luar biasa, menolak tekanan intracavernous pecah sampai naik ke lebih dari 1500 mm Hg (Bitsch et al, 1990). Ketika penis ereksi tikungan tidak normal, yang tiba-tiba peningkatan tekanan intracavernosal melebihi kekuatan tarik tunika albuginea, dan robekan melintang poros proksimal biasanya hasil. Sedangkan penis patah tulang yang paling sering dilaporkan dengan hubungan seksual, hal itu juga telah dijelaskan dengan masturbasi, berguling atau jatuh ke ereksi penis, dan berbagai skenario lainnya. Di Timur Tengah, akibat perbuatan diri fraktur mendominasi; yang ereksi penis bengkok secara paksa selama masturbasi atau sebagai sarana untuk mencapai detumescence cepat, praktek taghaandan. Mydlo (2001) melaporkan bahwa 94% dari patah tulang di Philadelphia, Pennsylvania, adalah akibat dari hubungan seksual; Zargooshi (2000) menggambarkan 69% dari patah tulang di Kermanshah, Iran, sebagai akibat manipulasi diri. Air mata yang biasanya tunical melintang dan 1 hingga 2 cm panjangnya (Asgari et al, 1996; Mydlo, 2001). Cedera biasanya sepihak, walaupun air mata di kedua kopral jenazah telah dilaporkan (Mydlo, 2001; El-Taher et al, 2004). Meskipun situs rupture dapat terjadi di mana saja di sepanjang batang penis, sebagian besar distal ke suspensori ligament.

Diagnosis and Imaging

Diagnosis fraktur penis sering langsung dan dapat dibuat dipercaya oleh sejarah dan pemeriksaan fisik saja. Pasien biasanya menggambarkan retak atau suara muncul sebagai tunika air mata, diikuti oleh rasa sakit, detumescence cepat, dan perubahan warna dan pembengkakan pada batang penis. Jika fasia Buck tetap utuh, hematom penis tetap berisi antara kulit dan tunika, mengakibatkan cacat terung yang khas (Gambar 83-1). Jika fasia Buck terganggu, hematom dapat memperluas ke skrotum, perineum, dan daerah suprapubik. Yang bengkak, lingga ecchymotic sering menyimpang ke sisi yang berlawanan dengan tunical air mata karena massa hematom dan efek. Garis yang patah tulang di tunika albuginea dapat teraba. Bekuan darah secara langsung terhadap situs fraktur bisa teraba; yang bergulir tanda menggambarkan suatu perusahaan, mobile, diskrit, pembengkakan lembut di mana kulit penis dapat digulung (Naraynsingh dan Raju, 1985). Karena rasa takut dan malu yang umumnya terkait, presentasi pasien ke klinik gawat darurat atau kadang-kadang secara signifikan tertunda.

Gambar 1 Eggplant deformity, Terong cacat, penampilan klasik fraktur penis selama hubungan seksual berkelanjutan Insiden cedera uretra secara signifikan lebih tinggi di Amerika Serikat dan Eropa (20%) dibandingkan di Asia dan Timur Tengah (3%), mungkin karena etiologi yang berbeda-hubungan seksual versus trauma cedera akibat perbuatan sendiri (Eke, 2002; Zargooshi , 2002; Jack et al, 2004). Sebagian besar cedera uretra yang berhubungan dengan hematuria gross, darah di meatus,

atau ketidakmampuan untuk membatalkan, meskipun tidak adanya temuan ini tidak mengesampingkan definitif cedera uretra (Tsang dan Demby, 1992; Mydlo, 2001; Jack et al, 2004). Mengingat bahwa cedera uretra tidak jarang terjadi dan bahwa urethrography adalah kajian sederhana dan dapat diandalkan, dokter harus memiliki ambang yang rendah untuk uretra evaluasi dalam semua kasus fraktur penis. Khas sejarah dan presentasi klinis fraktur penis biasanya membuat studi pencitraan ajuvan yang tidak perlu. Meskipun telah cavernosography menganjurkan untuk membantu dalam diagnosis, studi negatif palsu telah dilaporkan (Mydlo, 2001); false-positif dapat hasil penelitian dari memadai kopral mengisi satu tubuh dan salah tafsir drainase vena yang rumit (Pliskow dan Ohme, 1979; Beysel et al, 2002). Cavernosography tidak disarankan dalam evaluasi fraktur penis yang dicurigai karena memakan waktu dan tidak familiar bagi kebanyakan urolog dan ahli radiologi (Morey et al, 2004). Ultrasonography, meskipun non-invasif dan mudah dilakukan, juga telah dikaitkan dengan studi falsenegative signifikan (Koga et al, 1993; Fedel et al, 1996). Magnetic Resonance Imaging adalah non-invasif dan sangat akurat sarana menunjukkan gangguan dari tunika albuginea (Fedel et al, 1996; Uder et al, 2002). Argumen yang menentang penggunaan rutin Magnetic Resonance Imaging adalah biaya, terbatasnya ketersediaan, dan waktu persyaratan yang terlibat dengan studi. Magnetic Resonance Imaging adalah wajar dalam evaluasi pasien tanpa presentasi yang khas dan temuan fisik fraktur penis. Patah tulang palsu telah dilaporkan pada pasien yang hadir dengan penis pembengkakan dan ecchymosis, meskipun mereka tidak menggambarkan klasik snap-pop atau detumescence cepat biasanya berkaitan dengan fraktur. Pemeriksaan fisik mungkin tidak memadai untuk diagnosa definitif kopral air mata dalam kondisi berikut (Shah et al, 2003). Pembedahan eksplorasi atau evaluasi dengan pencitraan resonansi magnetik harus dipertimbangkan. Kondisi lain yang mungkin meniru fraktur penis dorsal pecahnya arteri atau vena penis selama hubungan seksual (Bagus et al, 1992; Armenakas et al, 2001).

