PENDAHULUAN
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih
dari 24 jam, berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan di- sebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena
trauma maupun infeksi. Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba
dapat disebabkan oleh iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan
oleh oklusi fokal pembuluh darah otak yang menyebabkan turunnya suplai
oksigen dan glukosa ke bagian otak yang mengalami oklusi. Munculnya tanda dan
gejala fokal atau global pada stroke disebabkan oleh penurunan aliran darah otak.
Oklusi dapat berupa trombus, embolus, atau tromboembolus, menyebabkan
hipoksia sampai anoksia pada salah satu daerah percabangan pembuluh darah di
otak tersebut. Stroke hemoragik dapat berupa perdarahan intraserebral atau
perdarahan subrakhnoid.1
Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan
kontrol vaskuler terhadap gerakan motorik. Motor neuron melintas menyebabkan
gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan
kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan pada otak. Disfungsi
motor paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi
pada sisi otak berlawanan. Hemiparesis, atau kelemahan salah satu sisi tubuh
adalah tanda yang lain.2
Data WHO (2008), menunjukkan bahwa lebih dari 60% penderita stroke
didunia hidup di Negara berkembang. Peningkatan kejadian stroke di beberapa
NegaraAsia (China, India, dan Indonesia) ditenggara akibat pengaruh perubahan
pola hidup,polusi, dan perubahan pola konsumsi makanan. Stroke merupakan
gangguan fungsiotak yang terjadi mendadak akibat gangguan peredaran darah
otak. Stroke ada 2macam, yaitu stroke sumbatan dan stroke perdarahan.Angka
kejadian stroke sumbatan lebih tinggi dari pada stroke perdarahan(70% vs 30%).
Angka kejadian stroke meningkat akibat peningkatan faktor risikostroke misalnya
hipertensi, merokok, kadar kolesterol darah yang tinggi, dandiabetes. Jumlah
BAB II
CATATAN MEDIS
MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK ILMU SARAF
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiayah Semarang
I.
IDENTITAS
Nama
Umur
Agama
Suku
Alamat
Status
Diruang
Tanggal masuk RS
No RM
II.
: Tn. M
: 31 tahun
: Islam
: Jawa
: Tugurejo
: Menikah
: Bangsal Alamanda RSUD Tugurejo Semarang
: 30 Agustus 2016
: 470914
ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di Ruang Alamanda RSUD
Tugurejo Semarang.
1. Keluhan Utama
: pusing
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
3. sejak 5 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami
kecelakaan tunggal karena mabuk. Pasien terjatuh dengan posisi kepala
bagian samping kiri terbentur aspal, sempat pingsan 10 menit dan
muntah kemudian langsung dibawa ke rumah sakit.
Saat masuk IGD RS Tugurejo pasien mengeluh pusing berdenyut terus
menerus disertai keluar darah dari telinga kiri, nyeri kepala, dan terdapat
luka robek di kepala. Tidak terdapat keluhan sesak, kejang, dan kelemahan
anggota gerak.
Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Riwayat trauma sebelumnya :disangkal
b. Riwayat Hipertensi
: disangkal
c. Riwayat Diabetes Melitus
: disangkal
d. Riwayat epilepsi
: disangkal
e. Riwayat konsumsi alkohol : diakui
f. Riwayat konsumsi obat-obatan : disangkal
g. Riwayat merokok
: diakui
reguler.
