Anda di halaman 1dari 18

CSSD (Central Sterile

Supply Department)
Kelompok 9
41. Ranti Fadila
42. Riri Adekurnia
43. Risa Hestia
44. Riska Pratiwi
45. Riyan Sulaiman

Rumah sakit sebagai institusi penyedia


pelayanan kesehatan berupaya untuk
mencegah risiko terjadinya infeksi bagi
pasien dan petugas rumah sakit. Salah
satu
indikator
keberhasilan
dalam
pelayanan rumah sakit adalah rendahnya
angka infeksi nosokomial di rumah sakit.
Untuk mencapai keberhasilan tersebut
maka perlu dilakukan pengendalian infeksi
di rumah sakit.

Pusat sterilisasi merupakan satu mata rantai yang


penting untuk pengendalian infeksi dan berperan
dalam upaya menekan kejadian infeksi. Untuk
melaksanakan tugas dan fungsi sterilisasi, Pusat
Srerilisasi sangat bergantung pada unit penunjang
lain seperti unsur pelayanan medik, unsur
penunjang medik maupun instalasi antara lain
perlengkapan, rumah tangga, pemeliharaan
sarana rumah sakit, sanitasi dan lain-lain. Apabila
terjadi hambatan pada salah satu sub unit diatas
maka pada akhirnya akan menggangu proses dan
hasil sterilisasi.

Central Sterile Supply Department (CSSD)


atau Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi
merupakan satu unit atau departemen
dari rumah sakit yang menyelenggarakan
proses pencucian, pengemasan, sterilisasi
terhadap semua alat atau bahan yang
membutuhkan kondisi steril.

Penanggung jawab CSSD ini adalah seorang


apoteker. Berdirinya CSSD di rumah sakit dilatar
belakangi oleh:
a. besarnya angka kematian akibat infeksi
nosokomial.
b. kuman mudah menyebar, mengkontaminasi
benda dan menginfeksi manusia di lingkungan
rumah sakit.
c. Merupakan salah satu pendukung jaminan
mutu pelayanan rumah sakit, maka peran dan
fungsi CSSD sangat penting.

Struktur Organisasi Instalasi Pusat


Sterilisasi
Instalasi pusat sterilisasi dipimpin oleh
seorang Kepala Instalasi (dalam jabatan
fungsional)
dan
bertanggung
jawab
langsung kepada Wakil Direktur Penunjang
Medik. Hal-hal yang perlu dilaksanakan
agar instalasi pusat sterilisai dapat
berjalan sebagaimana mestinya adalah
perlunya pembagian pekerjaan dalam
jabatan fungsional.

Skema Struktur Organisasi Instalasi Pusat


Sterilisasi

Tugas utama dari CSSD


1) Menyiapkan
peralatan
medis
untuk
perawatan pasien.
2) Melakukan proses sterilisai alat/bahan.
3) Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan
oleh ruangan perawatan, kamar operasi
maupun ruangan lainnya.
4) Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan
bahan yang aman dan efektif serta bermutu.
5) Mempertahankan
stok
inventori
yang
memadai untuk keperluan perawatan pasien.
6) Mempertahankan
standar
yang
telah
ditetapkan.

7) Mendokumentasikan
setiap
aktivitas
pembersihan, disinfeksi maupun sterilisasi
sebagai
bagian
dari
program
upaya
pengendalian mutu.
8) Melakukan
penelitian
terhadap
hasil
sterilisasi dalam rangka pencegahan dan
pengendalian
infeksi
bersama
dengan
panitia pengendalian infeksi nosokomial.
9) Memberikan penyuluhan tentang hal-hal
yang berkaitan dengan masalah sterilisasi.
10)Menyelenggarakan
pendidikan
dan
pengembangan staf instalasi pusat sterilisasi
baik yang bersifat intern maupun ekstern.
11)Mengevaluasi hasil sterilisasi.

Alur aktivitas fungsional CSSD dimulai dari


proses
pembilasan,pembersihan/dekontaminasi,
pengeringan, inspeksi dan pengemasan,
memberi label, sterilisasi, penyimpanan
sampai proses distribusi. Lokasi CSSD
sebaiknya
berdekatan
dengan
ruangan
pemakai alat/bahan steril terbesar di rumah
sakit. Dengan pemilihan lokasi seperti ini
maka selain meningkatkan pengendalian
infeksi
dengan
meminimalkan
resiko
kontaminasi silang, serta meminimalkan lalu
lintas transportasi alat steril.

Ketersediaan
ruangan
CSSD
yang
memadai merupakan suatu keharusan
untuk keefisienan dan keoptimalan fungsi
kerja CSSD. Untuk menghindari terjadinya
kontaminasi silang dari ruang kotor ke
ruang bersih, maka ruangan CSSD dibagi
menjadi 5 bagian:

1. Ruang dekontaminasi: terjadi proses


penerimaan
barang
kotor,
melakukan
dekontaminasi
dan
pembersihan.
Ruang
dekontaminasi harus direncanakan,dipelihara,
dan dikontrol untuk mendukung efisiensi
proses dekontaminasi dan untuk melindungi
pekerja
dari
benda-benda
yang
dapat
menyebabkan
infeksi,racun
dan
hal-hal
berbahaya lainnya. Sistem ventilasi harus
didesain sedemikian rupa sehingga udara di
ruang dekontaminasi harus:

a) Dihisap keluar atau ke sistem sirkulasi udara


yang mempunyai filter.
b) Tekanan
udara
harus
negatif
tidak
mengkontaminasi udara ruangan lainnya.
c) Tidak dianjurkan menggunakan kipas angin.
2. Ruang pengemasan alat: untuk melakukan
pengemasan dan penyimpanan alat/barang
bersih. Pada ruang ini dianjurkan ada
tempat penyimpanan tertutup.

3. Ruang produksi dan prossesing: linen


diperiksa, dilipat, dan dikemas untuk
persiapan sterilisasi. Selain linen, pada
daerah ini dipersiapkan pula bahanbahan
seperti kain kasa, cotton swab, dan lain-lain.
4. Ruang sterilisasi: tempat dimana proses
sterilisasi dilakukan. Untuk sterilisasi Etilen
Oksida, sebaiknya dibuatkan ruang khusus
yang terpisah tetapi masih dalam satu unit
pusat sterilisasi dan dilengkapi exhaust.

5. Ruang penyimpanan barang steril. Ruang ini sebaiknya


dekat dengan ruang sterilisasi. Apabila digunakan mesin
sterilisasi dua pintu, maka pintu belakang langsung
berhubungan dengan ruang penyimpanan. Dinding dan
lantai ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat sehingga
mudah dibersihkan, alat steril disimpan pada jarak 19 24
cm dari lantai dan minimum 43 cm dari langit-langit serta 5
cm dari dinding serta diupayakan untuk menghindari
terjadinya penumpukan debu pada kemasan, serta alatalat
steril tidak disimpan dekat wastafel atau saluran pipa
lainnya. Akses ke ruang penyimpanan steril dilakukan oleh
petugas pusat sterilisasi yang terlatih, bebas dari penyakit
menular dan menggunakan pakaian yang sesuai dengan
persyaratan.

Aktivitas Fungsional CSSD


1. Pembilasan : Pembilasan alat-alat yang telah
digunakan tidak dilakukandiruang perawatan
2. Pembersihan : Semua peralatan pakai ulang
harus dibersihkan secara baiksebelum dilakukan
proses disinfeksi dan sterilisasi
3. Pengeringan : Dilakukan sampai kering
4.Inspeksi dan pengemasan : Setiap alat
bongkar pasang harus diperiksakelengkapannya,
sementara untuk bahan linen harus diperhatikan
densitas maksimumnya.

5.Memberi Label : Setiap kemasan harus mempunyai


label yang menjelaskanisi dari kemasan, cara sterilisasi,
tanggal sterilisasi, dan kadaluarsa proses sterilisasi
6. Pembuatan: membuat dan mempersiapkan kapas
serta kasa balut yangkemudian akan disterilkan
7. Sterilisasi : Sebaiknya diberikan kepada staf yang
terlatih
8. Penyimpanan : Harus diatur secara baik dengan
memperhatikan kondisipenyimpanan yang baik
9. Distribusi : Dapat dilakukan berbagai sistem
distribusi sesuai dengan RumahSakit masing-masing

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2009.Pedoman
Instalasi Pusat Sterilisasi (Central Sterile
Supply Department/CSSD) Di Rumah Sakit.
Jakarta : DepKes RI.

Anda mungkin juga menyukai