Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS PASIEN GLAUKOMA AKUT SUDUT TERTUTUP PRIMER

Disusun oleh : 1. Alaa Ulil H. 2. Alditra Fauzy K R 3. Bobby A 4. Diphda Satria R 5. Icha Zulizza P 6. M. Adibul Umam 7. Nur Anita S 8. Rido Muid R 9. Andika Retno A H2A009001 H2A009002 H2A009007 H2A009015 H2A009022 H2A009033 H2A009037 H2A009040 H2A00805

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2013

IDENTITAS PENDERITA Nama Usia Jenis Kelamin Agama Suku Alamat No. Telp Pekerjaan Pendidikan Tertinggi No. RM Tanggal MRS : Ny. Suparmi : 59 tahun : Perempuan : Islam : Jawa : Tembalang :: Penjual ayam penyet : SMA : 123456 : 1 Mei 2013

ANAMNESIS Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Rabu 1 Mei 2013 pukul 09.30 WIB Keluhan Utama : Mata kanan cekot-cekot Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan mata kanan cekot-cekot sejak seminggu yang lalu. Keluhan muncul secara tiba-tiba. Cekot-cekot dirasakan setiap hari. Keluhan dirasakan bertambah saat bekerja, dan terasa lebih ringan apabila dibuat tidur. Pasien juga mengeluhkan adanya mata merah, pusing cekot-cekot, mual sejak 1 minggu yang lalu. Pasien menyangkal adanya lodok, nrocos, demam, rasa mengganjal di mata sebelah kanan. Mata sebelah kiri tidak ada keluhan. Pasien menggunakan obat tetes mata insto tapi tidak membaik. Sejak 2 hari yang lalu penglihatan terasa semakin kabur, dan keluhan kepala cekot-cekot, pusing , mual semakin bertambah. Pasien mengeluh bahwa keluhan tidak berkurang walaupun sudah dibuat tidur. Pasien mengaku melihat seperti bayangan pelangi disekitar lampu, mata terasa nyeri, namun tetap tidak ada lodok, tidak gatal, dan tidak nrocos. Sampai sekarang diberi obat tetes mata dan panadol namun keluhan dirasa tidak membaik. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit yang sama Riwayat Hipertensi : Disangkal : Disangkal

Riwayat DM Riwayat alergi obat Riwayat trauma mata Riwayat operasi mata

: Tidak diketahui : Disangkal : Disangkal : Disangkal

Pasien menggunakan kacamata saat membaca Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat sakit yang sama dalam keluarga Riwayat Hipertensi Riwayat DM Riwayat Sosial Ekonomi Pasien hidup sendiri, bekerja sebagai penjual penyet. Biaya pengobatan ditanggung sendiri. Kesan sosial ekonomi cukup. : Disangkal : Disangkal : Disangkal

PEMERIKSAAN Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 1 Mei 2013 pukul 09.30 Keadaan umum Kesadaran Vital sign TD Nadi RR Suhu : 120/80 mmHg : 80x/menit ( Reguler, isi dan tegangan kuat) : 16x/menit : 36,50C : Tampak kesakitan : Compos Mentis GCS 15 E4M5V6

Status Gizi BB TB BMI : 60 Kg : 160 cm : 23,44

Kesan : Gizi Cukup

Status Generalis Kulit : warna kulit sama dengan warna kulit sekitar. Hiperpigmentasi (-), spider angioma (-), ikterik (-).

Kepala Hidung

: kesan mesocephal. : warna kulit sama dengan warna kulit sekitar, nafas cuping hidung (-), deformitas (-), septum deviasi (-), konka hiperemis (-), pembesaran konka (-), sekret (-).

Telinga

: warna kuliat sama dengan warna kulit sekitar, nyeri tekan aurikula (-/), nyeri tekan mastoid (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), serumen (-/-), MAE hiperemis (-/-), MAE terdapat massa (-/-), membrane timpani intake (+/+).

Mulut

: bibir kering (-), bibir pecah-pecah (-), sianosis (-), karies gigi (-), stomatitis (-), lidah kotor (-), hiperemis (-), kripte melebar (-), uvula hiperemis (-), uvula memanjang (-).