Telinga
hematom (-)
Thorax
: Pulmo
Dextra
Sinistra
Depan
1. Inspeksi
Bentuk dada
Lateral
>Antero
Lateral
>Antero
posterior
posterior
Hemitorak
Simetris
Simetris
Dinamis
Simetris
Simetris
Hematom
Tidak ada
Tidak ada
Dextra = sinistra
Dextra = sinistra
Pelebaran ICS
(-)
(-)
Arcus Costa
(-)
(-)
Normal
Normal
2. Palpasi
Stem fremitus
Nyeri tekan
3. Perkusi
4. Auskultasi
Suara dasar
Sonor
diseluruh Sonor
di
seluruh
lapang paru
lapang paru
Vesikuler
Vesikuler
Suara tambahan
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
batas atas
pinggang jantung
kiri bawah
konfigurasi jantung
Auskultasi
: reguler
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas
Superior
Inferior
Akral dingin
-/-
-/-
Oedem
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
Capillary refill
< 2 detik/< 2
detik
< 2 detik/< 2
detik
6. Status Neurologis
Kesadaran
Orientasi
Daya ingat
Kemampuan Bicara
Sikap Tubuh
Gerakan abnormal
: Compos Mentis
: Baik
: Baik
: Baik
: Tampak sakit sedang
:-
: Normal
: Normal
Kanan
Kiri
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Normal
bebas
5-5-5
Normal
+ normal
bebas
5-5-5
Normal
+ normal
Bisep
+ normal
+ normal
Trisep
+ normal
+ normal
+ normal
+ normal
Kanan
Kiri
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Normal
bebas
5-5-5
Normal
(+) normal
normal
bebas
5-5-5
Normal
(+) normal
normal
Patella
ANGGOTA GERAK
BAWAH
Inspeksi:
Drop foot
Claw foot
Warna kulit
Sistem motorik
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Reflek fisiologik Sensibilitas
sensibilitas
Keterangan
Kanan
Kiri
Babinski
Chaddock
Oppenheim
Gordon
Schafner
Reflek Patologis
Mendel Becterew
Rossolimo
Gonda
Klonus Paha
Klonus Kaki
Kanan
Kiri
Daya pembau
Normal
Normal
N II. (OPTIKUS)
Daya penglihatan
Lapang pandang
Kanan
Normal
Normal
Kiri
Normal
Normal
N III.(OKULOMOTORIUS)
Ptosis
Reflek cahaya langsung
Gerak mata ke atas
Gerak mata ke bawah
Gerak mata medial
Ukuran pupil
Bentuk pupil
Kanan
(-)
Normal
Normal
Normal
Normal
2,5 mm
Bulat cental
reguler
Kiri
(-)
Normal
Normal
Normal
Normal
2,5 mm
Bulat
central
reguler
(-)
(-)
Diplopia
N IV. (TROKHLEARIS)
Gerak mata lateral bawah
Diplopia
Kanan
Normal
(-)
Kiri
Normal
(-)
N V. (TRIGEMINUS)
Kanan
Kiri
Menggigit
Membuka mulut
Reflek masseter
Sensibilitas
Reflek kornea
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
N VI. (ABDUSEN)
Gerak mata ke lateral
Diplopia
Kanan
Normal
(-)
Kiri
Normal
(-)
N VII. (FASIALIS)
Mengerutkan dahi
Mengangkat alis
Menutup mata
Lipatan naso-labia
Kiri
dalam batas normal
normal
+
dalam batas normal
Sudut mulut
Kanan
dalam batas
normal
+
dalam batas
normal
tidak ada deviasi
Senyum
simetris
simetris
Tic fasialis
N VIII. (AKUSTIKUS)
Mendengar suara
Penurunan pendengaran
Kanan
Normal
(-)
Kiri
Normal
(-)
N IX. (GLOSOFARINGEUS)
Kanan
Kiri
Arkus faring
Dalam batas
normal
(-)
Sengau
(-)
Tersedak
Kanan
Simetris
(+)
(+)
Kiri
Simetris
(+)
(+)
N XI. (AKSESORIUS)
Memalingkan kepala
Kanan
Kiri
Mengangkat bahu
Sikap bahu
Simetris
Simetris
Kanan
kiri
Kiri
Artikulasi
Tremor lidah
Menjulurkan lidah
normal
normal
Normal
normal
Fasikulasi lidah
Pemeriksaan
Kaku kuduk
Brudzinski
Kernig Sign
IV.
(-)
N X. (VAGUS)
Arcus faring
Bersuara
Menelan
N. XII
(HIPOGLOSUS)
Pemeriksaan
Rangsang
Meningeal
(-)
Kanan
(-)
(-)
(-)
Kiri
(-)
(-)
(-)
RESUME:
Dari hasil anamnesis didapatkan seorang laki-laki 31 tahun dengan
riwayat post kecelakaan tunggal jatuh dari motor dan kepala terbentur
aspal. Sebelum masuk rumah sakit pasien pingsan 10 menit, muntah,
dan keluar darah dari telinga kiri. Saat di IGD pasien mengeluh pusing
berdenyut dan nyeri kepala. Kejang (-), keluar darah dari hidung (-),
kelemahan anggota gerak (-).
10
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topis
Diagnosis Etiologi
II.
PLANNING
1.
Ip.Dx
a. Laboratorium : darah rutin, GDS, profil lipid, asam urat
b. CT scan tanpa kontras
2. Ip. Terapi
Medika mentosa
a. Infus RL 20 tpm
b. Injeksi Citicolin 2 x 500 mg (IV)
c. Piracetam 4 x 3 g(IV)
d. Injeksi Mecobalamin 1 x 500 mg (IV)
e. Injeksi Amlodipin 1 x 5 mg (IV)
Non medika mentosa:
a. Bed rest
b. Terapi latihan fisik dan latihan mobilisasi
3. Ip. Monitoring :
a. Keadaan umum
11
b. Tanda vital
c. Defisit neurologi
Ip. Edukasi
a. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit pasien,
penyebab, faktor pencetus dan penatalaksanaan.
b. Memberitahukan kepada pasien dan keluarga tentang perlu
dilakukan rehab medik untuk melatih anggota gerak kanan yang
lemas
c. Alih baring setiap 1 jam
d. Menjelaskan kemungkinan perjalanan penyakit pasien dan
prognosisnya.
e. Menganjurkan pasien untuk rajin kontrol tekanan darah.
PROGNOSA
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad sanam
: dubia ad bonam
Quo ad fungsionam
: dubia ad bonam
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Otak memperoleh darah melalui dua sistem yakni sistem karotis (arteri
karotis interna kanan dan kiri) dan sistem vertebral. Arteri koritis interna,
setelah memisahkan diri dari arteri karotis komunis, naik dan masuk ke rongga
tengkorak melalui kanalis karotikus, berjalan dalam sinus kavernosum,
mempercabangkan arteri oftalmika untuk nervus optikus dan retina, akhirnya
bercabang dua: arteri serebri anterior dan arteri serebri media. Untuk otak,
sistem ini memberi darah bagi lobus frontalis, parietalis dan beberapa bagian
lobus temporalis. Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan
kiri yang berpangkal di arteri subklavia, menuju dasar tengkorak melalui
kanalis tranversalis di kolumna vertebralis servikal, masuk rongga kranium
melalui foramen magnum, lalu mempercabangkan masing-masing sepasang
arteri serebeli inferior. Pada batas medula oblongata dan pons, keduanya
bersatu arteri basilaris, dan setelah mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri,
pada tingkat mesensefalon, arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang:
arteri serebri posterior, yang melayani darah bagi lobus oksipitalis, dan bagian
medial lobus temporalis. Ke 3 pasang arteri serebri ini bercabang-cabang
menelusuri permukaan otak, dan beranastomosis satu bagian lainnya. Cabang13
cabang yang lebih kecil menembus ke dalam jaringan otak dan juga saling
berhubungan dengan cabang-cabang arteri serebri lainya.15
Untuk menjamin pemberian darah ke otak, ada sekurang-kurangnya 3
sistem kolateral antara sistem karotis dan sitem vertebral, yaitu: Sirkulus
Willisi, yakni lingkungan pembuluh darah yang tersusun oleh arteri serebri
media kanan dan kiri, arteri komunikans anterior (yang menghubungkan
kedua arteri serebri anterior), sepasang arteri serebri media posterior dan arteri
komunikans posterior (yang menghubungkan arteri serebri media dan
posterior) kanan dan kiri. Anyaman arteri ini terletak di dasar otak.