Management

Beberapa publikasi kontemporer menunjukkan bahwa penis yang diduga patah tulang harus segera diperbaiki dieksplorasi dan pembedahan. Sebuah menyunat distal sayatan (Gambar 83-2) yang pantas dalam kebanyakan kasus, sehingga memberikan pemaparan ke semua tiga penis kompartemen (Morey et al, 2004). Penutupan tunical sela cacat dengan 2-0 atau 3-0 jahitan diserap dianjurkan; dalam vaskular kopral dbridement bahu ligasi atau berlebihan dari jaringan ereksi yang mendasari halus harus dihindari. Cedera uretra parsial harus oversewn jahitan diserap dengan baik melalui kateter uretra. Lengkap cedera uretra harus dbrided, dimobilisasi, dan diperbaiki dalam mode bebas dari ketegangan di atas kateter. Antibiotik spektrum luas dan 1 bulan pantang seksual dianjurkan.

Gambar 2 Transverse kiri lecet corpus cavernosum penis berhubungan dengan patah tulang, berhasil diperbaiki melalui sayatan sunat.

Outcome and Complications

Bedah rekonstruksi langsung menghasilkan pemulihan lebih cepat, penurunan morbiditas, tingkat komplikasi yang lebih rendah, dan insiden rendah jangka panjang lekukan penis (Nicolaisen et al, 1983; Orvis dan McAninch, 1989; Hinev, 2002; El-Taher et al, 2004; Muentener et al, 2004). Pengelolaan konservatif hasil fraktur penis dalam lekukan penis di lebih dari 10% pasien, abses atau melemahkan plak di 25% hingga 30%, dan secara signifikan lebih lama rawat inap kali dan pemulihan (Meares, 1971; Nicolaisen et al, 1983; Kalash dan Young, 1984; Orvis dan McAninch, 1989). Zargooshi (2002) melaporkan dalam serangkaian bedah pribadi dari 170 pasien bahwa pengelolaan bedah penis patah tulang mengakibatkan fungsi ereksi dibandingkan dengan kontrol dari populasi. Waktu operasi dapat mempengaruhi keberhasilan jangka panjang. Di antara pasien yang diobati dengan pembedahan, yang mengalami perbaikan dalam waktu 8 jam dari cedera yang secara signifikan lebih baik hasil jangka panjang daripada mereka yang menjalani operasi tertunda 36 jam setelah terjadi fraktur (Asgari et al, 1996; Karadeniz dkk, 1996) Gunshots and Penetrating Injuries

