Anda di halaman 1dari 97

PEMBEKALAN AWAL

DOKTER MUDA BAG PDL


NELDA APRILIA SALIM

Parasetamol
Penghambat enzim siklooksigenasi
lemah di perifer
Sampai di otak oksidasi di
sitokrom p-450 PCT teroksidasi
memiliki efek penghambat enzim
siklooksigenasi kuat di sentral
antipiretik relatif paling aman

DEMAM BERDARAH
DENGUE

DEMAM BERDARAH DENGUE


Definisi:
Penyakit demam akut yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypty dan
Aedes albopictus serta memenuhi
kriteria WHO untuk demam berdarah
dengue

Pendekatan diagnosis
Anamnesis
Demam mendadak tinggi tipe bifasik
Kecenderungan perdarahan
Kulit
Gusi
Epistaksis
Hematemesis
Melena
Hematuria

Sakit kepala
Nyeri otot dan sendi
Nyeri di belakang mata
Mual muntah
Pemanjangan siklus menstruasi
Riwayat penderita DBD di sekitar tempat tinggal, sekolah atau tempat
kerja di waktu yg sama

Pendekatan diagnosis
Pemeriksaan fisik:
Demam
Gejala infeksi viral: injeksi konjunctiva, mialgia, artralgia
Tanda perdarahan: ptekie, purpura, ekimosis
Hepatomegali
Tanda kebocoran plasma: efusi pleura, asites, edema

Pemeriksaan penunjang:
DR: leukopenia, trombositopenia, hemokonsentrasi
Serologi: IgG-IgM antidengue (+), NS-1 dengue (+)
Ro thorax: penumpulan sudut kostofrenikus
USG abdomen: double layer pada dinding kandung
empedu, asites

Kriteria diagnosis demam


dengue
Probable: demam akut disertai >2 gejala:
Sakit kepala
Nyeri retro-orbital
Myalgia
Artralgia
Ruam
Manifestasi perdarahan
Leukopenia
Serologi (+) atau ada demam dengue di lokasi
dan waktu yg sama

Kriteria diagnosis demam


dengue
Confirmed kasus dikonfirmasi dg kriteria
laboratorium:
Isolasi virus dengue dari serum atau sampel
autopsi
Kenaikan >4 kali titer antibodi IgG atau IgM
pada sampel plasma
Terdapat antigen virus dengue pada sampel
autopsi jaringan, plasma, atau LCS dg teknik
imunohistokimia, imunofluoresens, atau ELISA
Deteksi sekuens genom virus dengue di sampel
jaringan atau LCS dg cara PCR

Kriteria diagnosis klinis demam


berdarah dengue (DBD) WHO 1997
1.

Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya


bifasik
2. Ada minimal 1 dari manifestasi perdarahan berikut:
1. Uji bendung (+)
2. Ptekie, ekimosis, purpura
3. Perdarahan mukosa (epistaksis atau perdarahan gusi), atau
perdarahan dari tempat lain
4. Hematemesis atau melena
3. Trombositopenia (trombosit < 100.000/ml)
4. Ada minimal 1 tanda-tanda plasma leakage:
1. Ht meningkat >20% dibandingkan standar sesuai dg umur &
jenis kelamin
2. Ht menurun >20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan nilai Ht sebelumnya
3. Tanda plasma leakage: efusi pleura, asites, hipoproteinemia,
atau hiponatremia

Derajat keparahan
demam berdarah dengue
Derajat I: demam disertai gejala konstitusional
yng tidak spesifik; uji torniquet (+)
Derajat II: derajat I + perdarahan spontan:
perdarahan kulit dan/atau perdarahan lain
Derajat III: kegagalan sirkulasi dg manifestasi
nadi lemah dan cepat, tekanan nadi
menyempit atau hipertensi, gelisah, kulit
teraba
Derajat IV: renjatan/syok berat dg nadi dan
TD yg tidak terdeteksi

Dengue shock syndrome


(DSS)
Semua gejala kriteria DBD ditambah bukti
adanya kegagalan sirkulasi spt:
Nadi lemah dan cepat
Tekanan nadi sempit (<20 mmHg)
Atau adanya manifestasi:
Hipotensi
Akral dingin, lembab dan gelisah

DD/: demam akut lain disertai


trombositopenia spt: demam tifoid,
malaria, chikunguya

Tatalaksana
Nonfarmakologis:
Istirahat, makanan lunak, tingkatkan asupan
cairan oral
Pantau tanda-tanda syok, terutama saat transisi
fase febris (hari 4-6)
Klinis: tingkat kesadaran, nadi, TD
Lab: Hb, Ht, trombosit, leukosit

Farmakologis:
Simptomatis: antipiretik parasetamol bila
demam
Sesuai protokol tatalaksana DBD

Kriteria merujuk pasien ke


RS/ICU

Takikardi
CRT < 2 detik
Kulit dingin, lembab dan pucat
Nadi perifer lemah atau hilang
Perubahan status mental
Oliguria
Peningkatan mendadak Ht atau peningkatan
kontinyu Ht setelah terapi cairan diberikan
Tekanan nadi sempit (<20 mmHg)
Hipotensi

Komplikasi

Syok
Esefalopati dengue
Perdarahan saluran cerna
KID

DEMAM TIFOID

Demam tifoid
Definisi:
penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh
infeksi kuman Salmonella typhi atau Salmonella
paratyphi

Anamnesis
Prolonged fever (38.8"-40.5'C), dan berlanjut hingga
4 minggu jika tidak ditangani. predominan gejala
gastrointestinal.
Minggu I: sakit kepala, menggigil, batuk,
berkeringat, mialgia, malaise, dan artralgia.
Gejala gastrointestinal: anoreksia, nyeri abdomen,
mual, muntah, diare, konstipasi

