Anda di halaman 1dari 48

ANTIGEN

dr. Nanik Marfuati

Pendahuluan
Antigen dan Karakteristiknya
Faktor yg mempengaruhi imunogenisitas Antigen
Spesifisitas dan Reaksi Silang Antigen
Klasifikasi Antigen
Kepentingan Klinis

ORGAN SISTEM IMUN

Primary lymphoid organs

Secondary lymphoid organs

Definisi
Antigen: substansi yang dapat bereaksi dengan
produkproduk dari respon imun secara spesifik seperti
Antibodi (Imunoglobulin) atau TCR (T Cell Reseptor)
sebagai target dari respon imun.
Antigen dapat berasal dari organisme
(bakteri, virus,
jamur dan parasit) atau molekul asing bagi
tubuh.

Antigen

: substansi yang bereaksi dengan produk dari respon imun


spesifik

Immunogen : substansi yang menginduksi respon imun spesifik


Epitop

: bagian dari antigen yang berhubungan dengan produk


dari respon imun spesifik

Epitop / Determinan Antigen bagian dari

antigen yang dapat mengenal / menginduksi


pembentukan antibodi
Paratop

bagian

mengikat epitop

dari

antibodi

yg

dpt

Antigen adalah bahan yang dapat bereaksi


dengan komponen sistem imun

ditimbulkan oleh bahan yang


disebut imunogen

Semua imunogen adalah antigen


tetapi tidak semua antigen
imunogenik

Sifat Antigen
- Merupakan makromolekul, dpt berupa polipeptida,
polisakarida atau glikoprotein.
-Tidak mudah hancur atau terurai oleh cairan tubuh
(darah, limfa, dsb).
-Tidak setiap bagian dari antigen dapat berinteraksi
dengan molekul sistem imun.
-Bagian dari antigen yg secara langsung berikatan dengan
molekul reseptor ( antibodi) disebut epitop
antigen mempunyai beberapa epitop.

Epitop : Bagian Antigen yang


berinteraksi
dengan Antibodi

Hapten adalah molekul organik kecil yang

dapat

mengikat

dapat

menginduksi

diikatkan

bagian

dengan

reseptor

antibodi
carrier

antigen,

hanya

protein

jika
yang

mempunyai berat molekul tinggi atau polimer


sintetik. Contoh : zat kimia alergenik,penisilin.

Sifat antigenisitas
----ditentukan terutama oleh struktur molekul
Perubahan konformasi mengubah
antigenesitas
Interaksi antar molekul membentuk
molekul lebih kompleks mengubah
antigenesitas

Faktor Yang Mempengaruhi Imunogenisitas


Antigen
Imunogenesitas tergantung pada
1. Keasingan (foreigness)
2. Sifat kimia kompleksitas dan ukuran
3. Kondisi sistem imun tubuh
4. Banyaknya antigen yang terpapar
5. Rute pemberian/kontak
6. Sensitivitas metode yang digunakan untuk
mengukur respons imun

Faktor-faktor yang
mempengaruhi imunogenisitas
1. Keasingan :

Sistem imun dapat membedakan antara


molekul self dan non self yang biasanya
bersifat imunogenik
albumin murni dari serum kelinci
disuntikkan pada binatang lain atau
manusia akan menimbulkan respons
imun yang nyata.

Faktor-faktor yang mempengaruhi imunogenisitas

2. Sifat kimia
- Ukuran molekul
Zat dengan molekul kecil seperti asam
amino dan monosakharida tidak bersifat
imunogenik.
Umumnya zat mempunyai BM lebih kecil
10.000 dalton bersifat imunogenik
lemah atau tidak imunogenik, namun
zat protein dengan BM lebih besar dari
100.000 kebanyakan merupakan
imunogen yang sangat poten.

Faktor-faktor yang mempengaruhi imunogenisitas

- Kerumitan struktur kimiawi


Molekul harus memiliki derajat kerumitan tertentu dari
strukturnya agar bersifat imunogenik. Makin rumit atau
kompleks semakin imunogenik.
molekul homopolimer yang tersusun oleh satu jenis

asam amino walaupun merupakan molekul berukuran


besar bersifat sebagai imunogen lemah (polialanin,
polilisin, dan sebagainya ).
Sedangkan molekul kopolimer yang tersusun atas 2

jenis asam amino, atau lebih, mungkin sangat aktif.