Luka tembakan

Mayoritas luka menembus ke alat kelamin disebabkan oleh tembakan (Mohr et al, 2003), dan paling membutuhkan eksplorasi bedah. Prinsip pengobatan segera meliputi eksplorasi, berlebihan irigasi, eksisi benda asing, antibiotik profilaksis, dan bedah penutupan. Tembakan cedera pada lingga terisolasi jarang luka; 77% hingga 80% dari korban luka-luka yang berhubungan signifikan, termasuk Genitourinary tambahan, perut, panggul, ekstremitas bawah, pembuluh darah, atau cedera inguinalis (Goldman et al, 1996; Bandi dan Santucci, 2004 ). Excellent kosmetik dan hasil fungsional yang dapat diharapkan dengan segera rekonstruksi (Gomez et al, 1993; Goldman et al, 1996). Cedera uretra telah dilaporkan terjadi pada 15% sampai 50% dari luka tembak penis (Miles et al, 1990; Goldman et al, 1996; Mohr et al, 2003). Urethrography retrograde harus benar-benar dipertimbangkan dalam menembus setiap pasien dengan cedera pada penis, terutama dengan kecepatan tinggi rudal cedera, darah di meatus, atau kesulitan buang air kecil dan ketika sedang berada di dekat lintasan peluru uretra (Goldman et al, 1996; Mohr et al , 2003; Bandi dan Santucci, 2004); alternatif, uretra mundur intraoperative suntikan metilena nila biru atau merah tua dapat mengidentifikasi situs cedera dan kecukupan penutupan. Cedera uretra harus ditutup terutama dengan menggunakan prinsip-prinsip urethroplasty standar; hasil yang sangat baik telah dilaporkan (Miles et al, 1990; Bandi dan Santucci, 2004). Pasien dengan cedera uretra di hadapan kerusakan jaringan luas dan efek ledakan dari kecepatan tinggi senjata atau senapan jarak dekat ledakan biasanya membutuhkan perbaikan dan kencing dipentaskan pengalihan (Bandi dan Santucci, 2004). Gigitan Hewan dan Manusia Morbiditas gigitan binatang secara langsung berhubungan dengan keparahan luka awal. Kebanyakan korban adalah laki-laki, dan gigitan anjing adalah cedera yang paling umum (Gomes et al, 2001; Van der Horst et al, 2004). Komplikasi infeksi yang biasa dicari perawatan sejak dini. Pengelolaan awal gigitan anjing berlebihan termasuk irigasi, dbridement bahu, dan segera penutupan utama bersama dengan profilaksis antibiotik spektrum luas (Cummings dan Boullier, 2000). Imunisasi tetanus dan rabies harus digunakan sebagaimana mestinya. Karena polymicrobial risiko infeksi, empiris pengobatan dengan antibiotik spektrum luas seperti

cephalexin cefazolin atau dianjurkan. Wolf dan koleganya (1993) menyarankan penggunaan tambahan penisilin V (500 mg empat kali sehari) untuk menyediakan cakupan terhadap Pasteurella multocida, yang hadir dalam 20% sampai 25% dari luka gigitan anjing. Atau, kloramfenikol sendirian (50 mg / kg setiap hari selama 10 hari) adalah mudah tersedia, murah pilihan yang telah terbukti efektif di negara-negara berkembang (Gomes et al, 2001). Menggigit manusia terkontaminasi berpotensi menghasilkan luka yang sering tidak boleh ditutup terutama. Kebanyakan korban gigitan manusia mencari perhatian medis setelah penundaan yang substansial dan dengan demikian lebih mungkin hadir dengan infeksi kotor. Administrasi antibiotik empiris dibenarkan dengan cara yang sama seperti dengan gigitan anjing, meskipun bakteriologi dari luka-luka tidak identik. Amputasi Traumatik amputasi dari penis, meskipun jarang, biasanya merupakan hasil genital melukai diri sendiri. Enam puluh lima persen menjadi 87% dari pasien melakukan mutilasi diri alat kelamin adalah psikotik (Greilsheimer dan Groves, 1979; Aboseif et al, 1993; Romilly dan Ishak, 1996). Konsultasi psikiatri harus dicari dalam semua kasus. Pasien harus dipindahkan ke fasilitas dengan kemampuan microsurgical, namun jika ini tidak tersedia, makroskopik anastomosis dari uretra dan kopral badan dapat dilakukan dengan hasil ereksi yang baik, meskipun dengan sedikit sensasi dan kehilangan kulit yang lebih besar. Rekonstruksi uretra dan reanastomosis dari microsurgical kavernosum dengan perbaikan kapal dan saraf penis mencapai hasil yang sangat baik. Setiap upaya harus dilakukan untuk mencari, bersih, dan melestarikan potongan bagian dalam tas ganda teknik. Distal penis harus dibilas berulang kali dalam larutan garam, terbungkus kain kasa basah garam, dan disegel di dalam kantong plastik yang steril. Tas kemudian harus ditempatkan dalam kantong luar dengan es atau lumpur (Jezior et al, 2001). Termal cedera pada segmen diamputasi dapat terjadi jika berada dalam kontak langsung dengan es untuk waktu yang lama. Sukses reimplantation mungkin setelah 16 jam dari waktu ischemia dingin atau 6 jam hangat iskemia (Lowe et al, 1991). Jika bagian yang rusak tidak tersedia, tunggul penis harus diformalkan oleh korporasi dan menutup uretra spatulating yang neomeatus, mirip dengan prosedur penectomy parsial penyakit ganas. Mikrovaskuler rekonstruksi dorsal arteri, vena, dan saraf adalah metode paling disarankan untuk memperbaiki diamputasi penis (lihat Key Points: Langkah demi Langkah Pendekatan untuk penis Reattachment). Memadai fungsi ereksi mungkin dengan kedua mikrovaskuler reanastomosis dan makroskopik replantation, dengan lebih dari 50% laki-laki mampu mencapai ereksi dengan baik teknik (Bhanganada et al, 1983; Lowe et al, 1991; Aboseif et al, 1993). Namun, komplikasi seperti striktur uretra, kulit kehilangan, dan kelainan sensorik semua jauh lebih tinggi tanpa mikrovaskuler perbaikan. Sensasi penis normal kembali dalam 0% sampai 10% pasien setelah makroskopik replantation (Bhanganada et al, 1983; Lowe et al, 1991), sedangkan sensasi hadir di lebih dari 80% dari mikroskopis replantations (Yordania dan Gilbert, 1989; Lowe et al, 1991; Jezior et al, 2001). Kulit penis kehilangan, seringkali lengkap, masalah yang signifikan setelah makroskopik perbaikan. Salah satu strategi yang efektif adalah dengan menggunduli lingga semua kulit dan mengubur dalam skrotum, meninggalkan kelenjar terbuka, dengan pemisahan struktur setelah 2 bulan (Bhanganada et al, 1983; Yordania dan Gilbert,

