Kelompok 10
Elsa Marliana
Vera Marvina
LATAR BELAKANG
Asma merupakan penyakit yang sangat dekat dengan
masyarakat dan mempunyai populasi yang terus
meningkat. Kasus asma diseluruh dunia menurut
survey GINA (Global Initiative For Asthma) mencapai
300 juta jiwa dan diprediksi pada tahun 2025 penderita
asma bertambah menjadi 400 juta jiwa, Saat ini
penyakit asma menduduki urutan sepuluh besar
penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia. Hal ini
disebabkan oleh pengelolaan asma yang tidak
terkontrol yang di tambah dengan sikap pasien dan
dokter yang sering kali meremehkan tingkat keparahan
penyakit asma sehingga menyebabkan kesakitan yang
berkelanjutan dan lebih parahnya dapat menyebabkan
kematian seketika pada penderitanya.
SISTEM PERNAFASAN
Fungsi sistem pernapasan adalah untuk mengambil
oksigen dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk
mentransfor karbon dioksida yang dihasilkan sel-sel
tubuh kembali ke atmosfer. Organ-organ respiratorik juga
berfungsi dalam produksi wicara dan berperan dalam
keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh melawan
benda asing, dan pengaturan hormonal tekanan darah.
ASMA
Asma sendiri berasal dari kata asthma. Kata ini berasal
dari bahasa Yunani yang memiliki arti sulit bernafas.
Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak nafas,
batuk, dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan
saluran nafas. Atau dengan kata lain asma merupakan
peradangan atau pembengkakan saluran nafas yang
reversibel sehingga menyebabkan diproduksinya cairan
kental yang berlebih.
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran
napas yang disebabkan oleh reaksi hiperesponsif sel imun
tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes
terhadap stimuli tertentu dan menimbulkan gejala
dyspnea, whizzing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas
yang bersifat reversibel dan terjadi secara episodik
berulang
ETIOLOGI
Pada penderita Asma adalah fenomena
hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma
sangat peka terhadap rangsangan imunologi
maupun non imunologi. Adapun rangsangan atau
faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma
adalah:
Faktor ekstrinsik (alergik)
Faktor intrinsik (non-alergik
Asma gabungan
PATOFOSIOLOGI
Suatu serangan Asma merupakan akibat obstruksi jalan napas
difus reversible. Obstruksi disebabkan oleh timbulnya tiga reaksi
utama yaitu kontraksi otot-otot polos baik saluran napas,
pembengkakan membran yang melapisi bronki, pengisian bronki
dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronki dan
kelenjar mukusa membesar, sputum yang kental, banyak
dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara
terperangkap didalam jaringan paru.Antibodi yang dihasilkan
(IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan
ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan
antibody, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut
mediator) seperti histamine, bradikinin, dan prostaglandin serta
anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-A).
Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot
polos dan kelenjar jalan napas, menyebabkan bronkospasme,
pembengkakan membran mukosa, dan pembentukan mucus yang
sangat banyak.
EPIDEMIOLOGI
Manifestasi Klinik
Gejala dan tanda penyakit asma sangat beragam dari
satu pasien ke pasien lain, dan sangat individual dari
waktu ke waktu. Asma dicirikan dengan adanya wheezing
episodik, kesulitan bernapas, dada sesak, dan batuk.
Frekuensi gejala asma sangat bervariasi. Beberapa
pasien mungkin hanya mengalami batuk kering kronis
dan yang lain mengalami batuk yang produktif. Beberapa
pasien memiliki batuk yang tidak sering, serangan asma
mendadak dan lainnya dapat menderita gejala itu hampir
secara terus-menerus. Frekuensi gejala asma mungkin
semakin buruk di malam hari; variasi sirkadian pada
tonus bronkodilator dan reaktivitas bronkus mencapai
titik terendah antara jam 3-4 pagi, meningkatkan gejalagejala dari bronkokontriksi.
Diagnosis
Anamnesis
Didapatkan keluhan episodik berupa
batuk kronik berulang, mengi, sesak atau
berat di dada. Adanya penyakit alergi yang
lain pada pasien ataupun keluarganya
seperti rhinitis alergika, dermatis atopik,
dll. Selain itu perlu diketahui faktor
pencetus serangan dapat memicu timbulnya
serangan.
Pemeriksaan Fisik
Penemuan tanda pada pemeriksaan fisik pasien asma
tergantung derajat obstruksi saluran napas antara lain
terdapat ekspirasi memanjang, mengi, hiperinflasi dada,
pernafasan cepat sampai sianosis
Faal Paru
Pengukuran faal paru sangat berguna untuk
meningkatkan nilai diagnostik. Ini disebabkan karena
penderita asma sering tidak mengenal gejala dan kadar
keparahannya, demikian pula diagnosa oleh dokter tidak
selalu akurat. Faal paru menilai derajat keparahan
hambatan
aliran
udara,
reversibilitasnya,
dan
membantu kita menegakkan diagnosis asma
KLASIFIKASI
Derajat Asma
I.
Intermiten
Bulanan
Gejala
Faal paru
Malam
Gejala
2 kali
sebulan
Serangan singkat
II.
Mingguan
Persisten Ringan
> 2 kali
sebulan
APE 80 %
VEP1 80 %
nilai prediksi
APE 80 % nilai
Terbaik
Variabiliti APE <
20 %
APE 80 %
VEP1 80 %
nilai prediksi
Serangan dapat
mengganggu
APE 80 % nilai
terbaik
Variabiliti APE
20 - 30 %
Harian
Gejala setiap hari
Serangan
mengganggu
aktiviti dan tidur
APE 60 - 80 %
> 1x /
seminggu
VEP1 60 - 80 %
nilai prediksi
APE 60 - 80 %
Membutuhkan
bronkodilator setiap
hari
Kontinyu
Gejala terus
Sering
menerus
Sering kambuh
Aktiviti fisik
terbatas
nilai terbaik
Variabiliti APE >
30 %
APE 60 %
VEP1 60 %
nilai prediksi
APE 60 % nilai
terbaik
Variabiliti APE >
30 %
PENATALAKSANAAN
BERDASARKAN DERAJAT ASMA
KOMPLIKASI
Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008)
yang mungkin timbul adalah :
Pneumothoraks
Pneumomediastinum
Atelektasis
Aspergilosis
Gagal napas
Bronkhitis
Fraktur iga
KONDISI KHUSUS
Penatalaksanaan asma jangka panjang di dasarkan pada
klasifikasi berat penyakit, dengan mengikuti pedoman
pengobatan sesuai berat penyakit diharapkan asma dapat
dikontrol. Pada kondisi tertentu perlu perhatian khusus atau
perubahan penatalaksanaan dari hal yang sudah digariskan
dalam pedoman penatalaksanaan.
Kehamilan
Pembedahan
Asma dalam ibadah haji
Steroid dependent asthma (asma yang tergantung steroid)
Steroid resitance asthma (Asma yang resisten dengan steroid)
Asma Kerja
Rinitis, Sinusitis dan Polip hidung
Refluks Gastroesofagus
PENCEGAHAN
TABEL MENGONTROL POLUSI UDARA DI DALAM DAN DI LUAR
RUANGAN
Faktor Pencetus Asma
Kontrol Lingkungan
mite)
ruang utama
Kecoa
debu 2 rangkap
Eliminasi lingkungan yang disukai kecoa seperti tempat
lembab, sisa makanan, sampah terbuka dll
Jamur
Kontrol Lingkungan
Tidak merokok di dalam rumah
Hindari berdekatan dengan orang yang
sedang
merokok
Upayakan ventilasi rumah adekuat
Hindari memasak dengan kayu
Hindari menggunakan spray pembersih
rumah
Hindari menggunakan obat nyamuk yang
menimbulkan asap atau spray dan
mengandung
bahan polutan
Mengontrol Pencetus
Tidak makan dalam 3 jam sebelum tidur.
Pada saat tidur, posisi kepala lebih tinggi dari badan.
Gunakan pengobatan yang tepat untuk meningkatkan
tekanan
esofagus bawah dan mengatasi refluks
Obat-obatan