Tanda-tanda tidur 1. Aktifitas fisik minimal 2. Tingkat kesadaran yg bervariasi 3. Perubahan-perubahan proses fisiologis tubuh 4. Penurunan respon terhadap rangsanagn dari luar
Perubahan fisiologis
Penurunan tekanan darah Penurunan denyut nadi Dilatasi pembuluh darah perifer Kadang terjadi peningkatan aktifitasgastro intestinal Relaksasi otot rangka
Fungsi Tidur
Pembagian tidur
Non Rapid Eye Movement (NREM)
Gerakan mata tidak cepat, memperbaiki tubuh dan mengarah pada pertambahan proses sintetik otak
Tahapan Tidur
NREM tahap 1 - Tingkat transisi - Merespon cahaya - Berlangsung beberapa menit - Mudah terbangun dengan rangsangan - Aktivitas fisik menurun, tanda vital dan metabolisme menurun - Bila terbangun terasa sedang bermimpi
NREM tahap 2
Periode suara tidur Mulai relaksasi otot Berlangsung 10-20 menit Fungsi tubuh berlangsung lambat Dapat dibangunkan dengan mudah
- Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak - Sulit dibangunkan - Relaksasi otot menyeluruh - Tekanan darah menurun - Berlangsung 15-30 menit
NREM tahap 3
NREM tahap 4
- Tidur nyenyak - Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif - Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun
Gangguan Tidur
Insomnia Ketidakmampuan memperoleh sacara cukup kualitas dan kuantitas tidur. Hipersomia Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari 9 jam, biasanya disebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit ginjal, liver, dan metabolisme Parasomia Merupakan sekumpulan penyakit yang mengganggu tidur anak seperti samnohebalisme (tidur sambil berjalan)
Gangguan Tidur
Narcolepsy Suatu keadaan / kondisi yang ditandai oleh keinginan yang tidak terkendali untuk tidur, misalnya tidur secara mendadak. Apnoe tidur dan mendengkur Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila disertai dengan apnoe maka akan bisa menjadi masalah. Mengigau Hampir semua orang pernah mengigau, hal ini terjadi sebelum tidur REM.
Keadaan tidur
Tubuh menerima sedikit rangsangan dari kortek serebral SSP tetap aktif dalam mengadakan sinkronisasi terhadap neuron-neuron substansia retikularis dari batang otak Terjadi empat sampai enam kali siklus tidur dalam waktu 7-8 jam
AKTIFITAS
Sistem tubuh yg berperan dalam pemenuhan kebutuhan aktifitas: 1. Tulang 2. Otot dan tendon 3. Ligamen 4. Sistem saraf 5. Sendi
3. 4.
Posisi berat Berat yang akan diangkat harus sedekat mungkin dengan pengangkat Ketinggian obyek obyek yang akan diangkat secara vertikal dg ketinggian 15-20 cm dari pinggang orang yang mengangkat Posisi Badan Posisi pengangkat bokong lurus sehingga kelompok otot multiple bekerja bersama-sama Berat maksimal 25-30% dari berat tubuh pengangkat
PENGATURAN POSISI
1. Posisi Fowler: posisi setengah duduk atau duduk ( semi fowler 30-45 derajad, fowler 90 derajad), untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernafasan Posisi Sim: posisi miring ke kanan atau ke kiri, untuk memberi obat peranus (supositoria) Posisi Trendelenburg: posisi berbaring kepala lebih rendah dari pada kaki, untuk melancarkan peredaran darah ke otak Posisi Dorsal Recumbent: berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau direnggangkan) diatas tempat tidur, untuk merawat dan memeriksa genetalia
2. 3. 4.
PENGATURAN POSISI
5. Posisi Litotomi: berbaring terlentang dg mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut, untuk memeriksa genetalia dan memasang alat kontrasepsi 6. Posisi Genu Pectoral: menungging dg kedua kaki ditekuk dan dada menempel pd bagian atas tempat tidur, untuk memeriksa daerah rectum dan sigmoid
PENGATURAN POSISI
5. Posisi Litotomi: berbaring terlentang dg mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut, untuk memeriksa genetalia dan memasang alat kontrasepsi 6. Posisi Genu Pectoral: menungging dg kedua kaki ditekuk dan dada menempel pd bagian atas tempat tidur, untuk memeriksa daerah rectum dan sigmoid
Jenis Mobilitas
1. Mobilitas Penuh, Yi: kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari 2. Mobilitas Sebagian, Yi: kemampuan seseorang untuk bergerak dg batasan yg jelas, dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gg. Syaraf motorik dan sensorik. Ex: cedera, fraktur
Mobilitas Sebagian
1. Mobilitas Sebagian Temporer: kemampuan individu untuk bergerak dg batasan yg sifatnya sementara, ex: dislokasi sendi dan tulang 2. Mobilitas Sebagian Permanen: kemampuan individu untuk bergerak dg batasan yg sifatnya menetap, ex: hemiplegi/paraplegi karena stroke
Latihan Ambulasi 1. Duduk diatas tempat tidur 2. Turun dan berdiri 3. Membantu berjalan Membantu Ambulasi dg memindahkan pasien
Imobilitas
Merupakan keadaan dimana seseorang tdk dpt bergerak secara bebas krn kondisi yg mengganggu pergerakan (mis; trauma tulang blk, cedera otak berat)
Jenis Imobilitas
1. Imobilitas fisik > pembatasan pergerakan fisik dngn tujuan mencegah komplikasi 2. Imobilitas Intelektual > Keterbatasan daya pikir akibat kerusakan otak 3. Imobilitas Emosional > pembatasan emosional krn adanya perubahan dalam menyesuaiakan diri (mis; amputasi) 4. Imobilitas Sosial > Individu yg mengalami hambatan interaksi sosial dan mempengeruhi perannya.
1. Perubahan metabolisme
Imobilitas menyebabkan menurunnya ekskresi urin dan peningkatan Nitrogen 2. Ketidakseimbangan Cairan dan elektrolit Imobilitas akan menyebabkan persediaan protein menurun dan konsentrasi protein serum berkurang sehingga mengganggu kebutuhan cairan tubuh.Berkurangnya perpindahan cairan dari intravaskuler ke interstisial dapat menyebabkan edema. Imobilitas jg menyebabkan demineralisasi tulang akibat menurunnya aktivitas otot sehingga meningkatkan reabsorbsi kalium.
3. Gangguan pengubahan zat gizi Menurunnya pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat makanan pada tingkat sel menurun, dimana sel tdk lagi menerima glukosa, asam amino, lemak dan oksigen dalam jumlah yg cukup untuk melaksanakan metabolisme 4. Ganguan fungsi Gastrointestinal Imobilitas menurunkan hasil makanan yang dicerna, shg jumlah masukan menurun dan menyebabkan keluhan, mis; perut kembung, mual dan nyeri lambung.
5. Sistem pernapasan Akibat imobilitas kadar Hb menurun, ekspansi paru menurun, dan lemah otot yang menganggu metabolisme. 6. Sistem Kardiovaskuler Berupa ortostatik hipotension krn menurunnya kemampuan syaraf otonom, meningkatnya kerja jantung krn posisi yang horisontal, terjadinya trombus krn stasis vena.
7. Gangguan Muskuler Menurunnya massa otot dapat menyebabkan turunnya otot secara langsung. 8. Gangguan Skeletal Kontraktur dan Osteoporosis karena reabsorbsi tulang semakin besar sehingga menyebabkan jumlah kalsium dalam darah menurun dan jumlah kalsium yang dikeluarkan melalui urin makin besar
9. Sistem Integumen Penurunan elastisitas kulit, krn penurunan sirkulasi, iskemia dan nekrosis dengan adanya dekubitus. 10. Eliminasi Penurunan jumlah urin yg mungkin disebabkan o/ kurangnya asupan dan penurunan curah jantung 11. Perilaku Rasa bermusuhan, cemas, bingung, depresi, emosional tinggi, mekanisme koping menurun.
KELAS 4 RESPON CARDIOVASKULER/PULMONAL Respon akut yang terjadi pada kardio vaskuler pulmonal adalah 1. Peningkatan denyut nadi; denyut nadi meningkat pada saat setelah latihan diakibatkan kebutuhnan penyedaiaan darah yang lebih banyak pada waktu latihan
2. Peningkatan stroke volume; stroke volume adalah jumlah darah yang dipompkan oleh jantung dalam satu kali denyutan. Stroke volume ini dipengaruhi oleh jumlah darah yang kembali ke jantung, kekuatan kontraksi otot jantung dan stimulasi dari syaraf simpatic. Pada waktu latihan ketiga faktor tersbut mengalami perubahan sehingga terjadilah peninbgkatan stroke volume
3. Peningkatan cardiac output. Dengan peningkatan stroke volume dan denyut nadi maka COP juga akan meningkat. 4. Peningkatan VO2 max. Ketika beban kerja meningkat konsumsi oksigen juga akan meningkat pada saat tersebut ambilan oksigen akan mencapai nilai maksimal.
Peningkatan ukuran jantung terutama pada ventrikel kiri Penurunan denyut nadi istirahat. Denyut nadi istirahat menurun satu kali permenit setelaha 1 2 minggu latihan
Contoh Kasus
STUDY KASUS Seorang wanita berusia 52 tahun dirawat dirumah saki tdengan keluhan mudah lelah dan nafas terengah-engah terutama saat digunakan untuk beraktifitas. Pasien mengatakan dada terasa sesak dan badan lemas ketika mencoba berjalan ke kamar mandi. Ia memiliki riwayat sakit jantung sejak 3 tahun yang lalu. Pemeriksaan tanda vital denyut nadi 92x/menit, TD 150/90 mmHg, frekwensi nafas 24x/menit, suhu 36,7o C. PENGKAJIAN IDENTITAS PASIEN Nama : Ny.X Umur : 52Tahun JenisKelamin : Perempuan Pendidikan : SMA Pekerjaan : Wiraswasta Agama : Islam Alamat : Bantul Status Pernikahan : Kawin
Analisa Data
Data Senjang DS: - Klien mengeluh nafas terengah-engah dan lelah terutama saat digunakan untuk beraktifitas. - Pasien mengatakan dada terasa sesak dan badan lemas ketika mencoba berjalan ke kamar mandi. DO: - TD : 150/90 mmHg - R : 24x/menit - Riwayat penyakit : klien memiliki sakit jantung sejak 3 tahun yang lalu
RENCANA KEPERAWATAN
2. TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, kelelahan pasien terpenuhi dengan kriteria hasil: 1. Kemudahan bernafas saat beraktifitas 2. Klien mampu memenuhi oksigen dan aktifitas 3. Klien mampu menjalankan aktifitas dalam kehidupan sehari- hari 4. Klien mampu menurunkan TD secara normal. TD 110/80 120/90 mmHg 5. Klien mampu mengatur kecepatan pernafasan saat aktifitas. 6. EKG dalam batas normal
INTERVENSI ( NIC)
1. 2.
Pantau frekwensi tanda vital. Evaluasi nyeri dada (intensiti, lokasi, radiasi, durasi, mempercepat dan mengurangi faktor). 3. Pantau system kardiovaskuler. 4. Pantau hasil laboratorium yang cocok. 5. Pantau kemampuan aktifitas pasien. 6. Pantau status pernafasan untuk gejala gagal jantung. 7. Pantau dyspnea, kelelahan, tachypnea dan orthopnea. 8. Atur olahraga dan istirahat untuk menghindari kelelahan. 9. Catat tanda dan gejala dari penurunan curah jantung 10. Akui adanya perubahan tekanan darah. 11. Anjurkan pasien tentang pentingnya segera melapor setiap kelelahan dada.
CATATAN PERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI Tanggal 06-06-2012 pukul 09.45 WIB - Memantau frekwensi tanda vital. - Mengevaluasi nyeri dada (intensiti, lokasi, radiasi durasi, mempercepat dan mengurangi factor). - Mencatat tanda dan gejala dari penurunan curah jantung. - Mengatur olahraga dan istirahat untuk menghindari kelelahan.
EVALUASI
S: Klien mengatakan masih merasa lelah dan nafas kadangkadang terengah-egah saat digunakan untuk beraktifitas, dada masih terasa sesak dan badan masih lemas. O: - klien tampak masih lelah - R : 20 x/menit A: Tujuan teratasi sebagian: - R : 20 x/menit, TD 130/80 P : - Untuk perawat: - Mengecek tanda-tanda vital - Memberikan therapi - Untuk klien: - Meminum obat secara teratur. - Mengatur olahraga dan aktifitas untuk mengindari kelelahan.
Jenis Perawatan Diri berdasarkan Waktu Pelaksanaan 1. Perawatan dini hari: pengambilan bahan pemeriksaan urine/feses, mencuci muka, tangan, menjaga kebersihan mulut 2. Perawatan pagi hari: pemenuhan kebutuhan eliminasi, mandi, cuci rambut, perawatan kulit, pijatan pd punggung, membersihkan kuku/mulut/rambut, merapikan tempat tidur 3. Perawatan siang hari: mencuci muka dan tangan, membersihkan mulut, merapikan TT, memelihara kebersihan lingkungan 4. Perawatan menjelang tidur: pemenuhan keutuhan eliminasi, mencuci tangan/muka, membersihkan
Jenis Perawatan diri berdasarkan Tempat Perawatan diri pd kulit: merawat kulit, memandikan pasien di TT, Perawatan diri pd kuku dan kaki Perawatan diri pd rambut Perawatan diri pd mulut dan gigi Perawatan diri pd kelamin/genetalia
KEBUTUHAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN PASIEN Menyiapkan tempat tidur Kebutuhan kebersihan personal hygiene - mandi - oral hygiene - mencuci rambut - perawatan kuku
THERAPI OKSIGEN
DEFINISI Pemberian terapi oxygen adalah suatu tata cara pemberian bantuan gas oksigen pada penderita yang mengalami gangguan pernapasan ke dalam paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat khusus
TUJUAN
1. 2. 3. 4. 5. Memenuhi kekurangan oksigen Membantu kelancaran metabolism Sebagai tindakan pengobatan Mencegah hipoksia Mengurangi beban kerja alat nafas dan jantung
INDIKASI
Terapi ini dilakukan pada penderita : 1. Dengan anoksia atau hipoksia 2. Dengan kelumpuhan alat-alat pernafasan 3. Selama dan sesudah dilakukan narcose umum 4. Mendapat trauma paru 5. Tiba-tiba menunjukkan tanda-tanda shock, dispneu, cyanosis, apneu 6. Dalam keadaan coma
Tabung oksigen Flowmeter oksigen Humidifier Nasal kanul Plester 2 buah 2 buah waskom / kom berisikan Nacl 0,9 % Cotton bad / lidi waten dan sarung tangan dalam bak instrumen Tanda peringatan (dilarang merokok, menyalakan api karena oksigen sedang digunakan) Aqua bidest Senter pen light Jam dengan hitungan detik Alat tulis untuk mencatat
Nasal kanul
Indikasi : a. Flow rate: 1-6 L/menitb. Konsentrasi O2 : 20-45% Keuntungan :a. Pasien dapat makan dan bicara tanpa melepas canulab. Nyaman untuk semua usia Kerugian : a. Mudah terlepas / salah posisib. Harus punya lubang hidung yang patenc. Flow rate > 6L/menit tidak dapat diberikan, karena dapat menimbulkan rasa tidak nyaman
Keuntungan:
Efektif untuk pernafasan via mulut atau yang mengalami sumbatan hidung
Kerugian :
Penggunaan flow rate sedikitnya 5L/menit mencegah rebreatheing CO2
Nonrebreather mask
Indikasi :-
- Flow rate: 10-15 L/menitKonsentrasi O2 : 60-80% Keuntungan :- Mengirimkan konsentrasi oksigen yang paling tinggi
Kerugian :
- Mati lemas jika aliran oksigen terobstruksi dan masker rapat menempel, kecuali jika masker dilengkapi dengan suatu mekanisme katup spring (spring valve) yang dapat membuka manakala pasien inspirasi.
Tabung
Oksigen
Humidifier
Flowmeter
CARA KERJA
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Persiapan: Sambungkan flowmeter dengan oksigen, isi himudifier dengan aqua bidest sampai batas yang telah ditentukan kemudian sambungkan ke flowmeter. Berikan salam, untuk mempermudah komunikasi dengan pasien. Jelaskan tujuan dari tindakan, untuk menghindari adanya misscomunication dengan pasien. Kontrak waktu untuk melakukan tindakan. Dekatkan alat-alat yang disiapkan, untuk mempermudah proses. Petugas mencuci tangan, untuk menjaga kebersihan. Kaji pernafasan pasien (hitung RR 1 menit penuh), untuk memastikan bahwa pasien benarbenar membutuhkan oksigenasi Gunakan sarung tangan, untuk menghindari terjadinya iritasi. Kaji kondisi mulut dan hidung pasien dengan menggunakan senter (bila kotor mintakan pasien untuk membersihkan, bila pasien tidak sadar bersihkan lubang hidung dengan lidi waten yang telah dilembabkan dengan cairan Nacl 0,9%), untuk mempermudah proses Sambungkan kanul dengan alat pelembap/humidier Kemudian putar flowmeter sesuai dengan program terapi (missal : untuk kanul/kateter 2444 % / 1-6 liter/menit, sedangkan unutk masker 40% = 5 liter/menit) Masukkan ujung kanul ke dalam waskom yang berisi air untuk memastikan apakah oksigen telah mengalir dengan baik (tanda oksigen mengalir dengan baik adalah terdapatnya gelembung-gelembung udara dalam air) Pasangkan nasal kanul pada hidung klien dengan hati-hati dan tidak menimbulkan rasa sakit serta posisi kanul dengan tepat, guna memberi rasa nyaman pada pasien saat diberi oksigenasi Beri fiksasi/plester pada kanul dan untuk direkatkan pada samping hidung/pipi klien Rapikan klien, agar pasien lebih nyaman dengan tempat tidurnya Gantung tanda peringatan pada botol tabung, untuk menghindari ada pihak keluarga yang masih awan memainkan botol tabung Jelaskan bahwa tindakan sudah selesai, agar pasien bisa istirahat kembali Mencuci tangan, untuk menghindari menempelnya kuman-kuman atau virus dari pasien atau lingkungan Catat semua kegiatan yang telah dilakukan, serta respon klien, untuk pendataan dan evaluasi tindakan selanjutnya.
17. 18.
19.
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian oksigen 1. Amati tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah pemberian oksigen 2. Jauhkan hal-hal yang dapat membahayakan misalnya : api, yang dapat menimbulkan kebakaran 3. Air pelembab harus diganti setiap 24 jam dan isi sesuai batas yang ada pada botol 4. Botol pelembab harus disimpan dalam keadaan bersih dan kering bila tidak dipakai 5. Nasal prong dan masker harus dibersihkan, didesinfeksi dan disimpan kering 6. Pemberian oksigen harus hati-hati terutama pada penderita penyakit paru kronis karena pemberian oksigen yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan hipoventilasi,hypercarbia diikuti penurunan kesadaran. 7. Terapi oksigen sebaiknya diawali dengan aliran 1 2 liter/menit, kemudian dinaikkan pelan-pelan sesuai kebutuhan 8. Terapi O2 merupakan salah satu intervensi keperawatan yang bersifat kolaboratif yang merupakan bagian dari paket intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien berdasarkan diagnosa keperawatan yang dirumuskan. Oleh karena itu maka langkah pertama yang perawat lakukan adalah