Anda di halaman 1dari 15

DEFINISI

Gangguan prefensi seksual (F65).


Parafiliaadalah sekelompok gangguan yang
mencakup ketertarikan seksual terhadap
objek yang tidak wajar atau aktivitas seksual
yang tidak pada umumnya. Parafilia adalah
gangguan seksual yang ditandai oleh
khayalan seksual yang khusus dan desakan
serta praktek seksual yang kuat, biasanya
berulang kali dan menakutkan (Kaplan, 2010).

KLASIFIKASI
Klasifikasi parafilia menurut Diagnostic And Statistical Manual Of
Mental Disorder Edisi Revisi IV (DSM-IV-TR), ialah:
Ekshibisionisme
Fetishisme
Froteurisme
Pedofilia
Masokisme Seksual
Sadisme Seksual
Voyeurisme
Fetishisme Transvestik
Parafilia Lain yang Tidak Ditentukan (NOS : Not Oherwise
Specified) contoh: Zoofilia

Gangguan Prefensi Seksual menurut Pedoman


Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Edisi III
(PPDGJ III) ialah:
F65.0 Fetihisme
F65.1 Tranvetisme Fetihistik
F65.2 Ekshibisionisme
F65.3 Voyeurisme
F65.4 Pedofilia
F65.5 Sadomasokisme
F65.6 Gangguan Preeferensi Seksual Multipel
F65.8 Gangguan Preferensi Seksual Lainya
F65.9 Gangguan Preferensi Seksual YTT

Menurut Diagnostik dan Statistik Manual, tidak


jarang bagi mereka dengan paraphilia untuk
memiliki lebih dari satu paraphilia (American
Psychological Association, 2000). Pasien parafilia
umumnya memiliki 3 sampai 5 parafilia baik yang
bersamaan atau pada saat terpisah. Kejadian
perilaku parafilia memuncak pada usia antara 15
dan 25 tahun, dan selanjutnya menurun. Parafilia
jarang terjadi pada pria umur 50 tahun, kecuali
mereka tinggal dalam isolasi atau teman yang
sama-sama menderita parafilia (Blow, 2008)

ETIOLOGI
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan
seksual ialah (Kaplan, 2010):
Faktor predisposisi, seperti misalnya trauma pada masa
kecil.
Faktor presipitasi, seperti kehilangan pekerjaan atau
cinta
Faktor maintaining, seperti pemabuk
Informasi yang salah
Perasaan bersalah dan kecemasan
Keadaan biologis seperti gangguan hormone
Psikologi seperti depresi atau kecemasan

F65.0 Fetihisme

Fetihisme merupakan suatu kelainan seksual yang dapat dikarakteristikkan sebagai suatu dorongan
seksual hebat yang berulang dan secara seksual biasanya akan menimbulkan khayalan atau bahkan
hasrat seksual yang dipengaruhi oleh objek benda.
Pada fetishisme, dorongan seksual terfokus pada benda atau bagian tubuh (seperti, sepatu, sarung
tangan, celana dalam, atau stoking) yang secara mendalam dihubungkan dengan tubuh manusia.
Pada penderita fetishisme, penderita kadang lebih menyukai untuk melakukan aktivitas seksual
dengan menggunakan obyek fisik (jimat), dibanding dengan manusia. Penderita akan terangsang
dan terpuaskan secara seksual jika:
Memakai pakaian dalam milik lawan jenisnya
Memakai bahan karet atau kulit
Memegang, atau menggosok-gosok atau membaui sesuatu, misalnya sepatu bertumit tinggi.
Kriteria Diagnostik Fetihisme menurut DSM-IV
Selama waktu sekurangnya 6 bulan terdapat khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan
seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat berupa pemakaian benda-benda mati (misalnya,
pakaian dalam wanita)
Khayalan, dorongan seksual, atau perilaku yang menyebabkan penderitaan yang bermakna secara
klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
Pedoman Diagnostik Fetihisme menurut PPDGJ III
Mengandalkan pada beberapa benda mati(non-living object) sebagai rangsangan untuk
membangkitkan keinginan seksual dan memberikanb kepuasan seksual. Kebanyakan benda
tersebut (object fetish) adalah ekstensi dari tubuh manusia, seperti pakaian atau sepatu
Diagnosis ditegakkan apabila object fetish benar-benar merupakan sumber yang utama dari
rangsangan seksual atau penting sekali untuk respon seksual yang memuaskan.
Fantasi fetihistik adalah lazim, tidak menjadi suatu gangguan kecuali apabila menjurus kepada
suatu ritual yang begitu memaksa dan tidak semestinya sampai menggangu hubungan seksual dan
menyebabkan bagi penderitaan individu.