Demam tifoid
Anamnesis & pemeriksaan fisik:
Demam meningkat perlahan terutama sore hingga
malam hari
Minggu II: gejala makin jelas:
demam,
bradikardia relatif (peningkatan suhu 1 C tidak diikuti
peningkatan denyut nadi 8x/m),
lidah berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah
dan tremor),
hepatomegali, splenomegali,
meteorismus,
gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma,
delirium atau psikosis

Pemeriksaan penunjang
Darah:
leukopenia, normal leukosit atau
leukositosis,
dapat ditemukan anemia dan
trombositopenia,
SGOT dan SGPT sering meningkat

Pemeriksaan penunjang
Widal:
kenaikan 4 kali titer antibody O dan H pada
spesimen yang diambil dalam jarak 2 minggu
kemungkinan tinggi infeksi S.typhi
sensitivitas sekitar 70%; spesifisitas rendah
belum ada kesamaan pendapat mengenai
aglutinin yang bermakna diagnostik untuk
demam tifoid. Batas titer yang sering dipakai
hanya kesepakatan saja, hanya berlaku
setempat dan batas ini bahkan dapat
berbeda di berbagai laboratorium setempat

Pemeriksaan penunjang
Kultur gall culture
Kultur darah: positif pada awal 2 minggu pertama
kultur feses: positif selama minggu ke 3-5
kultur urin: positif pada minggu ke 4

Lainnya:
TUBEX:
mendeteksi antibodi anti-S.typhi 09 pada serum pasien
Infeksi primer: deteksi mulai pada hari ke 4-5
Infeksi sekunder: deteksi mulai hari ke 2-3

Typhidot:
mendeteksi antibody IgM dan IgG yang terdapat pada protein
membran luar Salmonella Typhi
Hasil positif didapatkan 2-3 hari setelah infeksi

ELISA: sensitivitas dan spesifisitas lebh tinggi dari Widal

Tifoid toksik:
Demam tifoid disertai gangguan kesadaran dengan
atau tanpa kelainan neurologis lainnya dan hasil
pemeriksaan cairan otak masih dalam batas normal

Tifoid karier
Seseorang yang kotorannya (feses atau urinJ
mengandung S.typhi setelah satu tahun pasca
demam tifoid, tanpa disertai gejala klinik

Diagnosis banding:
Malaria
Enteritis bakterial
Demam dengue

Tatalaksana
1. Diet dan terapi penunjang [simtomatik dan suportifJ
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian
makan padat dini yaitu (menghindari sementara
sayuran yang berserat) dapat diberikan dengan aman
2. Pemberian antimikrobal
Pilihan utama: Kloramfenikol 4 x 500 mg sampai
dengan 7 hari bebas demam
Alternatif lain:
Tiamfenikol 4 x 500 mg [komplikasi hematologi
lebih rendah dibandingkan kloramfenikol
Kotrimoksazol 2 x960 mg selama 2 minggu
Ampisilin dan amoksisilin 50-150 mg/kgBB selama
2 minggu

Tatalaksana
Sefalosporin generasi III; yang terbukti efektif
adalah seftriakson 3-4 gram dalam dekstrosa 100
cc selama 0,5 jam per-infus sekali sehari, selama
3-5 hari. Dapat pula diberikan sefotaksim 2-3 x 1
gram, sefoperazon 2 x 1 gram
Fluorokuinolon (demam umumnya lisis pada hari
III atau menjelang hari IV):
Norfloksasin 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
Ofloksasin 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari
Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari

Kombinasi antibiotik untuk kasus tifoid toksik,


peritonitis atau perforasi, syok septik
Kloramfenikol 4 x 500 mg +
Ampisilin 4 x 1 gram +
Prednison 20 - 40 mg sekali sehari PO (atau yang
ekuivalen) selama 3 hari pertama dari pengobatan
Pasien dengan delirium, koma, syok Dosis tinggi
kortikosteroid (dexametason 3 mg/kg IV awal, diikuti
dengan 1 mg/kg per 6 jam selama 48 jam)
Pada kehamilan fluorokuinolon dan kotrimoksazol tidak
boleh digunakan.
Kloramfenikol dan tiamfenikol tidak dianjurkan pada
kehamilan.

Komplikasi & prognosis

Intestinal: Perdarahan usus, perforasi usus, ileus


paralitik, pankreatitis
Ekstra intestinal:
kardiovaskuler: gagal sirkulasi perifer, miokarditis,
tromboflebitis
darah: anemia hemolitik, trombositopenia, KID,
trombosis.
paru: pneumonia, empiema, pleuritis.
hepatobilier: hepatitis,kolesistitis.
ginlal: glomerulonefritis, pielonefritis, perinefritis
tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis,
arthritis.
Komplikasi neuropsikiatrik atau tifoid toksik
Prognosis: kematian
Tdk diobati: 10-20%

Diare infeksi

Malaria

Kemenkes RI memutuskan:
Diagnosis malaria harus ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan laboratorium
mikroskopis / rapid diagnostic test (RDT)
STOP MALARIA KLINIS
Stop pengobatan malaria dengan klorokuin dan
sulfadoksin pirimethamine
Pilihan utama untuk pengobatan malaria
adalah derivat Artemisinin atau pilihan kedua
adalah obat golongan kuinine (kina). Kedua
obat tersebut harus dikombinasikan dengan
Primaquin STOP MONOTERAPI

Anda mungkin juga menyukai