Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN KASUS

HEMOROID INTERNA
GRADE II

IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn.
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Alamat
:
Tanggal masuk Poli :

ANAMNESIS
(data Primer secara Autoanamnesis)

Keluhan Utama :
BAB disertai darah

Anamnesis Khusus
Os datang ke RS dengan keluhan
BAB disertai darah sejak 1 bulan
SMRS. OS mengaku BABnya
sering keras, dan tadi malam Os
mengeluh tetesan darah yang
keluar semakin bayak dan terasa
panas di sekitar anus. Saat BAB
Os mengaku ada benjolan
sebesar kacang ijo yang keluar

Anamnesis Tambahan
Os mengeluh 1 bulan terakhir sering
lelah, lemah, lesu, disertai sering
pusing serta kadang-kadang merasa
mual dan muntah. Os Sering makanmakanan pedas dan BAB kadangkadang keras sehingga setiap BAB
pasien selalu mengejan yang kuat
dikarenakan sulitnya mengeluarkan
feses. BAK tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit
Dahulu

Riwayat penyakit Jantung disangka


Riwayat penyakit Paru disangkal
Riwayat penyakit Genitalia

disangkal
Riwayat Pembedahan disangkal

Riwayat Risiko Penyakit


OS mengaku jarang makan buah-

buahan atau sayur-sayuran dan


sering
makan-makanan
yang
pedas .
Saat BAB os sering dengan posisi
jongkok, BAB kadang-kadang keras
hingga saat BAB pasien selalu
mengejan yang kuat .
Os adalah seorang pekerja di

Riwayat Pengobatan
Os mengaku pernah berobat ke RS
yang sama 1 minggu yang lalu dan
telah diberikan pengobatan lewat
dubur namun belum juga sembuh.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Os menyangkal adanya anggota
keluarga yang mengeluh ataupun
mempunyai riwayat penyakit
yang sama.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Keadaan Umum : Sakit ringan
Tanda vital:
TD
: 120/90 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Respirasi
: 22 x/menit
Suhu
: 36,8 oC

Status Generalis
Kepala : normochepal
Mata : konjungtiva : anemis (+/+),
ikterik (-/-)
Hidung : tidak ada deformitas,
epitaksis (-/-)
Leher : pembesaran KGB (-),
pembesaran thyroid (-)

Thorax : Bentuk dan gerak simetris


normal
Cor : Iktus cordis tidak terlihat,
Bunyi jantung
murni
reguler, Murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Bentuk dan gerak
simetris normal, pada
perkusi Sonor, VBS kiri = kanan,
ronkhi -/-,
wheezing -/-.
Abdomen : Cembung, lembut,

Extremitas :

Ekstr. Atas : Akral hangat ,


RCT< 2 detik, edema
(-), sianosis (-).
Ekstr. Bawah : Akral hangat ,
RCT< 2 detik,
edema (-), sianosis (-).

Status Lokalis
a/r anus dan perineum
- Tidak tampak benjolan disekitar
perineum dan anus. Nyeri tekan (+),
kalor (-), pus (-), darah (-), hiperemis (-).
RT :
- Tonus otot Spingter kuat
- Teraba benjolan di jam 12 dengan ukuran
sekitar cm, konsistensi lunak, terfiksir,
NT (+).
- Feses (+), Lendir (+), darah (-)

RESUME
Pasien laki-laki 39 tahun datang ke RS
dengan keluhan BAB disertai darah
sejak 1 bulan SMRS. OS mengaku
BABnya sering keras, dan tadi malam
Os mengeluh tetesan darah yang keluar
semakin bayak dan terasa panas di
sekitar anus. Saat BAB Os mengaku ada
benjolan sekecil kacang hijau yang
keluar dari duburnya yang diraskan
nyeri dan benjolan tersebut dapat
masuk kembali dengan sendirinya.

RESUME
Os mengeluh 1 bulan terakhir sering lelah, lemah,
lesu, disertai sering pusing serta kadang-kadang
merasa mual dan muntah. OS mengaku jarang
makan buah-buahan atau sayur-ayuran dan sering
makan-makanan yang pedas . Saat BAB os sering
dengan posisi jongkok. Os memiliki pekerjaan yang
sering duduk lama.Os juga mengaku pernah
berobat ke RS yang sama 1 minggu yang lalu dan
telah diberikan pengobatan namun belum juga
sembuh.
Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva
anemis, dan pada RT Teraba benjolan di jam 12
dengan ukuran sekitar cm, konsistensi lunak,
mobile dan NT (+).

PEMBAH
ASAN

Alasan Diagnosis Kerja :

Perjalanan Penyakit pada


Anamnesis

Awal mula timbul benjolan di dubur

karena ada riwayat BAB keras, diet


rendah serat, suka makan-makanan
yang pedas, dan sering duduk lama
kemungkinan faktor pencetus.
Posisi BAB jongkok meningkatkan
tekanan vena dan pelebaran vena
feses keras sehingga saat melewati

Pada

satutus
Generalis
:
Konjungtiva anemis
Pada status lokalis saat RT :
Inspekasi : tidak terlihat benjolan
apapun disekitar perineum dan anus.
Palpasi: didalam anus teraba benjolan
dengan diameter sekitar cm seperti
kacang
hijau,
benjolan
ditutupi
mukosa, konsistensi lunak, terfiksir
HEMOROID INTERNA benjolan
keluar saat os mengejan dan dapat
tereposisi
dengan
sendirinya

HEMOROID INTERNA grade II

Penatalaksanaan
Konsumsi serat (30 gram per hari) dan

banyak minum air putih (6-8 gelas/hari).


Olahraga
teratur:
hindari
duduk
berlebihan.
Tidak menahan buang air besar.
Jangan mengedan sewaktu buang air
besar.
Jangan duduk di toilet selama lebih dari 1
menit. Kebiasaan membawa bahan bacaan
atau sejenisnya ke dalam toilet harus
dihindarkan.
Sitz bath (berendam air hangat 10

PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam

: ad bonam

TINJAUAN
PUSTAKA
" HEMOROID "

Definisi
Hemoroid adalah pelebaran vena
di dalam pleksus hemoroidalis
yang tidak merupakan kelainan
patologik. kecuali hemoroid
menyebabkan keluhan atau
penyulit, maka diperlukan
tindakan. Secara umum hemoroid
biasanya dibagi dalam 2 jenis,
hemoroid interna dan hemoroid

Epidemiologi
Hemoroid (hemorrhoid) dikenal

masyarakat luas dengan istilah ambeien


atau wasir. Penyakit ini sangat sering
terjadi dan terdapat pada sekitar 35%
penduduk baik pria maupun wanita
berusia lebih dari 25 tahun.
Kurang lebih 70 % manusia dewasa
mempunyai hemorhoid baik internal
maupun eksternal. Namun tidak semua
penderita hemoroid memerlukan
pengobatan.
Penyebab hemoroid sebenarnya

Anatomi (rektum & anus)

Patofisiologi

Faktor Risiko
1. Anatomik : vena daerah
anorektal tidak mempunyai katup
dan pleksus hemoroidalis kurang
mendapat sokongan dari otot
dan fascia sekitarnya.
2. Umur : pada umur tua terjadi
degenerasi dari seluruh jaringan
tubuh,otot sfingter menjadi tipis
dan atonis.

Faktor Risiko
5. Mekanis : semua keadaan yang
menyebabkan meningkatnya tekanan
intra abdomen, misalnya penderita
hipertrofi prostat, konstipasi menahun dan
sering mengejan pada waktu defekasi.
6. Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi
vena ekstremitas dan anus oleh karena
ada sekresi hormone relaksin.
7. Fisiologi : bendungan pada peredaran
darah portal, misalnya pada penderita
sirosis hepatis.

Manifestasi Klinik
1. Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama dari
hemoroid interna akibat trauma oleh faeces yang
keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan
tidak tercampur dengan faeces, dapat hanya berupa
garis pada faeces atau kertas pembersih sampai pada
perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air
toilet menjadi merah. Hemoroid yang membesar
secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol
keluar menyebabkan prolaps.
2. Pada tahap awal, penonjolan ini hanya terjadi pada
waktu defekasi dan disusul reduksi spontan setelah
defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut, hemoroid
interna ini perlu didorong kembali setelah defekasi
agar masuk kembali ke dalam anus.

Manifestasi Klinik
3. Pada akhirnya hemoroid dapat berlanjut menjadi
bentuk yang mengalami prolaps menetap dan
tidak bisa didorong masuk lagi. Keluarnya mukus
dan terdapatnya faeces pada pakaian dalam
merupakn ciri hemoroid yang mengalami prolaps
menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan
rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus dan
ini disebabkan oleh kelembaban yang terus
menerus dan rangsangan mukus. Nyeri timbul
bila terdapat trombosis yang luas dengan udem
dan radang.

Klasifikasi
Hemoroid interna diklasifikasikan
menjadi 4 derajat :
Derajat I :
Tonjolan masih di lumen
rektum, biasanya keluhan
penderita adalah
perdarahan.
Derajat II : Tonjolan keluar dari anus
waktu defekasi dan
masuk sendiri setelah
selesai defekasi.

Pemeriksaan
Penunjang
1. Pem. RT

Pada pemeriksaan RT, hemoroid


interna stadium awal tidak dapat
diraba sebab tekanan vena di
dalamnya tidak terlalu tinggi dan
biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat
diraba apabila sangat besar. Apabila
hemoroid sering prolaps, selaput
lendir akan menebal. Trombosis dan
fibrosis pada perabaan terasa padat
dengan
dasar
yang
lebar.

Pemeriksaan
Penunjang
2. Anoskopi

Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid


internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati
keempat kuadran. Penderita dalam posisi
litotomi. Anoskop dan penyumbatnya
dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,
penyumbat diangkat dan penderita disuruh
bernafas
panjang.
Hemoroid
interna
terlihat sebagai struktur vaskuler yang
menonjol ke dalam lumen. Apabila
penderita diminta mengejan sedikit maka

Pemeriksaan
Penunjang
3. Proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi
perlu
dikerjakan
untuk
memastikan
keluhan bukan disebabkan oleh
proses
radang
atau
proses
keganasan di tingkat tinggi, karena
hemoroid
merupakan
keadaan
fisiologik saja atau tanda yang
menyertai. Faeces harus diperiksa
terhadap adanya darah samar.

Diagnosis Banding
Perdarahan rektum merupakan
manifestasi utama hemoroid
interna yang juga terjadi pada :
1. Karsinoma kolorektum
2. Penyakit divertikel
3. Polip
4. Kolitis ulserosa

Komplikasi
Perdarahan akut pada umumnya jarang ,hanya terjadi
apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar.
Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik
pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini
mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak.
Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan
apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena
jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi
jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis,
sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada
penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya
mekanisme adaptasi.
Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi
(inkarserata/terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang
dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan
kematian.

Terapi
A.

Terapi obat-obatan
(medikamentosa) / diet
Makanan sebaiknya terdiri atas makanan
berserat tinggi seperti sayur dan buahbuahan. Makanan ini membuat gumpalan
isi usus besar, namun lunak, sehingga
mempermudah defekasi dan mengurangi
keharusan mengejan berlebihan.
Supositoria dan salep anus diketahui
tidak mempunyai efek yang bermakna
kecuali efek anestetik dan astringen.
Hemoroid
interna
yang
mengalami
prolaps oleh karena udem umumnya

Terapi
B.

Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan
kimia yang merangsang, misalnya 5% fenol
dalam minyak nabati. Penyuntikan
diberikan ke submukosa dalam jaringan
areolar yang longgar di bawah hemoroid
interna dengan tujuan menimbulkan
peradangan steril yang kemudian menjadi
fibrotik dan meninggalkan parut

Terapi
C.

Ligasi dengan gelang karet (menurut Barron)


Dengan bantuan anoskop, mukosa di atas
hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau
dihisap ke tabung ligator khusus. Gelang karet
didorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat
di sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut.
Pada satu kali terapi hanya diikat satu kompleks
hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan
dalam jarak waktu 2 4 minggu. Penyulit utama dari
ligasi ini adalah timbulnya nyeri karena terkenanya
garis mukokutan. Untuk menghindari ini maka
gelang tersebut ditempatkan cukup jauh dari garis
mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan
infeksi. Perdarahan dapat terjadi waktu hemoroid
mengalami nekrosis, biasanya setelah 7 10 hari.

Terapi
D.

Krioterapi / bedah beku


Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu
yang rendah sekali. Jika digunakan dengan
cermat, dan hanya diberikan ke bagian atas
hemoroid pada sambungan anus rektum, maka
krioterapi mencapai hasil yang serupa dengan
yang terlihat pada ligasi dengan gelang karet
dan tidak ada nyeri. Dingin diinduksi melalui
sonde dari mesin kecil yang dirancang bagi
proses ini. Tindakan ini cepat dan mudah
dilakukan dalam tempat praktek atau klinik.
Terapi ini tidak dipakai secara luas karena
mukosa yang nekrotik sukar ditentukan
luasnya.

Terapi
E.

Hemorroidal Arteri Ligation


( HAL )
Pada terapi ini, arteri hemoroidalis
diikat sehingga jaringan hemoroid
tidak mendapat aliran darah yang
pada
akhirnya
mengakibatkan
jaringan hemoroid mengempis dan
akhirnya nekrosis.
F. Infra Red Coagulation ( IRC ) /
Koagulasi Infra Merah
Dengan sinar infra merah yang
dihasilkan oleh alat yang dinamakan

Terapi
G.

Generator galvanis
Jaringan hemoroid dirusak dengan arus
listrik searah yang berasal dari baterai
kimia. Cara ini paling efektif digunakan
pada hemoroid interna.

H.

Bipolar Coagulation / Diatermi


bipolar
Prinsipnya tetap sama dengan terapi
hemoroid lain di atas yaitu menimbulkan
nekrosis jaringan dan akhirnya fibrosis.
Namun
yang
digunakan
sebagai
penghancur
jaringan
yaitu
radiasi
elektromagnetik berfrekuensi tinggi. Pada

Terapi
Bedah konvensional
Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan
yaitu :
1. Teknik Milligan Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3
tempat utama. Teknik ini dikembangkan di Inggris
oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis
massa hemoroid tepat diatas linea mukokutan
dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari
rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi
catgut proksimal terhadap pleksus hemoroidalis.
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid
yang sirkuler ini yaitu dengan mengupas seluruh

Terapi
3. Teknik Langenbeck
Pada
teknik
Langenbeck,
hemoroid
internus dijepit radier dengan klem.
Lakukan jahitan jelujur di bawah klem
dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian
eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu
klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah
klem diikat. Teknik ini lebih sering
digunakan karena caranya mudah dan
tidak mengandung resiko pembentukan
jaringan parut sekunder yang biasa
menimbulkan stenosis.

Terapi
Bedah Laser
Pada
prinsipnya,
pembedahan
ini
sama
dengan
pembedahan konvensional, hanya alat pemotongnya
menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh
jaringan terpatri sehingga tidak banyak mengeluarkan
darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang minimal.
Bedah Stapler
Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse
Hemorrhoids (PPH) atau Hemoroid Circular Stapler. Teknik ini
mulai diperkenalkan pada tahun 1993 oleh dokter
berkebangsaan Italia yang bernama Longo sehingga teknik
ini juga sering disebut teknik Longo. Di Indonesia sendiri alat
ini diperkenalkan pada tahun 1999. Alat yang digunakan
sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti
senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di
belakangnya.

Bedah Stapler

Terapi
Jenis pengobatan yang sesuai dengan
masing-masing grade hemoroid interna
menurut Golligher.

DAFTAR PUSTAKA
1. Silvia A.P, Lorraine M.W,1995, Patofisiologi, Konsep konsep

Klinis Proses Penyakit, Edisi IV, EGC, Jakarta, pemeriksaan


penunjang: 420 421.
2. http://www.pharosindonesia.com/news-aedia/beritakesehatan/417-kenali hemoroid-wasir-lebih-dekat.html
3. Anonim, 2004, Hemorhoid, http://www.hemorjoid.net/hemoroid
galery.html.
4. Syamsuhidayat R, Jong W.D, Buku Ajar Bedah, EGC,Jakarta,
pemeriksaan penunjang:910 912.
5. Werner Kahle ( Helmut Leonhardt,werner platzer ), dr Marjadi
Hardjasudarma ( alih bahasa ), 1998, Berwarna dan teks anatomi
Manusia Alat Alat Dalam,p:232
6. Mansjur A dkk ( editor ), 1999, Kapita selecta Kedokteran, Jilid II,
Edisi III, FK UI, Jakarta,pemeriksaan penunjang: 321 324.
7. Linchan W.M,1994,Sabiston Buku Ajar Bedah Jilid
II,EGC,Jakarta,hal 56-59.

Anda mungkin juga menyukai