Atika Prissilia
Pendahuluan
Diagnosi
s
Pencegahan
TB
anak
dewasa
TB
khus
us
Pengobata
n
TB
TB
penyebab
penyebab
kematian
kematiannomor
nomor11
diantara
diantarapenyakit
penyakitinfeksi
infeksi&&
menduduki
mendudukitempat
tempatke-3
ke-3
sebagai
sebagaipenyebab
penyebab
kematian
kematianpada
padasemua
semua
umur
umursetelah
setelah
penyakit
penyakitkardiovaskuler
kardiovaskuler&&
penyakit
penyakitinfeksi
infeksisaluran
saluran
napas
napas
akut
akut
Proporsi individu di
komunitas yang berpeluang
terinfeksi atau terinfeksi
ulang dalam kurun waktu
satu tahun, diperkirakan
dari hasil survei uji
tuberkulin di populasi umum
ARTI (annual
risk of
tubeculosis
infections)
Metode evaluasi TB
DEFINISI TB
TB
DROPLET INFECTION
Ketika penderita TB batuk, bersin,
berbicara atau meludah, mereka
memercikkan kuman TB atau basil ke
udara
Seseorang dapat terpapar dengan TB
hanya dengan menghirup sejumlah
kecil kuman TB
EPIDEMIOLOGI TB
Setiap tahun
diperkirakan 9
juta kasus TB
baru dan 2
juta di
antaranya
meninggal
Dilaporkan dari
berbagai negara
presentase semua
kasus TB pada
anak berkisar
antara 3% sampai
>25%
Dari 9 juta
kasus baru TB
di seluruh
dunia, 1 juta
adalah anak
usia <15 tahun
Etiologi
M. tuberculosis bersifat tahan asam,
berbentuk batang lurus/sedikit
melengkung, tidak berspora, tidak
berkapsul, dengan lebar 0,2-0,6 m,
panjang 1-10 m.
Tumbuh
optimal pada
suhu 37-4100C
Lipid
membuat
kuman tahan
terhadap
asam
sehingga
disebut BTA
aerob obligat
MYCOBACTERIU
M
TUBERCULOSIS
dinding
selnya terdiri
atas lipid
(80%),
peptidoglikan
&
arabinomanna
n
Dinding sel
yang kaya
akan lipid
Kuman TB
Cepat mati
dengan sinar
matahari
langsung
Bertahan hidup
beberapa jam
di tempat
gelap &
lembab
Dalam jaringan
tubuh
dormant(tertid
ur lama selama
beberapa
tahun)
Patogenesis
Perjalanan Alamiah TB
TB anak lokasinya
pada setiap bagian
paru, sedangkan
pada dewasa di
daerah apeks dan
infra klavikuler
Penyembuhan
dengan perkapuran
sedangkan pada
dewasa dengan
fibrosis
Lebih banyak
terjadi penyebaran
hematogen, pada
dewasa jarang
KLASIFIKASI TB ANAK
TB
Primer
TB
Post
Primer
Komplek Primer
Komplikasi paru
dan alat lain
(sistemik)
Reinfeksi
Endogen
Reinfeksi Eksogen
Spesifk
organ/lok
al
Sistemik
Manifestasi Klinis
Sistemik
Demam lama (>
2 minggu), yang
dapat disertai
dengan keringat
malam.
Nafsu makan
tidak ada
dengan gagal
tumbuh dan BB
tidak naik
dengan adekuat
BB turun tanpa
sebab yang jelas
Lesu atau
malaise
Diare persisten
yang tidak
sembuh dengan
pengobatan
baku diare
KGB superfsial
>>, NT (-)
KELOMPOK USIA
BAYI
ANAK
AKIL BALIK
Sering
Jarang
Sering
Sangat jarang
Sangat jarang
Jarang
Sering
Sering
Sering
Batuk Produktif
Sangat jarang
Sangat jarang
Sering
Hemoptisis
Tidak pernah
Sangat jarang
Sangat jarang
Sering
Sangat jarang
Sangat jarang
Ronkhi basah
Sering
Jarang
Sangat jarang
Mengi
Sering
Jarang
Jarang
Fremitus
Sangat jarang
Sangat jarang
Jarang
Perkusi pekak
Sangat jarang
Sangat jarang
Jarang
GEJALA
Demam
Keringat Malam
Batuk
Dyspnoe
TANDA
Spesific Organs
Kelenjar limfe
superfcialis
(terbanyak di
regio colli)
Susunan
saraf pusat
Sistem
skeletal
Kulit :
skrofuloderm
a
Mata :
konjungtivitis
fliktenularis,
tuberkel
koroid
peritonitis TB
TB ginjal
Pemeriksaan Penunjang
Tes Tuberkulin
Hematologi
Rontgen
Bakteriologis
Serologi
Histopatologi
Tes Tuberkulin
Rontgen Thorax
Peritonitis TB
Tuberkulosis Peritoneal
Epidemiologi Peritonitis TB
Patogenesis
infeksi M.