Leher Thorax : Paru

: kulit seperti warna sekitar, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar getah bening (-), deviasi trakea (-), otot bantu pernafasan (-)

Dextra

Sinistra

1. Inspeksi Bentuk dada Hemitorak Datar Simetris dextra = sinistra Simetris, statis, dinamis 2. Palpasi Stem fremitus Nyeri tekan Pelebaran ICS Dextra = sinistra (-) (-) Dextra = sinistra (-) (-) Datar Simetris dextra = sinistra Simetris, statis, dinamis

3. Perkusi

Sonor di seluruh lapang paru

Sonor di seluruh lapang paru

4. Auskultasi Suara dasar Suara tambahan Suara dasar vesikuler (-) Suara dasar vesikuler (-)

Jantung Inspeksi Palpasi : ictus cordis tidak terlihat : ictus cordis teraba di ICS v 2 cm medial linea midklavikularis sinistra dan tidak melebar, thrill (-), pulsus epigastrium (-), pulsus parasternal (-), sternal lift (-) Perkusi : batas kanan atas batas kanan bawah batas kiri atas : ICS II linea parasternal dextra : ICS IV linea Parasternal dextra : ICS II linea Parasternal sinistra : ICS V 2 cm ke arah medial midclavikula sinistra pinggang jantung : ICS III parasternal sinsitra

batas kiri bawah

KESAN : konfigurasi jantung Normal Auskultasi : Reguler Suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler. Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-), SIV (-) Abdomen Inspeksi : Permukaan datar, warna sama seperti kulit di sekitar, ikterik (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, ascites (-), pekak hepar (+), tidak terdapat nyeri ketok ginjal dextra/sinistra Palpasi Ektremitas Superior Akral dingin Oedem Sianosis Ptekie -/-/-/-/Inferior -/-/-/-/: Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, ginjal tidak teraba

Gerakan Kekuatan Tonus Refleks Fisiologis Refleks Patologis

+/+ 5/5/5 Normotoni Tidak dilakukan Tidak dilakukan

+/+ 5/5/5 Normotoni Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Status Oftalmologis Oculi Dextra 1/6 Non Corection LP menyempit Kesan normal tidak buta warna Ortophori, bebas melihat ke segala arah Normal, rontok (-), trikiasis (-), distikiasis (-), krusta (-) Menutup sempurna, spasme (+), rima palpebra menutup sempurna, entropion (-), extropion (-) Menutup sempurna, spasme (+), rima palpebra menutup sempurna, entropion (-), extropion (-) Hiperemis (-), anemis (-), corpal (-), tanda radang (-), sekret (-), ikterus (-) Mix injeksi, corpal (-), massa (-), tanda radang (-), pterigium (-), sekret (-), edema (-), hiperemis (-), ikterik (-), anemis (-) Sulit dinilai Ikterik (-), hiperemis (-) corpal (-) Udem (+) neovaskularisasi (-) ulkus (-) infiltrat (-), Cornea Conjunctiva Fornic Sclera Sulit dinilai Ikterik (-), hiperemis (-) corpal (-) Jernih, Udem (-) neovaskularisasi (-) ulkus (Conjunctiva Bulbi Injeksi (-), corpal (-),massa (-), tanda radang (-), pterigium (-) Conjunctiva Palpebra Hiperemis (-), anemis (-), corpal (-), tanda radang (-) Palpebra Inferior Palpebra Superior Supercilia Parese / Paralysis Visus Koreksi Konfrontasi Sensus Coloris Oculi Sinistra 6/6 Normal, tidak dikoreksi LP Normal Kesan normal tidak buta warna Ortophori, bebas melihat ke segala arah Normal, rontok (-),trikiasis (-), distikiasis (-), krusta (-) Menutup sempurna, spasme (-),rima palpebra menutup sempurna, entropion (-), extropion (-) Hiperemis (-), anemis (-), Spasme (-)

defek (-), corpal (-) < , jernih, tyndall efek (-) Kripte berkurang, Neovaskularisasi (-), iris tremulan (-), anisokhor ( 5mm), lonjong, sentral, reflek direk dan reflek indirek +N (), Sulit dinilai (+) cemerlang Jernih T dig N Tonometer Schiotz 35 mmHg Tes anel (+) Normal RESUME Sistem Canalis Lacrimalis Lensa Fundus Refleks Corpus Vitreum Tensio Oculi Pupil COA Iris

) infiltrat (-), corpal (-) , jernih, tyndall efek (-) Neovaskularisasi (-), iris tremulan (-), kripte tidak melebar anisokhor ( 3mm), lonjong, sentral, reflek direct/reflek indirek (+)

Jernih, kekeruhan (-) (+) cemerlang Jernih T dig N Tonometer Schiotz 23 mmHg Tes anel (+) Normal

Pasien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan mata kanan cekot-cekot sejak seminggu yang lalu. Keluhan muncul secara tiba-tiba. Keluhan dirasakan bertambah saat bekerja, dan terasa lebih ringan apabila dibuat tidur. Pasien juga mengeluhkan adanya mata merah, cephalgia, nausea dan visus menurun sejak 1 minggu yang lalu. Pasien menggunakan obat tetes mata insto tapi tidak membaik. Sejak 2 hari yang lalu visus semakin menurun, cephalgia, nausea semakin bertambah. Pasien mengeluh bahwa keluhan tidak berkurang walaupun sudah dibuat tidur. Pasien mengaku melihat seperti bayangan halo saat melihat lampu, mata terasa nyeri,. Sampai sekarang pemberian obat tetes mata dan panadol namun keluhan dirasa tidak membaik. Oculi dextra visus 1/6, lapang pandang menyempit, spasme palpebra , mix injeksi konjungtiva bulbi, udem kornea (+), COA dangkal, pupil 5mm anisokhor, lonjong, sentral, reflek direk/ reflek indirek +N (), TIO T dig N Tonometer Schiotz 35 mmHg. Oculi sinistra Tonometer Schiotz 23 mmHg

DIAGNOSIS BANDING Glaukoma Akut Sudut Tertutup Primer Glaukoma Akut Sudut Tertutup Sekunder

INITIAL PLAN Suspek Glaukoma Akut Sudut Tertutup Primer IpDx Subyektif Obyektif IpTx Timolol Meleat 0,5% tetes mata 2x1 Asetazolamid 250 mg 3x1 Rujuk ke SpM IpMx Monitoring gejala IpEx Penjelasan tentang glaukoma akut sudut tertutup pada pasien dan keluarganya. Meminta pada keluarga untuk mengingatkan pasien minum obat, membantu proses pengobatan. Meminta pasien untuk tidak mengucek mata yang sakit. Istirahat yang cukup. :: Gula darah

PROGNOSIS Quo ad Vitam Quo ad visam Quo ad fungsionam Quo ad cosmeticam : ad Bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : ad bonam

PEMBAHASAN Anatomi Humor Aquos Bola mata orang dewasa hampir mendekati bulat, dengan diameter anteroposterior sekitar 24,5 mm. Bola mata terdiri dari konjungtiva, kapsula tenon, sklera dan episklera, kornea, uvea, lensa, humor akueus, retina, dan vitreus.

Gambar 1 : Anatomi Bola mata


Fisiologi humor akueus (Aqueous Humour) Aqueous humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior dan posterior mata, diproduksi di korpus siliaris. Volumenya sekitar 250 uL, dengan kecepatan pembentukan sekitar 1,5-2 uL/menit. Tekanan osmotik sedikit lebih tinggi dari plasma. Komposisi mirip plasma, kecuali kandungan konsentrasi askorbat, piruvat dan laktat lebih tinggi dan protein, urea, dan glukosa lebih rendah. Setelah memasuki kamera posterior, melalui pupil akan masuk ke kamera anterior dan kemudian ke perifer menuju sudut kamera anterior. Jalinan/jala trabekular terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan elastik yang dibungkus oleh sel-sel trabekular yang membentuk suatu saringan dengan ukuran pori-pori semakin mengecil sewaktu mendekati kanalis Schlemm. Kontraksi otot siliaris melalui insersinya kedalam jalinan trabekula memperbesar ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan drainase humor juga meningkat. Aliran aqueous humor ke dalam kanalis

Schlemm bergantung pada pembentukan saluran-saluran transeluler siklik di lapisan endothel. Saluran eferen dari kanalis Schlemm (sekitar 30 sluran pengumpul dan 12 vena akueus) menyalurkan cairan ke dalam sistem vena. Sejumlah kecil Aqueous humor keluar dari mata antara berkas otot siliaris dan lewat sela-sela sclera (aliran uveosklera). Resistensi utama terhadap aliran Aqueous humor dari kamera anterior adalah lapisan endothel saluran Schlemm dan bagian-bagian jalinan trabekular di dekatnya, bukan dari sistem pengumpul vena. Tetapi tekanan di jaringan vena episklera menentukan besar minimum tekanan intraokuler yang dicapai oleh terapi medis. Sudut kamera okuli anterior memiliki peran penting dalam drainase aqueous humor. Sudut ini dibentuk oleh pangkal iris, bagian depan badan siliaris, taji skleral, jalinan trabekular dan garis Schwalbe (bagian ujung membrane descement kornea yang prominen). Lebar sudut ini berbeda pada setiap orang, dan memiliki peranan yang besar dalam menentukan patomekanisme tipe glaukoma yang berbeda-beda. Struktur sudut ini dapat dilihat dengan pemeriksaan gonioskopi. Hasilnya dibuat dalam bentuk grading, dan sistem yang paling sering digunakan adalah sisten grading Shaffer.

Gambar 2 : Sudut Kamera Okuli Anterior

Berikut merupakan table 1, yang menunjukkan grading sistem Shaffer3 Grade Lebar sudut Konfigurasi Kesempatan untuk menutup IV 35-45 Terbuka lebar Nihil Struktur pada Gonioskopi SL, TM, SS, CBB

III II

20-35 20

Terbuka Sempit (moderate)

Nihil Mungkin

SL, TM, SS SL, TM

I 0

10 0

Sangat sempit Tertutup

Tinggi Tertutup

Hanya SL tidak tampak struktur

Keterangan : SL : Schwalbes line, TM : trabecular meshwork, SS : scleral spur, CBB : ciliary body band. Sistem aliran drainase aqueous humor, terdiri dari jalinan trabekular, kanal Schlemm, jembatan pengumpul, vena-vena aqueous dan vena episkleral. Adapun jalinan trabekular terdiri dari tiga bagian yakni jalinan uveal, korneoskleral, dan jukstakalanikular. Jalinan uveal merupakan jalinan paling dalam dan meluas dari pangkal iris dan badan siliaris sampai garis Schwalbe. Jalinan korneoskleral membentuk bagian tengah yang lebar dan meluas dari taji skleral sampai dinding lateral sulkus skleral. Jalinan jukstakanalikular membentuk bagian luar, dan terdiri dari lapisan jaringan konektif. Bagian ini merupakan bagian sempit trabekular yang menghubungkan jalinan korneoskleral dengan kanal Schlemm. Sebenarnya lapisan endotel luar jalinan jukstakanalikular berisi dinding dalam kanal Schlemm yang berfungsi mengalirkan aqueous ke luar. Kanal Schlemm merupakan suatu saluran yang dilapisi endothel, tampak melingkar pada sulkus skleral. Sel-sel endotel pada dinding dalam ireguler, berbentuk spindle, dan terdiri dari vakuol-vakuol besar. Pada dinding bagian luar terdapat sel-sel otot datar datar dan mempunyai pembukaan saluran pengumpul.7 Saluran pengumpul disebut juga pembuluh aqueous intraskleral, jumlahnya sekitar 25-35, meninggalkan kanal Schlemm pada sudut oblik dan berakhir di vena-vena episkleral. Vena ini dibagi menjadi dua sistem. Sistem langsung, yakni dimana pembuluh besar melalui jalur pendek intraskleral dan langsung ke vena episkleral. Sedangkan saluran pengumpul yang kecil, sebelum ke vena episkleral, terlebih dahulu membentuk pleksus intraskleral.

Gambar 3 : Arah Aliran Humour Akueus humor terdiri dari dua jalur, yakni jalur trabekular Sistem drainase aqueous
(konvensional) dan jalur uveoskleral. Jalur drainase terbanyak adalah trabekular yakni sekitar 90% sedangkan melalui jalur uveoskleral hanya sekitar 10%. Pada jalur trabekular, aliran aqueous akan melalui kamera posterior, kamera anterior, menuju kanal Schlemm dan berakhir pada vena episkleral. Sedangkan jalur uveoskleral, aqueous akan masuk ke ruang suprakoroidal dan dialirkan ke vena-vena pada badan siliaris, koroid dan sclera.

Gambar 4 : drainase aqueous humor Akueus

GLAUKOMA Definisi Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebirauan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi saraf optikus, dan menciutnya lapang pandang.1 Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan. (Gambar 1)

Gambar 1. Glaukoma (Dikutip dari kepustakaan 3) Glaukoma secara umum dibedakan menjadi gloukoma sudut terbuka dan gloukoma sudut tertutup. Glaukoma sudut tetutup merupakan peningkatan Tekanan2 Intara Okuler (TIO) yang disebabkan tertutupnya sudut aliran keluar humor akuos. Aposisi iris perifer terhadap trabekulum menghambat aliran keluar humor akuos. Jika sudut tersebut terbuka TIO normal sedangkan saat sudut tersebut tertutup TIO menigkat. Klasifikasi Berdasarkan gangguan aliran humor akuos, glaukoma diklasifikasikan menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. Sedangkan berdasarkan adanya keadaan lain yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler (TIO), glaukoma dibedakan menjadi glaukoma primer dan sekunder.

Patofisiologi

Humor akuos di produksi oleh badan siliaris dan mengalir kedalam Camera Oculi Posterior (COP), yang mengalir di antara permukaan iris posterior dan lensa, di sekitar tepi pupil, dan selanjutnya masuk ke Camera Oculi Anterior (COA). Humor akuos keluar dari COA pada sudut COA yang dibentuk oleh dasar iris dan kornea perifer, selanjutnya mengalir melalui trabekulum dan masuk ke kanal Schlemm. Melalui collector channels, humor akuos masuk ke dalam vena episklera dan bercampur dengan darah. (Gambar 2) Gambar 2. Fisiologi aliran akuos humor

(Dikutip dari kepustakaan 7)

Tekanan intra okuler (TIO) merupakan keseimbangan antara kecepatan pembentukan humor akuos dengan resistensi aliran kasus keluarnya dari COA pada sebagian besar kasus gloukoma, lebih banyak disebabkan karena abnormalitas aliran keluar humor akuos dari COA dibandingkan peningkatan produksi humor akuos. Patofisiologi dari glaukoma sudut tertutup dengan block pupil meliputi faktor-faktor yaitu aposisi lensa dan iris yang mengakibatkan pencembungan iris perifer dan predisposisi anatomi mata yang menyebabkan bagian anterior iris perifer menyumbat trabekulum. Patofisiologi glaukoma sudut tertutup tanpa block pupil terjadi melalui 2 mekanisme yaitu mekanisme penarikan anterior dan posterior. Pada penarikan anterior, iris perifer ditarik ke arah depan menutup trabekulum karena kontraksi membrane eksudat inflamasi atau serat fibrin. Pada mekanisme penarikan posterior iris perifer mencembung kearah depan karena lensa vitreus atau badan siliaris. Gambar 3. Patofisiologi glaukoma sudut tertutup primer

(Dikutip dari kepustakaan 7) Gambaran Klinis Pada glaukoma akut tertutup, ditemukan mata merah dengan penglihatan turun mendadak, tekanan intraokuler meningkat mendadak, nyeri yang hebat, melihat halo di sekitar lampu yang dilihat, terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah. Mata menunjukkan tanda-tanda peradangan dengan kelopak mata bengkak, kornea suram dan edem, iris sembab meradang, pupil melembar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat, papil saraf optic hiperemis. Riwayat penyakit yang akurat pada glaukoma dusut tertitup akut terjadi selama beberapa minggu atau bulan sebelum serangan akut yang berat, yaitu episode nyeri dan kabur yang sembuh sendiri, berlangsung selama beberapa jam tiap episode serangan, frekuensi serangan makin meningkat sampai timbulnya serangan akut yang berat. Diagnosis Banding

Penatalaksanaan Tujuan penatalaksanaan glaukoma sudut tertutup akut, adalah segera menghentikan serangan akut dengan obat-obatan, melakukan iridektomi perifer sebagai terapi definitif, melindungi mata sebelahnya dari kemungkinan terkena serangan akut, dan menangani sekuele jangka panjang akibat serangan serta jenis tindakan yang dilakukan. Pertolongan pertama adalah menurunkan TIO secepatnya dengan memberikan serentak obat-obatan, yaitu asetazolamid HCl 500 mg, KCl 0,5 gr 3x/hari, timolol 0,5% 2 x 1 tetes/hari, tetes mata kombinasi kortikosteroid + antibiotika 4-6 x 1 tetes/hari, dan terapi simtomatik. Komplikasi 1. Sinekia Anterior Perifer Iris perifer melekat pada jalinan trabekel dan menghambat aliran humour akueus 2. Katarak Lensa kadang-kadang membengkak, dan bisa terjadi katarak. Lensa yang membengkak mendorong iris lebih jauh ke depan yang akan menambah hambatan pupil dan pada gilirannya akan menambah derajat hambatan sudut. 3. Atrofi Retina dan Saraf Optik Daya tahan unsur-unsur saraf mata terhadap tekanan intraokular yang tinggi adalah buruk. Terjadi gaung glaukoma pada papil optik dan atrofi retina, terutama pada lapisan selsel ganglion. 4. Glaukoma Absolut Tahap akhir glaukoma sudut tertutup yang tidak terkendali adalah glaukoma absolut. Mata terasa seperti batu, buta dan sering terasa sangat sakit. Keadaan semacam ini memerlukan enukleasi atau suntikan alkohol retrobulbar.

ASETAZOLAMID Merupakan obat golongan PKA obat ini memblok enzim karbonik anhidrase secara reversibel pada badan siliar sehingga mensupresi produksi cairan akuos Cairan akuos kaya akan natrium dan ion bikarbonat yang hiperosmotik dibandingkan plasma Air ditarik ke bilik mata belakang sebagai akibat proses osmosis dan terjadi dilusi pada konsentrasi tinggi bikarbonat. Ketika diberikan secara oral, konsentrasi puncak pada plasma diperoleh dalam 2 jam, bertahan 4-6 jam dan menurun secara cepat karena ekskresi pada urin. Tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul dengan dosis umum 125 - 250 mg empat kali sehari. Efek

asetazolamid dapat diperpanjang dengan sediaan dalam bentuk granul yang terlapis dan menggunakan sistem pemberian pompa osmotik Indikasi: Digunakan sebagai monoterapi atau sebagai pengobatan tambahan pada glaukoma simpel kronik, glaukoma sekunder, preoperasi dan glaukoma sudut tertutup akut ketika penundaan operasi membutuhkan penurunan TIO Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap sediaan, sensitivitas silang antara antibakteri sulfonamid clan diuretik derivat sulfonamid. Pasien dengan penyakit respirasi perlu mendapat perhatian lebih karena kemungkinan efek asidosis respirasi (pada penggunaan sistemik). Juga pada penderita dengan kadar serum natrium dan kalium yang menurun, gangguan ginjal dan hati serta insufisiensi adrenokortikal Dosis: Tersedia dalam bentuk tablet 125 mg, 250 mg dan kapsul lepas lambat 500 mg, dalam bentuk serbuk untuk penggunaan suntikan iv 500 mg per vial. Dosis yang dianjurkan untuk memperoleh efek yang mendekati maksimum adalah pemberian asetazolamid oral 250 mg setiap 6 jam (untuk dewasa). Pada anak dosis orang adalah 10-15 mg/kg/hari dibagi dalam pemberian setiap 6 - 8 jam. Kapsul 500 mg asetazolamid lepas lambat diberikan setiap 12 jam Efek samping: Malaise, rasa logam, kelelahan, depresi, anoreksi clan penurunan berat badan, penurunan libido, mual, muntah, hematuri, glikosuria, peningkatan diuresis, insufisiensi hat], mengantuk, linglung, nyeri kepala, parestesia ekstremitas, neropati perifer, miopia sementara, urikaria, gatal, asidosis metabolik, diskrasia darah clan reaksi hipersensitif.

TIMOLOL MELEAT Timolol merupakan salah satu penyekat beta yang paling umum digunakan sampai saat ini. Merupakan obat yang digunakan sebagai pembanding pada penelitian klinis terhadap obat antiglaukoma baru. Timolol menginhibisi aktivitas 1 dan 2. Mekanisme kerja: Merupakan penyekat beta non selektif yang memiliki efek menurunkan tekanan terutama karena menurunkan produksi akuos dengan memblok reseptor beta-2 dalam prosesus siliaris. Timolol dapat beketja secara langsung pada epitel siliaris untuk memblok transport aktif atau ultrafiltrasi. Indikasi: Pada glaukoma sudut terbuka primer dan sekunder sebagai terapi inisial baik secara tunggal atau kombinasi dengan miotik. Indikasi lain adalah glaukoma inflamasi,

glaukoma sudut tertutup primer dan sekunder kronik, hipertensi okular dan glaukoma pada anak. Kontraindikasi: Alergi obat dan kondisi lain seperti yang terjadi pada terapi penyekat beta lain. Dosis: Digunakan satu tetes larutan 0.25 % atau 0.5 % dua kali sehari dan waktu kerjanya berlangsung lebih dari 7 jam. Tersedia pula bentuk gel dengan konsentrasi 0.25 o dan 0_5 %. bentuk hemi-hidrat dalam konsentrasi 0.25 % dan 0.5 % dan bentuk larutan gel (gel forming solution). Efek Samping: Efek samping topikal berupa iritasi okular, kongjungtivitis, blefaritis, keratitis, penurunan sensitivitas kornea, gangguan penglihatan termasuk perubahan refraksi, keratopati pungtata supertisial, gejala mata kering, diplopia clan ptosis. Toksisitas sistemik timolol topikal lebih sering terjadi dibandingkan dengan toksisitas lokal dan dapat mempengaruhi sistem pulmonal, kardiak dan sistem saraf seperti bronkospasme, bradikardia, hipotensi, sinkop, aritmia, gagal jantung kongestif, infark miokard, blok jantung, iskemia serebral, palpitasi, henti jantung, dispnea, gagal nafas, nyeri kepala, kelelahan, depresi, ansietas, letargi, halusinasi, kebingungan, reaksi hipersensitif, disfungsi seksual, hipokalemia, mulut kering dan perubahan tingkah laku. Timolol maleat bentuk larutan gel adalah formulasi baru dari timolol. Sediaan ini merupakan polisakarida anionik. Ketika bereaksi dengan kation di lapisan film, terbentuk produk gel yang memungkinkan obat untuk tetap berada di mata dalam waktu yang lama. Dosisnya satu kaii sehari dan memiiiici iceuntungan putensial pada peningkatan kepatuhan, mengurangi biaya pengobatan dan absorpsi sistemik yang sedikit.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas s. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit FKUI, 2008.212 2. American Health Asisstance Foundation. How The Build Up of Aqueous Humor Can Damage The Optic Nerve 2000; http://www.ahaf.org/glaucoma/about/understanding/buil-upof-aqueous.html [diakses tanggal 10 Oktober 2008] 3. Anonim. Glaukoma 2004; http://www.medicastore.com [diakses 20 April 2006] 4. Epstein DL. Chandler and Grants Glaucoma. 3rd ed. Philadelphia: Lea & Febiger, 1986.211-42. 5. Epstein DL, pavan-langston D. Glaucoma In: Pavan-Langston D, editors. Manual of Ocular Diagnosis and Theraphy. 2nd ed. Boston: little, Brown and Company, 1980. 201-3. 6. Stamper RL, Lieberman MF, drake MV. Angle-Closure Glaucoma With Pupillary Block In: Diagnosis and Theraphy of The Glaucomas. 7th ed. New York: Mosby, 217.

7.

Burt

K,

Freeman

S,

Jeanbart

L,

Tee

L,

Santos

M.

Glaucoma

2006.

http://www.suncoastretina.com [diakses tanggal 10 Oktober 2008] . 8. Ilyas s. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyait Mata. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005. 97-101. 9. Vaughan DG, Asbury T, Riodan P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika, 2000. 232- 33. 10. International Council of Ophthalmology. Glaucoma: Acute Closed-Angle Glaucoma 2008. http://www.icoph.org/med/glaucoma/glaucoma01.html [diakses tanggal 10 Oktober 2008] 11. http://phoenixvilleeyecare.com/ptinfoglaucoma3.shtml [diakses tanggal 10 Oktober 2008] 12. Gondhowiardjo TD, Simanjuntak GWS. Panduan Manajemen Klinis PERDAMI. Jakarta: PP PERDAMI, 2006. 39. 13. kanski JJ. The Galucomas In Clinical Opthalmology: A Systematic Approach. 3rd Edition. Oxford: Butterwoth-Heinemann Ltd, 1994.235.

Anda mungkin juga menyukai