Anda di halaman 1dari 50

PSIKOLOGI KELUARGA

Definisi Keluarga
Keluarga terdiri dari orang-orang yang bersatu karena ikatan perkawinan, darah, atau adopsi Para anggota suatu keluarga biasanya hidup bersamasama dalam satu rumah dan mereka membentuk satu rumah tangga Keluarga itu merupakan satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling berkomunikasi yang memainkan peran suami dan istri, ibu dan bapa, anak laki dan perempuan , serta saudara. Keluarga itu mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar berasal dari kebudayaan umum yang lebih luas.

Bentuk Keluarga
Keluarga inti Keluarga inti yang dibentuk kembali Pasutri tanpa anak / anaknya tdk tinggal serumah Keluarga dengan orang tua tunggal Keluarga besar

Fungsi Keluarga
PBB: Keluarga sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan sosialisasi anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan sosial yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera Fungsi sexual dan reproduksi keturunan Fungsi ekonomi memenuhi keb. pokok Fungsi edukasi sosialisasikan hal yg penting

Keluarga sebagai Sistem


Sistem = suatu entitas (kesatuan) dgn komponen bagian2 yang saling berkaitan, dibatasi, bergantung dgn kondisi bagian lainnya saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh 1 sama lain (relasi)

Prinsip Dasar Sistem


Organisasi Wholeness Interdependensi Aturan Homeostasis Umpan balik, Informasi, dan Kontrol

Organisasi
Keluarga terdiri dari unit2 lbh kecil atau subsistem (setiap individu angg. Keluarga) yang membentuk sistem keluarga Terorganisasi dalam relasi dan peran fungsional (berdasarkan usia, generasi, dan gender)

Wholeness
Tidak ada sistem yg dapat dipahami dgn baik bila dipecah2kan ke dlm komponen2 bagiannya Tidak ada satu pun komponen di dalam suatu sistem dapat dipahami bila diisolasi karena komponen tdk pernah berfungsi secara independen kondisi setiap unit ditentukan / batasi oleh kondisi unit lain pd sistem tsb

Interdependensi
Setiap anggota keluarga dan subsistem keluarga mempengaruhi dan dipengaruhi ileh setiap anggota keluarga yang lain dan relasi antar anggota keluarga.

Teori keluarga
Teori kontrol eksternal (external control)
Teori ini memiliki pandangan bahwa manusia lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar dirinya.

Teori kekuatan manusia (the power of people)


Teori ini lebih menekankan kepada kekuatan manusia untuk menciptakan perilakunya dalam berpikir, berinterpretasi, dan memberikan arti kepada dunia. (Winton, 1995).

Aturan keluarga
Setiap keluarga memiliki aturan yang unik, yang akan memengaruhi pola interaksi di dalam keluarga. Aturan ialah pola interaksi yang terus berulang, yang menentukan batas tentang perilaku yang dapat diterima dan dipandang layak oleh keluarga. Aturan keluarga:

Menentukan cara individu memolakan perilakunya dan oleh karena itu menjadi prinsip-prinsip yang mengatur kehidupan keluarga. Bisa dinyatakan secara terbuka atau tersirat. Dalam keluarga yang fungsional, terdapat aturan-aturan yang memungkinkan terjadinya perubahan selaras dengan lingkungan yang berubah maupun aturan-aturan yang memelihara keteraturan dan stabilitas. Keluarga disfungsional mengikuti aturan-aturan yang disfungsional, misalnya melarang untuk mengekspresikan kemarahan secara terbuka, melarang untuk mendiskusikan topik-topik tertentu (tabu).

Komunikasi, informasi, umpan balik


Perlu adanya komunikasi dan respon terhadap informasi tersebut, yang akan memicu perubahan-perubahan yang diperlukan agar sistem keluarga itu tetap pada jalurnya. Para anggota keluarga secara terus menerus saling bertukar informasi memberi masukanmasukan baru, membuat outputs yang tidak perlu atau membahayakan, memperbaiki kekeliruan, mengomunikasikan perasaan, memberi nasihat, memecahkan masalah.

Krisis keluarga
Perubahan sosial yang berlangsung cepat, industrialisasi, dan urbanisasi dipandang sebagai faktor yang dapat menyebabkan disorganisasi keluarga. Dua hal penting dalam krisis keluarga:
Pemahaman atau penerimaan seseorang tentang krisis yang bisa berbeda-beda untuk orang yang berbeda. Reaksi setiap orang terhadap krisis pun akan berbedabeda.

Stres kehidupan dan krisis keluarga


Dalam keluarga disfungsional, pola interaksi khusus yang merugikan cenderung bertahan sepanjang waktu dan menjadi cara yang khas pada anggota keluarga di dalam berelasi satu dengan yang lain. Beda keluarga fungsional dan disfungsional: reaksi terhadap situasi stress. Krisis keluarga bila menghadapi rintangan untuk mencapai goal dan tidak dapat diatasi dengan strategi pemecahan masalah yang biasa dilakukan.

Macam krisis keluarga


Krisis perkembangan (krisis kematangan) krisis karena perkembangan anggota keluarga Krisis situasional krisis yang terjadi pada saat tertentu

Reaksi keluarga dalam krisis


Setiap orang akan memiliki reaksi yang berbeda-beda ketika menghadapi krisis. Reaksi ini biasanya akan dipengaruhi oleh beberapa hal:
Tingkat kedewasaan orang yang berhubungan dengan keterampilannya mengatasi emosi dan tekanan Pemahaman tentang krisis itu sendiri bagaimana seseorang melihat krisis Pengalaman selama ini ketika menghadapi krisis bagaimana keberhasilan atau kegagalannya selama ini ketika menghadapi krisis, yang akan mempengaruhi baik keterampilannya maupun kepercayaan dirinya Keterampilan dalam memecahkan masalah yaitu kemampuan mencari jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi Adanya sumber daya yang mendukung misalnya pelatihan, konseling, teman-teman, buku-buku dll.

BENTUK-BENTUK KDRT

Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. Kekerasan psikis: perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri,hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang.

Kekerasan seksual meliputi: a. pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yangmenetap dalam lingkup rumah tangga tersebut; b. pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.

penelantaran rumah tangga


Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut. (2) Penelantaran sebagaimana dimaksud ayat (1) juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut.

CHILD MALTREATMENT
Meliputi semua situasi dimana orang tua atau orang dewasa lain yang bertugas memelihara kesejahteraan anak bertindak menyakiti anak atau mengabaikan kebutuhan anak. 4 standar kategori: 1. Physical abuse 2. Neglect 3. Sexual abuse 4. Psychological abuse

Physical abuse
Meliputi tindakan yang menyebabkan luka fisik pada anak, seperti memukul, menampar, menendang, membakar, menggoncanggoncang dengan keras, dan meninju.

Child Neglect
Merupakan kegagalan untuk memenuhi kebutuhan dasar anak baik bersifat fisik, emosional, atau edukasional Meliputi tindakan menelantarkan anak, tidak mengawasi, tidak memberi nutrisi yang layak atau memperhatikan kesehatan anak, tidak menyekolahkan anak, tidak memberi kasih sayang, orang tua sering bertengkar di hadapan anak, dan mengizinkan penyalahgunaan drug atau alkohol.

Sexual Abuse
Merupakan kegiatan sexual yang tidak layak antara orang dewasa dan anak yang ditujukan demi kesenangan orang dewasa tsb. Dapat bersifat langsung atau tidak langsung.

Psychological Abuse
Meliputi ungkapan verbal yang merendahkan dan perilaku lain yang meneror, mengancam, menolak, merendahkan, menghina, bersikap sangat tidak konsisten, mengisolasi anak, atau merusak harga diri, proses berpikir, atau kemampuan anak untuk melakukan interaksi sosial.

Tanda-tanda Child Abuse


Agresif, terganggu, tindakan ilegal Marah, murka, sedih Cemas, mimpi buruk Patah tulang atau luka dalam Perubahan perilaku anak Penurunan prestasi sekolah Bekas-bekas terbakar Bekas sayatan dan memar Menyalahgunakan drug atau alkohol Kurang minat terhadap lingkungan Kurang waspada Perilaku pasif atau menarik diri Ide bunuh diri Perilaku self destructive Self image yang negatif

EFEK CHILD MALTREATMENT

Efek dari physical abuse


Luka fisik Kematian Prestasi akademik menurun Cenderung melakukan tindakan kriminal dengan kekerasan Cenderung depresi Tidak simpatik terhadap perasaan orang lain

Efek dari neglect


Prestasi akademis dan kognitif yang rendah Menarik diri dari lingkungan sosial Sangat bergantung kepada guru,sebagian sangat pasif di sekolah Keterhambatan perkembangan bahasa maupun inteligensi

Efek dari sexual abuse


Prasekolah : perilaku sexual tidak layak,mimpi buruk,anxiety Usia sekolah :gangguan mental,mimpi buruk, masalah akademis,perilaku negatif Remaja : bunuh diri, depresi, menarik diri, melarikan diri, menggunakan Napza, perilaku merusak diri,keluhan fisik

KARAKTERISTIK PELAKU KDRT


Mempunyai pengalaman kekerasan di masa kecilnya Stres Memiliki sikap mudah curiga Berkepribadian ganda Tidak memikirkan efek buruk dari tindakannya sendiri Selalu menganggap dirinya benar / menyalahkan orang lain sebagai pemicu kemarahannya Mempercayai bahwa laki-laki mendominasi dalam keluarga Mempunyai sikap berkuasa

KARAKTERISTIK PEREMPUAN KORBAN KDRT


Cenderung pasrah Menganggap bahwa laki-laki memang mendominasi dalam keluarga Merasa bersalah Suka menyembunyikan sesuatu Stres yang dideritanya sering menimbulkan keluhan fisik

KARAKTERISTIK ORANG TUA


Pendidikan rendah Cerai Tidak harmonis dengan pasangan Pernah mengalami kekerasan dari orang tuanya Kurang pergaulan Hubungan tidak harmonis antara orang tua dan anak Respon yang tidak sesuai terhadap perilaku anak

KARAKTERISTIK ANAK
Cacat Sering melakukan hal-hal yang menjengkelkan orang tua Mudah marah Negativism Adanya penyimpangan fisik dan intelektual

FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI


Kemiskinan Pengangguran Tidak peduli dengan ligkungan sekitar

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004


Pasal 1
Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga

Pasal 2
Lingkup rumah tangga dalam undang-undang ini meliputi :
a. Suami, istri, dan anak b. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perawalian yang menetap dalam rumah tangga; dan c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut

Orang yang bekerja sebagaimana dimaksud huruf c dipandang sebagai anggota keluarga dalam jangka waktu selama berada dalam rumah tangga yang bersangkutan

Asas Undang-undang (Pasal 3)


Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga dilaksanakan berdasarkan asas : a. penghormatan hak asasi manusia; b. keadilan dan kesetaraan gender; c. nondiskriminasi; dan d. perlindungan korban.

Tujuan Undang-undang (Pasal 4)


Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga bertujuan : a. mencegah segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga; b. melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga; c. menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga; dan d. memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera.

Pasal 11
Pemerintah bertanggung jawab dalam upaya pencegahan kekerasan dalam rumah tangga. *Kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah sosial, bukan masalah keluarga yang perlu disembunyikan.

Pasal 15
Setiap orang yang mendengar, melihat, atau mengetahui terjadinya kekerasan dalam rumah tangga wajib melakukan upaya-upaya sesuai dengan batas kemampuannya untuk : a. mencegah berlangsungnya tindak pidana; b. memberikan perlindungan kepada korban;

c. memberikan pertolongan darurat; dan d. membantu proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan. Perintah perlindungan adalah penetapan yang dikeluarkan oleh pengadilan untuk memberikan perlindungan kepada korban

Penatalaksanaan Multispesialis
Masalah child abuse perlu dilakukan oleh tim yang berasal dari multididplin ilmu maupun profesi. Preventif Kuratif banyak strategi yang dapat membantu menurunkan jtingkat abuse 1. Meningkatkan pemahaman orang tua terhadap perkembangan anak 2. Memberitahu orang tua bahwa melakukan child maltreatment adalah tindak kriminal, dan juga menganai dampaknya terhadap anak.

3. Mengajarkan keteramplan parenting dalam rangka membina keakraban. 4. Mengajakan kepada orang tua tentang teknik didipli tanpa hukuman fisik 5. Menyediakan jejaring pendukung untuk membantu keluarga 6. Menurunkan kecendrungan fisik untuk mentolelir bahkan membenarkan penggunan kekerasan dalam menyelesaika masalah-masalah interpersonal dan sosial Korban abuse perlu menjalani konseling /psikoterapi guna memulihkan kondisinya, sementara orangtua/keluarga juga perlu menjalani konseling/terapi khususnya terkait dengan permasalahn mendasar yang mereka alami.

Peran aparat penegak hukum dalam penghapusan KDRT


1. 2. Peran kepolisian Memberikan perlindungan sementara pada korban. Meminta surat penetapan perintah perlindungan dari pengadilan Melakukan penyidikan Peran advokat Memberikan konsultasi hukum mencakup informasi mengenai hak-hak korban dan proses pengadilan Mendampingi korban ditingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan dalam sidang pengadilan Melakukan koordinasi dengan sesama penegak hukum, relawan dan pekerja sosial agar proses peradilan berjalan sebagaimana mestinya

3. Peran pengadilan Mengeluarkan surat penetapan yang berisi perintah perlindungan bagi korban dan amggota keluarga lain. Atas permohonan korban serta kuasa hukumnya, pengadilan dapat mempertimbangkan untuk menetapkan suatu kondisi khusus yakni pembatasan gerak pelaku, larangan memasuki tempat tinggal bersama, mengawasi , membuntuti 4. Peran tenaga kesehatan petugas kesehatan berkewajiban memeriksa kesehatan korban kemudian membuat laporan tertulis mengenai hasil pemeriksaan serta membuat visum et repertumatau surat keterangan medis lainyg memiliki kekuatan hukum.

5. Peran pekerja sosial Melakukan konseling untuk menguatkan korban Menginformasikan mengenai hak-hak korban Mengantar korban kerumah aman Mengkoordinasi dengan pihak kepolisian, dinas sosial dan lembaga lain demi kepentingan korban 6. Peran pembimbing rohani Memberikan penjelasan mengenai hak , kewajiban, dan memberikan pnguatan iman serta takwa

7. Peran relawan pendamping Menginformasikan mengenai hak korbanuntuk mendapatkan seorang atau lebih pendamping Mendampingi korban ditingkat penyidikan, penuntutan, atau tingkat pemeriksaan pengadilan dengan membimbng korban agar dapat memeaparkan kekerasan yang dialaminya secara objektif dan lengkap. Mendengarkan segala penuturan korban Memberikan penguatan kepada korban secara psikologis maupun fisik

Dokter keluarga atau dokter anak yang bekerja sebagai staf RS dapat membantu dengan memberi masukan dalam 3 hal : 1. Sebagai pelapor manakala menemukan kasus child maltreatment 2. Sebagai diagnostiker yang membantu memvalidasi maltreatment 3. Sebagai konsultan dalam merencanakan treatment

Anda mungkin juga menyukai