Parasetamol
Penghambat enzim siklooksigenasi
lemah di perifer
Sampai di otak oksidasi di
sitokrom p-450 PCT teroksidasi
memiliki efek penghambat enzim
siklooksigenasi kuat di sentral
antipiretik relatif paling aman
DEMAM BERDARAH
DENGUE
Pendekatan diagnosis
Anamnesis
Demam mendadak tinggi tipe bifasik
Kecenderungan perdarahan
Kulit
Gusi
Epistaksis
Hematemesis
Melena
Hematuria
Sakit kepala
Nyeri otot dan sendi
Nyeri di belakang mata
Mual muntah
Pemanjangan siklus menstruasi
Riwayat penderita DBD di sekitar tempat tinggal, sekolah atau tempat
kerja di waktu yg sama
Pendekatan diagnosis
Pemeriksaan fisik:
Demam
Gejala infeksi viral: injeksi konjunctiva, mialgia, artralgia
Tanda perdarahan: ptekie, purpura, ekimosis
Hepatomegali
Tanda kebocoran plasma: efusi pleura, asites, edema
Pemeriksaan penunjang:
DR: leukopenia, trombositopenia, hemokonsentrasi
Serologi: IgG-IgM antidengue (+), NS-1 dengue (+)
Ro thorax: penumpulan sudut kostofrenikus
USG abdomen: double layer pada dinding kandung
empedu, asites
Derajat keparahan
demam berdarah dengue
Derajat I: demam disertai gejala konstitusional
yng tidak spesifik; uji torniquet (+)
Derajat II: derajat I + perdarahan spontan:
perdarahan kulit dan/atau perdarahan lain
Derajat III: kegagalan sirkulasi dg manifestasi
nadi lemah dan cepat, tekanan nadi
menyempit atau hipertensi, gelisah, kulit
teraba
Derajat IV: renjatan/syok berat dg nadi dan
TD yg tidak terdeteksi
Tatalaksana
Nonfarmakologis:
Istirahat, makanan lunak, tingkatkan asupan
cairan oral
Pantau tanda-tanda syok, terutama saat transisi
fase febris (hari 4-6)
Klinis: tingkat kesadaran, nadi, TD
Lab: Hb, Ht, trombosit, leukosit
Farmakologis:
Simptomatis: antipiretik parasetamol bila
demam
Sesuai protokol tatalaksana DBD
Takikardi
CRT < 2 detik
Kulit dingin, lembab dan pucat
Nadi perifer lemah atau hilang
Perubahan status mental
Oliguria
Peningkatan mendadak Ht atau peningkatan
kontinyu Ht setelah terapi cairan diberikan
Tekanan nadi sempit (<20 mmHg)
Hipotensi
Komplikasi
Syok
Esefalopati dengue
Perdarahan saluran cerna
KID
DEMAM TIFOID
Demam tifoid
Definisi:
penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh
infeksi kuman Salmonella typhi atau Salmonella
paratyphi
Anamnesis
Prolonged fever (38.8"-40.5'C), dan berlanjut hingga
4 minggu jika tidak ditangani. predominan gejala
gastrointestinal.
Minggu I: sakit kepala, menggigil, batuk,
berkeringat, mialgia, malaise, dan artralgia.
Gejala gastrointestinal: anoreksia, nyeri abdomen,
mual, muntah, diare, konstipasi
Demam tifoid
Anamnesis & pemeriksaan fisik:
Demam meningkat perlahan terutama sore hingga
malam hari
Minggu II: gejala makin jelas:
demam,
bradikardia relatif (peningkatan suhu 1 C tidak diikuti
peningkatan denyut nadi 8x/m),
lidah berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah
dan tremor),
hepatomegali, splenomegali,
meteorismus,
gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma,
delirium atau psikosis
Pemeriksaan penunjang
Darah:
leukopenia, normal leukosit atau
leukositosis,
dapat ditemukan anemia dan
trombositopenia,
SGOT dan SGPT sering meningkat
Pemeriksaan penunjang
Widal:
kenaikan 4 kali titer antibody O dan H pada
spesimen yang diambil dalam jarak 2 minggu
kemungkinan tinggi infeksi S.typhi
sensitivitas sekitar 70%; spesifisitas rendah
belum ada kesamaan pendapat mengenai
aglutinin yang bermakna diagnostik untuk
demam tifoid. Batas titer yang sering dipakai
hanya kesepakatan saja, hanya berlaku
setempat dan batas ini bahkan dapat
berbeda di berbagai laboratorium setempat
Pemeriksaan penunjang
Kultur gall culture
Kultur darah: positif pada awal 2 minggu pertama
kultur feses: positif selama minggu ke 3-5
kultur urin: positif pada minggu ke 4
Lainnya:
TUBEX:
mendeteksi antibodi anti-S.typhi 09 pada serum pasien
Infeksi primer: deteksi mulai pada hari ke 4-5
Infeksi sekunder: deteksi mulai hari ke 2-3
Typhidot:
mendeteksi antibody IgM dan IgG yang terdapat pada protein
membran luar Salmonella Typhi
Hasil positif didapatkan 2-3 hari setelah infeksi
Tifoid toksik:
Demam tifoid disertai gangguan kesadaran dengan
atau tanpa kelainan neurologis lainnya dan hasil
pemeriksaan cairan otak masih dalam batas normal
Tifoid karier
Seseorang yang kotorannya (feses atau urinJ
mengandung S.typhi setelah satu tahun pasca
demam tifoid, tanpa disertai gejala klinik
Diagnosis banding:
Malaria
Enteritis bakterial
Demam dengue
Tatalaksana
1. Diet dan terapi penunjang [simtomatik dan suportifJ
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian
makan padat dini yaitu (menghindari sementara
sayuran yang berserat) dapat diberikan dengan aman
2. Pemberian antimikrobal
Pilihan utama: Kloramfenikol 4 x 500 mg sampai
dengan 7 hari bebas demam
Alternatif lain:
Tiamfenikol 4 x 500 mg [komplikasi hematologi
lebih rendah dibandingkan kloramfenikol
Kotrimoksazol 2 x960 mg selama 2 minggu
Ampisilin dan amoksisilin 50-150 mg/kgBB selama
2 minggu
Tatalaksana
Sefalosporin generasi III; yang terbukti efektif
adalah seftriakson 3-4 gram dalam dekstrosa 100
cc selama 0,5 jam per-infus sekali sehari, selama
3-5 hari. Dapat pula diberikan sefotaksim 2-3 x 1
gram, sefoperazon 2 x 1 gram
Fluorokuinolon (demam umumnya lisis pada hari
III atau menjelang hari IV):
Norfloksasin 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
Ofloksasin 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari
Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari
Diare infeksi
Malaria
Kemenkes RI memutuskan:
Diagnosis malaria harus ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan laboratorium
mikroskopis / rapid diagnostic test (RDT)
STOP MALARIA KLINIS
Stop pengobatan malaria dengan klorokuin dan
sulfadoksin pirimethamine
Pilihan utama untuk pengobatan malaria
adalah derivat Artemisinin atau pilihan kedua
adalah obat golongan kuinine (kina). Kedua
obat tersebut harus dikombinasikan dengan
Primaquin STOP MONOTERAPI