Anda di halaman 1dari 7

Zona Teknik ISSN 1978 1741

143Volume 3 No. 2: 143-150

PENGARUH PENGGUNAAN JENIS SERAT PADA KOMPOSIT POLIMER TERHADAP KEKUATAN TARIK
Hendri Nurdin Abstract
Usage of composite material polymer in the place of conventional material progressively expanded. For the design of machine shares requiring light wight but having the power of to draw high and also have efficiency value and economic in usage have to be selected by material besides metal. Composite polymer as substitution material of metal have to have ability. By using method of hand lay-up of made process composite polymer is done, as its matrix selected by BQTN 157 unsaturated polyester resin and fibre of E-Glass as lasing. With lasing combination variation of use fibre type of Woven Roving and Choped Strand Mate, later then formed to plate of specimen interesting test according to ASTM D 638 M (M - I). From result of interesting tensile testing in earning interesting strength of composite polymer material using lasing of fibre of E-Glass type of Woven Roving (WR) higher that is mean 78,62 MPa compared to fibre type of Chop Strend Mate ( CSM) that mean is only 75,55 MPa. This matter indicate that composite which is lasing of fibre of E-Glass type of Woven Roving is good, because having the tensile strengthly is highly. Besides fibre type of Woven Roving have form like mat matting, fibre of glass weaved to be to be made is overlaping each other by crosslegged up at horizontal and vertical. This condition give influence of reinforcement up at horizontal and vertical.

Keywords:

Composite polymer, fibre E-Glass, hand lay-up, tensile strength

1.

Pendahuluan

Teknologi bahan dewasa ini berkembang dengan pesat. Hal ini didorong oleh kebutuhan akan bahan yang dapat memenuhi karakteristik tertentu yang dikehendaki. Salah satu hasilnya adalah bahan komposit polimer. Kemampuan untuk mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan, baik dalam segi kekuatan, maupun bentuknya dan keunggulannya dalam rasio kekuatan terhadap berat, mendorong penggunaan komposit polimer sebagai bahan pengganti material logam konvensional pada berbagai produk. Dalam industri manufaktur dibutuhkan material yang memiliki sifat-sifat istimewa yang sulit di dapat dari logam. Komposit merupakan material alternatif yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Material komposit adalah gabungan dari penguat (reinforced) dan matriks. Kelebihan material komposit jika dibandingkan dengan logam adalah perbandingan kekuatan terhadap berat yang tinggi, kekakuan, ketahanan terhadap korosi dan lain-lain. Oleh karenanya, dewasa ini teknologi komposit mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan komposit tidak hanya dari komposit sintetis tetapi juga mengarah ke komposit natural dikarenakan keistimewaan sifatnya yang renewable atau terbarukan, Staff Pengajar Teknik Mesin Universitas Negeri Padang

sehingga mengurangi konsumsi petrokimia maupun gangguan lingkungan hidup. Penelitian mengenai material komposit maupun komponen yang terbuat dari material komposit polimer telah banyak dilakukan. Kaban I, et al. 2003, melakukan penelitian kekuatan tarik impak plat komposit GFRP yang menyimpulkan bahwa kemampuan material komposit pelat GFRP dalam menerima beban tarik impak dan beban tarik statis tidaklah memiliki perbedaan kemampuan yang cukup signifikan. Dari data yang diperoleh material komposit pelat GFRP lebih mampu menerima beban tarik impak dibandingkan tarik statis. Antonia Y, 2005, melakukan kajian yang menyimpulkan bahwa komposit laminat bambu serat woven dapat dijadikan sebagai bahan Alternatif pengganti fiber glass untuk kulit kapal sesuai dengan standar BKI. Wargadipura, A.H.S., et. al., 2003, melakukan penelitian tentang karakteristik material agrofibre composites yang merupakan suatu pengembangan bahan komposit serat alam abaca-epoxy yang diterapkan pada pembuatan prototipe komponen struktur rooftop cargo box otomotif dan menghasilkan suatu prototipe struktur cangkang (shell) yang relatif dapat diandalkan. I Made Astika, 2007, melakukan penelitian pengaruh fraksi volume serat terhadap

206

Zona Teknik ISSN 1978 1741

143Volume 3 No. 2: 143-150

umur lelah woven roving/polyester composite, dari hasil penelitian terlihat bahwa bertambahnya fraksi volume serat dalam komposit menyebabkan naiknya umur lelah, seperti terlihat pada kurva S-N. Mode kegagalan lelah yang teramati secara makro adalah lepasnya serat dengan matrik (debonding), retaknya matrik (matrik cracking), terpisahnya lamina (delaminasi) dan patah serat (fiber breaking). Kombinasi dari mode kegagalan tersebut sangat berperan dalam kegagalan lelah bahan komposit dimana terjadi penurunan kekuatan dan kekakuan. Dalam perancangan bagian mesin yang membutuhkan berat yang ringan tetapi memiliki kekuatan tarik yang tinggi serta memiliki nilai efisiensi dan ekonomis dalam penggunaan harus dipilih material selain logam. Dalam hal ini dipilihlah material komposit polimer sebagai material pengganti logam. Komposit polimer yang terdiri dari matriks dan serat sebagai penguat masih perlu diteliti lebih dalam. Hal ini mengingat material komposit akan dijadikan sebagai material pengganti dari material logam untuk komponen-komponen mesin. Dari permasalahan di atas maka alternative material pengganti dari logam harus disesuaikan. Dalam hal ini diperlukan suatu analisis pada material komposit polimer yang nantinya dapat menjawab permasalahan tersebut. Dengan dilandasi pada latar belakang tersebut peneliti memandang perlu dilakukan suatu penelitian pengaruh penggunaan jenis serat pada pembuatan material komposit polimer terhadap kekuatan tariknya. Dalam penelitian ini akan membuktikan batas maksimum kekuatan tarik material komposit polimer yang menggunakan penguat serat E-glass jenis Woven Roving (WR) dan Chop Strend Mate (CSM).

2. Metode Penelitian
Bahan Material komposit polimer dapat didefinisikan sebagai gabungan dari dua atau lebih material yang berbeda secara makroskopik dan masing-masingnya mempunyai sifat-sifat yang diinginkan, tetapi tidak di dapat dari bahan bahan penyusun asalnya jika bekerja sendirisendiri (Gibson R.F., 1994). Dalam penelitian ini dibutuhkan bahan komposit polimer Glass Fiber Reinfored Plastics (GFRP). Sebagai matriksnya yaitu polyester resin tak jenuh BQTN 157 (unsaturated polyester resin) dan serat E-glass jenis Chopped Strand Mat (CSM) sebagai penguat seperti diperlihatkan pada Gambar 1. Variasi lainnya adalah antara polyester resin tak jenuh BQTN 157 (unsaturated polyester resin) sebagai penguat dan serat E-glass jenis Woven Roving (WR) sebagai penguat (Gambar 2). Masing-masing komposit serat ini terdiri dari enam lapisan antara resin dan serat glass. Proses pembuatannya dilakukan dengan metode hand lay up. Komposit serat yang dibuat berbentuk plat.

3.

Tinjauan Pustaka

Material penyusun komposit polimer (GFRP) yaitu menggunakan bahan matriks Unsaturated Polyester Resin BQTN 157-EX dengan sifat mekanis seperti diperlihatkan pada Tabel 1. Bahan penguat digunakan serat E-glass jenis Chopped Strand Mat (CSM) dan Woven Roving (WR) dimana sifat mekanisnya seperti diperlihatkan pada Tabel 2.

Serat
Gambar 1. Susunan Serat Chop Strand Mat (CSM)

Serat melintang Serat memanjangg g


Gambar 2 Susunan Serat Woven Roving (WR)

207

Zona Teknik ISSN 1978 1741

143Volume 3 No. 2: 143-150

Tabel 1. Sifat mekanik unsaturated polyester resin BQTN 157-EX (Justus Kimia Raya, 2001) Sifat mekanis Berat Jenis Modulus Elastisitas (E) Kekuatan tarik statis Elongation Satuan Kg m Gpa Mpa
-3

Nilai 1.215 0,03 55

% 1.6 Tabel 2. Sifat mekanik serat E-glass jenis CSM dan WR (J.M. Barthelot, 1999) Satuan m kg.m
-3

Sifat mekanis Diameter Densitas Modulus Elastisitas (E) Kekuatan tarik Elongation

Nilai 12 2530 s.d 2600 7,3 350 4,8

GPa MPa %

Gambar 3. Geometri dan Dimensi Spesimen Uji Tarik Statik ASTM D-638 M

Gambar 4. Spesimen uji tarik komposit plat Peralatan dan Metode Pengukuran Pada penelitian ini digunakan peralatan mesin uji tarik (Tension Testing Machine). Spesimen uji tarik yang dipakai dibuat dalam bentuk pelat komposit GFRP yang diproduksi dengan metode hand lay-up, yang terdiri dari enam lapisan serat Chopped Strand Mat (CSM) dan Woven Roving (WR). Sedangkan untuk mengetahui karakteristiknya dibentuk spesimen uji

208

Zona Teknik ISSN 1978 1741

143Volume 3 No. 2: 143-150

dalam bentuk pelat. Geometri dan dimensi spesimen uji tarik ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 4 memperlihatkan spesimen uji tarik yang di bentuk sesuai dengan standard ASTM D 638 M (M - I). Setup alat uji pada pengujian tarik statis disesuaikan dengan pemegang spesimen pada Tension Testing Machine. Pembebanan tarik diberikan sejajar dengan sumbu axialnya dan diasumsikan seragam di setiap titik ujinya. Pemegang spesimen uji tarik dirancang sesuai dengan dudukan alat uji untuk digunakan sebagai pemegang spesimen berbentuk plat. Untuk keperluan pengujian tarik spesimen plat maka dibuat pemegang spesimen dari bahan baja karbon tinggi. Dalam hal ini hanya dilakukan modifikasi dari yang telah ada sebelumnya. Dengan menggunakan grip, spesimen ditempatkan pada load unit. Penting untuk dipertimbangkan agar pemegang (grip) spesimen harus mampu memegang spesimen dengan kuat dan diupayakan tidak terjadi slip. Proses perencanaan dilakukan dengan pengukuran kepada dudukan yang tersedia pada mesin uji tarik (Tension Testing Machine). Bentuk dan dimensi pemegang spesimen uji disesuaikan dengan peletakkannya dan juga geometri spesimen uji, sehingga memudahkan dalam pengujian tarik. Setelah perencanaan maka dilakukan proses pengerjaan dengan menggunakan alat-alat permesinan sampai proses pengerjaan akhir (finishing). Pemegang (grip) spesimen uji dibuat dari bahan baja karbon sehingga dimungkinkan untuk penggunaan pada uji tarik bahan logam non ferro yang berbentuk plat. Susunan alat uji tarik statis spesimen pelat komposit dengan pemegangnya ditunjukkan pada Gambar 5. Pengukuran tegangan tarik spesimen didasarkan pada teori Hukum Hooke (Hooke Law). Teori menyatakan bahwa suatu bahan berkelakuan secara elastis dan memperlihatkan suatu hubungan liniear antara tegangan regangan yang disebut elastis secara linier. Hubungan linier antara tegangan regangan untuk suatu batang yang mengalami tarik atau tekan sehingga diperoleh modulus elastisitas material, dinyatakan (Gere & Timoshenko, 2001):

menunjukkan regangan yang terjadi. Bentuk kurva tegangan-regangan material uji yang menggambarkan nilai modulus elastisitas komposit polimer dari masing-masing variasi persentase perbandingan fraksi volume yang dimiliki. Data pengukuran dan pengamatan dituliskan pada lembar data yang sangat diperlukan dalam suatu penelitian. Pengumpulan data akan mempermudah dalam proses pengolahan data pengukuran pada pengujian tarik. Metode pengolahan data pengujian dilakukan dengan analisis statistik pada Ms. Excel dan perhitungan analitis matematis yang menerapkan teori Hukum Hooke. Data yang diperoleh berupa grafik beban (gaya) dikembangkan secara perhitungan sehingga mendapatkan nilai tegangan tarik, regangan dan modulus Elastisitas masingmasing variasi material komposit polimer. Dengan penerapan teori Hukum Hooke diperoleh hubungan linier grafik tegangan regangan.