1989). Mineo dan rekan (2004) melaporkan penggunaan lintah medis pada penis setelah nonmicroscopic replantation sebagai sarana untuk meningkatkan aliran vena dan menurunkan edema. KEY POINTS: STEP BY STEP PENDEKATAN PENIS REATTACHMENT

Dua-lapisan penutupan uretra melalui kateter dengan 5-0 jahitan diserap Pembedahan Minimal sepanjang neurovaskular bundel untuk mengidentifikasi pembuluh dan saraf putus Penutupan tunika albuginea dengan 3-0 jahitan diserap Mikroskopis anastomosis dari arteri dorsal dengan nilon 11-0 Mikroskopis vena dorsalis perbaikan dengan 9-0 nilon Mikroskopis epineural perbaikan saraf dorsal dengan nilon 10-0 Suprapubik cystostomy

Luka terkena Risleting Ritsleting luka ke penis biasanya perangkap mabuk tidak sabar laki-laki atau orang dewasa. Beberapa manuver yang tersedia untuk membebaskan kulit dan terjebak untuk menghapus mekanisme. Setelah penis blok, geser ritsleting dan berbatasan potongan kulit bisa dioleskan minyak mineral, diikuti oleh satu upaya untuk unzip dan melepaskan (Kanegaye dan Schonfeld, 1993; Mydlo, 2000). Bahan kain terhubung ke ritsleting dapat menorehkan dengan pemotongan tegak lurus di antara setiap gigi untuk melepaskan dukungan lateral ritsleting, memungkinkan perangkat berantakan dan melepaskan kulit yang terperangkap (Oosterlinck, 1981). Tulang alat pemotong atau serupa dapat digunakan untuk memotong median bar (sambungan berbentuk berlian) dari potongan slide. Manuver ini memungkinkan pemisahan atas dan bawah perisai dari perangkat geser, dan seluruh ritsleting berantakan (Flowerdew et al, 1977; Saraf dan Rabinowitz, 1982). Beberapa anak mungkin memerlukan lebih dari bius lokal atau sedasi; sunat atau eksisi elips kulit dapat dilakukan di ruang operasi di bawah anestesi (Yip et al, 1989; Mydlo, 2000). Luka-luka Strangulasi Terkadang luka-luka dengan benang, rambut, atau karet gelang terjadi pada anak-anak, tetapi pelecehan anak-anak harus dipertimbangkan dalam kasus seperti itu. Setiap anak dengan penis yang tidak dapat dijelaskan bengkak, eritema, atau kesulitan buang air kecil harus diperiksa dengan cermat untuk rambut strangulating yang tersembunyi atau string. Orang dewasa mungkin letakkan benda di sekitar poros sebagai sarana kenikmatan seksual atau untuk memperpanjang ereksi. Perangkat yang konstriksi dapat mengurangi aliran darah, menyebabkan edema, dan menginduksi iskemia; gangren dan cedera uretra dapat berkembang dalam presentasi tertunda. Memerlukan perawatan mendadak dekompresi dari penis terbatas untuk memungkinkan aliran darah dan berkemih. Tergantung pada perangkat konstriksi, sumber daya yang signifikan mungkin diperlukan dari dokter. String, rambut, dan karet gelang dapat bertakuk. Awal upaya untuk menghapus perangkat konstriksi padat menyebabkan penis pencekikan melibatkan pelumasan poros dan benda asing dan mencoba penghapusan langsung. Edema distal ke pencekikan penghapusan sering membuat

sulit. Sebuah string atau lateks dapat turniket distal melilit poros untuk mengurangi pembengkakan dan untuk meningkatkan kemungkinan mengeluarkan perangkat dengan pelumas. Jika objek konstriksi tidak dapat dipotong atau dihapus, teknik string harus dipertimbangkan (Browning dan Reed, 1969; Vahasarja et al, 1993; Noh et al, 2004). Benang sutra tebal atau tali pita melewati proksimal di bawah objek dan luka tercekik erat di penis distal menuju kelenjar. Tag pada jahitan atau tape proksimal ke cincin ditangkap; lilitan dari ujung proksimal akan mendorong objek distal. Glanular tusuk dengan jarum atau pisau akan memungkinkan pelarian terjebak gelap darah dan meningkatkan kemungkinan menghapus objek dengan metode string (Browning dan Reed, 1969; Noh et al, 2004). Perangkat konstriksi plastik dapat menorehkan dengan pisau bedah atau berosilasi cast melihat (Pannek dan Martin, 2003), tetapi benda logam sekarang tantangan yang lebih sulit. Tersedia peralatan rumah sakit (cincin pemotong, pemotong besi, bor gigi, ortopedi dan operasi bedah saraf latihan) mungkin tidak akan cukup untuk memotong besi atau baja berat item. Penggunaan latihan industri, baja gergaji, hacksaws, saber gergaji, dan kecepatan tinggi bor listrik telah dilaporkan (Perabo et al, 2002; Santucci et al, 2004). Pada kesempatan itu, pemadam kebakaran dan peralatan pelayanan medis darurat mungkin diperlukan untuk memotong melalui cincin besi dan baja. Lingga harus dilindungi dari cedera termal, bunga api, dan pisau memotong atau bit dengan menggunakan lidah depressors, spons, atau lentur retraktor. Rumit seperti usaha yang paling baik dilakukan di ruang operasi di bawah anestesi. Jika ada keterlambatan dalam dekompresi dan pasien tidak dapat batal dan tidak nyaman atau menggelembung, sebuah kateter kandung kemih suprapubik harus ditempatkan. Kesimpulan Gangguan dari tunika albuginea dari penis (penis patah tulang) dapat terjadi selama hubungan seksual. Pada saat presentasi, pasien sakit dan hematom penis. Ini pembedahan cedera harus diperbaiki.Gangrene dan cedera uretra dapat disebabkan oleh cincin menghalangi ditempatkan di sekitar pangkal penis. Objek ini harus dihilangkan tanpa menyebabkan lebih lanjut kerusakan. Amputasi penis terlihat kadang-kadang, dan dalam beberapa pasien, pembedahan penis dapat digantikan dengan sukses oleh microsurgical teknik. Total avulsion dari kulit penis terjadi dari mesin luka. Segera debridement dan cangkok kulit yang biasanya berhasil menyelamatkan. Luka-luka ke penis harus menyarankan kemungkinan kerusakan uretra, yang harus diselidiki oleh urethrography.

IPSS ( International Prostate Symptom Score )


Sistem skoring I-PSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi (LUTS) dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Setiap pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi diberi nilai dari 0 sampai dengan 5, sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1 hingga 7. Dari skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu (1) ringan: skor 0 7, (2) sedang: skor 8 19, dan (3) berat: skor 20 35

Sistoskopi
Sistoskopy atau cystoscopy berasal dari kata cysto (kandung kemih) dan scopein (melihat) adalah suatu tindakan bedah yang bertujuan untuk melakukan penilaian kandung kencing, bladder neck, protrusi prostat dan verumontanum. Tindakan dapat dilakukan dengan pembiusan ataupun dengan anestesi lokal.

Secara tehnis pasien dilakukan dalam posisi litotomi. Kemudian dimasukkan jeli larut air sekitar 10 cc ke uretra. Kemudian sheath dimasukkan secara gentle ke vesica urinaria. Buli dikembangkan secara optimal dengan mengisikan sterilized water for irrigation sekitar 350 cc. Saat sistoskopi dilakukan penilaian, dengan hasil minimal: 1. 2. 3. 4. 5. 6. apakah bladder neck tinggi? adakah protrusi lobus medius? apakah mukosa buli hiperemis? adakah trabekulasi otot detrusor buli? jika ada apakah ringan, sedang ataukah berat? adakah saculasi dan divertikel buli? jika ada dimana? adakah masa/tumor? deskripsikan bentuk apakah papiler, pedunculated, velvety, cancerous? apakah rapuh? berada dimanakah tumor tersebut? apakah rapuh? 7. adakah batu? 8. apakah kedua muara ureter teridentifikasi? apakah terdorong oleh masa? tipe muara ureter juga harus disebutkan. Ataukah muara ureter tidak teridentifikasi karena tertutup lobus medius? 9. Seberapa panjangkah Kissing lobe prostat? 10. bagaimanakah verumontanum? 11. berapakah perkiraan volume kandung kencing? Sebaiknya laporan sistoscopi dilengkapi dengan gambar. Resiko tindakan sistoscopi antara lain: 1. urosepsis, jika terjadi refluks pada pasien dengan urine terinfeksi. Kondisi akan lebih berat jika terdapat vesicoureteral refluks. 2. perforasi (berlubangnya) kandung kencing. 3. perforasi bladder neck. 4. perforasi urethra. 5. trauma uretra yang dapat berakibat striktur uretra dimasa datang, meskipun semua resiko ini amat sangat jarang terjadi, tetapi tetap harus disampaikan kepada pasien.