Anastomosis antara arteri serebri interna dan arteri karotis eksterna di daerah
orbita, masing-masing melalui arteri oftalmika dan arteri fasialis ke arteri
maksilaris eksterna. Hubungan antara sitem vertebral dengan arteri karotis
ekterna (pembuluh darah ekstrakranial). Selain itu masih terdapat lagi
hubungan antara cabang-cabang arteri tersebut, sehingga menurut Buskrik tak
ada arteri ujung (true end arteries) dalam jaringan otak. Darah vena dialirkan
dari otak melalui 2 sistem: kelompok vena interna, yang mengumpulkan darah
ke vena Galen dan sinus rektus, dan kelompok vena eksterna yang terletak
dipermukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah ke sinus sagitalis superior
dan sinus-sinus basalis laterales, dan seterusnya melalui vena-vena jugularis
dicurahkan menuju ke jantung.15
14
B. Fisiologi
Sistem karotis terutama melayani kedua hemisfer otak, dan sistem
vertebrabasilaris terutama memberi darah bagi batang otak, serebelum dan
bagian posterior hemisfer. Aliran darah di otak (ADO) dipengaruhi terutama 3
faktor. Dua faktor yang paling penting adalah tekanan untuk memompa darah
dari sistem arteri-kapiler ke sistem vena, dan tahanan (perifer) pembuluh darah
otak. Faktor ketiga, adalah faktor darah sendiri yaitu viskositas darah dan
koagulobilitasnya (kemampuan untuk membeku).15 Dari faktor pertama, yang
terpenting adalah tekanan darah sistemik (faktor jantung, darah, pembuluh
darah, dll), dan faktor kemampuan khusus pembuluh darah otak (arteriol)
untuk menguncup bila tekanan darah sistemik naik dan berdilatasi bila tekanan
darah sistemik menurun. Daya akomodasi sistem arteriol otak ini disebut daya
otoregulasi pembuluh darah otak (yang berfungsi normal bila tekanan sistolik
antara 50-150 mmHg).15
Faktor darah, selain viskositas darah dan daya membekunya, juga di
antaranya seperti kadar/tekanan parsial CO2 dan O2 berpengaruh terhadap
diameter arteriol. Kadar/tekanan parsial CO2 yang naik, PO2 yang turun, serta
suasana jaringan yang asam (pH rendah), menyebabkan vasodilatasi,
sebaliknya bila tekanan darah parsial CO2 turun, PO2 naik, atau suasana pH
tinggi, maka terjadi vasokonstriksi. Viskositas/kekentalan darah yang tinggi
mengurangi ADO. Sedangkan koagulobilitas yang besar juga memudahkan
terjadinya trombosis, aliran darah lambat, akibat ADO menurun.15
C. Stroke non hemoragik/ iskemik
1. Definisi
Stroke didefinisikan sebagai suatu manifestasi klinik gangguan
peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis. Stroke
digunakan untuk menamakan sindrom hemiparesis atau hemiparalisis
akibat lesi vaskular yang bisa bangkit dalam beberapa detik sampai
beberapa hari, tergantung pada jenis penyakit yang mendasarinya.5,6
15
stroke.
Semuanya
dalam
16
radikal bebas,
pelepasan sitokin, kebocoran sawar darah otak , aktivasi sel glia dan
terjadinya inflamasi, rangkaian kejadian kaskade tersebut bisa berdiri
sendiri, tetapi dapat juga saling mempengaruhi. Timbulnya kerusakan
biasanya tergantung dari durasi, tingkat keparahan dan letak iskemia.