F65.1 Tranvetisme Fetihistik


Tranvetisme Fetihistik adalah gejala keadaan seseorang yang mencari rangsangan dan
pemuasan sexual dengan memakai pakaian dan berperan sebagai seorang dari sex yang
berlainan.
Pedoman Diagnostik Tranvetisme Fetihistik menurut PPDGJ - III
Mengenakan pakaian dari lawan jenis dengan tujuan pokok untuk mencapai kepuasaan seksual
Gangguan ini harus dibedakan dari fetihisme (F65.0) dimana pakaian sebagai objek fetish
bukan hanya sekedar dipakai, tetapi juga untuk menciptakan penampilan seorang dari lawan
jenis kelaminya. Biasanya lebih dari satu jenis barang yang dipakai dan seringkali suatu
perlengkapan yang menyeluruh, termasuk rambut palsu dan tat arias wajah.
Transvetisme fetihistik deibedakan dari trasvetisme transsexual oleh adanya hubungan yang
jelas dengan bangkitnya gairah seksual dan keinginan/hasrat yang kuat untuk melepaskan baju
tersebut apabila orgasme sudah terjadi dan rangsang seksual menurun
Adanya riwayat transvetisme fetihistik biasanya dilaporkan sebagai suatu fase awal oleh para
penderita transeksualisme dan kemungkinan merupakan suatu stadium dalam perkembangan
transeksualisme.
Kriteria Diagnostik Fetishisme Transvestik menurut DSM-IV
Selama waktu sekurangnya 6 bulan, pada laki-laki heteroseksual, terdapat khayalan yang
merangsang secara seksual, dorongan seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat berupa
cross dressing.
Khayalan, dorongan seksual, atau perilaku menyebabkan penderitaan yang bermakna secara
klinis dan gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

F65.3 Ekshibisionisme
Eksibisionisme adalah dorongan berulang untuk menunjukkan alat kelamin pada orang asing atau pada
orang yang tidak menyangkanya. Kegairahan seksual terjadi pada saat antisipasi terhadap pertunjukan
tersebut, dan orgasme didapatkan melalui masturbasi selama atau setelah peristiwa. Dinamika laki-laki
dengan eksibisonisme adalah untuk menegaskan maskulinitas mereka dengan menunjukkan penis dan
dengan melihat reaksi korbanketakutan.
Pedoman Diagnostik Ekhibisionisme menurut PPDGJ-III
Kecenderungan yang berulang atau menetap untuk memamerkan alat kelamin kepada asing (biasanya
lawan jenis kelamin) atau kepada orang banyak di tempat umum, tanpa ajakan atau niat untuk berhubungan
lebih akrab.
Ekshibisionisme hampir sama sekali terbatas pada laki-laki heteroseksual yang memamerkan pada wanita,
remaja atau dewasa, biasanya menghadap mereka dalam jarak yang aman di tempat umum. Apabila yang
menyaksikan itu terkejut, takut, atau terpesona, kegairahan penderita menjadi meningkat.
Pada beberapa penderita, ekshibisionisme merupakan satu-satunya penyaluran seksual, tetapi pada
penderita lainnya kebiasaan ini dilanjutkan bersamaan (stimultaneously) dengan kehidupan seksual yang
aktif dalam suatu jalinan hubungan yang berlangsung lama, walaupun demikian dorongan menjadi lebih kuat
pada saat menghadapi konflik dalam hubungan tersebut.
Kebanyakan penderita ekshibisionisme mendapatkan kesulitan dalam mengendalikan dorongan tersebut dan
dorongan ini bersifat ego-alien (suatu benda asing bagi dirinya).
Kriteria Diagnosik Eksibisionisme menurut DSM-IV
Selama waktu sekurangnya 6 bulan, terdapat khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual,
atau perilaku yang berulang dan kuat berupa memamerkan alat kelaminnya sendiri kepada orang yang tidak
dikenal dan tidak menduga.
Khayalan, dorongan seksual, atau perilaku menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

F65.3 Voyeurisme
Voyeurisme adalah preokupasi rekuren dengan khayalan dan tindakan yang
berupa mengamati orang lain yang telanjang atau sedang berdandan atau
melakukan aktivitas seksual. Gangguan ini juga dikenal sebagai skopofilia.
Masturbasi sampai orgasme biasanya terjadi selama atau setelah peristiwa.
Pedoman Diagnostik Voyeurisme menurut PPDGJ-III
Kecenderungan yang berulang atau menetap untuk melihat orang yang sedang
berhubungan seksual atau berperilaku intim seperti sedang menanggalkan
pakaian.
Hal ini biasanya menjurus kepada rangsangan seksual dan mastrubasi, yang
dilakukan tanpa orang yang diintip menyadarinya.

Kriteria Diagnostik Voyeuisme menurut DSM-IV
Selama waktu sekurangnya 6 bulan,terdapat khayalan yang merangsang secara
seksual, dorongan seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat berupa mengamati
orang telanjang yang tidak menaruh curiga, sedang membuka pakaian, atau sedang
melakukan hubungan seksual.
Khayalan, dorongan seksual, atau perilaku menyebabkan penderitaan yang bermakna
secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosil, pekerjaan, atau fingsi penting lainnya.

F65.4 Pedofilia

Pedofilia merupakan gangguan psikoseksual, yang mana fantasi atau tindakan seksual
dengan anak-anak prapubertas merupakan cara untuk mencapai gairah dan kepuasan
seksual. Perilaku ini mungkin diarahkan terhadap anak-anak berjenis kelamin sama atau
berbeda dengan pelaku.
Pedoman Diagnostik menurut Pedofilia PPDGJ III
Preferensi seksual terhadap anak-anak, biasanya pra-pubertas atau awal masa pubertas, baik
laki-laki maupun perempuan
Pedofilia jarang ditemukan pada perempuan
Preferensi tersebut harus berulang dan menetap
Termasuk : laki-laki dewasa yang mempunyai preferensi partner seksual dewasa, tetapi
karena mengalami frustasi yang kronis untuk mencapai hubungan seksual yang diharapkan,
maka kebiasaanya beralih kepada anak-anak sebagai pengganti.
Kriteria Diagnostik Pedofilia menurut DSM-IV
Selama waktu sekurangnya 6 bulan, terdapat khayalan yangmerangsang secara seksual,
dorongan seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat berupa aktivitas seksual dengan
anak prapubertas atau dengan anak-anak(biasanya berusia 13 tahun atau kurang)
Khayalan, dorongan seksual, atau perilaku menyebabkan penderitaan yang bermakna secara
klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
Orang sekurangnya berusia 16 tahun dan sekurangnya berusia 5 tahun lebih tua dari anak,
atau anak-anak dalam kriteria A.

F65.5 Sadomasokisme
Sadisme seksual adalah preferensi mendapatkan atau meningkatkan kepuasan seksual dengan cara
menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun mental. Perbuatan sadistik dalam bersetubuh antara lain
memukul, menampar, menggigit, mencekik, menoreh mitranya dengan pisau, menyayat-nyayat mitranya
dengan benda tajam. Juga bisa dengan mengeluarkan kata-kata kotor, penyiksaan berat sampai dengan
pembunuhan untuk mendapatkan kepuasan seks dan untuk mendapatkan orgasme adalah puncak dari
sadisme dimana tubuh korban dirusak dan dibunuh dengan kejam. Biasanya hal ini dilakukan dengan kondisi
jiwa psikotik.
Kriteria Diagnostik Sadomasokisme menurut PPDGJ-III
Preferensi terhadap aktivitas seksual yang melibatkan pengikatan atau menimbulkan rasa sakit atau
penghinaan; (individu yang lebih suka untuk menjadi resipien dari perangsangan demikian disebut
masokisme, sebagai pelaku = sadism)
Seringkali individu mendapatkan rangsangan seksual dari aktivitas sadistik maupun masokistik.
Kategori ini hanya digunakan apabila sadomasokistik merupakan sumber rangsangan yang penting
pemuasan seksual.
Harus dibedakan dari kebrutalan dalam hubungan seksual atau kemarahan yang tidak berhubungan dengan
erotisme.

Kriteria Diagnostik Untuk Sadisme Seksual menurut DSM-IV
Selama waktu sekurangnya 6 bulan, terdapat khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual,
atau perilaku yang berulang dan kuat berupa tindakan (nyata atau disimulasi) dimana penderitaan korban
secara fisik atau psikologis (termasuk penghinaan) adalah menggembirakan pelaku secara seksual.
Khayalan, dorongan seksual, atau perilaku menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

F65.6 Gangguan Preferensi


Seksual Multipel
Kadang kadang lebih dari satu
gangguan preferensi seksual yang
terjadi pada seseorang dan tidak
satupun lebih diutamakan daripada
yang lainnya. Kombinasi yang paling
sering adalah fetihisme,
transvestisme dan sadomasokisme.

F65.8 Gangguan Preferensi Seksual Lainya


Suatu varietas dari pola lain pada preferensi dan aktivitas seksual mungkin terjadi, yang
masing masing relatif tidak lazim. Ini mencakup kegiatan seperti melakukan panggilan
telepon cabul, menggosok menempel pada orang untuk stmulasi seksual di tempat umum
yang ramai (frotteurisme), aktivitas seksual dengan binatang. Menggunakan cekikan atau
anoksia untuk mengintensifkan kepuasan seksual dan kepuasan terhadap partner dengan cacat
badan tertentu seperti tungkai yang diamputasi.
Frotteurisme
Frotteurisme biasanya ditandai oleh seorang laki-laki yang menggosokkan penisnya kepada
bokong atau bagian tubuh seorang wanita yang berpakaian lengkap untuk mencapai orgasme.
Kriteria diagnostik Frotteurisme menurut DSM-IV
Selama waktu sekurangnya 6 bulan, terdapat khayalan yang merangsang secara seksual,
dorongan seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat berupa menyentuh atau bersenggolan
dengan orang yang tidak menyetujuinya.
Khayalan, dorongan seksual, atau perilaku yang menyebabkan penderitaan yang bermakna
secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya

Nekrofilia
Nekrofilia adalah obsesi untuk mendapatkan kepuasan seksual dari mayat. Sebagian besar
orang dengan nekrofilia mendapatkan mayat untuk eksploitasinya dari rumah mati.

Anda mungkin juga menyukai