4.Hasil Penelitian dan Pembahasan


Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan kekuatan tarik dari komposit polimer atau Glass Fiber Reinforced Plastics (GFRP). Pembuatan komposit polimer ini dengan bahan polyester resin tak jenuh BQTN 157 (unsaturated polyester resin) sebagai matriks dan serat E-glass jenis Chopped Strand Mat (CSM) sebagai penguat. Variasi lainnya adalah antara polyester resin tak jenuh BQTN 157 (unsaturated polyester resin) sebagai matriks dan serat E-glass jenis Woven Roving (WR) sebagai penguat. Dengan metode hand lay-up kedua kombinasi perpaduan tersebut dibuat plat yang selanjutnya dibentuk spesimen uji tarik sesuai ASTM D 638 M (M - I). Penelitian yang dilakukan memberikan informasi tentang hasil pengujian berupa sifat mekanik dari material komposit polimer. Pengujian tarik statik yang dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui sifat mekanik komposit polimer. Harga modulus elastisitas (E) spesimen pelat komposit polimer (GFRP) diperoleh berdasarkan pencatatan hubungan grafik beban F dan pertambahan panjang l . Gaya F yang dihasilkan diubah ke bentuk tegangan, dengan membagi gaya F terhadap luas penampang spesimen plat yang di uji tarik. Regangan diperoleh dengan membagi pertambahan panjang l terhadap panjang spesimen plat l.

= E .
(1) Adapun variabel yang akan diamati dalam penelitian ini yaitu beban atau gaya tarik sehingga mendapatkan nilai tegangan tarik maksimumnya, pertambahan panjang yang

Pemegang Spesimen Uji 209

Zona Teknik ISSN 1978 1741

143Volume 3 No. 2: 143-150

Gambar 5. Susunan Alat Uji Tarik Statis

Gambar 6. Tipikal Grafik Tegangan vs Regangan Spesimen Komposit Polimer (GFRP) yang menggunakan Serat Jenis CSM

Gambar 7. Tipikal Grafik Tegangan vs Regangan Spesimen Komposit Polimer (GFRP) yang menggunakan Serat Jenis WR Gambar 5 menunjukkan tipikal dari hasil Chopped Strand Mat. Dari grafik pada Gambar 5 pengujian tarik spesimen komposit polimer menunjukkan tegangan tarik maksimum dari data (GFRP) dengan menggunakan serat E-glass jenis tersebut merupakan nilai pada titik tertinggi dari

210

Zona Teknik ISSN 1978 1741

143Volume 3 No. 2: 143-150

grafik pengujian pada sumbu Y (stress), dalam hal ini titik tertinggi adalah max = 78,47 MPa. Dari pengujian diperoleh harga rata-rata kekuatan tarik adalah sebesar 75,55 MPa dan modulus elastisitasnya adalah 6,808 GPa. Gambar 6 menunjukkan tipikal grafik tegangan vs regangan spesimen komposit polimer (GFRP) yang menggunakan serat jenis Woven Roving. Dari Gambar 6 diperoleh tegangan tarik maksimum dari data tersebut merupakan nilai pada titik tertinggi dari grafik pengujian pada sumbu Y (stress) yaitu adalah max = 79,67 MPa. Dari pengujian diperoleh harga rata-rata kekuatan tarik adalah sebesar 78,62 MPa dan modulus elastisitas spesimen komposit polimer (GFRP) adalah 7,74 GPa. Dari data pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa kekuatan tarik komposit polimer (GFRP) yang menggunakan penguat serat E-glass jenis Woven Roving memiliki nilai rata-rata yang lebih besar dibandingkan variasi yang lainnya yaitu 78,62 MPa. Secara perhitungan nilai modulus elastisitasnya juga lebih besar yaitu 7,74 GPa. Pembebanan yang diberikan pada pengujian tarik spesimen komposit yang merupakan penerapan gaya-gaya aksial (axial forces) pada ujung-ujung spesimen. Gaya-gaya aksial menimbulkan suatu tarikan sama rata (uniform) pada spesimen sehingga mengalami tarik (tension). Dengan menganggap bahwa tegangan terdistribusi secara merata pada seluruh spesimen, maka resultannya sama dengan intensitas kali luas penampang A dari batang (Gere and Timoshenko, 2001). Spesimen komposit polimer (GFRP) dibebani secara aksial sehingga mengalami perubahan panjang, dimana menjadi lebih panjang akibat tarikan. Pemanjangan (elongation) yang terjadi merupakan hasil kumulatif dari tarikan bahan pada seluruh panjang L dari spesimen. Dari perhitungan untuk semua spesimen yang dilakukan pada pengujian dengan menggunakan serat E-glass jenis Chopped Strand Mat diperoleh rata-rata persentase pemanjangan adalah 1,12%. Sedangkan spesimen yang menggunakan serat Eglass jenis Woven Roving diperoleh rata-rata persentase pemanjangan sebesar 1,02 %. Data yang diperoleh berupa tegangan dan regangan dikembangkan secara perhitungan sehingga mendapatkan nilai Modulus Elastisitas masing-masing material komposit polimer. Dengan penerapan teori Hukum Hooke diperoleh hubungan linier grafik tegangan regangan. Dari perhitungan tersebut menunjukkan bahwa rata-rata modulus elastisitas spesimen komposit yang menggunakan serat E-glass jenis Woven Roving lebih besar

yaitu 7,740 GPa dibandingkan komposit yang menggunakan serat E-glass jenis Chopped Strand Mat yaitu hanya 6,808 GPa.

5. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam pembuatan material komposit polimer (GFRP) yang berpenguat serat E-glass dapat dilakukan dengan menggunakan metode hand lay-up serta dapat diperoleh beberapa informasi mengenai sifat mekanis (properties) komposit tersebut. Kekuatan tarik material komposit polimer yang menggunakan penguat serat E-glass jenis Woven Roving (WR) lebih besar yaitu rata-rata 78,62 MPa dibandingkan dengan jenis serat Chop Strend Mat (CSM) yaitu hanya rata-rata 75,55 MPa. Dengan menerapkan hukum hooke diperoleh nilai modulus elastisitas yang berbeda dimana untuk Woven Roving (WR) rata-rata 7,740 GPa dan Chop Strend Mat (CSM) rata-rata 6,808 GPa. Dari hasil pengujian dan perhitungan menunjukkan bahwa komposit yang berpenguat serat E-glass jenis Woven Roving (WR) lebih baik dalam penggunaan untuk benda yang mengalami beban tarik maksimum sebesar 78,62 MPa. Hal ini dikarenakan jenis serat Woven roving mempunyai bentuk seperti anyaman tikar, serat glass yang teranyam dibuat saling bertindih secara selang-seling ke arah vertikal dan horisontal (00 dan 900). Kondisi ini memberikan pengaruh penguatan kearah vertikal dan horisontal. Sehingga pemakaiannya dalam konstruksi terutama pada bagian frame dan girder lebih baik dan aman. Daftar Pustaka ASTM (1999). Annual Standard Book. Antonia Y., et. al. (2005). Komposit Laminat Bambu Serat Woven Sebagai Bahan Alternatif Pengganti Fiber Glass Pada Kulit Kapal, Proceeding PKMI, UMM. Gere and Timoshenko, S. (2001). Strength of Materials. Volume I: New York. Gibson, F, Ronald (1994). Principle of Composite Material Mechanics, McGraw-Hill Inc, New York. Hull, Derek (1988). An introduction to Composite Materials, First Published, Cambridge, Cambridge University Press. I Made Astika, (2007). Pengaruh Fraksi Volume Serat Terhadap Umur Lelah Woven Roving/Polyester Composite, Jurnal Teknik Mesin Universitas Udayana Vol. 2 No. 1, pp. 7-13

211

Zona Teknik ISSN 1978 1741

143Volume 3 No. 2: 143-150

Kaban I., et. al. (2003). Impact Tensile Strength Measuring Methods of GFRP Composite Plate, Proceedings SNTTM II, pp. 361-366. Tata Surdiya (1995). Pengetahuan Bahan Teknik, cetakan pertama, Pradnya Paramita, Jakarta.

Wargadipura, A.H.S., et. al. (2003). RUTI Progress Report: Material Characterization of Various Agrofibre Composites, halaman 60-89, Kementrian Riset dan Teknologi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.

212

Anda mungkin juga menyukai