Adanya gugus asam amino aromatik (tirosin) akan

lebih imunogenik daripada gugus non-aromatik.

3. Kondisi sistem imun tubuh


Kemampuan untuk mengadakan respons imun

terhadap antigen tergantung pada :


- Faktor genetik (Species, Individual)
- Umur, jenis kelamin dan kondisi kesehatan

polisakharida murni akan bersifat imunogenik


bila disuntikkan ke mencit atau manusia,
namun tidak pada marmut.

4. Dosis
Setelah dosis minimal dilampaui, makin tinggi
dosis akan meningkatkan respons imun secara
sebanding, tetapi pada dosis tertentu akan
terjadi sebaliknya yaitu menurunnya respons
imun atau bahkan dapat menghilangkan sama
sekali yaitu suatu keadaan yang disebut
toleransi imunologik.

5. Rute pemberian
Rute pemberian antigen mempengaruhi baik
kekuatan
maupun jenis respon

subkutan (s.c)
intradermal(i.d.) (antara subkutan dengan dermis
intramuscular(i.m.)
intravena(i.v.)
Transfusi langsung ke sirkulasi
per oral administration ke GI tract
Intranasal (i.n) atau inhalasi ke saluran napas
intraperitoneal

Antigen yang diberikan subkutan umumnya


menghasilkan respons terkuat
kemungkinan karena antigen segera
diproses oleh sel-sel Langerhans di kulit dan
segera dipresentasikan di nodus limfatikus
lokal
sering digunakan untuk tujuan memperoleh
antibodi terhadap antigen tertentu

Spesifisitas & Reaksi Silang


- Spesifisitas
kemampuan antibody combining site tunggal untuk dapat bereaksi dengan satu
determinan antigenik
atau
kemampuan populasi antibodi tertentu untuk bereaksi dengan satu jenis antigen
Antibodi dapat membedakan
1) struktur primer antigen,
2) bentuk isomer antigen, dan
3) struktur sekunder atau tersier antigen

- Reaksi Silang (Cross reactivity)


kemampuan antibody combining site tunggal
bereaksi terhadap lebih dari satu determinan
antigenik
atau
kemampuan populasi antibodi tertentu bereaksi
dengan lebih dari satu jenis antigen
sebab:
1. determinan antigenik umum
2. determinan antigenik antigen yang bereaksi
silang berstruktur mirip

Klasifikasi Antigen ( Ag )
1.

Jenis Antigen Menurut Epitop :


Unideterminan Univalen,
Unideterminan Multivalen, Multideterminan
Univalen,
Multideterminan Multivalen

protein

multideterminan
Univalen

Kimiawi
komplek
s

Multideterminan
multivalen

hapten

Unideterminan
univalen

Poli
sakarida

Unideterminan
multivalen

JENIS ANTIGEN BERDASAR EPITOP

2.

Jenis Antigen menurut

ketergantungannya

pada sel T
saat Ag

menginduksi respon imun humoral

T dependen perlu pengenalan oleh sel T terlebih


dahulu untuk dapat menimbulkan respons antibodi.
Misalnya protein
T independen dapat merangsang sel B tanpa
bantuan sel T untuk membentuk antibodi. Contoh
molekul besar polimerik yang dipecah di dalam tubuh
secara

perlahan-lahan,

misalnya

lipopolisakarida,

3. Jenis Antigen Menurut Spesifitasnya

Heteroantigen :

pada jaringan dari spesies yang

berbeda

Xenoantigen : hanya dimiliki spesies tertentu

Alloantigen :

spesifik untuk individu dalam satu

spesies

Autoantigen : dimiliki oleh alat tubuh sendiri

4. Jenis Antigen Menurut Sifat Kimiawinya


1.

2.

3.

4.

Polisakarida
bersifat imunogenik
bagian permukaan sel mikroorganisme,
eritrositgol . darah
respon imun: pembentukan antibodi
Lipid

non-imunogenik

hapten imunogenik bila berikatan dg carrier


protein

contoh: sphingolipid
Asam Nukleat
non-imunogenik

imunogenik bila berikatan dg carrier protein

contoh: dna pada SLE


Protein
imunogenik

KLASIFIKASI ANTIGEN
SUMBER

JENIS

CONTOH

ARTI KLINIS

EXOGEN

BANYAK JENIS

MICROORGANISME,
POLUTAN,OBAT2AN

KERENTANAN THD INF,


PENY DG MEDIATOR
IMUNOLOGIS

ENDOGEN
(XENOGENEIC/HETERO
LOG)

XENO/HETEROANTIGEN

Ag JARINGAN YG
CROS REACTION

GLOMERULONEFRITIS,
DEMAM REMATIK

AUTOLOG

AUTOANTIGEN

Ag ORGAN SPESIFIK

PENY.AUTOIMUN

ALOGENEIC
(HOMOLOG)

ALO/ISOANTIGEN

GOL.DRH,MHC/HLA

PENY HEMOLITIK PD
NEONATUS,
RX TRANSFUSI,
RX TRANSPLANTASI

Antigen endogen (termasuk


antigen virus) akan diproses di
retikulum endoplasma dan
dipresentasikan oleh molekul
MHC kelas I kepada sel T CD8+.
Antigen eksogen diproses di
lisosom (endosom) dan
dipresentasikan oleh molekul
MHC kelas II kepada sel T CD4+

Major Histocompatability Complex (MHC)


Di

dalam

tubuh

mempunyai

sistem

marker

glikoprotein yang dikode oleh gen yang dikenal


dengan Histocompatability Complex (MHC). Molekul
ini melekat pada permukaan membran sel
Protein tersebut sangat berperan dlm komunikasi

antara sel dan respon imun dalam tubuh, termasuk


kemampuan merespon tipe antigen.
Molekul MHC terdiri dari 3 klas yaitu: MHC-I, MHC-II

dan

MHC-III.

Setiap

klas

berbeda dalam regulasi imun.

mempunyai

peranan

Protein MHC kelas I

Protein MHC kelas I ditemukan pada semua permukaan


sel berinti. Protein ini bertugas mempresentasikan
antigen peptida ke sel T sitotoksik (Tc) yang secara
langsung akan menghancurkan sel yang mengandung
antigen asing tersebut.
Protein MHC kelas II
Protein MHC kelas I terdapat pada permukaan sel B,
makrofag, sel dendritik, dan beberapa sel penampil
antigen (antigen presenting cell atau APC) khusus.
Melalui protein MHC kelas II inilah, APC dapat
mempresentasikan antigen ke sel-T penolong (Th) yang
akan menstimulasi reaksi inflamasi atau respon antibodi.
Protein MHC kelas III
sekresi komponen komplemen C2 dan C4

Sel T dan sel B mengenali antigen

melalui reseptor antigen. Pada sel B


reseptor antigennya merupakan molekul
antibodi yang mengikat membran (IgM
atau IgD). Ketika sel B mengikat
antigen, maka sel B akan menjadi
matang untuk memproduksi sel plasma.
Selanjutnya sel plasma mensekresi
antibodi yang spesifik terhadap antigen
dan identik dengan reseptor yang
original pada permukaan sel B.

Reseptor antigen pada sel T adalah

merupakan immunoglobulin like molecule


yang bereaksi dengan molekul MHC yang
mengikat antigen di permukaan dengan
baik. Jadi sel T pada saat aktif tidak
memproduksi antibodi, tetapi
memproduksi limfokin (lymphokines).
Substansi ini mempunyai berat molekul
rendah yang berfungsi mengirim signal
pada sel sistem imun untuk bereaksi
terhadap target sel mati, pengaktifan
makrofag, proliferasi sel limfosit dan
migrasi sel.

Sel T teraktifasi terhadap antigen, jika

antigen sudah diproses oleh APC, tetapi


juga tergantung dari jenis MHC yang
terlibat, sel T cytotoxic (CD8+) atau sel Thelper (CD4+).
Jika APC mempresentasikan antigen
berikatan dengan MHC-I, maka sel yang
distimulasi adalah sel T cytotoxic (CD8+),
tetapi jika yang dipresentasikan MHC-II,
maka yang distimulasi adalah sel T-helper
(Th).
Sel T cytotoxic bertugas secara langsung
membunuh sel target, sedangkan sel T
helper berfungsi untuk mensekresi
bermacam-macam interleukin untuk
memprovokasi aktivitas sel B dan sel T

Antigen-presenting
Cel (APC)
Antigen-presenting Cel (APC) atau sel
aksesori adalah sel asing yang menampilkan
antigen kompleks dengan major
histocompatibility complex (MHC) pada
permukaannya. T-sel dapat mengenali
kompleks mereka menggunakan T-sel
reseptor (TCRs). Sel ini memproses antigen
dan menyajikan untuk T-sel.

Fungsi utama sel sebagai sel penampil


antigen (antigen-presenting cell)
terdapat pada sifat fagositik yang
mengikat antigen yang terlepas dari
mekanisme pertahanan awal dan
menampilkan fragmen protein dari
antigen tersebut pada kompleks MHC
bagi sel T dan sel B.Antigen yang
diikat oleh sel dendritik akan ditelan
ke dalam sitosol dan dipotong menjadi
peptida untuk kemudian diekspresikan
menuju ke permukaan sel sebagai

Sel APC mensintesis molekul MHC


kelas II secara terus-menerus di
retikulum endoplasma.
Antigen endogen (termasuk antigen
virus) akan diproses di retikulum
endoplasma dan dipresentasikan oleh
molekul MHC kelas I kepada sel T
CD8+, sedangkan antigen eksogen
diproses di lisosom (endosom) dan
dipresentasikan oleh molekul MHC
kelas II kepada sel T CD4+

Jenis sel yang dapat bertindak sebagai

APC antara lain makrofag, sel dendrit, sel


B, dan sel Langerhans.

Kepentingan Klinis
- Patogen dan produknya

Bacteria ,virus
Eksotoksin :
- dihasilkan oleh bakteri gram positif
-sangat kuat antigenisitas dan
patogenisitasnya
Antitoksin adalah antibodi yang dihasilkan oleh
rangsangan eksotoksin .

- Vaksinasi
Vaksin adalah contoh antigen imunogenik yang
sengaja diberikan untuk menimbulkan kekebalan
yang diperoleh si penerima
-Antigen xenogenik
Mempunyai arti penting dalam klinis, yaitu reaksi
silang antara antigen-antigen streptokokus
betahemo litikus grup A dengan jaringan jantung
manusia yang sering menyebabkan reaksi silang
dengan jaringan glomerulus ginjal sehingga
menyebabkan penyakit glomerulus nephritis akut
pada ginjal.

- Antigen dan Golongan Darah


Antigen membentuk dasar dari klasifikasi golongan
darah ABO dan rhesus (faktor Rh).
Antigen melapisi membran sel permukaan eritrosit
(sel darah merah) untuk gol. darah A, B, dan AB.
Eritrosit darah tipe O tidak memiliki antigen. Eritrosit
juga mungkin memiliki antigen Rh, ditunjuk sebagai
"positif"

bila

digunakan

untuk

mengidentifikasi

golongan darah. Misalnya, eritrosit A + tipe


antigen A dan Rh. Eritrosit O- tidak memiliki
antigen ABO dan antigen Rh.

2. HLA system (Human leukocyte


antigen)
adalah MHC Antigen pada manusia
Antigen permukaan tersebut
pertama
kali digambarkan pada leukosit
Pada penderita yang telah
mendapat
transfusi darah berulangkali
ditemukan Ab
yang dapat menggumpalkan lekosit

Tumor antigen
Tumor specific Ag ( TSA)

Hanya diekspresikan oleh sel tumor, tidak


oleh sel normal.
Tumor associated Ag (TAA)

Yg terdapat pada sel tumor dan beberapa sel normal,


misalnya Carcino Embrionic Antigen (CEA),Alfa feto
protein (AFP)

SELAMAT BELAJAR

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai