∆ S = Input – Output
A = RKLSCP
Di mana:
A : jumlah tanah yang tererosi (ton/ha/tahun)
R : faktor erosivitas hujan
K : faktor erodibilitas tanah
L : faktor panjang lereng
S : faktor kemiringan lereng
C : faktor penutupan dan pengelolaan tanaman
P : faktor tindakan konservasi tanah
Pada awalnya model penduga erosi USLE dikembangkan
sebagai alat bantu para ahli konservasi tanah untuk
merencanakan kegiatan usahatani pada suatu landscape
(skala usahatani).
Akan tetapi mulai tahun 1970, model ini menjadi sangat
populer sebagai model penduga erosi lembar (sheet erosion)
dan erosi alur (rill erosion) dalam rangka mengaplikasikan
kebijakan konservasi tanah.
Model ini juga pada awalnya digunakan untuk menduga erosi
dari lahan-lahan pertanian, tetapi kemudian digunakan pada
daerah-daerah penggembalaan, hutan, pemukiman, tempat
rekreasi, erosi tebing jalan tol, daerah pertambangan dan
lain-lain (Wischmeier 1976).
Model penduga erosi USLE juga telah secara luas digunakan
di Indonesia.
Disamping digunakan sebagai model penduga erosi wilayah
(DAS), model tersebut juga digunakan sebagai landasan
pengambilan kebijakan pemilihan teknik konservasi tanah
dan air yang akan diterapkan, walaupun ketepatan
penggunaan model tersebut dalam memprediksi erosi DAS
masih diragukan (Kurnia 1997).
Hal ini disebabkan karena model USLE hanya dapat
memprediksi rata-rata kehilangan tanah dari erosi lembar
dan erosi alur, tidak mampu memprediksi pengendapan
sedimen pada suatu landscape dan tidak menghitung hasil
sedimen dari erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai
(Wischmeier 1976).
Berdasarkan hasil pembandingan besaran erosi hasil pengukuran pada
petak erosi standar (Wischmeier plot) dan erosi hasil pendugaan
diketahui bahwa model USLE memberikan dugaan yang lebih tinggi
untuk tanah dengan laju erosi rendah, dan erosi dugaan yang lebih
rendah untuk tanah dengan laju erosi tinggi.
Dengan kata lain kekurang-akuratan hasil pendugaan erosi pada skala
plot, mencerminkan hasil dugaan model ini pada skala DAS akan
mempunyai keakuratan yang kurang baik.
Disamping itu, model USLE tidak menggambarkan proses-proses
penting dalam proses hidrologi (Risse et al.1993).
Berdasarkan beberapa kelemahan tersebut, model erosi USLE
disempurnakan menjadi RUSLE (Revised USLE) dan MUSLE (Modified
USLE) dengan menggunakan teori erosi modern dan data-data terbaru
(Renard 1992 dalam Risse et al. 1993), tetapi masih tetap berbasis plot.
Hasil-hasil penelitian pengujian model penduga erosi USLE
baik yang dilakukan di Indonesia maupun di luar negeri
seperti Afrika, Eropa, negara-negara Asia dan di Amerika
Serikat itu sendiri, menunjukkan bahwa model penduga
erosi USLE tidak dapat digunakan secara universal (Kurnia
1997) dan memberikan hasil pendugaan yang bias jika
digunakan untuk memprediksi erosi DAS.
Hal tersebut disebabkan karena ekstrapolasi hasil penelitian
dari areal yang sempit ke areal yang lebih luas (DAS) akan
memberikan hasil yang keliru (Lal 1988).
Model ANSWERS (areal nonpoint source watershed
environmental response simulation) merupakan sebuah
model hidrologi dengan parameter terdistribusi yang
mensimulasikan hubungan hujan-limpasan dan
memberikan dugaan hasil sedimen. Model hidrologi
ANSWERS dikembangkan dari US-EPA (United States
Environment Protection Agency) oleh Purdue Agricultural
Enviroment Station (Beasley and Huggins 1991).
alah satu sifat mendasar dari model ANSWERS adalah
termasuk kategori model deterministik dengan pendekatan
parameter distribusi.
Model distribusi parameter DAS dipengaruhi oleh variabel
keruangan (spatial), sedangkan parameter-parameter
pengendalinya, antara lain : topografi, tanah, penggunaan
lahan dan sifat hujan.
Model ANSWERS adalah model deterministik yang
didasarkan pada hipotesis bahwa setiap titik di dalam DAS
mempunyai hubungan fungsional antara laju aliran
permukaan dan beberapa parameter hidrologi yang
mempengaruhi aliran, seperti intensitas hujan, infiltrasi,
topografi, jenis tanah dan beberapa faktor lainnya. Laju
aliran yang terjadi dapat digunakan untuk memodelkan
fenomena pindah massa, seperti erosi dan polusi dalam
wilayah DAS.
Dalam model ini suatu DAS yang akan dianalisis responnya
dibagi menjadi satuan elemen yang berukuran bujursangkar,
sehingga derajat variabilitas spasial dalam DAS dapat
terakomodasi.
Konsep distribusi disefinisikan melalui hubungan
matematika untuk semua proses simulasi, model ini
mengasumsikan bahwa suatu DAS merupakan gabungan
dari banyak elemen yang diartikan sebagai suatu areal yang
memiliki paramater hidrologi yang sama.
Setiap elemen akan memberikan kontribusi sesuai dengan
karakteristik yang dimiliki.
Model ini juga mengikut sertakan semua parameter kontrol
secara spasial.
Oleh karena itu model ANSWERS melakukan analisis pada
setiap satuan elemen.
Data masukan model ANSWERS dikelompokkan dalam lima bagian (de
Roo 1993), yaitu :
1) Data curah hujan, yaitu : jumlah dan intensitas hujan pada suatu
kejadian hujan.
2) Data tanah, yaitu : porositas total (TP), kapasitas lapang (FP), laju
infiltrasi konstan (FC), selisih laju infiltrasi maksimum dengan laju
infiltrasi konstan (A), eksponen infiltrasi (P), kedalaman zona kontrol
iniltrasi (DF), kandungan air tanah awal (ASM), dan erodibilitas tanah
(K).
3) Data penggunaan dan kondisi permukaan lahan, meliputi : volume
intersepsi potensial (PIT), persentase penutupan lahan (PER),
koefisien kekasaran permukaan (RC), tinggi kekasaran maksimum
(HU), nilai koefisien manning untuk permukaan lahan (N), faktor
tanaman dan pengelolaannya (C).
4) Data karakteristik saluran, yaitu lebar saluran (CW) dan koefisien
manning (N).
5) Data satuan individu elemen, yaitu : kemiringan lereng, arah lereng,
jenis tanah, jenis penggunaan lahan, liputan penakar hujan,
kemiringan saluran, dan elevasi elemen rata-rata.
Mekanisme model ANSWERS dapat dijelaskan sebagai berikut (de Roo 1993) :
1) Hujan yang jatuh pada suatu DAS dengan vegetasi tertentu, sebagian akan
diintersepsi oleh tajuk vegetasi (PER) sampai potensial simpanan intersepsi
(PIT) tercapai.
2) Apabila laju hujan lebih kecil dari laju intersepsi, maka air hujan tidak akan
mencapai permukaan tanah. Sebaliknya jika laju hujan lebih besar dari laju
intersepsi, maka terjadi infiltrasi.
3) Laju infiltrasi awal tersebut dipengaruhi oleh kandungan air tanah awal (ASM =
anticedent soil moisture), porositas tanah total (TP), kandungan air tanah pada
kapasitas lapang (FP), laju infiltrasi pada saat konstan (FC), laju infiltrasi
maksimum (FC+A), dan kedalaman zona kontrol infiltrasi (DF). Laju infiltrasi
akan menurun secara eksponensial dengan bertambahnya kelembaban tanah.
4) Jika hujan terus berlanjut, maka laju hujan menjadi lebih besar dari laju infiltrasi
dan intersepsi. Pada kondisi ini air mulai mengumpul dipermukaan tanah dalam
depresi mikro (retention storage) yang dipengaruhi oleh kekasaran permukaan
tanah, yaitu RC dan HU.
5) Jika retensi permukaan melebihi kapasitas depresi mikro, maka akan terjadi
limpasan permukaan, di mana besarnya limpasan permukaan tersebut
dipengaruhi oleh kekasaran permukaan (N), kelerengan dan arah aliran.
6) Bila hujan terus berlanjut, maka akan tercapai laju infiltrasi konstan (FC).
7) Pada saat hujan reda, proses infiltrasi masih terus berlangsung sampai
simpanan depresi sudah tidak tersedia lagi.
Keluaran model berupa hasil prediksi, yaitu : ketebalan
aliran permukaan, debit puncak, waktu puncak, rata-rata
kehilangan tanah, laju erosi maksimum tiap elemen, laju
deposisi maksimum tiap elemen dan pengurangan jumlah
sedimen akibat tindakan konservasi tanah.
Model ANSWERS juga menampilkan grafik yang berisi
hyetograf hujan terpilih, hidrograf aliran permukaan, dan
sedimentasi.
Dari setiap kajadian hujan dapat dianalisis debit puncak dan
waktu puncak.
Debit puncak adalah nilai puncak (tertinggi) dari suatu
hidrograf aliran, dan waktu puncak adalah selang waktu
mulai dari awal terjadinya aliran permukaan sampai
terjadinya debit puncak (Beasley and Huggin 1991).
Asumsi yang digunakan untuk memprediksi erosi dengan
model ini adalah :
1) erosi tidak terjadi di lapisan bawah permukaan;
2) sedimen dari suatu elemen ke elemen lain akan
meningkatkan lapisan permukaan elemen tempat
pengendapan; dan
3) pada segmen saluran tidak terjadi erosi akibat hempasan
butir hujan (Beasley and Huggin 1991).
Penghancuran dan pengangkutan partikel tanah disebabkan
oleh pukulan butir hujan (DTR) dan energi limpasan
permukaan.
Jumlah partikel tanah yang dapat dipindahkan tergantung
dari besarnya sedimen yang dihasilkan dan kapasitas
transpornya (TC).
Air limpasan dan sedimen yang dapat mencapai elemen
yang memiliki saluran, akan bergerak menuju outlet DAS, di
mana sedimentasi yang terjadi dalam saluran akan terjadi
ketika besarnya kapasitas transpor telah terlewati (de Roo
1993).
Beasley dan Huggins (1991), mengemukakan bahwa model ANSWERS sebagai
sebuah model hidrologi mempunyai kelebihan, antara lain :