Anda di halaman 1dari 12

Obat adrenergik dikelompokkan menjadi

Perangsangan organ perifer


Otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa, serta kelenjar liur dan
keringat
Penghambatan organ perifer
Otot polos usus, bronkus, dan pembuluh darah otot rangka
Perangsangan jantung
Peningkatan denyut jantung dan kekuatan konstraksi
Perangsangan SSP
Perangsangan pernapasan, peningkatan kewaspadaan, aktivitas
psikomotor, dan pengurangan nafsu makan
Efek metabolik
Peningkatan glikogenolisis di hati dan otot, lipolisis dan pelepasan asam
lemak bebas dari jaringan lemak
Efek endokrin
Modulasi sekresi insulin,renin, dan hormon hipofisis
Efek prasinaptik
Dengan akibat hambatan atau peningkatan pelepasan neurotransmitter
NE atau ACh (secara fisiologis, efek hambatan lebih penting)

Obat Adrenergik
Epinefrin
merupakan
prototipe
obat
kelompok
adrenergik. Epinefrin bekerja pada semua reseptor
adrenergik 1, 2, 1, dan 2. Pada umumnya
pemberian Epi menimbulkan efek mirip stimulasi saraf
adrenergik. Efek yang paling menonjol adalah efek
terhadap jantung, otot polos pembuluh darah, dan otot
polos lain. Pada pemberian oral Epi tidak mencapai
dosis terapi karena sebagian besar dirusak oleh enzim
COMT dinding usus dan hati. Pada penyuntikan Sub
kutan absorbsi lambat karena vasokonstriksi lokal,
namun dapat dipercepat dengan memijat tempat
suntikan. Absorbsi yang lebih cepat dapat dilakukan
dengan penyuntikan

Norepinefrin
Obat
ini
juga
dikenal
sebagai
levarterenol,
I-arterenol
atau
Inoradrenalin,
dan
merupakan
nuerotransmitter yang dilepas oleh
serat pascaganglion adrenergik. NE
bekerja terutama pada reseptor ,
tetapi efeknya masih lebih lemah jika
dibandingkan dengan Epi. NE memiliki
efek 1 pada jantung yang sebanding
dengan Epi, tetapi hampir tidak
memperlihatkan efek 2.

ISOPROSTERENOL
Obat
ini
yang
juga
dikenal
sebagai
isopropilnorepinefrin,
isopropilarterenol,
dan
isoprenalin, kerjanya paling kuat pada semua
reseptor , dan hampir tidak bekerja pada reseptor
. Isoproterenol melalui aktivasi reseptor 2,
menimbulkan relaksasi hampir semua jenis otot
polos. Efek ini jelas terlihat bila tonus otot tinggi dan
paling jelas pada otot polos bronkus dan saluran
cerna. Isoproterenol mencegah atau mengurangi
bronkokonstriksi. Pada asma, selain menimbulkan
bronkodilatasi, isoproterenol juga menghambat
pelepasan histamin dan mediator inflamasi lainnya
akibat reaksi antigen antibodi, efek ini juga dimiliki
oleh 2 agonis selektif.

DOPAMIN
Prekursor NE ini mempunyai kerja
langsung pada reseptor dopaminergik dan
adrenergik,
juga
melepaskan
NE
endogen. Dopamin melepas NE endogen
yang menambah efeknya pada jantung.
Dopamin meningkatkan tekanan sistolik
dan tekanan nadi tanpa mengubah
tekanan diastolik (sedikit meningkat).
Akibatnya,
dopamin
berguna
untuk
keadaan curah jantung rendah disertai
dengan gangguan sistem ginjal.

AMFETAMIN
Salah satu amin simpatomimetik yang paling kuat
dalam merangsang SSP, di samping memiliki
kerja perifer pada reseptor dan melalui
pelepasan NE endogen. Amfetamin merangsang
pusat napas di medula oblongata dan mengurangi
depresi sentral yang ditimbulkan oleh berbagai
obat. Amfetamin seringkali digunakan untuk
menunda kelelahan, dalam hal ini amfetamin
digunakan untuk mengurangi frekuensi hilangnya
perhatian
akibat
kurang
tidur
sehingga
memperbaiki
pelaksanaan
tugas
yang
memerlukan perhatian terus menerus. Kebutuhan
tidur dapat ditunda, namun tidak bisa dihilangkan.

EFEDRIN, PSEUDOEFEDRIN, DAN FENILPROPANOLAMIN


Efedrin adalah alkaloid yang terdapat dalam
tumbuhan yang disebut efedra atau ma huang. Efek
farmakodinamik efedrin lebih banyak menyerupai efek
Epi. Perbedaannya adalah efedrin bukan merupakan
kotekolamin, maka efektif pada pemberian oral, masa
kerjanya jauh lebih panjang, efek sentralnya jauh lebih
kuat, namun dosis yang dibutuhkan jauh lebih besar.
Seperti halnya Epi, efedrin bekerja pada reseptor 1,
1, 2,.
Fenilpropanolamin memiliki efek farmakodinamik
menyerupai efedrin dan potensinya hampir sama
dengan efedrin namun obat ini kurang menimbulkan
rangsangan terhadap SSP.
Pseudoefedrin
Merupakan salah satu enantiomer efedrin tetapi
potensinya lebih rendah.

AGONIS SELEKTIF RESEPTOR 1,


Dobutamin menimbulkan efek inotropik
lebih kuat daripada efek kronotropik jika
dibandingkan dengan isoproterenol. Hal
ini disebabkan oleh resistensi perifer
yang trelatif tidak berubah (akibat
vasokonstriksi
melaui
reseptor
1
diimbangi oleh vasodilatasi melalui
reseptor
2)
sehingga
tidak
menimbulkan efek takikardi atau karena
reseptor 1 di jantung menambah efek
inatropik obat ini.

AGONIS SELEKTIF RESEPTOR 2


Dalam
golongan
ini
termasuk
metaproterenol,
salbutamol,
terbutalin,
fenoterol,
formoterol,
prokaterol,
salmeterol,
pirbuterol,
bitolterol, isoetarin, dan ritodrin. Pada
dosis kecil kerja obat ini pada reseptor
2 jauh lebih kuat jika dibandingkan
pada reseptor 1 namun apabila
dosisnya
ditinggikan
maka
efek
selektifnya akan menghilang

AGONIS SELEKTIF RESEPTOR 1


Metoksamin, merupakan agonis reseptor 1 yang hampir
murni, dan kerjanya secara langsung. Obat ini tidak
memengaruhi reseptor 1 ataupun 2 dan tidak memiliki
efek sentral. Efeknya berupa peningkatan tekanan darah
diastolik dan sistolik yang seluruhnya berdasarkan
vasokonstriksi disertai dengan refleks bradikardia yang
dapat diblok dengan atropin. Obat ini digunakan untuk
pengobatan hipotensi.
Fenilefrin, memiliki efek mirip metoksamin dan digunakan
untuk indikasi yang sama
Mefentermin, bekerja secara langsung maupun melalui
pelepasan NE endogen dan memiliki banyak persamaan
dengan efedrin. Obat ini memperkuat kontraksi jantung
dan
menimbulkan
vasokonstriksi
perifer
sehingga
meningkatkan curah jantung tekanan sistolik dan diastolik.
Metaraminol memiliki kerja langsung pa. Obat da reseptor
vaskular dan kerja tidak langsung. Digunakan untuk
pengobatan hipotensi

AGONIS RESEPTOR 2
Klonidin adalah antihipertensi. Obat ini merangsang
adrenoseptor 2 di SSP maupun perifer tetapi efek
antihipertensinya akibat perangsangan 2 di SSP.
Guanfasin bersifat lebih selektif jika dibandingkan
klonidin. Seperti klonidin guanfansin menurunkan
tekanan darah melalui aktivasi reseptor 2 sentral
sehingga mengurangi aktivitas sistem simpatis.
Metildopa, obat ini dapat dengan mudah masuk ke
SSP dan mengalami dekarboksilasi serta hidroksilasi.
ADRENERGIK LOKAL PADA HIDUNG ATAU MATA
AGONIS RESEPTOR 1
Obat-obat adrenergik terutama digunakan sebagai
vasokonstriktor untuk pemakaian lokal pada mukosa
hidung atau pada mata adalah propilheksedrin,
nafazolin, tetrahidrozolin, oksimetazolin, dan
xilometazolin.

Anda mungkin juga menyukai