Anda di halaman 1dari 2

Pendahuluan Pada usia lanjut sering mengeluhkan rasa tidak nyaman pada otot dan sendi mereka yang

menyebabkan terbatasnya aktivitas sehari-hari. Keterbatasan tersebut diaki batkan oleh rasa nyeri maupun kekakuan yang ditimbulkan. Area yang sering terken a seperti bahu dan pinggul. Salah satu penyakit yang memiliki manifestasi klinis nyeri dan kaku otot dan sendi yang terutama terjadi pada usia lanjut adalah pol imialgia reumatika. Polimialgia reumatika adalah suatu sindrom inflamasi yang terdiri dari rasa nyer i dan kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu, d an pinggul. Rasa sakit atau nyeri bisa timbul mendadak, atau terjadi bertahap da lam satu periode. Polimialgia reumatika ini terutama mengenai usia pertengahan h ingga lanjut usia. Wanita lebih banyak menderita penyakit ini dibandingkan pria . Rasa nyeri dan kaku pada otot sering timbul ketika bangun di pagi hari, namun ada juga yang merasakannya pada malam hari. Sekitar 10-20% penderita polimialgia reumatika juga disertai oleh giant cell arteritis. Giant cell arteritis ini mer upakan suatu inflamasi yang terjadi pada dinding pembuluh darah arteri.1,2,3 Epidemiologi Polimialgia reumatika merupakan keadaan umum yang dijumpai di populasi masyaraka t, dengan prevalensi 1 kasus untuk setiap 133 penduduk yang berusia lebih dari 5 0 tahun. Giant cell arteritis lebih jarang ditemui daripada polimialgia reumatik a. Rata-rata insidensi yaitu 17,8 kasus per 100.000 orang dengan usia 50 tahun a tau lebih.2 Insidensi dari polimialgia reumatika dan giant cell arteritis meningkat setelah usia 50 tahun dan puncaknya antara usia 70-80 tahun. Wanita dua kali lebih berp otensi menderita polimialgia reumatika dibandingkan pria. Polimialgia reumatika ini juga lebih sering mengenai orang-orang kaukasia (eropa utara). Mortality rat e pada pasien polimialgia reumatika dan giant cell arteritis adalah hampir sama diantara populasi dengan usia dan jenis kelamin yang sama.2,4 Etiologi Penyebab polimialgia reumatika belum diketahui dengan jelas. Rasa sakit dan keka kuan yang terjadi mungkin dipengaruhi oleh proses inflamasi yang terjadi, yang t ampaknya terkonsentrasi pada jaringan di sekitar sendi yang terkena. Selama pros es ini, sel-sel imun menyerang lapisan sendi, menyebabkan peradangan. Penelitian baru-baru ini menemukan bahwa faktor pewarisan genetik juga berperan dalam timb ulnya polimialgia reumatika.2,4,6 Beberapa teori telah memasukkan stimulasi virus yang menginduksi sistem imun pad a individu yang rentan secara genetik. Beberapa virus tampaknya dapat memicu ter jadinya polimialgia reumatika (PMR) seperti adenovirus, parvovirus B19, selain i tu juga dapat ditimbulkan oleh infeksi Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneum oniae. Dari penelitian ditemukan bahwa adanya hubungan genetik dari gen HLA komp leks, yaitu alel HLA-DRB1*04 dan DRB1*01 pada polimialgia reumatika dan giant c ell arteritis.1,2 Patofisiologi Polimialgia reumatika dan giant cell arteritis merupakan penyakit yang penyebabn ya belum diketahui dengan jelas, namun diketahui keterlibatan faktor genetik dan lingkungan. Tingginya kejadian pada masyarakat dan daerah tertentu mendukung ha l tersebut. Kini dicurigai pula keterlibatan infeksi virus terhadap polimialgia reumatika (PMR) dan giant cell arteritis. Adanya peningkatan antibodi terhadap p arainfluenza tipe 1 dilaporkan pada pasien PMR dan giant cell arteritis. Hal ser upa juga ditemui pada infeksi Mycoplasma pneumoniae, parvovirus B19, and Chlamyd ia pneumoniae. Namun, belum ada penelitian yang menemukan hubungan antara infeks i tersebut dengan terjadinya PMR dan giant cell arteritis.1,2 Meskipun arteri temporal merupakan arteri yang paling sering mengalami giant cel l arteritis, pasien biasanya mengalami sistemik vaskulitis pada arteri lainnya ( mungkin belum terdeteksi). Dari temuan histopatologi, adanya inflamasi dengan in filtrat sel mononuklear pada dinding pembuluh yang mengalami giant cell arteriti s dan terjadi proliferasi pada tunika intima. Patofisiologis yang dihasilkan ter jadi akibat iskemia jaringan organ yang terkena.1 Dari data penelitian yang mendukung bahwa giant cell arteritis merupakan penyaki

t antigenik yang mengaktivasi limfosit T, makrofag, dan sel dendritik berperan d alam menjelaskan perjalanan penyakit. Dari analisis, reseptor sel T di jaringan akan menginfiltrasi sel T pada lesi dari giant cell arteritis, kemudian dapat ti mbul vasokonstriksi pembuluh. Pada giant cell arteritis dipercayai mulai diinisi asi pada tunika adventisia ketika aktivasi sel T CD4+ yang kemudian mengaktifkan rangkaian difesensiasi makrofag. Sel T pada lesi vaskulitis dari giant cell art eritis memproduksi banyak IL-2 dan IFN yang bisa meningkatkan arteritis.1,2 Manifestasi klinis Kombinasi nyeri yang menetap pada 1 bulan terakhir dengan adanya rasa sakit dan kaku pada leher, pundak, pinggul di pagi hari dengan durasi sekitar 30 menit ter akhir dapat timbul pada penderita polimialgia reumatika. Penderita biasanya mera sakan ketidaknyamanan pada kedua ekstremitas proksimal (bilateral) dan juga pada area sendinya. Nyeri muskulaskeletal bertambah buruk dengan pergerakan pada are a yang terkena.2,3,4 Pada pemeriksaan, terdapat gerakan yang terbatas pada area yang terkena. Nyeri p ada pundak paling sering ditemukan pada 70-90% pasien. Sedangkan, pada leher dan pinggul frekuensinya lebih sedikit (50-70%). Pada kedua sendi bahu dan sendi pi nggul nyerinya bisa merambat ke bagian distal yaitu ke siku dan lutut. Rasa tida k nyaman tersebut awalnya dapat terjadi pada satu sisi namun kemudian mengenai k edua sisi (bilateral). Gejala dan tanda sistemik pada sekitar sepertiga pasien s eperti demam, malaise, lemah dan lelah, anoreksia, dan penurunan berat badan.2,3 Rasa tidak nyaman yang utama dan bersifat difus pada bahu dirasakan disekitar st ruktur sendi daripada pada pada sendi glenohumeral itu sendiri. Dari pemeriksaan fisik didapatkan sedikit pembengkakan pada sendi yang terkena. Pada sekitar set engah dari kasus sendi-sendi bagian distal juga dapat terkena. Pada sendi pergel angan tangan, siku dan lutut dapat timbul sinovitis asimetris ringan, edema pada pergelangan tangan dan dorsum kaki, dan juga carpal tunnel syndrom.2 Pada 10-20% penderita polimialgia reumatika disertai oleh giant cell arteritis. Karena giant cell arteritis disebabkan oleh peradangan dari pembuluh-pembuluh da rah arteri yang mempengaruhi kepala, seringkali menjurus pada sakit kepala, nye ri di rahang ketika mengunyah berulangkali, dan kepekaan dari kulit kepala (bias anya diatas arteri-arteri yang meradang dari sisi-sisi kepala).1,5 Giant cell arteritis juga biasanya dihubungkan dengan kelelahan, demam-demam der ajat rendah, dan kehilangan berat badan. Nyeri otot dari polymyalgia rheumatica terlihat pada hampir separuh dari pasien-pasien dengan giant cell arteritis, seb elum, selama, atau setelah timbulnya arteritis.2,5 Ketika arteri-arteri yang terpengaruh oleh giant cell arteritis menjadi meradang , menyebabkan penyempitan sampai derajat yang menyebabkan darah yang mengalir m enjadi dibatasi. Ini dapat menyebabkan kekurangan suplai oksigen yang serius kep ada jaringan-jaringan yang normalnya disuplai oleh arteri-arteri ini. Oksigenasi yang tidak cukup pada mata atau otak dapat menjurus pada gangguan penglihatan dan stroke.2,5 Diagnosis Gejala yang ditunjukan pada polimialgia arteritis (PMR) bersifat kurang spesifik , sehingga perlu dicurigai pada pasien dengan usia diatas 50 tahun yang memiliki nyeri atau kaku bilateral pada leher, bahu, atau pinggul. Kriteria untuk diagno sis PMR terdiri dari : Usia lebih dari 50 tahun dan durasi gejala lebih dari 2 minggu Nyeri pada bahu dan pinggul bilateral Kekakuan pada pagi hari lebih dari 45 menit Peningkatan C reaktif protein (CRP) dan erytrocyte sedimentation reaction (ESR) Tidak adanya pembengkakan pada sendi kecil pada tangan dan kaki, dan tes darah y ang menunjukan reumatoid artritis negatif.2,3,4

Anda mungkin juga menyukai