BNO-IVP
BNO IVP (blaas nier oversight) atau KUB (Kidney Ureter Bladder) IVU (Intra Venous Urography)

Adalah suatu tindakan untuk memvisualisasikan anatomi, dan fungsi ginjal ureter dan kandung kencing. Termasuk didalamnya fungsi pengisian dan pengosongan buli. Pemeriksaan ini diindikasikan untuk: 1. Kecurigaan adanya batu disaluran kencing.

2. 3. 4. 5. 6. 7.

Kecurigaan tumor/keganasan traktus urinarius. Gross hematuria. Infeksi traktus urinarius yang berulang setelah terapi antibiotik yang adekuat. Pasca trauma deselerasi dengan hematuria yang bermakna. Trauma dengan jejas di flank dengan riwayat shock, dan shok telah stabil. Menilai/evaluasi/follow up tindakan urologis sebelumnya.

Untuk trauma traktus urinarius gold standard adalah CT scan dengan kontras. Dilakukan BNOIVP jika tidak dapat dilaksanakan CT scan (biaya, tidak adanya fasilitas). Untuk usia anak anak, jika terdapat hematuria berapapun (any degree of hematuria) telah masuk indikasi BNO IVP, meskipun tidak terdapat riwayat shock. Tindakan ini dikontraindikasikan bagi: 1. Pasien yang alergi terhadap komponen kontras (iodine). 2. Mengkonsumsi metformin. 3. Kehamilan Untuk pasien yang mengkonsumsi metformin tidak diperkenankan BNO-IVP oleh karena dapat terjadi asidosis metabolik. Untuk pemeriksaan BNO-IVP pasien yang mengkonsumsi metformin harus stop minum metformin minimal 48 jam sebelum BNO-IVP dan minum metformin lagi setelah 72 jam. Syarat BNO-IVP adalah keatinin kurang dari 2 mg/dl. Jika kadar kreatinin lebih dari 2 mg/dL maka dilakukan BNO-USG dan renogram. Pesiapan BNO-IVP, seumpama foto dilakukan pukul 08.00 WIB, persiapan hari sebelumnya: 1. Diit rendah gas dan rendah residu minimal 24 jam sebelum foto. Biasa diberikan bubur kecap. 2. Stop makan pukul 20.00 WIB. 3. Berikan garam Inggris pukul 22.00. minum terakhir pukul 22.00. 4. Lavement dengan gliserin 125 cc pada pukul 05.00 WIB hari tindakan. 5. Foto BNO-IVP 08.00 WIB dengan didahului skin test kontras. Perlu diperhatikan, pasien harus puasa bicara sejak 1 hari sebelum tindakan.

Urolithiasis
Urolithiasis yang dalam Bahasa Indonesia dikenal sebagai batu saluran kemih. Kata urolithiasis berasal dari kata oron yang berarti urine dan lithos yang berarti batu. Kedua kata ini berasal dari bahasa Yunani. Urolithiasis didefinisikan sebagai adanya konsentrasi material keras disebagian atau beberapa bagian saluran kencing (traktus urinarius). Berbeda dengan kalsinosis, yaitu endapan kapur yang bukan di traktus urinarius, melainkan di parenkhim.contohnya

nefrokalsinosis yaitu endapan kalsium di parenkhim ginjal. Penyakit ini diduga telah ada sejak jaman Mesir, terdapat mumi yang terdapat batu di kandung kencing. Macam-macam batu saluran kencing menurut tempatnya: 1. nefrolithiasis atau batu di ginjal. Adalah kata umum untuk terdapatnya batu di ginjal, kata ini digunakan saat kita tidak dapat menunjukkan batu tersebut berada dibagian mana. Setelah letak batu dapat diketahui pasti, maka harus disebutkan sesuai letak batu tersebut. Contohnya saat tampak adanya batu di ginjal pada USG, maka kita sulit/tidak dapat menyatakan lokasi spesifik, sehingga disebut dengan nefrolithiasis. Setelah dilakukan BNO-IVP maka akan tampak letak batu dengan tepat. Sehingga setelah BNO IVP harus disebutkan sebagai batu pyelum, batu kalix inferior, batu kaliks medius, atau batu kaliks superior. Batu staghorn ataubatu tanduk rusa didefinisikan sebagai batu pyelum dengan perluasan ke satu kaliks atau lebih. 2. ureterolitiasis atau batu ureter. Adalah batu yang berada antara uretero pelvic junction hingga uretero vesical junction. Secara anatomis ureter dibagi menjadi 3 yaitu ureter proksimal, ureter tengah dan ureter distal. Batas antara ureter proksimal dan ureter tengah adalah ketika ureter menyeberangi arteria iliaca comunis atau kurang lebih setinggi Vertebra sacrum I bagian promontorium. Batas antara yreter tengah dan ureter distal adalah linea arcuata. Secara klinis, ureter dibagi menjadi 2 bagian saja, yaitu ureter proksimal dan ureter distal. Bagian ureter proksimal dan ureter tengah secara anatomis dikategorikan sebagai ureter proksimal secara klinis. 3. vesicolithiasis atau batu kandung kemih. Adalah batu di kandung kencing. Batu di kandung kencing ini dapat berasal dari:

batu ureter yang migrasi ke kandung kencing yang disebut migrating stone. endapan material urine akibat gangguan/hambatan aliran kencing karena BPH, striktur ataupun kelainan anatomis yang disebut sebagai secondary stone. batu kandung kencing yang tidak memenuhi kriteria diatas disebut sebagai primary stone.

Terdapat penulis yang membagi batu kandung kencing menjadi 2 berdasar ada tidaknya penyakit yang mendasari, yaitu primer dan sekunder. Batu sekunder jika terdapat penyakit atau ditemukannya hal lain yang menyebabkan terjadinya batu. Contohnya batu kandung kencing pada pasien BPH, striktur, hiperparatiroid, gangguan metabolisme xantin, osteomalasia, gangguan regulasi kalsium tubuh dll. Batu primer jika tidak ditemukan patofisiologi yang mendasari. 4. Urethrolithiasis atau batu uretra. Batu saluran kencing dari orificium urethra interna hingga orificium uretra eksterna atau sepanjang uretra hingga ujung penis. Umumnya berasal dari batu kandung kencing tetapi kadang terbentuk di uretra karena adanya striktur uretra. Selain jenis batu diatas terdapat juga batu divertikel buli dan batu divertikel uretra. Kedua jenis batu ini terjadi karena retensi urine di divertikel sehingga komponen urine mengendap dan terjadilah batu.

Batu prostat adalah bukan termasuk batu saluran kencing, oleh karena batu tersebut tidak berada disaluran kencing. Batu tersebut berada diantara adenoma prostat dengan capsula chirrurgica prostate.

TURP
TURP adalah singkatan dari transurethral resection of the prostate. Adalah suatu tindakan endoskopis pengurangan masa prostat (prostatektomi) dengan tujuan agar kencing dapat mengalir lancar. Pada operasi ini dilakukan dengan alat endoskopi yang dimasukkan kedalam urretra (penis). Pengerokan jaringan prostat dengan bantuan elektrokauter. Adapun jalannya operasi tersebut adalah:

pasien dalam kondisi terbius (umum ataupun regional) posisi terlentang dan kedua kaki di tekuk 90 derajad di lutut dan pinggul. dilakukan penilaian kandung kencing dan prostat. dilakukan pengerokan prostat hingga seluruh lobus yang menyumbat dikerok. pembuangan sisa kerokan prostat. kontrol perdarahan.

Adapun hal yang perlu diperhatikan bahwa setiap operasi endoskopis harus dipersiapkan operasi terbuka (open). Tindakan operasi terbuka dilakukan jika terjadi penyulit selama operasi yang tak dapat ditangani secara endoskopis.

Emergencies in urology, Marcus Hohenfellner dan Richard A. Santucci, 2007, Springer, Berlin

Open Prostatektomi atau Operasi Terbuka Prostat


Operasi terbuka prostat yang secara medis disebut open prostatektomi adalah tindakan mengangkat jaringan kelenjar prostat periurethral dengan batas capsula chirurgica. Tindakan open prostatektomi diindikasikan untuk: 1. pembesaran prostat jinak dengan ukuran diatas 80 gram. 2. pasien tidak dapat diposisikan fleksi di articulatio coxae untuk posisi litotomi (pasien tidak dapat menekuk di lipat paha). 3. terdapatnya penyempitan uretra (saluran kencing di penis) sehingga alat yang endoskopik yang dimiliki tak dapat masuk. 4. terdapat kelainan di vesica urinaria yang dapat dilakukan tindakan sekaligus (divertikel vesica urinaria, vesicolithiasis dengan diameter lebih dari 25 mm) untuk cara Freyer. Tindakan open prostatektomi dikontraindikasikan untuk small fibrous prostate. Tindakan ini dilakukan dalam kondisi pasien dibius. dilakukan insisi di suprapubik baik insisi melintang ataupun membujur hingga kandung kencing. Kemudian dilakukan pengangkatan prostat.