Neuron membutuhkan secara konstan suplai glukosa dan oksigen untuk
menghantarkan ion gradient sehingga mampu melewati membran sel.
24,25
2+
Ca
+ , dan ADP
2+ , Na
Ca
intraseluler akan
17
menyebabkan
terganggunya
sawar
darah
otak,
yang
komposisi
dinding
vaskuler
dan
meningkatkan
dan
konstriksi
vaskuler
secara
sempurna.
Sehingga
18
c. Diabetes
mellitus
atherosklerosis
d. Orang-orang yang
meningkatkan
mempunyai
mengembangkan ateroma.
e. Orang-orang yang mempunyai
resiko
faktor
penyakit
pembentukan
keturunan
jantung
untuk
(stenosis
gejala stroke in
evolution satu sampai dengan dua hari pasca serangan stroke dengan
kesadaran yang masih baik. Penurunan kesadaran dapat terjadi pada
beberapa pasien dengan infark hemisfer yang sangat luas, oklusi arteri
basilaris dan infark serebelar dengan edema yang mengakibatkan
kompresi batang otak.
Adapun gejala Stroke non hemoragik adalah:
a. Kehilangan motorik: stroke adalah penyakit neuron atas dan
mengakibatkan kehilangan kontrol volunter. Gangguan kontrol
volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukan kerusakan
pada neuron atas pada sisi yang belawanan dari otak. Disfungsi
neuron paling umum adalah hemiplegi (paralisis pada salah satu
sisi tubuh) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan dan
hemiparises (kelemahan salah satu sisi tubuh)
19
b.
dipelajari sebelumnya.
c. Defisit lapang pandang, sisi visual yang terkena berkaitan dengan
sisi tubuh yang paralisis yaitu kesulitan menilai jarak, tidak
menyadari orang atau objek ditempat kehilangan penglihatan
d. Defisit sensori, terjadi pada sisi berlawanan dari lesi yaitu
kehilangan kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan
bagian tubuh.
e. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik, bila kerusakan pada
lobus frontal, mempelajari kapasitas, memori atau fungsi
intelektual mungkin terganggu. Disfungsi ini dapat ditunjukan
dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa
dan kurang motivasi.
f. Disfungsi kandung kemih, setelah stroke pasien mungkin
mengalami inkontenensia urinarius karena kerusakan kontrol
motorik.
6. Pemeriksaan Penunjang
Gambaran Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin diperlukan sebagai dasar pembelajaran dan
mungkin pula menunjukkan faktor resiko stroke seperti polisitemia,
trombositosis, trombositopenia, dan leukemia). Pemeriksaan ini pun dapat
menunjukkan kemungkinan penyakit yang sedang diderita saat ini seperti
anemia.16
Pemeriksaan kimia darah dilakukan untuk mengeliminasi kelainan
yang memiliki gejala seperti stoke (hipoglikemia, hiponatremia) atau dapat
pula menunjukka penyakit yang diderita pasien saat ini (diabetes,
20
gangguan
ginjal).
Pemeriksaan
koagulasi
dapat
menunjukkan
21
perfusi
karena
daerah
yang
mengalami
hipoperfusi
yang
dicurigai
mengalami
emboli
kardiogenik.
Terapi pada stroke iskemik dibedakan menjadi fase akut dan pasca fase
akut:15
1. Fase Akut (hari ke 0 14 sesudah onset penyakit)
Sasaran pengobatan pada fase ini adalah menyelamatkan neuron yang
menderita jangan sampai mati dan agar proses patologik lainnya yang
menyertai tidak mengganggu/mengancam fungsi otak. tindakan dan
obat yang diberikan haruslah menjamin perfusi darah ke otak tetap
cukup, tidak justru berkurang. Karena itu dipelihara fungsi optimal:15
Respirasi
: jalan napas harus bersih dan longgar
Jantung
: harus berfungsi baik, bila perlu pantau
EKG
Tekanan darah
dipertahankan
pada
tingkat
optimal,
dipantau
Penggunaan obat untuk memulihkan aliran darah dan metabolisme
otak yang menderita di daerah iskemi (ischemic penumbra) masih
menimbulkan perbedaan pendapat. Obat-obatan yang sering dipakai
untuk mengatasi stroke iskemik akut:15
a) Mengembalikan reperfusi otak
1. Terapi Trombolitik
Tissue plaminogen activator (recombinant t-PA) yang
diberikan secara intravena akan mengubah plasminogen
menjadi plasmin yaitu enzim proteolitik yang mampu
menghidrolisa fibrin, fibrinogen dan protein pembekuan
lainnya. Pada penelitian NINDS (National Institute of
Neurological Disorders and Stroke) di Amerika Serikat, rt-PA
diberikan dalam waktu tida lebih dari 3 jam setelah onset
stroke, dalam dosis 0,9 mg/kg (maksimal 90 mg) dan 10% dari
23
2. Antikoagulan
Warfarin dan heparin sering digunakan pada TIA dan
stroke yang mengancam. Suatu fakta yang jelas adalah
antikoagulan tidak banyak artinya bilamana stroke telah terjadi,
baik apakah stroke itu berupa infark lakuner atau infark massif
dengan hemiplegia. Keadaan yang memerlukan penggunaan
heparin adalah trombosis arteri basilaris, trombosis arteri
karotis dan infark serebral akibat kardioemboli. Pada keadaan
yang terakhir ini perlu diwaspadai terjadinya perdarahan
intraserebral karena pemberian heparin tersebut.7
3. Antiplatelet (Antiaggregasi Trombosit)
Aspirin
Obat ini menghambat sklooksigenase, dengan cara
menurunkan sintesis atau mengurangi lepasnya senyawa yang
mendorong adhesi seperti thromboxane A2. Aspirin merupakan
obat pilihan untuk pencegahan stroke. Dosis yang dipakai
bermacam-macam, mulai dari 50 mg/hari, 80 mg/hari samapi
1.300 mg/hari. Obat ini sering dikombinasikan dengan
dipiridamol. Aspirin harus diminum terus, kecuali bila terjadi
reaksi yang merugikan. Konsentrasi puncak tercapai 2 jam
sesudah diminum. Cepat diabsorpsi, konsentrasi di otak rendah.
Hidrolise ke asam salisilat terjadi cepat, tetapi tetap aktif.
Ikatan protein plasma: 50-80%. Waktu paro (half time) plasma:
24
25
Terapi preventif
Tujuannya untuk mencegah terulangnya atau timbulnya serangan
baru sroke, dengan jalan antara lain mengobati dan menghindari
faktor-faktor resiko stroke seperti:
Pengobatan hipertensi
Mengobati diabetes mellitus
Menghindari rokok, obesitas, stress, dll
Berolahraga teratur 1
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. 2014. Profil kesehatan Indonesia tahun 2013. kementerian
kesehatan
republik
Indonesia
tahun
2014.
Jakarta.
http://www.depkes.go.id /resources/download/ general /Hasil%20
Riskesdas%202013.pdf
2.
27
13. Aru W Sudoyo. Bambang setiyohadi. Idrus Alwi. Siti Setiati. Marcellus
Simadibrata. 2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Edisi V.
Inernapublishing. Jakarta
14. Gertler M. Leetma H. Koutrouby R. Johnson E. The assessment of
insulin, glucose and lipid ischemic thumbotic cerebrovaskuler disease.
Stroke 6: 77-84
15. Aliah A, Kuswara FF, Limoa RA, Wuysang G. Gambaran umum tentang
gangguan peredaran darah otak. Dalam: eds. Harsono. Kapita Selekta
Neurologi. Edisi ke-2. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press; 2005.
h.81-82
16. Feigin, Valery. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan
Pemulihan Stroke. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. 2006.
28