tuberculosis
menyebar secara
hematogen
keorgan-organ
diluar
parutermasuk
peritoneum
Cara Lain
Penjalaran langsung dari kelenjar mesenterika atau dari
tuberkulosis usus
Pada
peritoneum
tuberkel
massa
perkiiuan
membentuk
satu kesatuan
(konfluen)
obstruksi
khusus
melekat pada
organ-organ
abdomen
penggumpala
n omentum di
daerah
epigastrium
kelenjarlim
fe yang
terinfeksi
membesar
pelebaran
vena
dinding
abdomen
ascites
menekan
pada vena
porta
Manifestasi Klinis
Fenomena Papan Catur
Distensi abdomen yang disebabkan oleh
asites
Nyeri pada perut yang samar-samar
Demam yang tidak terlalu tinggi (lowgrade fever)
Penurunan berat badan secara
progresif dalam jangka waktu yang cukup
lama
Diagnosis Peritonitis TB
gambaran patologis
Kultur
Kultur M.
M.
Tuberculosi
Tuberculosi
ss
Biopsi
Biopsi
Peritoneu
Peritoneu
m
m
Analisic
Analisic
Cairan
Cairan
Asites
Asites
Foto Polos
Foto
Polos
Abdomen
Abdomen
Pemeriksaan penunjang
pada peritonitis TB
Foto Polos
Abdomen
Analisis
Cairan
Asites
Biopsi
peritoneum
Kultur
M.tuberculo
sis
In TB the peritoneum is
usually very thick
(arrow)
Tatalaksana peritonitis TB
Tatalaksana medikamentosa
peritonitis TB berupa 4-5 macam
OAT. Selama 2 bulan pertama
diberikan 4-5 macam OAT,
kemudia rifampisin dan isoniazid
dilanjutkan hingga 12 bulan
Kortikosteroid diberikan 1-2
mg/kgBB selama 1-2 minggu
pertama. Pada keadaan obstruksi
usus karena perlengketan, perlu
dilakukan tindakan operasi
Pendekatan diagnosis TB
Anak
Pengobatan TB Anak
TB keadaan khusus
MDR-TB
Multidrug resistance TB
Isolate M. tuberculosis yang resisten
terhadap dua atau lebih OAT lini
pertama, minimal terhadap isoniazid
dan rifampisin
Kecurigaan adanya MDR-TB adalah
apabila secara klinis tidak ada
perbaikan dengan pengobatan.
Pencegahan
Imunisasi BCG
Kemoprofilaksis
Primer
Sekunder
Prognosis
Pada pasien dengan sistem imun yang prima,
terapi menggunakan OAT terkini memberikan
hasil yang potensial untuk mencapai
kesembuhan.
Perhatian lebih harus diberikan pada pasien
dengan imunodefisiensi, yang resisten
terhadap berbagai rejimen obat, yang
berespon buruk terhadap terapi atau dengan
komplikasi lanjut.
Kesimpulan
Peritonitis TB merupakan
presentasi jarang
tuberkulosis pada anakanak. Diagnosisnya lebih
sulit pada anak karena
gejalanya yang non spesifk
dan kesulitan dalam
mengkonfrmasikan
diagnosis
Peritonitis TB
terlihat paling
sering pada orang
dewasa dan
terlihat pada anak
dengan frekuensi
yang lebih rendah
Daftar Pustaka
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku ajarRespirologi Anak. Edisi 1. Jakarta: Ikatan Dokter
anakIndonesia. 2012.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis. Jilid 1. Jakarta: Ikatan Dokter
anakIndonesia. 2011.
Nelson LJ, Schneider E, Wells CD, and Moore M.Nelson Textbook ofPediatrics. Chapter
XVIIInfection:SectionIIIBacterialInfection:Tuberculosis. 18th edition. Philadelphia: W.B.Saunders
Company, 2007.
Rahajoe, Nastiti N., dkk. Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. UKK Pulmonologi PP IDAI, Juni, 2007.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Cetakan ke-11.
Jakarta : Infomedika. 2007.
Kartasasmita, Cissy B. Epidemiologi Tuberkulosis. Sari Pediatri 2009;11(2):124-9
Nagi B, Duggal R, Gupta R, Mehta S. Tuberculous peritonitis in children. Pediatr Radiol. 1987;17:282
284.
Al Fawaz T, Al Zamil F, Al Mazrou A. Abdominal tuberculosis in children-Case report. Curr Pediatr Res.
2010;14(2): 106-107.
Tinsa, Faten; Essaddam, Leila; Fitouri, Zohra, et al. Abdominal Tuberculosis in Children. Journal of
Pediatric Gastroenterology and Nutrition. June 2010;50(6): 634-638.
Gurkan F, Ozates M, Bosnak M, Dikici B, Bosnak V, Tas MA. Tuberculous peritonitis in children:
Report of nine patients and review of literature. World J Gastroenterol. December 2008;14(47):72357239.
World Health Organization (WHO). Guidance for national tuberculosis programme on the
management of tuberculosis in children. WHO/HTM/2006.95.
NICE clinical guideline 117. Tuberculosis : Clinical diagnosis and management of tuberculosis and
measures for its prevention and control. NHS : March. 2011.