Anda di halaman 1dari 11

I.

PENDAHULUAN Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh nomor tiga di Indonesia, setelah

penyakit jantung dan stroke. Menurut data kepolisian Republik Indonesia Tahun 2003, jumlah kecelakaan di jalan mencapai 13.399 kejadian, dengan kematian mencapai 9.865 orang, 6.142 orang mengalami luka berat, dan 8.694 mengalami luka ringan. Dengan data itu, rata-rata setiap hari, terjadi 40 kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan 30 orang meninggal dunia. (Amrizal,2007) Salah satu penyebab utama kematian pada kasus kecelakaan lalu lintas adalah trauma kepala. Di Amerika, cedera kepala merupakan penyebab kematian terbesar. Terdapat 100.000 sampai dengan 150.000 anak berusia kurang dari 15 tahun dirawat di rumah sakit setiap tahunnya karena cedera kepala. (Dewanto dkk.,2009)

I.1. Definisi Cedera Kepala Cedera kepala adalah serangkaian kejadian patofisiologik yang terjadi setelah trauma kepala ,yang dapat melibatkan kulit kepala ,tulang dan jaringan otak atau kombinasinya (Standar Pelayanan Medis ,RS Dr.Sardjito, PPNI Kab.Klaten,2009)

I.2 Klasifikasi Cedera Kepala Cedera kepala akibat trauma diklasifikasikan berdasarkan mekanisme, berat-ringannya cedera, dan morfologi, selengkapnya ditampilkan pada tabel-1. Pembahasan selanjutnya akan mengkaji mengenai cedera kepala yang berkaitan dengan kasus yang ditemukan pada kegiatan hospital tour.

Tabel-1 : Klasifikasi Cedera Kepala Mekanisme Tumpul Kecepatan tinggi (tabrakan mobil) Kecepatan (jatuh,dipukul) Tembus Berat-ringannya Cedera Kepala Ringan(CKR) Cedera Kepala Sedang (CKS) Cedera Kepala Berat (CKB) Luka tembak Cedera tembus lain rendah

GCS 14-15 GCS 9-13 GCS 3-8


1

Morfologi

Fraktur Tengkorak : Kalvaria Garis Vs. Bintang (Stelata) Depresi / non-depresi Terbuka/Tertutup Dasar Tengkorak Dengan/tanpa kebocoran CSS Dengan/tanpa paresis n. VII Lesi intracranial : Fokal Epidural Hematom Subdural Hematom Intracerebral Hematom Diffus Konkusi Konkusi Multiple Hipoksia/iskemik

(Dikutip dengan ijin dari Valadka, AB; Narayan, RK : Emergency room management of the head injured patient, in Narayan, RK; Wilberger, JE; Povlishock, JT (eds) : Neurotrauma, New York, Mc.Graw-Hill, 1996, p.120) (ATLS,2004)

Sumber lain menyebutkan bahwa bedasarkan nilai GCS cedera kepala dibagi menjadi 3 kelompok : 1. CKR (Cedera Kepala Ringan) apabila : GCS >13 Tidak terdapat kelainan pada CT scan otak. Tidak memerlukan tindakan operasi Lama dirawat di RS < 48 jam 2. CKS (Cedera Kepala Sedang) apabila : GCS 9-13 Ditemukan kelainan pada CT Scan otak Memerlukan tindakan operasi untuk lesi intracranial Dirawat di RS setidaknya 48 jam 3. CKB (Cedera Kepala berat ) apabila : Dalam waktu 48 jam setelah trauma, nilai GCS <8 (Dewanto dkk.,2009)

LESI INTRAKRANIAL FOKAL Yang tergolong Lesi Intrakranial fokal adalah Epidural Hematom (EDH), Subdural Hematom (SDH), Subarakhnoid Hematom (SAH), Intracerebral Hematom (ICH), Intraventrikel hematom (IVH). (ATLS,2004) a. Epidural Hematom (EDH) Terkumpulnya darah/bekuan darah dalam ruang antara tulang kepala dan duramater (Setyono,2012) Kausa : trauma (setyono,2012) relatif jarang terjadi, lebih kurang 0,5 % dari semua cedera otak dan 9 % dari penderita yang mengalami koma. (setyono,2012) Klinis : Lusid interval ; Lateralisasi (setyono,2012) Rontgen : Fraktur linear (setyono,2012) Gambaran hematom, berbentuk bikonveks atau menyerupai lensa cembung sering terletak di area temporal atau temporoparietal (ATLS,2004)

Sumber Perdarahan : artery meningea media (50%), vena meningea media (33%), vena diploe atau sinusvenosus duramater (17%) (Crevier,2005)

b.

Subdural Hematom Terkumpulnya darah / bekuan darah dalam ruang antara duramater dan arachnoid Terbagi menjadi akut dan kronis (setyono,2012)
3

Kausa : trauma (akut lebih >> kronis) Perdarahan subdural lebih sering terjadi daripada perdarahan epidural (kira-kira 30 % dari cedera otak berat). (ATLS,2004) Klinis : Penurunan kesadaran; Lateralisasi (setyono,2012) Rontgen : Gambaran hematom (+) (setyono,2012)

Sumber perdarahan : robeknya vena-vena kecil di permukaan korteks serebri. Perdarahan subdural biasanya menutupi seluru permukaan hemisfer otak. Biasanya kerusakan otak di bawahnya lebih berat dan prognosisnyapun jauh lebih buruk disbanding pada perdarahan epidural. (ATLS,2004)

c. Subarachnoid Hematom Perdarahan yang terdapat pada ruang subarachnoid, biasanya disertai hilang kesadaran, nyeri kepala berat dan perubahan status mental yang cepat.

d. Intracerebral Hematom Biasanya terjadi karena cedera kepala berat, ciri khasnya adalah hilang kesadaran dan myeri kepala berat setelah sadar kembali.

(Setyono,2012)

I.3 Diagnosis I.3.1 Pemeriksaan Fisik a. Glasgow Coma Scale (GCS)

GCS pada anak-anak

Komunikasi dengan anak atau perawat anak diperlukan untuk menentukan respon verbal anak tersebut. Sebagai alternative dari respon verbal dapat digunakan respons menyeringai.

(Dewanto, dkk., 2009) b. Post- Traumatic Amnesia (PTA) PTA didefinisikan sebagai lamanya waktu setelah cedera kepala saat pasien merasa bingung (confused), disorientasi, konsentrasi menurun, dan / atau ketidakmampuan membentuk memori baru. (Dewanto dkk., 2009)

I.3.2 Pemeriksaan Penunjang a. Foto Polos Kepala. Memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang rendah dalam mendeteksi perdarahan intracranial. Pada era CT scan, foto polos mulai ditinggalkan b.CT Scan Kepala Merupakan standard baku untuk mendeteksi perdarahan intracranial. Semua pasien dengan GCS < 15 sebaiknya menjalani pemeriksaan CT Scan, sedangkan pada pasien dengan GCS 15, indikasi dilakukan adalah: Nyeri kepala hebat Adanya tanda-tanda fraktur basis kranii Adanya riwayat cedera yang berat Muntah lebih dari 1 kali. Usia >65 tahun dengan penurunan kesadaran atau amnesia Kejang Riwayat gangguan vaskuler atau menggunakan obat-obat antikoagulan Amnesia, gangguan orientasi, berbicara, membaca, dan menulis
6

c.

Rasa baal pada tubuh Gangguan keseimbangan atau berjalan

MRI Kepala Kelainan yang tidak tampak pada CT Scan dapat dilihat oleh MRI. Namun, dibutuhkan waktu pemeriksaan lebih lama dibandingkan dengan CT Scan sehingga tidak sesuai dalam situasi gawat darurat.

d. PET dan SPEC Positron Emission Tomography (PET) dan Single Photon Emission Computer Tomography (SPECT) mungkin dapat memperlihatkan abnormalitas pada fase akut dan kronis meskipun CT Scan atau MRI dan pemeriksaan neurologis tidak memperlihatkan kerusakan. Namun spesifitas penemuan abnormalitas tersebut masih dipertanyakan. Saat ini, penggunaan PET atau SPECT pada fase awal kasus CKR masih belum direkomendasikan. (Dewanto,2009)

I.4 Tatalaksana Cedera Kepala a. Survei Primer (Primary Survey) Airway + C Spine Control Maksimalkan oksigenasi dan ventilasi Imobilisasi servikal menggunakan stiffneck collar, head block, dan diikat pada alas yang kaku pada kecurigaan fraktur servikal Breathing & Ventilasi Nilai : Laju pernapasan, kesimetrisan gerakan dinding dada, penggunaan otot bantu napas, dan auskultasi bunyi napas Circulation & bleeding control Resusitasi cairan intravena, yaitu cairan isotonic, seperti Ringer Laktat atau Normal Salin (20 ml/kgBB) jika pasien syok, tranfusi darah 10-15 ml/kgBB harus dipertimbangkan Defisit Neurologis Dinilai GCS, ukuran dan reaksi pupil. Hiperventilasi menurunkan pCO2 dengan sasaran 35-40 mmHg, sehingga terjadi vasokonstriksi di otak dan menurunkan tekanan intracranial.

Exposure / paparan Semua pakaian harus dilepas sehingga semua luka dapat

terlihat.(Dewanto,2009)

Algoritma tatalaksana Cedera Kepala

(Slide Kuliah dr. Syahrul, Sp.S: Penatalaksanaan Cedera Kraniocerebral,2012)

1.5 Prognosis Pasien dengan GCS yang rendah pada 6-24 jam setelah trauma, prognosisnya lebih buruk daripada pasien dengan GCS 15. (Dewanto dkk., 2009)

(Grace & Neil, 2007)

10

REFERENSI Ady, Dien Kalbu.2009. Hubungan antara Implementasi Clinical Governance Dengan

Perubahan Staus GCS pada Kasus Trauma Kepala di Instalasi Gawat Darurat RSUD DR MOEWARDI Surakarta Surakarta; [Skripsi]. 2009 Fakultas Dapat Kedokteran diakses Universtas dari :

Muhammadiyah

http://etd.eprints.ums.ac.id/7143/1/J500050040.pdf [diakses pada tanggal 02 juni 2012] American College of Surgeons. 2004. Advanced Trauma Life Support Amrizal.2007.Trauma Pada Kecelakaan Lalulintas. dapat diakses dari : http://www.amrizal.com/2007/09/artikel-trauma-pada-kecelakaan-lalu.html pada tanggal 02 juni 2012] Cedera kepala.2009. available at http://ppni-klaten.com [diakses pada tanggal 03 Juni 2012] Dewanto, George dkk. 2009. Panduan praktis diagnosis & tata laksana penyakit saraf. Jakarta : EGC hal 12-19 Grace, Pierce A dan Neil R., Borley.2007. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta :Erlangga Crevier, Louis. 2005. Head Injury. Available at http://fhs.mcmaster.ca/surgery/documents/head_injury.pdf [diakses pada tanggal 03 Juni Setyono,Hanis.2012. Penatalaksanaan Cedera Kepala. Available at pd09.fk.uns.ac.id/.../CEDERA-KEPALA-penatalaksanaan-di-IGD.ppt2012] [diakses pada tanggal 03 Juni 2012] [diakses

11

Anda mungkin juga menyukai