Anda di halaman 1dari 19

RESPONSI PSIKIATRI

SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESIF

Oleh :
Puspa Maharani
140070200011070

Pembimbing :
dr. Happy Indah Hapsari, Sp.KJ(K)

LABORATORIUM ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

I. Identitas
Nama

: Ny. NI

Umur

: 44 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Alamat

: Jl. Samadi Gg.3 Kav. 8, Bambuasri, Batu

Pekerjaan

: Guru SMA

Pendidikan

: S1

Status pernikahan

: Menikah

Suku bangsa

: Jawa

Agama

: Islam

No. Rekam Medis

: 10288095

Tanggal periksa di Poli Psikiatri RSSA: 24 Oktober 2016 pukul 10.40

II. Keluhan Utama :


Pasien ingin bunuh diri
III. Riwayat penyakit sekarang :
A. AUTOANAMNESIS
Pasien diperiksa di poli psikiatri RSSA pada tanggal 24 Oktober 2016. Pasien adalah wanita bernama
Nurul Ilmiah berusia 44 tahun. Pasien dating ke poli psikiatri RSSA ditemani oleh suami pasien.
Autoanamnesa dilakukan pada hari Senin, 24 Oktober 2016 di poli psikiatri RSSA pukul 10.40.

: Selamat siang ibu saya dokter muda Puspa, saya tanya-tanya sedikit boleh
ya bu?

: iya (muka datar)


1

: Ibu namanya?

: Nurul Ilmiah (benar)

: Usia berapa bu?

: 44 (benar)

: Ibu rumahnya dimana ?

: Batu

: Ingat alamat lengkapnya bu?

: jalan Samadi Gang 3 Kavling 8, Bambuasri, Batu

: ibu bekerja? Kerja apa?

: guru SMA

: Kesini sama siapa bu?

: suami saya.

: ibu ke sini kenapa bu? Tau nggak?

: saya gila

: Lo kok tau kalau gila? Kenapa bu?

: saya pengen mati. Kata suami saya, saya suka marah-marah. Wes tak mati
ae yo mbak.

: Lo ya jangan bu. Kenapa kok ibu kepengen mati?

: nggak berguna. (pasien mulai mengayun-ngayunkan tangannya) saya nggak


ada gunanya mbak ya mending tak mati. Aku mati yo.

: Lo kok bilang nggak berguna kenapa gitu bu? Ada yang bilang ibu nggak
berguna?

: ya nggak ada. Saya aja. Di rumah males itu.

: Males gimana bu?

: ya males. Males mandi. Males ngapa-ngapain. Semua suami saya yang


ngerjakan.

: ya suaminya kalau begitu dibantu ya bu


2

: males

: ya dilawan bu rasa malasnya, ibu sudah punya anak?

: sudah

: anaknya berapa?

: satu. Anu....autis

: oh anaknya autis, umur berapa bu?

: umur 13 tahun

: lo ibu sekarang masih bekerja?

: udah 3 bulan ini nggak. Di rumah

: di rumah momong anak ya bu?

: ya ndak. Yang ngurus anak suami.

: terus ibu di rumah ngapain kegiatannya?

: ndak tau. Males...males mbak. Ya paling njemur (diam). Aku mati wes mbak.

: lo ya jangan bu, kan kasian suami sama anaknya ibu nanti

: nggak papa. Suami saya bisa sendiri. Anak saya nggak butuh saya. Saya lo
ndak berguna.

: siapa yang bilang ibu nggak berguna? Ada yang bisikin ibu?

: iya

: gimana bu suaranya?

: ya nggak jelas tapi saya disuruh mati aja. Nggak berguna gitu.Tadi liat
jembatan udah pengen lompat. Tapi ndak berani. Takutnya kalo nggak bisa
langsung mati.

: oh gitu...jangan ya bu, kan kasian nanti suami sama anaknya ibu. Kalau ibu
sakit nanti biayanya makin besar, malah susah. Kan lebih baik ibu sehat,
semua seneng

: oh iya! (pasien tiba-tiba berdiri) betul yo! Aku kudu sehat yo mbak!

: nah iya, ibu harus semangat harus sehat


3

: mbak aku tak ambek mondar-mandir yo (pasien berjalan mondar-mandir)

: bu, selain mendengar suara, ibu melihat sesuatu yang tidak dilihat orang
lain?

: ndak

: Ibu awalnya seperti ini kenapa bu? Ada yang bikin stress?

: ya pusing mbak. Katanya saya gila. Udah minum obat nggak sembuhsembuh

: oh...sudah dari berapa lama bu?

: ya lama. Saya lupa

: berapa tahun? 5 tahun ada?

: lebih. 10 tahun paling

: ibu dibilang gilanya kenapa? Ibu sering marah-marah di rumah?

: ya kadang-kadang. Kata suami saya gitu. Terus katanya saya suka nghayal.
Saya bilang dimasukin jin itu nggak ada yang percaya.

: oh ibu dimasukin jin? Sejak kapan bu? Ibu melihat sendiri jinnya?

: ya ndak liat. Tapi saya tau saya kayak gini digerakkan jin. (pasien masih
gelisah). Mbak aku pengen mati ii tapi

: lo kan tadi sudah mau janji buat sehat bu. Ibu tau nggak kalau ibu sakit?
Bener nggak perbuatannya ibu ini?

: ya tau...ndak bener...tapiii (pasien diam) gimana mbak caranya biar


sembuh?

: ya ibuk harus merubah pola pikir. Jangan mikir ibu ngga berguna, harus
dikalahkan rasa malasnya

: males

: lo kan mau sembuh bu. Ibu coba di rumah bantu-bantu suami ngepel, atau
nyapu. Ya? Kalau di rumah suka baca koran atau nonton tivi bu?

: ya jarang. Saya males.

: tapi masih tau ya presiden kita siapa?

: Jokowi (benar)

: oh iya...kalau seminggu lalu ibu ingat nggak tinggal dimana?

: di sini...di rumah sakit (benar)

: iyak...tadi pagi ibu naik apa ke sini sama bapak?

: mobil (benar)

: bu saya sebutin tiga kata diingat baik-baik ya. Nanti saya tanya. Meja, pena,
mobil. Meja....pena...mobil...ya

: (mengangguk)

: bu...ibu kan guru SMA ya, ibuk tau nggak arti peribahasa ada udang di balik
batu?

: tau (mengangguk) ada maksud tersembunyi (benar)

: iyak benar. Ibu coba ya saya tanya. 100 dikurangi 7 berapa bu?

: 93 (benar)

: kalau 93 dikurangi 7?

: (diam) 85 eh 86

: kalau 86 dikurang 7?

: haduh piro yo...79

: ibuk bisa menulis kan? Coba tulis ya (memberikan kertas dan bolpen)

: iya. Saya harus sembuh (pasien menulis saya harus sembuh)

: iyak begitu bu. Coba yang kedua ditulis jangan malas

: jangan malas (pasien menulis jangan malas)

: bu coba balik kata ini ya. Meja. Dibalik coba bu

: A...jem

: iyak benar ya. Bu coba tadi saya kasih 3 kata buat ibu diulangi. Apa aja tadi?

: (diam) Meja, bolpen, mobil

: pena bu, iya tapi sama ya. Bu, perasaan ibu sekarang bagaimana? Seneng
5

atau sedih atau biasa saja?

: sedih. Saya nggak berguna.

: emm begitu. Yang penting ibu sekarang harus semangat ya bu. Jangan
bunuh diri. Harus sehat ya. Yasudah ibu, saya boleh tanya-tanya ke
bapaknya yaa.

: iya. Makasih mbak.

B. HETEROANAMNESIS (dengan suami pasien)


Heteroanamnesis dilakukan dengan suami pasien. Heteroanamnesa dilakukan di rumah pasien pada
hari Rabu, 26 Oktober 2016 pukul 20.00
Menurut keterangan dari suami pasien, pasien sudah menderita sakit ini semenjak remaja.
Namun suami pasien tidak mengetahui persis sejak usia berapa. Menurut suami faktor penyebab
diduga tekanan oleh keluarga pasien merupakan keluarga kurang mampu dengan jumlah anak yang
cukup banyak. Sehingga sebagai anak kedua di keluarganya, pasien dituntut untuk dapat membantu
biaya hidup keluarga. Ditambah kakak pertama pasien menderita sakit gangguan jiwa juga sehingga
harapan keluarga terletak pada pasien.
Suami pasien mengatakan keluhan sakit ini muncul kembali semenjak 4 bulan lalu dan menurut
suami pasien ini merupakan kekambuhan yang paling parah jika dibandingkan dengan kekambuhan
sebelum-sebelumnya. Pada kekambuhan kali ini, dicetuskan oleh adanya tekanan di tempat kerjanya.
Menurut suami pasien, 4 bulan lalu pasien sedang kewalahan menyusun tugas yang diberikan oleh
sekolah tempat pasien bekerja. Semenjak itu pasien sering menyendiri dan murung hingga lamakelamaan pasien sering mengatakan bahwa dirinya tidak berguna dan ingin bunuh diri. Pasien juga
mendengar suara-suara yang tidak jelas namun pasien meyakini suara itu menyuruhnya untuk bunuh
diri. Pasien juga merasa dirinya dirasuki jin namun pasien tidak melihatnya. Oleh karena keinginan
bunuh dirinya semakin memuncak, pasien dirawat inapkan oleh suami di RSSA seminggu yang lalu.
Pasien masuk ruang 23e RSSA tanggal 13 Oktober 2016 dan keluar tanggal 19 Oktober 2016 karena
batas waktu yang ditanggung oleh BPJS. Oleh pihak sekolah tempat pasien bekerja, pasien diberikan
izin cuti sementara sudah selama 2 bulan terakhir. Menurut suami, pasien juga malas melakukan
aktivitas rumah tangga seperti mengepel, menyapu. Namun jika pasien diminta tolong oleh suami
pasien, pasien mau dan mampu mengerjakan. Pasien juga masih mampu melakukan aktifitas seharihari seperti mandi dan makan.
Pasien memiliki 1 orang anak laki-laki berusia 13 tahun. Anak pasien menderita autis dan
bersekolah di sekolah luar biasa di daerah Joyogrand, Tidar, Malang. Sehari-harinya selama 4 bulan
terakhir, interaksi pasien dengan anak pasien dirasa kurang. Pasien hanya menemani anak bermain
sambil menonton televisi. Anak pasien menjadi lebih sering dirawat oleh suami pasien. Suami pasien
sering menyuapi, membereskan mainan, dan menyiapkan peralatan sekolah anak. Suami pasien
sendiri bekerja sebagai guru SMA di Ngantang. Setiap harinya selama pasien sakit, suami pasien
menyiapkan anak sekolah, bekal, dan mengantarkan anaknya sekolah di Joyogrand kemudian pergi
bekerja di Ngantang.
Kegiatan sehari-hari pasien di rumah adalah menonton televisi, menjemur pakaian, dan tidurtiduran. Akhir-akhir ini pasien malas shalat. Namun terkadang suami pasien memotivasi pasien untuk
shalat dan mengaji. Jika pasien sedang timbul ide untuk bunuh diri, suami pasien biasanya memberi
tahu bahwa tindakan bunuh diri merupakan tindakan berdosa dan akan masuk neraka. Setelah itu
baru pasien mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Sejauh ini keinginan pasien untuk bunuh diri
baru sebatas ide, belum sempat melakukan tindakan percobaan bunuh diri. Terkadang pasien di
rumah ditemani adik pasien yang lain. Terkadang juga pasien jalan-jalan di sekitar rumah dan
berbincang-bincang dengan tetangga. Tetangga pasien juga ada yang mengalami gangguan namun
6

sudah sembuh. Pasien biasanya berbagi pengalaman dengan tetangga tersebut.


Menurut suami pasien, pasien sebelumnya merupakan pribadi yang ramah, namun cenderung
tertutup dan murung saat mendapat masalah. Cenderung mudah menyerah dan tidak mau
memikirkan solusinya. Pasien kurang dapat mengambil keputusan dan sehari-harinya sangat
bergantung pada suami. Sehari-harinya pasien juga rajin shalat dan membaca Al-Quran. Pasien juga
pernah bersinggungan dengan rekan kerjanya di sekolah dan pasien merasa tertekan sehingga
pernah muncul kembali sakit ini namun tidak parah.
Pasien sudah berobat di RSSA atas sakitnya ini sejak tahun 2012 dan meminum obat Risperidon
secara rutin. Pasien terkadang mengalami kekambuhan jika ada yang sedang mengganggu
pikirannya. Jika sedang kambuh biasanya pasien marah-marah dan gelisah. Pasien pernah memarahi
tetangga saat sedang kambuh. Namun dari pengakuan suami pasien, tetangga-tetangga sekitar
memaklumi dan mensupport pasien. Terkadang jika tidak ada teman, ada tetangga yang bermain ke
rumah pasien.
Pasien merupakan anak kedua dari 6 bersaudara. Ayah pasien telah meninggal 6 tahun yang lalu
namun suami pasien lupa penyebabnya. Ibu pasien masih hidup dan tinggal bersama kakak pasien
dan 2 adik pasien lainnya. Kakak dan adik kedua pasien mengalami hal yang serupa. Kakak pasien
pernah mengalami gangguan serupa seperti marah-marah dan mengancam tetangganya namun tidak
ada keinginan bunuh diri seperti pasien. Gangguan tersebut kurang lebih 10 tahun lalu dan kakak
pasien sempat menjalani rawat inap di RSSA dan rutin meminum obat. Saat ini kondisi kakak pasien
cukup stabil dan dapat melakukan pekerjaan ringan membantu ibunya. Adik kedua pasien juga
mengalami gangguan yang menurut suami pasien merupakan sebuah tanda depresi yakni sering
murung, diam, mengunci diri di kamar. Kondisi tersebut berlangsung hingga saat ini.

IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


A. ORGANIK : Pasien tidak pernah mengalami sakit berat sebelumnya, tidak pernah rawat inap
di rumah sakit atas penyakit lainnya ataupun menjalani operasi
B.
NON ORGANIK: Pasien rutin berobat ke poli psikiatri RSSA sejak tahun 2012. Pasien pernah
dirawat inap di Rumah Sakit Saiful Anwar di Ruang 23 sebanyak 3 kali. Rawat inap pertama pada
tahun 2013, namun suami pasien lupa berapa lama. Rawat inap kedua pada bulan Jui 2016 karena
pasien sering mendengar suara-suara, gelisah, marah-marah sendiri dan membenci suami serta ingin
bunuh diri. Rawat inap kedua selama kurang lebih 1 minggu. Kemudian rawat inap ketiga pada 13
Oktober 2016 dengan alasan yang sama, yakni kondisi tidak membaik, serta pasien merasa ada jin
yang merasuki dirinya yang tidak dapat ia lihat namun ia rasakan. Pasien tidak pernah dirawat di
tempat lain selain di RSSA. Hingga saat ini keluarga rutin membawa pasien kontrol ke Poli Psikiatri
RSSA setiap satu bulan sekali untuk menerima perawatan. Pasien menerima dua macam obat yaitu
Risperidon dan Fluoroxetin

V. RIWAYAT PREMORBID
A. RIWAYAT PRIBADI:
1. RIWAYAT KELAHIRAN:
Suami pasien tidak mengetahui riwayat kelahiran pasien
2. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG:
Menurut keterangan suami pasien, tidak ada gangguan tumbuh kembang yang dialami
pasien
7

3. RIWAYAT PENDIDIKAN:
Pendidikan terakhir pasien adalah S1 jurusan psikologi
4. RIWAYAT KEAGAMAAN:
Pasien beragama Islam, dan pasien rajin shalat 5 waktu dan sering mengaji setiap
sehabis sholat Subuh.

B. RIWAYAT PSIKOSOSIAL:
Menurut pengakuan suami pasien, dari keluarga pasien sendiri, pasien dituntut untuk dapat
membantu keuangan keluarga terutama adik-adiknya. Sehingga saat remaja pasien mulai mencari
pekerjaan dan sempat menjadi penyiar radio. Di tempat kerjanya pasien cukup ramah dengan muridmuridnya. Namun pasien pernah bersinggungan dengan salah satu rekan kerja dan cukup membuat
beban pikiran bagi pasien. Saat ini pasien tinggal serumah dengan suami dan anak pasien.

Anggota-anggota keluarga :

No. Keluarga

Nama

Usia

Pekerjaan

Keterangan

1. Ayah

Tn.D

Meninggal

2. Ibu

Ny.R

66 th

Pedagang

Hidup/sehat

3. Anak pertama

Tn. W

47 th

Pedagang

Hidup/gangg. Jiwa

4. Anak kedua

Ny. NI

44 th

Guru SMA

Hidup/gangg. Jiwa

5. Anak ketiga

Ny. IW

39 th

Ibu rumah tangga

Hidup/sehat

6. Anak keempat

Ny. P

37 th

Pegawai toko

Hidup/gangg. Jiwa

7. Anak kelima

8. Anak keenam

Tn. J

34 th

Pegawai bengkel

Hidup/sehat

Nn. ZS

31 th

Karyawan

Hidup

C. RIWAYAT KETURUNAN:
Pasien merupakan anak kedua dari 6 bersaudara. Kakak dan adik kedua pasien mengalami
gejala serupa seperti pasien dan tinggal bersama ibu pasien. Kakak pasien sering marahmarah ketika kambuh namun kondisi saat ini sudah stabil menurut suami pasien. Adik kedua
pasien mengalami depresi. Penyebab tidak diketahui oleh suami pasien.

D. FAKTOR PREMORBID:
Kepribadian Premorbid : Pasien merupakan pribadi yang cenderung tertutup jika sedang
memiliki masalah meskipun sehari-harinya pasien tidak mengalami kesulitan berkomunikasi
dengan orang lain. Jika pasien mendapat masalah, maka pasien akan merasa dirinya tidak
dapat menyelesaikan, tidak dapat mengambil keputusan dan sangat bergantung dengan
suami.

E. FAKTOR PENCETUS:
Pencetus pasien adalah ketika pasien mendapat tekanan atau beban dari pekerjaannya.

VI. TIME LINE PERJALANAN PENYAKIT


PRE MORBID

MORBID

DE

F
9

GHI

Keterangan:
A

: Pasien lahir pada tanggal 11 April 1972

: Pada saat pasien remaja, kakak pasien terkena gangguan jiwa

: Pada saat pasien dewasa, pasien mulai mencari pekerjaan dan mendapat tekanan dari keluarga
untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Pada saat itu pasien mulai sering marah-marah dan gelisah
namun hanya dibawa ke Puskesmas setempat (Klaten)

: Pasien menikah dan tinggal bersama suami dan anaknya di Malang

: Pasien beberapa kali kambuh jika sedang tertekan, dan dibawa berobat ke poli Psikiatri RSSA
Malang

: Pasien MRS pertama kali (2013)

: Pasien MRS kedua kali (Juni 2016) karenamendapat beban kerja dan mulai kambuh, mendengar
suara-suara, gelisah, marah-marah dan ingin bunuh diri

: Pasien MRS ketiga kalinya (Oktober 2016) dengan keluhan yang sama

: Pasien kontrol ke poli psikiatri RSSA Malang (24 Oktober 2016)

VII. HOME VISITE

Home visite (kunjungan rumah) dilakukan pada hari Rabu, 26 Oktober 2016, pukul 19.30

Tujuan home visite, antara lain:

Mengetahui hubungan penderita dengan anggota keluarga dan lingkungan


rumahnya.

Mengetahui hubungan psikososial dan lingkungan penderita.

Mencari data tambahan dari keluarga yang tinggal serumah dengan pasien dan
mengetahui perilaku pasien juga kemungkinan stressor psikososial yang
menimbulkan gejala.

Sasaran : Rumah penderita

A. LOKASI RUMAH
Rumah pasien berada Jl. Samadi Gg. 3 Kav.8, Bambuasri, Batu . Lokasinya berada di kampung
belakang jalan utama Batu. Untuk mencapai lokasi tersebut dibutuhkan waktu sekitar 40 menit dari
RSSA dengan menggunakan kendaraan pribadi.
10

Dapur

B. KONDISI RUMAH

Ruang tamu & keluarga

Pasien tinggal di perumahan cluster, pasien tinggal bersama suami dan anaknya. Rumah pasien
tampak kurang rapi dan kotor, dengan beberapa perabotan anak kecil yang berserakan. Rumah
pasien terdapat 2 kamar, namun hanya 1 kamar yang difungsionalkan sebagai kamar tidur. Satu
kamar lainnya digunakan sebagai tempat shalat dan ruang bekerja. Pasien tidur bersama anak dan
suaminya dalam satu kamar. Terdapat ruang tamu yang menjadi satu dengan ruang keluarga dengan
ukuran kurang lebih 3,5m x 7m yang kemudian disekat oleh bifet. Di balik bifet difungsikan sebagai
dapur. Terdapat ruang dapur asli yang difungsikan sebagai gudang, garasi yang difungsikan sebagai
tempat mencuci dan menjemur pakaian. Ventilasi rumah pasien kurang dan higienisitas pada rumah
pasien juga kurang baik.

Teras

C. DENAH RUMAH

IX. PEMERIKSAAN FISIK


A. STATUS INTERNISTIK : (24 Oktober 2016, pukul 11.00 WIB)

Keadaan umum

: cukup
11

Gizi

: kesan berlebih

Higiene

: cukup

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Nadi

: 87 kali/menit, regular, kuat

Pernafasan

: 21 kali/menit, reguler, simetris

Temperatur aksiler

: 36,6 C

Kepala

: Anemia -/-, Ikterus -/-, Cyanosis -/-, Edema periorbita -/Hidung dan Tenggorok dalam batas normal

Leher

Thorax
Inspkesi

: Pembesaran KGB (-)

: Pergerakan dinding dada simetris, bentuk dada normal.

Palpasi : Tidak dilakukan


Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi

: Suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing-/-

Jantung
Inspeksi

: Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi

: Tidak dilakukan

Auskultasi

: HR: 87 x/menit

Abdomen
Inspeksi
Palpasi

: flat
: tidak dilakukan

Auskultasi

: BU (+) Normal

Extremitas atas dan bawah : edema -/-

B. STATUS NEUROLOGIS: (31 Juli 2015)

GCS

Meningeal sign : KK (-), K (-), B I/II (-)

Nervus kranialis: pupil bulat isokor 3mm I 3mm RC + I +

:456

12

Refleks fisiologis

Refleks patologis

: BPR +2 | +2 KPR

+2 | +2

TPR +2 | +2 APR

+2 | +2

H-I-

B-I-

T-I-

C-I-

O-I

Motorik

: Power 5 | 5

Tonus N | N
5|5

N|N

Sensorik

: dalam batas normal

ANS

:-

Hasil EEG : -

C.

STATUS PSIKIATRIK (24 Oktober 2016)

Kesan umum

Kontak
Kesadaran
o Kuantitatif
o Kualitatif
Mood
Afek
Kesesuaian afek
Pembicaraan
Persepsi

: Pasien seorang wanita 44 tahun, berpakaian


rapi, kesan gizi berlebih, higienitas baik, kooperatif,
wajah sesuai usia.
: verbal (+), non verbal (+)
GCS 456
berubah
: sedih
: hyphotymia
: Sesuai
: spontan, artikulasi jelas
: halusinasi auditori (+) halusinasi visual (-)

Pikiran
Bentuk
Arus
Isi
Daya ingat
1 Short term
2 Intermediate term
3 Long term
Orientasi :
4 Tempat
5 Waktu
6 Orang
Intelegensi
Kemauan
ADL
Cita- cita

: non realistik
: koheren
: waham (+), ide bunuh diri (+)
: baik
:baik
: baik
: baik
: baik
: baik
: baik
:
: menurun
: menurun
13

Hobi
: menurun
Relasi
: menurun
Pekerjaan
: menurun
Pengendalian impulse
: baik
Tilikan
: 4 (mengetahui bahwa kondisinya saat ini sedang sakit dan
tindakan yang dilakukannya salah namun tidak tahu bagaimana cara mengatasinya)
Psikomotor
: meningkat
Konsentrasi
: baik
Perhatian
: baik
Baca tulis
: baik
Visuospasial
: baik
Pikiran abstrak
: baik

X. RESUME

Ny. NI / 44 tahun

Anamnesis:
o

Keluhan utama : Pasien ingin bunuh diri

Riwayat penyakit dahulu:

Organik : Sebelumnya pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit atau memiliki
penyakit yang serius.

Non Organik / psikiatrik : Pasien memiliki gangguan jiwa semenjak remaja dan
sering kambuh jika sedang memiliki tekanan. Namun pasien baru berobat ke poli
psikiatri RSSA sejak tahun 2012. Pasien pernah 3x MRS di ruang 23e

Kepribadian premorbid : Pasien merupakan pribadi yang ramah, namun tertutup dan
cenderung menyendiri jika sedang mengalami kesulitan/masalah. Pasien jarang
mengungkapkan keinginannya dan cenderung mudah menyerah dan merasa tidak bisa
jika mendapat masalah. Bergantung pada suami.

Faktor pencetus :Pencetus pasien adalah ketika remaja pasien dituntut untuk dapat
membantu kehidupan keluarganya karena ayah pasien sudah meninggal dan kakak
pasien juga mengalami gangguan jiwa.
Status internis : dalam batas normal
Status neurologis : dalam batas normal
Status psikiatrik :
Kesan umum
: Pasien seorang wanita 44 tahun, berpakaian
rapi, kesan gizi berlebih, higienitas baik, kooperatif,
wajah sesuai usia.
Kontak
: verbal (+), non verbal (+)
Kesadaran
o Kuantitatif
GCS 456
o Kualitatif
berubah
Mood
: sedih
Afek
: hyphotymia
Kesesuaian afek
: Sesuai
Pembicaraan
: spontan, artikulasi jelas
Persepsi
: halusinasi auditori (+) halusinasi visual (-)

14

Pikiran
Bentuk
Arus
Isi
Daya ingat
7 Short term
8 Intermediate term
9 Long term
Orientasi :

: non realistik
: koheren
: waham (+), ide bunuh diri (+)
: baik
:baik
: baik

10
11
12

Tempat
: baik
Waktu : baik
Orang : baik
Intelegensi
: baik
Kemauan
:
ADL
: menurun
Cita- cita
: menurun
Hobi
: menurun
Relasi
: menurun
Pekerjaan
: menurun
Pengendalian impulse
: baik
Tilikan
: 4 (mengetahui bahwa kondisinya saat ini sedang sakit dan
tindakan yang dilakukannya salah namun tidak tahu bagaimana cara mengatasinya)
Psikomotor
: meningkat
Konsentrasi
: baik
Perhatian
: baik
Baca tulis
: baik
Visuospasial
: baik
Pikiran abstrak
: baik

XI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Axial I

: F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif

Axial II : F60.7 ciri kepribadian dependen

Axial III : -

Axial IV : Masalah dengan keluarga dan pekerjaan

Axial V : GAF 60-51

XII. TERAPI
1. Farmakoterapi
o Bagian Psikiatri : Risperidone 2 x 3mg
Fluoxetin 20mg-0-0
o Psikoterapi
- Memotivasi supaya timbul keinginan hidup, mengalahkan rasa malas
- Mengembalikan keseimbangan adaptif (dapat menyesuaikan diri)
Pada pasien ini dianjurkan untuk:
15

Keluarga melakukan pendekatan kepada pasien, lebih sering memperhatikan pasien dan
diberi motivasi bahwa hidupnya berharga dan banyak orang yang membutuhkannya

Berusaha untuk diberikan pengetahuan spiritual untuk memberikan rasa takut akan Tuhan
kepada pasien

2. Terapi sosial (manipulasi lingkungan), yang dilakukan agar lingkungan dapat:


a.
b.

XIII.

Memahami dan menerima keadaan pasien.


Mengedukasi keluarga pentingnya mengawasi keteraturan dan kepatuhan minum
obat, memberi motivasi dan membawa pasien untuk kontrol teratur sesuai jadwal demi
kesembuhan pasien

PROGNOSIS

Berdasarkan :

Onset
: muda ( buruk )
Perjalanan penyakit
: kronik ( buruk )
Usia pertama kali terkena
: dewasa muda ( buruk )
Pengobatan
: Rutin ke Poli Jiwa ( Baik )
Faktor keturunan
: ada ( buruk )
Faktor pencetus
: diketahui ( baik )
Sosial ekonomi
: menengah ke bawah (buruk )
Status menikah
: menikah ( baik )
Dukungan keluarga
: didukung keluarga (baik)
Perilaku menarik diri
: ada (buruk)

Kesimpulan : dubia ad malam


Lampiran

16

Dokter muda bersama suami pasien di ruang tamu pasien

Dapur pasien terletak di balik sekat ruang keluarga

17

Garasi yang dialih fungsikan tempat menjemur pakaian

Foto rumah pasien tampak depan

18

Anda mungkin juga menyukai