Anda di halaman 1dari 32

Pneumonia sepsis,

AF
Puspa Maharani
Elizabeth Valentina

Pembimbing: dr. Erik Hadimuljono, Sp.EM

Identitas Pasien
Nama

: Ny.M

Jenis Kelamin

: Wanita

Usia

: 72 tahun

No. Register

: 1164xxxx

Alamat

: Tulungagung

Pekerjaan

:-

Status

: Menikah

Primary
Survey
A : Paten, suara nafas tambahan (snoring, gargling, stridor)
(-).
B : Ekspansi dada simetris, RR 27 x/menit, regular,
kedalaman normal, saturasi O2 85%, retraksi dinding dada
(-).
C : TD: 120/43 mmHg, Nadi : 118x/menit, kuat, regular,
akral hangat,lembab CRT < 2 detik
D : GCS 456, pupil bulat isokor 3mm / 3mm
E : Suhu aksila 36,5C

Pasien masuk triage P 1

Initial
Treatment
A

: -

: O2 via NRBM 10 lpm

: IV line NaCl 0,9% 20 tpm

D : -

Anamnesa (Autoanamnesa)
Keluhan Utama : sesak
nafas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh sesak nafas sejak
seminggu yang lalu dan memberat
sejak 4 hari yang lalu SMRS. Sesak
muncul pada awalnya didahului
Selama seminggu itu, pasien belum
pernah berobat ke mana pun.
Pasien juga mengeluh badan terasa
lemas. DOE(+), orthopneu (-)

Anamnesa
Riwayat Penyakit
Dahulu
Pasien memiliki riwayat
HT dan jantung kurang
lebih sejak 6 yang lalu
Riwayat DM tidak
diketahui
Riwayat Pengobatan

Secondary Survey
Keadaan umum: tampak sakit sedang BW 55 kg
Height 160 cm
2
GCS 456+
BMI 34,37 kg/m
BP = 120/43
mmHg

PR = 110
x/menit,
regular,
kuat

RR = 27 x/menit,
regular, kedalaman
normal

Head

Conjuctiva
anemic (+)
Sclera icteric
(-)

Pupil isokor 3/3mm

Neck

JVP flat, 300


position

Thorax
Cor

Pulmo

Abdomen

Tax : 36,5 0C

Lnn. Enlargement (-)

Ictus invisible & palpable at ICS VI AAL S


RHM ~SL D, LHM ~ ictus
S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-)
Simetris

Sonor + +

v v

+ +

v v

+ +

v v

Rh + ++-

Wh - - - -

Flat, soefl, Bowel Sound + N, liver span 8 cm. Traubes space timpani,

Status Neurologis
GCS: 456
Meningeal Sign: Kaku kuduk (-), Kernig Sign (-),
Brudzinski I/II (-)
Nervus Kranialis:
N II: visus ODS kesan N/N, visual field N/N, funduskopi
tidak dievaluasi
N III, IV, VI: ptosis -/-, pupil bulat isokor 3mm/3mm,
reflex cahaya +/+,
gerakan bola mata
kesan N/N
N V: Reflex kornea +/+
N VII: kesan normal
N VIII: kesan normal
N IX, X: kesan normal
N XI: kesan normal
N XII: kesan normal

Status Neurologis
Motorik :
Tonus N N Kekuatan otot tidak bisa dievaluasi
(pasien lemas)
NN
Sensoris: dalam batas normal
Otonom: kateter (+)
Physiological Reflex :
BPR
+2/+2
TPR
+2/+2
KPR
+2/+2
APR
+2/+2
Pronator sign -/+
Pathological Reflex :
Hoffman -/- Tromner -/Babinski -/ Chaddock -/- Oppenheim -/Gordon -/ Schaeffer -/- Gonda -/-

Thorak AP
Soft tissue: normal
Bone : normal
Trakea :ditengah
Sudut kostophrenicus: D: tajam S: sde
Cor: letak ditenga, bentuk normal,
ukuran membesar
Hilus: D/S: corakan vaskular meningkat
Pulmo D/S: tampak gambaran infiltrat
pada lapang paru tengah

kardiogr
af

Diagnosis Kerja
Dari primary survey dan secondary
survey
yang
meliputi
anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yang lains, dapat didiagnosa
pasien ini mengalami:
SOB dt pneumoni
Hiperkalemi
AF RVR

DISPOSITION
department

pulmonary
13

DISKUSI KASUS

SYOK SEPSIS
Infeksi:
Fenomena mikrobial ditandai dengan adanya respon inflamasi
terhadap keberadaan organisme atau invasi organisme terhadap
jaringan yang dalam keadaan normal steril
Bakteremia
Terdapat bakteri yang hidup dalam darah tanpa memperhatikan
respon tubuh host
SIRS
sistemik inflamasi respons dengan kondisi minimal 2 di bawah ini
Tax >38oC atau <36oC
HR > 90x/m, RR >20x/m,
Leukosit >12.000 atau <4000
Sepsis : respon sistemik terhadap suatu infeksi. Ditandai dengan
gejala SIRS
15

Syok septik: sepsis yang disertai kondisi hipotensi karena


abnormalitas perfusi. Pada pasien dengan vasopresor atau inotropik
mungkin tidak menimbulkan klinis hipotensi namun tetap
dipertimbangkan sebagai syok septik
# pada geriatri, usia sangat muda maupun imunokompromais,
presentasi klinis cenderung atipikal dan tidak disertai demam atau
sumber infeksi yang terlokalisir
# TTV abnormal seperti tensi, takikardi maupun takipneu dapat
dikategorikan sepsis meskipun tidak terdapat demam
# sumber infeksi dominan pada paru-paru, sal.kemih, abdomen
maupun kulit

Prinsip Manajemen

Deeteksi dini
Kontrol sumber infeksi
Terapi antibiotik adekuat
Support ventilasi
Resusitasi dan support hemodinamik
Monitor EKG, O2 dan TTV
Lab: DL, GDS, kultur darah, SE, Ur/Cr,
kultur urine, BGA

Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit saluran
napas bawah (lower respiratory tract
(LRT)) akut, biasanya disebabkan oleh
infeksi dengan sumber utama bakteri,
virus, mikroplasma, jamur, berbagai
senyawa kimia maupun partikel

Faktor resiko
Faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan
peningkatan risiko pneumonia antara lain usia >
65 tahun; dan usia < 5 tahun, penyakit kronik
(misalnya ginjal, dan paru), diabetes mellitus,
imunosupresi (misalnya obat-obatan, HIV),
ketergantungan alkohol, aspirasi (misalnya
epilepsi), penyakit virus yang baru terjadi
(misalnya influenza), malnutrisi, ventilasi
mekanik, pascaoperasi, lingkungan, pekerjaan,
pendingin ruangan

Klinis
Biasanya didahului oleh infeksi saluran
napas akut bagian atas selama beberapa
hari, kemudian diikuti dengan demam,
menggigil, suhu tubuh kadang-kadang
melebihi 40oC, sakit tenggorok, nyeri otot,
dan sendi. Juga disertai batuk, dengan
sputum purulen, kadang-kadang berdarah

Terapi
Antibiotik (broad spectrum) : penisilin,
aminoglikosida, floroquinolon, doksisiklin
Pertahankan PaO2

Atrial Fibrilasi
ketidakteraturan irama dan peningkatan frekuensi atrium
sebesar 350-650 x/menit atrium menghantarkan
implus terus menerus ke nodus AV menimbulkan
respon ventrikel yang sangat ireguler
karena meningkatnya kecepatan dan tidak
terorganisirnya sinyal-sinyal listrik di atrium, sehingga
menyebabkan kontraksi yang sangat cepat dan tidak
teratur (fibrilasi)
ditandai dengan heart rate yang sangat cepat sehingga
gelombang P di dalam EKG tidak dapat dilihat

EKG
Kecepatan QRS biasanya normal atau
cepat dengan gelombang P tidak ada atau
jikapun ada menunjukkan depolarisasi
cepat dan kecil sehingga bentuknya tidak
dapat didefinisikan

Klasifikasi AF
AF respon cepat (rapid response) dimana
laju ventrikel lebih dari 100 kali permenit
AF respon lambat (slow response)
dimana laju ventrikel lebih kurang dari 60
kali permenit
Af respon normal (normo response)
dimana laju ventrikel antara 60-100 kali
permenit

AF dengan hemodinamik tidak stabil


(gagal jantung, angina atau infark miokard
akut)
AF dengan hemodinamik stabil

Berdasarkan AHA
AF deteksi pertama yaitu tahap dimana belum pernah terdeteksi AF
sebelumnya dan baru pertama kali terdeteksi.
AF paroksimal bila atrial fibrilasi berlangsung kurang dari 7 hari.
Lebih kurang 50% atrial fibrilasi paroksimal akan kembali ke irama
sinus secara spontan dalam waktu 24 jam. Atrium fibrilasi yang
episode pertamanya kurang dari 48 jam juga disebut AF
Paroksimal.
AF persisten bila atrial fibrilasi menetap lebih dari 48 jam tetapi
kurang dari 7 hari. Pada AF persisten diperlukan kardioversi untuk
mengembalikan ke irama sinus.
AF kronik atau permanen bila atrial fibrilasi berlangsung lebih dari 7
hari. Biasanya dengan kardioversi pun sulit untuk mengembalikan
ke irama sinus (resisten)

Alkohol, kafein

Obat-obatan
Proses infeksi

Segala sumber infeksi

Neurogenic, kelianan
endokrin

Stroke, SAH, hipertiroid

Pericarditis, miocarditis, amiloidosis,


peningkatan usia
Peningkatan katub jantung, hipertrofi jantung,
kardiomiopati, HT pulmo, tumor intracardiac

Proses inflitratif dan


inflamasi
Peningkatan tekanan
atau resistensi atrium

Etiologi

Manajemen AF
mengembalikan lagi irama sinus dan
menurunkan risiko terjadinya stroke
dengan terapi antirombolitik

Medikamentosa
Rhythm control mengembalikan ke irama sinus sehingga
memungkinkan golongan I seperti quinidine, disopiramide dan
propafenon, golongan III dapat diberikan amiodaron. Dapat juga
dikombinasi dengan kardioversi dengan DC shock. Pengembalian
irama sinus dengan obat-obatan (amiodaron, flekainid, atau sotalol)
bisa mengubah AF menjadi irama sinus atau mencegah episode AF
lebih jalnjt. Antikoagulasi untuk mencehag tromboembolik sistemik

Rate control dan pemberian antikoagulan di lakukan dengan


pemberian obat-obat yang bekerja pada AV node dapat berupa
digitalis, verapamil, dan obat penyekat beta ( bloker). Amiodaron
dapat juga digunakan untuk rate control

Non medikamentosa

Kardioversi eksternal dengan DC shock dapat dilakukan pada


setiap penderita AF. Jika pasien mengalami AF sekunder, penyakit
penyerta harus dikoreksi terlebih dahulu. Jika AF lebih dari 48 jam
maka harus diberikan antikoagulan selama 4 minggu dan 3 minggu
pasca kardioversi untuk mencegah terjadinya stroke akibat emboli.

Terima kasih

32

Anda mungkin juga menyukai