Anda di halaman 1dari 5

Struma nodosa non toksik (SNNT)

Batasan dan uraian umum


Pembesaran kelenjar tiroid yang teraba sebagai suatu nodul,
tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme.
Berdasarkan jumlah nodul, dibagi:
Struma mononodosa non toksik
Struma multinodosa non toksik
Berdasarkan kemampuan menangkap iodium radioaktif:
Nodul dingin
Nodul hangat
Nodul panas
Berdasarkan konsistensinya:

Nodul
Nodul
Nodul
Nodul

lunak
kistik
keras
sangat keras

Kriteria diagnosis
Anamnesis umum
Sejak kapan benjolan timbul
Rasa nyeri spontan atau tidak spontan, berpindah atau
tetap
Cara membesarnya: cepat, atau lambat
Pada awalnya berupa satu benjolan yang membesar
menjadi beberapa benjolan atau hanya pembesaran leher
saja
Riwayat keluarga
Riwayat penyinaran daerah leher pada waktu kecil/muda
Perubahan suara
Gangguan menelan, sesak nafas
Penurunan berat badan
Keluhan tirotoksikosis

Pemeriksaan fisis
Umum
Lokal:
Nodus tunggal atau majemuk, atau difus
Nyeri tekan
Konsistensi
Permukaan

52

Perlekatan pada jaringan sekitarnya


Pendesakan atau pendorongan trakea
Pembesaran kelenjar getah bening regional
Pembertons sign

Penilaian risiko keganasan


Anamnesis dan pemeriksaan fisis yang mengarahkan diagnosis
penyakit tiroid jinak, tetapi tak sepenuhnya menyingkirkan
kemungkinan kanker tiroid:
Riwayat keluarga dengan struma nodosa atau difusa
jinak
Riwayat keluarga dengan tiroiditis hashimoto atau
penyakit tiroid autoimun
Gejala hipo atau hipertiroidisme
Nyeri berhubungan dengan nodul
Nodul lunak, mudah digerakkan
Multinodul tanpa nodul yang dominan, dan konsistensi
sama
Anamnesis dan pemeriksaan fisis yang meningkatkan kecurigaan
ke arah keganasan tiroid:
Umur <20 tahun atau >70 tahun
Jenis kelamin laki-laki
Nodul disertai disfagi, serak, atau obstruksi jalan nafas
Pertumbuhan nodul cepat (beberapa minggubulan)
Riwayat radiasi daerah leher waktu usia anak-anak atau
dewasa (juga meningakatkan insiden penyakit nodul tiroid
jinak)
Riwayat keluarga kanker tiroid meduler
Nodul yang tunggal, berbatas tegas, keras, irreguler dan
sulit digerakkan
Paralisis pita suara,
Temuan limfadenopati servikal
Metastasis jauh (paru-paru, dll)

Langkah diagnostik I : TSHs, FT4


Hasil:
Non-toksik Langkah diagnostik II: BAJAH nodul tiroid
Hasil :
A. Ganas
B. Curiga
C. Jinak
D. Tak cukup/sediaan tak representatif

53

(dilanjutkan di kolom tata laksana)

Diagnosis banding
Struma nodosa pada:
Peningkatan kebutuhan terhadap tiroksin pada masa
pertumbuhan, pubertas, laktasi, menstruasi, kehamilan,
menopause, infeksi, stres lain
Tiroiditis akut
Tiroiditis subakut
Tiroiditis kronis:
limfositik (Hashimoto), fibrous-invasif (Riedel)
SIMPLE GOITER
Struma endemik
Kista tiroid, kista degenerasi
Adenoma
Karsinoma tiroid primer, metastatik
Limfoma

Pemeriksaan penunjang
Laboratorium:
T4 atau FT 4, T3, dan TSHs
Biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH) nodul tiroid:
Bila hasil laboratorium: non-toksik
Bila hasil laboratorium (awal) toksik, tetapi hasil
scan: cold nodule. syarat: sudah menjadi eutiroid
USG tiroid:
Pemantau kasus nodul yang tidak dioperasi
Pemandu pada BAJAH
Sidik tiroid:
Bila klinis:
ganas, tetapi hasil sitologi dengan BAJAH (2x): jinak
Hasil sitologi dengan BAJAH:
curiga ganas
Petanda keganasan tiroid (bila ada riwayat keluarga
dengan karsinoma tiroid meduler, diperiksakan kalsitonin)
Pemeriksaan antitiroglobulin bila TSHs meningkat, curiga
penyakit Hashimoto

Tata laksana
Sesuai hasil BAJAH, maka tata laksana:

Ganas

54

Operasi tiroidektomi near-total

Curiga
Operasi dengan lebih dahulu melakukan potong beku (VC):
Bila hasil=ganas operasi tiroidektomi near-total.
Bila hasil=jinak operasi lobektomi, atau tiroidektomi neartotal.
alternatif: sidik tiroid. Bila hasil=cold nodule operasi

Tak cukup/sediaan tak representatif


Jika nodul solid (saat BAJAH): ulang BAJAH.
Bila klinis curiga ganas tinggi Operasi Lobektomi
Bila klinis curiga ganas rendah Observasi
Jika nodul kistik (saat BAJAH): aspirasi.
Bila kista regresi observasi
Bila kista rekurens, klinis curiga ganas rendah
observasi
Bila kista rekurens, klinis curiga ganas tinggi
operasi lobektomi

Jinak
Tata laksana dengan Levo-tiroksin (LT4) dosis subtoksis.
Dosis dititrasi mulai 2x25 ug (3 hari)
Dilanjutkan 3x25ug (3-4 hari)
Bila tidak ada efek samping atau tanda toksis:
dosis menjadi 2x100 ug sampai 4 -6 minggu, kemudian
evaluasi TSH (target 0,1-0,3 ulU/L)
Supresi TSH dipertahankan selama 6 bulan
Evaluasi dengan USG:
apakah nodul berhasil mengecil atau tidak (berhasil bila
mengecil >50% dari volume awal)
Bila nodul mengecil atau tetap
L-tiroksin distop dan diobservasi:
Bila setelah itu struma membesar lagi, maka Ltiroksin dimulai lagi (target TSH 0,10,3 uIU/L)
Bila setelah l-tiroksin distop, struma tidak berubah,
diobservasi saja
Bila nodul membesar dalam 6 bulan atau saat tata
laksana supresi obat dihentikan dan operasi
Tiroidektomi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi
hasil PA:
Jinak:

55

tata laksana dengan L-tiroksin:


target TSH 0,53,0uIU/L
Ganas:
tata laksana dengan L-tiroksin
Individu dengan resiko ganas tinggi:
target TSH <0,00,05uIU/L
Individu dengan resiko ganas rendah:
target TSH 0,050,1uIU/L

Komplikasi
Umumnya tidak ada, kecuali ada infeksi seperti pada tiroiditis
akut / subakut

Daftar pustaka
1.
2.

3.

4.
5.

Kariadi SHKS. Struma Nodosa Non-Toksik. Dalam Waspadji S, et al. (eds).


Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jakarta, Balai Penerbit FKUI:75765.
Suyono S. Pendekatan Pasien dengan Struma. Dalam Markum HMS,
Sudoyo HAW, Effendy S, Setiati S, Gani RA, Alwi I (eds). Naskah Lengkap
Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam 1997. Jakarta,
1997:207-13.
Subekti I. Struma Nodosa Non-Toksik (SNNT). In Simadibrata M, Setiati S,
Alwi I, Maryantoro, Gani RA, Mansjoer A (eds). Pedoman Diagnosis dan
Tata Laksana di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Informasi
dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI,1999:187-9.
Soebardi S. Pemeriksaan Diagnostik Nodul Tiroid. Makalah Jakarta
Endocrinology Meeting 2003. Jakarta, 18 Oktober 2003.
Jameson JL, Weetman AP. Disorders of the Thyroid Gland. In Braunwald
E, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL. Harrisons
Principles of Internal Medicine.15th ed. New York: McGraw-Hill,
2001:2060-84.

56

Anda mungkin juga menyukai