CaraFreyer

Cara Millin

Kemudian pasien dipasang selang kateter di penis, selang di perut untuk drip cairan (sistostomi) dan drain. Drip di stop dan kemudian sistostomi dicabut pada hari ketiga pasca operasi. Drain dicabut pada hari ke 5-6 pasca operasi. Kateter dicabut hari 7-10 pasca operasi.

BPH Pembesaran Prostat Jinak


BPH atau benign prostatic hyperplasia dalam bahasa Indonesia disebut sebagai pembesaran prostat jinak. Keadaan ini adalah kondisi alamiah bagi pria dewasa yang fertile dengan kadar testosteron yang normal. Dalam bahasa awam setiap pria normal pada usia tertentu (diatas 40 tahun) akan mengalami keluhan pembesaran prostat. Sebetulnya pembesaran postat sendiri telah dimulai sejak pubertas. Bagian prostat yang membesar pada BPH adalah di zona transisional dan periuretra, sedangkan persentase pada bagian lain sangatlah kecil untuk berkembang menjadi BPH.

BPH atau pembesaran prostat jinak tidaklah menjadi masalah bagi manusia (hal inilah yang membedakan dari kanker). BPH menjadi masalah ketika mengakibatkan retensi urine (retensi urine adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat kencing padahal ingin kencing). Untuk mengetahui apakah seseorang menderita BPH dengan dilakukan: 1. anamnesis atau wawancara yang mendalam kepada pasien tentang keluhan berkemihnya. Pertanyaan yang diajukan antara lain:

selama sebulan terakhir seberapa sering tidak lampias setelah kencing? (beri skor 0 hingga 5) selama sebulan terakhir seberapa sering kencing kurang dari 2 jam? (beri skor 0 hingga 5) selama sebulan terakhir seberapa sering anda kencing terputus-putus? (beri skor 0 hingga 5) selama sebulan terakhir seberapa sering anda sulit menahan kencing? (beri skor 0 hingga 5) selama sebulan terakhir seberapa sering pancaran kencing lemah? (beri skor 0 hingga 5) selama sebulan terakhir seberapa sering anda harus mengedan untuk mulai kencing (beri skor 0 hingga 5) selama sebulan terakhir seberapa sering anda harus bangun saat malam hari untuk kencing (beri skor 0 hingga 5)

Setelah menjawab dan menghitung skor tersebut maka: Jika skor 0 hingga 7 digolongkan ringan dan dilakukan perubahan gaya hidup dengan terus diamati apakah terjadi perburukan keluhan.

Jika skor 8 hingga 19 digolongkan keluhan sedang diterapi dengan obat-obatan. Jika skor 19 hingga 35 digolongkan keluhan berat dengan terapi operatif. 2. pemeriksaan fisik yang akan dilakukan oleh dokter. 3. USG prostat, untuk menguukur volume prostat dan seberapa besar prostat masuk ke kandung kencing. Volume prostat tidak berhubungan dengan beratnya keluhan, artinya mungkin volume prostat yang kecil tetapi sangat menyumbat. 4. uroflowmetri, jika kecepatan aliran kencing maksimal lebih dari 15 ml/detik berarti aliran masih baik, jika kecepatan kurang dari 10 ml/ detik perlu dilakukan operasi. 5. kadar PSA total. kadar PSA lebih dari 10ng/dL kemungkinan kanker prostat, antara 4 hingga 10ng/dL perlu dilakukan biopsi (pengambilan sampel jaringan). Dan jika kurang dari 4ng/dL kemungkinan besar BPH. Indikasi operasi pada pasien BPH adalah: 1. retensio urine berulang. 2. gangguan fungsi ginjal karena hambatan aliran urine karena pembesaran prostat. 3. hematuria (kencing darah baik yang makroskopis atau mikroskopis) karena pembesaran prostat. 4. infeksi traktus urinarius berulang karena pembesaran prostat. 5. batu saluran kencing oleh karena pembesaran prostat. 6.perubahan fisiologi dan anatomis proksimal dari prostat dan kandung kemih (divertikel, hidronefrosis dll) 7. gagal atau menolak terapi medikamentosa. 8. hernia, hemmorhoid karena mengejan saat kencing. Terdapat banyak cara operasi prostat (yang secara medis disebut prostatektomi). Tindakan ini bertujuan mengangkat jaringan prostat yang menyumbat aliran kencing. Cara prostatektomi yang umum dilakukan adalah: 1. open prostatektomi (operasi terbuka). 2. TURP (Trans Urethral Resection of Prostate) 3. TUNA (Trans Urethral Needle Ablation) 4. TUVP (Trans Urethral Vaporization of Prostate) dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai