Anda di halaman 1dari 36

030.12.

261
030.12.262
030.12.263
030.12.264
030.12.265
030.12.266
030.12.270
030.12.271
030.12.273
030.12.275
030.12.276
030.12.278
030.12.279

Stantley
Stefanus
Suci Wulandari
Sundari Lovea Nuranti
Susanti
Syaripah Noor R.
Tiara Anggiana A.
Tri Wira Almunqis
Verna Fitriani
Vinny Alif Damara
Wahyu Honimah
Wanda Junita Safitri
Waode Satriana Sari

Kok saya sering bersin-bersin dan keluar ingus yang encer?


Boy, seorang mahasiswa baru merasakan bahwa akhir-akhir ini
setiap bangun tidur pagi sering bersin-bersin dengan mengeluarkan
ingus yang encer seperti air. Bersin-bersin bisa lebih dari sepuluh
kali disertai dengan rasa gatal di hidung dan matanya. Hidungnya
menjadi tersumbat yang sangat menurunkan kualitas hidupnya.
Keluhan bersin timbul semenjak ia kos bersama temannya di
belakang kampus sekamar berdua dengan kamar yang cukup
banyak perabotannya.
Dari riwayat keluarga diketahui ibunya mengidap asma yang sering
kambuh.
Keyword: bersin-bersin, ingus encer, gatal hidung, hidung tersumbat,
kos berdua, perabotan banyak di kamar, ibu asma.

Bersin:

keluarnya udara dengan keras lewat


hidung dan mulut

Asma:

radang kronik saluran napas yang


menyebabkan hipersekresi, disfungsi jalan
napas sehingga menimbulkan gejala episodik
Pruritus: suatu persepsi akibat rangsangan
serabut mekanoreseptor

Rhinore:

keluarnya cairan dari hidung

Boy

riwayat keluarga:
diketahui ibunya
mengidap asma
yang sering kambuh.
kamar yang cukup
banyak
perabotannya

setiap bangun tidur pagi sering


bersin-bersin +mengeluarkan
ingus yang encer seperti air

Bersin-bersin bisa >


sepuluh kali disertai
dengan rasa gatal
di hidung dan
matanya

Hidung
tersumbat
Rhinitis Alergi

Rhinitis Vasomotor

Rhinitis Alergi

Rhinitis Vasomotor

Mulai serangan

Usia belasan tahun


(riwayat terpapar alergen
(+))

Dekade 3-4(riwayat
terpapar alergen (-))

Etiologi

Reaksi Ag-AB terhadap


rangsangan spesifik

Reaksi neurovaskuler terhadap


beberapa rangsangan
mekanis/kimia.
Faktor psikologi

Gatal dan bersin

Menonjol

Tidak menonjol

Gatal dimata

Sering dijumpai

Tidak dijumpai

Sekret hidung

Peningkatan Eosinofil

Eosinofil tidak meningkat

Eosinofil darah

Meningkat

Normal

IgE darah

Meningkat

Tidak meningkat

Tes kulit

Hidung

luar dibentuk oleh kerangka tulang dan


tulang rawan.
Kerangka tulang:
1.os nasal
2.prosesus frontalis os maksila
3.prosesus nasalis os frontal
kerangka tulang rawan:
1. cartilago nasi lateralis (2)
2.Cartilago alaris major (2)
3.Cartilago alaris minor (2)
4.Cartilago septi nasi
(1)

Cavum Nasi
batas medial: septum nasi dibentuk oleh tulang rawan yg
dilapisi oleh perikondrium,periosteum dan bagian luar oleh
mukosa hidung

batas lateral: bagian depan tampak licin,bagian belakangnya


terdiri dari concha nasalis dan meatusnya.

Concha nasalis ada 4:


1.Concha nasalis suprema (setelah dewasa akan hilang)
2.Concha nasalis superior
3.Concha nasalis media
4.Concha nasalis inferior

Sinus paranasalis
Ada 4 macam:
1. Sinus maxilaris
2. Sinus ethmoidalis
3. Sinus frontalis
4. Sinus sphenoidalis

1. Jalan napas
2. Kondisi udara
3.Penyaring udara

4. Indra penghidu
5. Resonansi suara
6. Proses bicara
7. Refleks nasal
8. Aestetis

palut lendir
konka
silia
vibrise
palut lendir
lyzosim

Septum nasi

1. vestibulum nasi
- ep.berlapis gepeng
- vibrissae
- kel.sebasea+keringat
2. Fossa nasalis
- ep.bertingkat +silia+goblet
(epitel respiratorik)
3. Area olfactoris
- silia non motil

Respirasi

Olfactorius

Alergen (debu
rumah/tungau)

Ditangkap oleh
monosit/
makrofag
sebagai APC

Antigen
bergabung
dengan molekul
HLA kelas II

Terbentuk
peptida MHC
kelas II

Dipresentasikan
pada Th0

APC
meleapas
sitokin (IL-!)

Th0 aktif untuk


berproliferasi
menjadi Th1
dan Th2

Th2
menghasilkan
sitokin (IL-3,
IL-4, IL-5 dan
IL-13)

Sitokin diikat
oleh reseptor
di permukaan
limfosit B

Diproduksi
Imunoglobulin
E

IgE masuk
kejaringan
melalui
sirkulasi darah

Reseptor IgE
akan mengikat
IgE di
permukaan sel
mediator
(basofil dan
mastoit)

Mukosa yang
sudah
tersensitisasi
terpapar
dengan
alergen yang
sama

Kedua rantai
IgE akan
mengikat
alergen
spesifik

Degranulasi
mastoid dan
basofil

Terlepasnya
mediator kimia
terutama
histamin

Gatal

pada hidung dan bersin-bersin

Histamin

Merangsang
reseptor H1 pada
ujung saraf

Rinore

Histamin

Kelenjar mukosa dan


sel goblet mengalami
hipersekresi dan
peningkatan
permeabilitas kapiler

Klasfikasi Rhinitis
Alergi

symptom

Beratnya gejala

Waktu

RA musiman
RA sepanjang
tahun

Intermiten
Persisten

Ringan
Sedang- Berat

Dahulu, menurut sifat berlangsungnya :

Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever)


Rinitis alergi sepanjang tahun (perenial)

Saat ini menurut WHO-ARIA


Berdasarkan terdapatnya gejala :
Rinitis alergi intermiten

Gejala terdapat < 4 hari/minggu


atau < 4 minggu

Rinitis alergi persisten

Gejala terdapat > 4 hari/minggu


dan > 4 minggu

Berdasarkan tingkat ringan beratnya


penyakit:

Ringan, berarti tidak terdapat salah satu dari :

gangguan tidur
gangguan aktifitas sehari-hari/malas/olahraga
gangguan pekerjaan atau sekolah
Gejala dirasakan mengganggu

Sedang-berat, berarti didapatkan satu atau


lebih hal-hal di atas

1.Neurogenik (disfungsi sistem otonom)


Serabut saraf simpatis melepaskan ko-transmiter nonadrenalin
dan neuropeptida Y vasokonstriksi dan penurunan sekresi
hidung.

Serabut saraf parasimpatis apabila ada rangsangan akan


terjadi pelepasan ko-transmiter asetilkolin dan vasoaktif
intestinal peptida yang menyebkan peningkatan sekresi
hidung dan vasodilaasikongesti hidung.
Dalam keadaan hidung normal, persarafan simoatis lebih
dominan. Pada Rhinitis Vasomotor : ketidak seimbangan
impuls saraf otonom dimukosa hidung. Yg berupa
bertambahnya aktivitas sistem parasimpatis.

2. Neuropeptida
Disfungsi hidung Meningkatnya rangsangan terhadap saraf sensoris
serabut C di hidungmeningkatny pelepasan neuropeptida (substance p
dan calcitonin gene-related protein) peningkatan permeabilitas vaskular
dan sekresi kelenjar.
3. Nitrik Oksida
NO yang tinggi dan presisten dilapisan epitel hidung kerusakan atau
nekrosis epitelrangsangan non spesifik berinteraksi langsung ke subepitel peningkatan reaktifitas serabut trigeminal dan recruitment refleks
vaskular dan kelenjar mukosa hidung.
4. Trauma
Rhinitis vasomotor dapat merupakan komplikasi jangka panjang dari trauma
hidung melalui mekanisme neurogenik dan/atau neuropeptida

Rhinitis Alergi
Serangan

bersin berulang lebih dari lima kali


dalam satu serangan.
Rinorea yang encer dan banyak,
hidung tersumbat,
hidung dan mata gatal,
kadang disertai lakrimasi,
Tidak ada demam
Gejala sering tidak lengkap.

Rhinitis Vasomotor
Gejala sering dicetuskan oleh berbagai
rangsangan non-spesifik,seperti asap/rokok,bau
yang menyengat,perubahan
kelembaban,kelelahan dan stres/emosi.
Gejala mirip dengan rhinitis alergi,namun gejala
yang dominan adalah:
1.hidung tersumbat bergantian kiri dan kanan,
tergantung pada posisi pasien.
2.Rinore yang mukoid atau serosa.
3.Gejala mata (jarang)

Rhinitis Alergi :
(1) riwayat atopi keluarga
(2) keluarga dengan sosial ekonomi yang
tinggi
(3) paparan terhadap alergen rumah tangga
seperti hewan dan tungau debu
rumah tangga

Rhinitis Vasomotor
1.obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja
saraf simpatis, seperti ergotamin, chlorpromazin,
obat anti hipertensi dan obat vasokonstriktor topikal.
2. faktor fisik, seperti iritasi oleh asap rokok, udara
dingin, kelembaban udara yang tinggi dan bau yang
merangsang.

3. faktor endokrin, sepeti keadaan kehamilan, pubertas,


pemakaian pil anti hamil dan hipotiroidisme.
4. faktor psikis, seperti stress, ansietas dan fatigue.

Rhinitis

Alergi

Pemeriksaan fisik
Inspeksi : sekret hidung jernih,edema mukosa,pembengkakan
konka,gatal,kelopak mata lebih gelap
Faring : hiperplasi limfoid
Telinga tengah : biasanya ada cairan
Palpasi : benjolan di konjungtiva palpebra

Auskultasi ; mengi/ rongki basah

Rhinitis Vasomotor

Pemeriksaan rinoskopi anterior tampak gambaran yang


khas berupa edema mukosa hidung,konka berwarna
merah gelap atau merah tua,tetapi dapat pula pucat.
Permukaan konka dapat licin atau benjolbenjol(hipertropi)

Pada rongga hidung terdapat sekret mukoid biasanya


sedikit.

Rhinitis Alergi
1. Riwayat keluarga ?
2. Demam atau tidak ?
3. Menginsumsi obat apa sebelum keluhan?
4. Terasa ada masa di hidung atau tidak?
5. Riwayat atopi waktu kecil?

In vivo :
Tes kulit :
Tes cukit/tusuk (Prick test), Multi test
Intradermal
SET (skin end point titration)
In vitro :
IgE total : untuk skrining, bkn alat diagnostik
IgE spesifik
Sitologi hidung : eosinofil > 5 sel/LPB
DPL : eosinofil me
Tes Provokasi : tdk sesuai klinis dan hsl tes cukit, tdk rutin, penelitian
Radiologis (Foto SPN, CT-Scan, MRI) :
Tidak untuk diagnosis rinitis alergi
Indikasi : Untuk mencari komplikasi sinusitis/polip, tidak ada
respon terhadap terapi, direncanakan tindakan operatif

Banyak dipakai
sederhana, mudah, murah,
sensitivitas tinggi, cepat,
cukup aman
Tes pilihan dan primer
untuk diagnostik dan riset
Membuktikan telah terjadi
fase sensitisasi
Tes (+) ada reaksi
hipersensitivitas tipe I atau
telah terdapat kompleks
Sel Mast IgE pada
epikutan

1. Terapi yang paling ideal adalah dengan


alergen penyebabnya (avoidance) dan
eliminasi.
2. Simptomatis, pemberian antihistamin
Pemberian dapat dalam kombinasi atau
tanpa kombinasi dengan dekongestan
secara peroral. Antihistamin dibagi dalam 2
golongan yaitu golongan antihistamin
generasi-1 (klasik) dan generasi -2 (non
sedatif).

3. Imunoterapi - Jenisnya desensitasi,


hiposensitasi & netralisasi. Desensitasi
dan hiposensitasi membentuk blocking
antibody. Keduanya untuk alergi inhalan
yang gejalanya berat.

Pencegahan rinitis alergi


1. Hindari alergen penyebab
2. Jaga kebersihan kamar

Polip

hidung
Alergi hidung merupakan salah satu faktor
penyebab terbentuknya polip hidung dan
kekambuhan polip hidung
Otitis media efusi yang sering residif,
terutama pada anak-anak
rinosinusitis

Ad vitam: Bonam
Ad Functionam: dubia ad bonam
Ad Sanationam: dubia ad bonam

1. Adams GL, Boies LR, Highler PA. Boies


Buku Ajar Penyakit THT. Ed. 6. Jakarta: EGC;
2013.
2.Soepardi EA, Iskandar N, Bashruddin J,
Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Ed. 6.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2011
3.Newlands SD. Non Allergic Rhinitis. In:
Balleys head and neck Surgery.
Otolaryngology Vol I. 3sd Ed. Philadelphia :
Lippincot Williams and Willans

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai