Anda di halaman 1dari 37

Pneumonia Pada Anak

Disusun oleh :
W. Aryo Kirono
(09700345)
Pembimbing :
dr. Aisyah, Sp.A

Definisi
Pneumonia merupakan proses infeksi akut
yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Juga bisa didefinisikan peradangan yang
mengenai
parenkim
paru,
distal
dari
bronkiolus
terminalis
yang
mencakup
bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat dengan
gejala-gejala batuk, demam dan sesak nafas.

Epidemiologi
Pneumonia merupakan salah satu penyakit

infeksi saluran napas yang terbanyak


didapatkan dan sering merupakan penyebab
kematian
hampir
di
seluruh
dunia.
Berdasarkan penelitian insidensi pneumonia
didapat 4 kasus dari 100 anak prasekolah, 2
kasus dari 100 anak umur 5-9 tahun dan 1
kasus dari 100 anak umur 9-15 tahun.

Epidemiologi
Di

Indonesia
berdasarkan
hasil
Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007
menunjukkan prevalensi nasional ISPA 25,5%,
angka morbiditas pneumonia pada bayi 2,2%,
balita 3%, angka mortalitas pada bayi 23,8%
dan
balita
15,5%.
Berdasarkan
data
WHO/UNICEF tahun 2006 dalam Pneumonia:
The Forgotten Killer of Children, Indonesia
menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kasus
pneumonia pada balita dengan jumlah
penderita mencapai 6 juta jiwa.

Klasifikasi Menurut penyakit


bawaan, yaitu:
Pneumonia primer, yaitu radang paru yang terserang

pada orang yang tidak mempunya faktor resiko tertentu.


Kuman
penyebab
utama
yaitu
Staphylococcus
pneumoniae ( pneumokokus), Hemophilus influenzae,
juga Virus penyebab infeksi pernapasan( Influenza,
Parainfluenza, RSV). Selain itu juga bakteri pneumonia
yang tidak khas( atypical) yaitu mykoplasma,
chlamydia, dan legionella.
Pneumonia sekunder, yaitu terjadi pada orang dengan
faktor predisposisi, selain penderita penyakit paru
lainnnya seperti COPD, terutama juga bagi mereka yang
mempunyai penyakit menahun seperti diabetes mellitus,
HIV, dan kanker,dll.

Klasifikasi Menurut tempat asal


terjadinya infeksi, yaitu:
Community acquired pneumonia (CAP; pneumonia yang

terjadi di lingkungan rumah), juga termasuk Pneumonia


yang terjadi di rumah sakit dengan masa inap kurang dari
48 jam. Kuman penyebab sama seperti pada pneumonia
primer.
Nosokomial pneumonia atau hospital acquired pneumonia
(HAP, pneumonia yang terjadi di rumah sakit), infeksi
terjadi setelah 48 jam berada di rumah sakit. Kuman
penyebab sangat beragam, yang sering di temukan yaitu
Staphylococcus aureus atau bakteri dengan gramm
negatif lainnya seperti E.coli, Klebsiella pneumoniae,
Pseudomonas aeroginosa, Proteus, dll. Tingkat resistensi
obat tergolong tinggi untuk bakteri penyebab HAP.

Klasifikasi Menurut gambaran klinis,


yaitu:
Typical pneumonia, infeksi radang paru dengan

gejala yang khas. Gejala yang khas (typical) dari


pneumonia yaitu munculnya secara tiba-tiba di
ikuti dengan batuk berdahak, demam dalam
waktu singkat dan menggigil, dan sesak
napas(dyspnea). Sekitar 30% hanya merasakan
sakit dada yang hebat (pleura) sebagai gejala
utama tanpa di ikuti simptom khas pneumonia.
Selain itu penderita cepat lelah, tidak nafsu
makan, berkeringat dan rasa mual.
Atypical pneumonia sebagai kebalikannya

Klasifikasi Menurut predileksi infeksi


yaitu:
Pneumonia lobaris. Pneumonia focal yang

melibatkan satu / beberapa lobus paru.


Bronkus besar umumnya tetap berisi udara
sehingga
memberikan
gambaran
airbronchogram.
Konsolidasi
yang
timbul
merupakan hasil dari cairan edema yang
menyebar melalui pori-pori Kohn. Penyebab
terbanyak
pneumonia
lobaris
adalah
Streptococcus pneumoniae. Jarang pada bayi
dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada
satu lobus atau segmen. Kemungkinan
sekunder disebabkan oleh adanya obstruksi

Bronkopneumonia. Ditandai dengan adanya bercak-

bercak infiltrate multifocal pada lapangan paru.


Dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus. Sering
pada bayi dan orang tua. Jarang dihubungkan
dengan obstruksi bronkus.
Pneumonia interstitial. Dapat dikatakan sebagai
pneumonia fokal/difus, di mana terjadi infiltrasi
edema dan sel-sel radang terhadap jaringan
interstisial paru. Septum alveolus berisi infiltrat
limfosit, histiosit, sel plasma dan neutrofil. Dapat
timbul pleuritis apabila peradangan mengenai
pleura viseral.

etiologi
Usia

Etiologi yang
sering

Etiologi yang
jarang

Lahir 20 hari

Bakteri

Bakteri

E. colli

Bakteri anaerob

Streptoccous group Streptoccus group


D
B
Listeria
monocytogenes

Haemophilllus
influenzae
Streptococcus
pneumoniae
Ureaplasma
urealyticum
Virus
Virus sitomegalo
Virus Herpes

Etiologi
Usia

Etiologi yang
sering

Etiologi yang
jarang

3 minggu-3 bulan

Bakteria
Clamydia
trachomatis
Streptococcus
pneumoniae
Virus
Respiratory
syncytial virus
Influenza virus
Para influenza
virus 1,2 and 3
Adenovirus

Bakteria
Bordetella pertusis
Haemophillusinflue
nza type B & non
typeable
Moxarella
catarrhalis
Staphylococcus
aureus
Ureaplasma
urealyticum
Virus
Cytomegalovirus

Etiologi
Usia

Etiologi yang
sering

Etiologi yang
jarang

4 bulan-5 tahun

Bakteria
Streptococcus
pneumoniae
Clamydia
pneumoniae
Mycoplasma
pneumoniae
Virus
Respiratory
syncytial virus
Influenza virus
Parainfluenza virus
Rhinovirus
Adenovirus

Bakteria
Haemophillus
influenza type B
Moxarella
catarrhalis
Neisseria
meningitis
Staphylococcus
aureus
Virus
Varicella zoster
virus

Etiologi
Usia

etiologi yang
sering

Etiologi yang
jarang

5 tahun - remaja

Bakteria
Clamydia
pneumoniae
Mycoplasma
pneumoniae
Streptococcus
pneumoniae

Bakteria
Haemophillus
influenza type B
Legionella species
Staphylococcus
aureus
Virus
Adenovirus
Epstein barr virus
Influenza virus
Parainfluenza virus
Rhinovirus
Respiratory
syncytial virus

Mikroorganisme penyebab pneumonia


menurut keadaan klinis terjadinya infeksi
Communityy-acquired acute pneumonia
Streptococcus pneumonia
Haemophilus influenzae
Moraxella catarrhalis
Staphylococcus aureus
Legionella pneumophila
Enterobacteriaceae (Klebsiella pneumoniae) and Pseudomonas spp.
Community-acquired atypical pneumonia
Mycoplasma pneumonia
Chlamydia spp. (C. pneumoniae, C. psittaci, C. trachomatis)
Coxiella burnetii (Q fever)
Viruses: respiratory syncytial virus, parainfluenza virus (children);
influenza A and B (adults); adenovirus
(military recruits); SARS virus

Mikroorganisme penyebab
pneumonia menurut keadaan klinis
terjadinya infeksi
Hospital-acquired pneumonia
Gram-negative rods, Enterobacteriaceae (Klebsiella spp., Serratia
marcescens, Escherichia coli) and
Pseudomonas spp.
Staphylococcus aureus (usually penicillin resistant)
Pneumonia kronis
Nocardia
Actinomyces
Granulomatous: Mycobacterium tuberculosis and atypical
mycobacteria, Histoplasma capsulatum,
Coccidioides immitis, Blastomyces dermatitidis

Klasifikasi Pneuminia
Pneumonia sangat berat : bila ada sianosis sentral dan

tidak sanggup minum, harus dirawat di RS


Pneumonia berat : bila ada retraksi, tanpa sianosis dan
masih sanggup minum, harus dirawat di RS dan diberi
antibiotic
Pneumonia : bila tidak ada retraksi , tetapi napas cepat :
>60 x/menit pada bayi < 2 bulan
>50 x/menit pada anak 2 bulan 1 tahun
>40 x/menit pada anak 1 5 tahun

Tidak perlu dirawat, cukup diberi antibiotik oral


Bukan pneumonia : hanya batuk tanpa tanda dan gejala

seperti di atas, tidak perlu dirawat, tidak perlu antibiotik

Patofisiologi

Kuman masuk ke saluran napas atas


Mekanisme pertahanan terganggu Terbentuk
sekret virulen
Sekret berlebih turun ke alveoli
Kuman masuk ke saluran napas atas
Inflamasi

Patofisiologi
Bakteri penyebab terisap ke paru-paru melalui
saluran napas menyebabkan reaksi jaringan berupa
edema,
yang
mempermudah
proliferasi
dan
penyebaran kuman. Bagian paru yang terkena
mengalami konsolidasi, yaitu terjadinya sebukan sel
PMN (Polimorfonuklear), fibrin, eritrosit, cairan edema
dan kuman ke alveoli.
Mikroorganisme masuk melalui hidung atau mulut
kemudian ke trakea dan bronkus menyebabkan sekret
meningkat dan terjadi sarang infiltrat tersebar. Pada
anak, bronkopneumonia lebih sering terjadi daripada
pneumonia lobaris.

Faktor resiko
Faktor intrinsik :

- status gizi
- status imunisasi
- pemberian ASI
- umur anak
Faktor ekstrinsik :
- ventilasi
- polusi udara

Gejala Klinis
Demam.
Meningismus
Anoreksia
Muntah
Diare
Nyeri abdomen
Sumbatan nasal
Keluaran nasal.
Batuk
Bunyi pernafasan
Sakit tenggorokan

Gejala

umum saluran pernapasan bawah


berupa batuk, takipneu, ekspektorasi sputum,
cuping hidung, sesak napas, merintih, dan
sianosis. Anak yang lebih besar lebih suka
berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut
tertekuk karena nyeri dada.
Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam saat
bernapas bersama dengan peningkatan
frekuensi napas)., perkusi pekak, fremitus
melemah, suara napas melemah, dan ronkhi.

Tanda efusi pleura atau empiema berupa

gerak dada tertinggal di daerah efusi, perkusi


pekak, fremitus melemah, suara napas
melemah, friction rub, nyeri dada karena
iritasi pleura, kaku kuduk/meningismus (iritasi
meningen tanpa inflamasi), nyeri abdomen
(kadang
terjadi
bila
iritasi
mengenai
diafragma pada pneumonia lobus kanan
bawah).
Tanda infeksi ekstrapulmonal

Tanda Klinis Pneuminia


Napas cepat
< 2 bulan = > 60 x/mnt
2 bln 1 thn = > 50 x/mnt
1 5 thn = > 40 x/mnt

Chest Indrawing
(subcostal retraction)

Pemeriksaan Penunjang Radiologis


Infiltrat interstitial, ditandai dengan peningkatan

corakan bronkovaskuler, peribronchial cuffing, dan


hiperaerasi
Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru-paru

dengan air bronchogram


Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus

merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak


infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer
paru, disertai dengan peningkatan corakan
peribronkial.

Laboratorium
Leukositosis yang berkisar antara 15.000-40.000/mm3

dengan predominan PMN


Leukopenia (<5.000mm3)
Pada infeksi Chlamydia pneumonia kadang-kadang

ditemukan eosinofilia
Hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan LED tidak

dapat membedakan antara infeksi virus dan infeksi


bakteri secara pasti

Diagnosis
Predikator paling kuat pneumonia adalah demam,
sianosis, dan lebih dari satu gejala respiratori sebagai
berikut :
Takipnea
Batuk
Napas cuping hidung
Retraksi
Ronki
Suara napas melemah

Differential Diagnosis
Effusi Pleura
Atelektasis
TBC paru
Tumor Paru

Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana


Untuk Pelayanan Kesehatan Primer
Bayi dan anak berusia 2 bulan 5 tahun
Pneumonia berat
oBila ada sesak napas
oHarus dirawat dan diberikan antibiotik
Pneumonia

oBila tidak ada sesak napas


oAda napas cepat
oTidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral

Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana


Untuk Pelayanan Kesehatan Primer
Bukan pneumonia
Bila tidak ada napas cepat dan sesak napas
Tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik,
hanya diberikan pengobatan simptomatis
seperti penurun panas

Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana


Untuk Pelayanan Kesehatan Primer
Bayi berusia dibawah 2 bulan
Pneumonia
oBila ada napas cepat atau sesak napas
oHarus dirawat dan diberikan antibiotik
Bukan pneumonia

oTidak ada napas cepat atau sesak napas


oTidak perlu dirawat, cukup diberikan
pengobatan simptomatis

penatalaksanaan
Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap

adalah pengobatan kausal dengan antibiotika


yang sesuai, serta tindakan suportif
Antibiotik dipilih berdasarkan pengalaman

empiris, yaitu kemungkinan etiologi penyebab


dengan mempertimbangkan usia dan keadaan
klinis pasien serta faktor epidemiologis

Pneumonia rawat jalan


Pada pneumonia rawat jalan diberikan

antibiotik lini pertama secara oral misalnya


amoksisilin atau kotrimoksazol
Dosis amoksisilin yang diberikan adalah 25

mg/KgBB
Dosis kotrimoksazol adalah 4 mg/kgBB TMP

20 mg/kgBB sulfametoksazol)

Pneumonia Rawat Inap


Pilihan antibiotika lini pertama dapat

menggunakan beta-laktam atau kloramfenikol


Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap

obat diatas, dapat diberikan antibiotik lain seperti


gentamisin, amikasin, atau sefalosporin
Terapi antibiotik diteruskan selama 7-10 hari

pada pasien dengan pneumonia tanpa komplikasi

Peran Makrolid Pada


Pneumonia Atipik
Bakteri atipik umumnya tidak responsif terhadap

antibiotik golongan beta-laktam


Makrolid merupakan antibiotik pilihan utama
pada pneumonia atipik
Eritromisin mempunyai efektivitas klinis yang
baik pada infeksi Mycoplasma pneumoniae, tetapi
tidak efektif dalam mengeradikasikan
mikroorganisme dari jaringan.
Dosis eritromisin untuk anak berkisar antara 3050 mg/kgBB/hari, diberikan setiap 6 jam selama
10-14 hari

Tindakan Pencegahan
Perawatan selama masa kehamilan
Perbaikan gizi balita
Pemberian imunisasi lengkap pada anak
Memeriksakan sedini mungkin apabila

anak batuk
Mengurangi polusi di dalam dan di luar
rumah
Menjauhkan balita dari penderita batuk

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai