max
(calc) = 114 + 5(8) + 11(48.0 - 1.7(11) 0 0
= 476 nm
max
(obs) = 474 (hexane)
c
max
(calc) = 1.74 x 10
4
(11) = 19.1 x 10
4
c
max
(obs) = 18.6 x 10
4
(hexane)
Lycopene
Kromofor alkuna
Serapan khas untuk alkuna lebih komplek dari pada etilen
Asetilen memberikan pita yg lemah pada 173 nm (t t*)
poliuna terkonyugasi memberikan serapan pada UV dekat dengan
struktur halus (fine structure)
Pita pada pendek memberikan intensitas yang kuat diakibatkan oleh
transisi t t*
Kromofor karbonil
Keton dan aldehid jenuh memberikan tiga serapan;
1). Transisi t t* mengabsorpsi kuat pada 150 nm
2). Transisi n o* mengabsorpsi kuat pada 190 nm
3). Transisi n t* mengabsorpsi pada 270-300 nm (transisi terlarang, c
max
< 30)
Pita R mengalami pergeseran biru dgn bertambahnya kepolaran pelarut
Contoh : aseton menyerap pada
max
279 nm (hexane) dan
max
264,5 nm (air).
Keton dan aldehid jenuh
Adanya substituen alkil memberikan pergeseran batokromik.
Serapan n t* dari keton dan aldehid memberikan intensitas yg lemah
Adanya substituen o-halogen pada keton alifatik sedikit berpengaruh pada
transisi n t*, tetapi berpengaruh kuat pada keton siklik
max
berkurang 5-10 nm jika substituen berada pada equatorial dan
pergeseran batokromik (10-30 nm) jika substituen berada pada aksial.
Pengaruh ini digunakan untuk elusidasi struktur steroid dan terpen
terhalogenasi.
Gugus yg mengandung elektron sunyi yg terikat pada gugus karbonil akan
memberikan pergeseran biru akibat dari efek induksi dan resonansi.
Keton dan aldehid takjenuh-o,| (o,|-unsaturated ketones and aldehydes)
Senyawa yg mengandung gugus karbonil di dalam konyugasi dengan gugus
etilenik di sebut enon.
Spektra enon diketahui dgn pita serapan yg kuat (pita K) pada 215-250 nm (c
max
10.000-20.000) dan pita R yang lemah pada 310-330 nm.
Pita K dan R dari karbonil dipengaruhi pelarut, pita R mengalami pergeseran biru
sedangkan pita K mengalami pergeseran merah dengan pelarut polar.
Woodward telah merumuskan pengaruh substituen pada transisi t t* (pita K) pada
sistem o,|-unsaturated ketones.
1-asetilsikloheksan
215 (base)
10 (o substituent)
12 (| substituent)
Calc
max
(EtOH) 237 nm
Obs
max
(EtOH) 232 nm
Cholesta-1,4-dien-3-one
215 (base)
24 (2| substituent)
5 (1 exocyclic C=C)
Calc
max
(EtOH) 244 nm
Obs
max
(EtOH) 245 nm
Enol of 1,2-siklopentanedione
Diosphenol
CH
3
O
o
|
O
|
|
|'
O
HO
O
Asam karboksilat
Menunjukkan pita serapan yg lemah pada 200 nm (transisi terlarang)
Terjadi pergeseran batokromik dengan perpanjangan rantai.
Asam karboksilat tak jenuh-o,| menunjukkan serapan pita K yg khas dari sistem
terkonyugasi
Adanya perpanjangan sistem terkonyugasi menghasilkan pergeseran batokromik.
Adanya substituen elektronegatif pada posisi o menghasilkan pergeseran
batokromik
Ester dan lakton
Ester dan garam natrium dari asam karboksilat memberikan serapan yg sebanding
dengan asam induknya.
Lakton tak jenuh sederhana memberikan serapan pada 200-240 nm.
Lakton tak jenuh terkonyugasi memberikan serapan yang mirip dengan ester tak
jenuh
Adanya perpanjangan sistem terkonyugasi menghasilkan pergeseran batokromik.
Amida dan laktam
Amida dan laktam takjenuh-a,b memberikan serapan pada
max
200-220 nm
(c
max
<10.000).
Laktam takjenuh-a,b memberikan serapan kedua pada
max
259 nm (c
max
1.000).
Azometine (imina) dan oksim
Dalam spektra azometin dan oksim terkonyugasi memberikan transisi t t*
(pita K) muncul pada
max
220-230 nm (c
max
>10.000)
Pengasaman dapat memberikan pergeseran batokromik pada
max
270-290 nm.
Imina sederhana memberikan transisi n t* yg lemah
Contoh : CH
3
CH
2
CH
2
N=C(CH
3
)
2
max
= 246 nm (c
max
140, sikloheksan).
max
= 232 nm (c
max
200, EtOH).
Senyawa nitril dan azo
Nitril takjenuh-a,b menyerap pada
max
220-230 nm (c
max
~10.000)
Senyawa azo memberikan transisi t t* pada daerah vacum dan n t* pada
max
350 nm (c
max
< 30).
Trans-azobenzen mengabsorpsi pada
max
320 nm (c
max
21.000) sedangkan trans-
stilben pada
max
295 nm (c
max
28.000)
Senyawa dengan ikatan N O
Gugus yg mengandung ikatan N O (nitro, nitroso, nitrat, dan nitrit) memberikan
serapan yang lemah dari transisi n t*
Adanya pengaruh konyugasi pada gugus nitro memberikan serapan yg khas dari
transisi t t* (pita K) menggantikan pita R.
Gugus Sulfur berikatan jamak
Sulfon alifatik transparan dalam spektrum UV.
Sulfon takjenuh-o,| (etil-vinil sulfon) memberikan serapan pada 210 nm yg
dihasilkan dari resonansi antara ikatan S-O dengan ikatan etilenik.
Sulfoksida jenuh memberikan serapan pada 220 nm dgn c
max
1500 akibat transisi
n t* didalam gugus S=O dan mengalami efek hipokromik bila polaritas pelarut
bertambah.
Didlm senyawa yg mengandung gugus ,letak serapan tergantung dari
keelektronegatifan X, semakin elektronegatif semakin besar panjang gelombang dari
serapan.
S
O
X
Kromofor benzen
Benzen memberikan tiga pita serapan:
184 nm (c
max
60.000), 204 nm (c
max
7.900), dan 256 nm (c
max
200).
Pita B dari benzen dan beberapa homolognya dicirikan dengan struktur halusnya
dalam pelarut non polar dan berkurangnya struktur halusnya dalam pelarut polar.
Adanya substituen alkil menghasilkan pergeseran batokromik dari pita B (efek
hiperkonyugasi).
Adanya ausokrom menyebabkan terjadinya pergeseran batokromik.
Adanya substituen alkil kedua paling efektif menghasilkan pergeseran batokromik
bila terletak pada posisi para.
Perubahan fenol menjadi anionnya yg sesuai menyebabkan geseran batokromik
dari pita E dan B.
Gugus takjenuh pada cincin benzen menyebabkan terjadinya pergeseran
batokromik yg kuat dr pita B dan K (c
max
10.000) pada daerah 200-240 nm)
246 (kromofor induk)
3 (residu cincin-o)
25 (p-OMe)
Calc
max
(EtOH) 274 nm
Obs
max
(EtOH) 276 nm
6-metoksitetralon 3-karbetoksi-4-metil-5-kloro-8-hidroksitetralon
246 (kromofor induk)
3 (residu cincin-o)
7 (o-OH)
Calc
max
(EtOH) 256 nm
Obs
max
(EtOH) 257 nm
3,5-dimetoksi-4b,5,6,7,8,8a,9,10-oktahidropenantran-10-on
O
MeO
+3
+25
O
Cl
OH
CH
3
CO
2
Et
+ 0
+ 3
+ 7
OMe
MeO
O
Senyawa poliaromatik
Senyawa heteroaromatik